critical appraisal anis,bita,neno

18
CRITICAL APPRAISAL The Journal of Nursing Research VOL. 21, NO. 1, MARCH 2013 Disusun Oleh : Anisful Lailil Munawaroh Nurul Kamajaya Sabita Normaliya JURUSAN ILMU KEPERAWATAN-K3LN FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 1. TOPIK Topik pada penelitian ini adalah membahas tentang manfaat D

Upload: larasatiwibawani

Post on 25-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

docx

CRITICAL APPRAISALThe Journal of Nursing Research VOL. 21, NO. 1, MARCH 2013

Development and Validation of a DiabetesFoot Self-Care Behavior ScaleYen-Fan Chin1 & Tzu-Ting Huang2*1PhD Candidate, RN, Instructor, Graduate Institute of Clinical Medical Sciences, School of Nursing, Chang Gung University &2PhD, RN, Professor, Healthy Aging Research Center, and School of Nursing, Chang Gung University.

Disusun Oleh :Anisful Lailil Munawaroh Nurul KamajayaSabita Normaliya

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN-K3LNFAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS BRAWIJAYA MALANG20131. TOPIK Topik pada penelitian ini adalah membahas tentang manfaat Diabetes Foot Self-Care Behavior Scale (skala sikap untuk merawat kaki diabetes/ulkus pada klien diabetes.2. ABSTRAK KRITISI :Dalam abstrak jurnal, peneliti telah memberikan gambaran singkat yang jelas mengani penelitian yang dilakukannya. Semua yang tertera dalam isi jurnal terangkum secara baik di sini. Hanya saja, terdapat 272 kata dalam abstrak.

3. PENDAHULUAN RANGKUMAN DAN KRITISI :Sesuai dengan krtiteria latar belakang yang dimulai dari umum ke khusus, jurnal ini sudah sangat baik. Fenomena yang terjadi diungkap secara jelas, dimulai dari prevalensi penyakit DM dan tinggi resiko terhadap ulkus kaki yang mengarah pada amputasi. Sehingga penting bagi pasien DM untuk melakukan perawatan kaki secara rutin. Kemudian dijelaskan pula permasalahannya yang terjadi saat ini, yaitu ada dua macam skala penilaian pada perawatan kaki pasien DM yang digunakan di Cina, yaitu Chinese version of the diabetes self-care scale (C-DSCS) dan summary of diabetes self-care activity questionnare (SDSCA) . Pasalnya, kedua penilaian ini dinilai belum cukup kuat untuk dijadikan panduan dalam evaluasi intervensi. Keduanya tidak mencakup seluruh rutinitas harian yang harus dipenuhi pasien DM untuk menjaga kakinya. Karena itu, peneliti merasa perlu untuk menguji validitas dan reabilitas dari skala penilaian ini.4. TUJUAN Tujuan pada penelitian ini adalahuntuk mengembangkanskala perilaku perawatan kaki diabetes (DFSBS). Kemudian untuk menguji validitasnyadan efektifitasnya pada pasien dengan diabetes dan neuropati. DFSBS ini akan dibanndingkan dengan skala lainnya (C-DSCS dan SCSDA) untuk menguji keefektifitasnya.5. METODOLOGI PENELITIAN Setelah dilakukan pengembangan item-item skala dari DFSBS, penulis memilih metode pengamatan cross-sectional. Berikut langkah-langkah metode penelitian ini antara lain :a. Mengembangkan item awalPerilaku perawatan mandiri ditujukan untuk meningkatkan kesehatan kaki. Peneliti mengembangkan 18 item dari skala setelah membaca dari literature review untuk mengidentifikasi guidline perawatan kaki diabetes dan skala perawatan mandiri kaki diabetes yang sudah ada. Skala dikembangkan dengan dua bagian. Pertama di kaji jumlah hari responden untuk menunjukkan performanya selama periode 1 minggu. Peneliti mengkategorikan jumlah hari untuk masing-masing penilaian dalam lima kelompok (0 hari, 1-2 hari, 3-4 hari, 5-6 hari, dan 7 hari. Pada yang ke-2 seberapa sering performa sikapnya (contoh 1 = tidak pernah sampai 5=selalu). Enam ahli di bidang perawatan kaki, termasuk satu senior yang dokter spesialis diabetes, seorang praktisi perawat diabetes, dua senior pengajar diabetes, dan dua peneliti perawat, mengevaluasiversi awal/inisial dari skala. Para ahli dinilai kecukupan dankejelasan masing item menggunakan skala Likert 4-point, mulai daritidak relevan (1) untuk sangat relevan dan ringkas (4). Peneliti membagi jumlah 3 dan 4 skor untuk item denganjumlah ahli untuk mendapatkan indeks validitas isiskor untuk item. Skor indeks validitas isi berkisar0,83-1. Penelitian ini merupaka pilot study dengan sampel kenyamanan 11 pasien dengan neuropati diabetes kemudian dilakukan, dengan hasil yang menunjukkan bahwa peserta dengan mudah bisa memahami dan menanggapi semua item untuk skala tersebut.b. Membangun Properti PsikometriSetelah mendesain piolot studi, peneliti melakukan survei cross-sectional untuk analisis item dan membangun sifat psikometrik. Pertama, analisis item ini digunakan untuk mengecualikan item dengan rendah. Item indeks diskriminasi (rasio kritikal > .05) dan kekuatan nilai muatan faktor (nilai muatan faktor < .40; Chiou, 2006). Skala akhir psikometrik, termasuk membangunvaliditas, dan konsistensi internal kemudian diuji. explor-analisis atory faktor, analisis validitas konvergen, dan dikenal-analisis validitas kelompok dinilai DFSBS validitas pembangun.Pengujian validitas konvergen didasarkan pada hipotesisbahwa skor DFSBS harus berkorelasi positif dengankaki skor subskala mengurus kedua SDSCA dan C-DSC.Pengujian dikenal-kelompok skala validitas didasarkan pada hipotesis bahwa pasien dengan riwayat ulkus kaki akanlebih mungkin terlibat dalam praktek perawatan diri kaki daripada mereka yang tidak.Pertama 30 peserta dalam survei cross-sectional yangdiundang untuk berpartisipasi dalam sebuah wawancara DFSBS kedua, yang dilaksankan 2 minggu kemudian, dengan data yang dikumpulkan digunakan untuk menilai tes-tes ulang reliabilitas.

c. Sampel dan Setting Setelah dilakukan pilot studi tentang skala yang di buat untuk dilakukan di penelitian. Peneliti merancang sampel dan tempat yang akan dilakukan penelitian. Sampel yang di ambil sebanyan 295 subjek yang di rekrut dari rumah sakit di dua rumah sakit bagian Taiwan utara. Pasien diabetes tipe 2 diundang untuk dilakukan tes monofilamen. Mereka yang telah di setidaknya satu titik sensitif di antara empat daerah tes monofilamen (Singh, Armstrong, &Lipsky, 2005) dan usia lebih dari 20 tahun masuk dalam kriteria inklusi. Data dikumpulkan dari Maret 2010 hingga Mei 2011. Klien di keluarkan atau masuk kriteria eksklusi jika mereka tidak bisa berjalan, telah sembuh lesi kaki di kaki mereka, atau memiliki gangguan jiwa dan komunikasi.d. Pengumpulan DataSebagai peserta yang umumnya orang tua dan tidak berpendidikan, peneliti utama dan tiga asisten terlatih mengumpulkan data menggunakan wawancara tatap muka. Sebelum memulai pengumpulan data, pengumpul data dinilai dan mewawancarai 10 pasien dengan diabetes dan menggunakan data wawancara untuk memeriksa keandalan antar penilai, yang ditemukan memuaskan (koefisien Kappa = .87).Persetujuan etik dari kelembagaan dewan peninjau rumah sakit diperoleh sebelum menghubungi peserta dan pengumpulan data (IRB No 98-3420B). Semua responden wajib menandatangani informed consent. Peserta diwawancarai untuk memperoleh data tentang demografi dan riwayat ulkus kaki serta untuk menentukan DFSBS, C-DSCs subskala, dan perawatan kaki SDSCAskor subskala. Pertama 30 peserta diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah wawancara DFSBS kedua, dilakukan 2 minggu kemudian, dengan data yang dikumpulkan digunakan untuk menilai reliabilitas tes-tes ulang.e. Analisis StatistikAnalisis item dikecualikan dengan rendah indeks diskriminasi item (rasio kritis > .05) dan faktor rendah pemuatan (loading factor .05) dalam uji t independen (Chiou, 2006). Analisis faktor komponen utama, yang menggunakan model faktor tunggal, dilakukan untuk menghitung loading factor dari masing-masing item. Produk dengan loading factor kurang dari 0,40 dikeluarkan dari skala (Stevens, 2009). Eksplorasi analisis faktor menggunakan analisis faktor komponen utama dengan rotasi menjelajahi skala akhir membangun. Untuk menentukan validitas konvergen, Spearman rho dan koefisien korelasi Pearson dihitung hubungan antara subskala perawatan kaki SDSCA dan DFSBS dan antara subskala perawatan kaki dari C-DSC dan DFSBS. Untuk diketahui-kelompok validitas, uji t independen yang digunakan skor DFSBS untuk menentukan apakah ada perbedaan antara pasien dengan dan tanpa riwayat ulkus kaki. Alpha Cronbach digunakan untuk menilai konsistensi internal. Reliabilitas test-retest dinilai dengan menghitung koefisien korelasi antara skor intrakelas dari dua penilaian dengan interval 2 minggu. SPSS for Windows 15.0 (SPSS, Inc, Chicago, IL, USA) melakukan semua analisis statistik.

KRITISI :a) Metode rancangan penelitiDari analisisi statistik dijelaskan rinci oleh peneliti. Namun pada penelitian ini tidak dijelaskan atau di lampirkan alur berupa kerangka konsep penelitian sehingga pembaca agar mudah dipahami oleh pembaca.b) Pilot studiStudi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan untuk mempertajam arah studi utama. Studi pendahuluan dilakukan karena kelayakan penelitian berkenaan dengan prosedur penelitian dan hal lainnya masih belum jelas. Studi pendahuluan bisa saja mengubah arah penelitian yang telah disusun di dalam proposal. Studi pendahuluan bisa saja menghasilkan perubahan prosedur penelitian, meningkatkan pengukuran, meningkatkan kepercayaan asumsi, dan desain yang lebih mantap dari studi utama. Studi pendahuluan tidak jarang merupakan miniatur dari studi utama. Tidak jarang studi pendahuluan pun menguji sejumlah instrumen yang akan digunakan dalam studi utama.c) Skala LikertPertanyaan dalam menentukan skala yang akan diberikan pada proses penelitian pada pilot studi peneliti membuat kuisioner yang dinilai oleh para ahli diabetes dengan metode pengukuran analisa data yaitu Skala Likert. Skala likert merupakan skala multi item yang digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap suatu objek dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan atau statemen. Dengan jumlah pertanyaan itu, kemudian di ambil suatu kesimpulan dengan technique of summated rating. Dalam tahap pengolahan data, jawaban diganti dengan angka satu sampai lima agar dapat dijumlahkan. Beriku skala lima tingkat (likert) yang terdiri dari :

d) Cross sectionPenelitian cross sectional yang sering juga disebut penelitian transversal merupakan penelitian epidemiologik yang paling sering dikerjakan di bidang kedokteran, walaupun sebenarnya penelitian ini paling lemah dibandingkan dengan penelitian epidemiologik yang lain (case control dan cohort). Hal ini disebabkan karena penelitian cross section secara metodologik merupakan penelitian yang mudah dan sederhana. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertetentu. Model pendekatan pada penelitian ini menggunakan point time maksudnya adalah variable-variabel yang termasuk faktor risiko dan variable yang termasuk efek di observasi sekaligus satu kali saja dan faktor risiko serta efek di ukur menurut keadaan atau status waktu di observasi.Keuntungan penelitian cross sectional :

Mudah dilaksanakan Ekonomis dari segi waktu Hasil dapat diperoleh dengan cepat Dapat sekaligus banyak variabel, baik berupa faktor risiko maupun efek yang dapat di eksplorasi dan dipelajari korelasi atau pengaruhnya. Penelitian cross sectional tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan tertentu, terutama pada subjek penelitian. Kelemahan-kelemahan : Dibutuhkan subjek penelitian yang besar, apalagi bila variable yang dipelajari banyak. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara lebih akurat. Faktor risiko kadang-kadang sulit di ukur dengan akurat. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah) Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek yang paling lemah disbanding dengan case control atau cohort.

e) Independent t-testIndependent Sample T Test adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji signifikasi beda rata-rata dua kelompok dimana kelompok didefinisikan oleh variabel independen yang ditentukan oleh jenis kelompok sampel.f) Varimax rotationFaktor yang terbentuk, pada banyak kasus, kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Untuk itu, jika isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan Factor Rotation untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikanberbeda dengan faktor lain. Rotasi Varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah varian faktor loading(bobot). faktor loading adalah angka yang menunjukan besarnya korelasiantara suatu variabel dengan faktor faktor yang terbentuk. dalam masing-masing faktor akan menjadi maximum dimana nantinya peubah asal hanya akan mempunyaikorelasi yang tinggi dan kuat dengam factor tertentu saja(korelasinya mendekati satu) dan tetunya memiliki korelasi yang lemah dengan factor yang lainnya(korelasinya mendekati nol)

g) Spearmans rhoKorelasi Spearman (Rho) Pengukuran Asosiasi Usaha-usaha untuk mengukur hubungan antara dua hal, fenomena, kejadian atau lainnya dikenal sebagai mengukur asosiasi yaitu pengukuran antara dua fenomena atau kejadian. Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.Korelasi Spearman adalah suatu ukuran dari kedekatan hubungan antara dua variabel ordinal.korelasi spearman mempunyai fungsi yang mirip dengan korelasi linier, hanya saja yang digunakan dalam koreasi spearman adalah nilai-nilai peringkat dari variabel x dan y, bukab nilai sebenarnya. Korelasi Spearman Atau sering kali disebut sebagai korelasi Tata Jenjang. Digunakan untuk jenis data Ordinal, baik Variabel X maupun Y. Apabila jenis data yang akan di analisis berjenis Interval atau Rasio, maka harus diubah dulu menjadi Ordinal. Teknik korelasi ini masuk kategori statistik non parametrik sehingga tidak harus memenuhi syarat-syarat keparametrikan. Korelasi Speraman (rho) Digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel dan Untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel.h) PearsonAnalisis korelasi adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan dua variabel. Variabel ini terdiri dari variabel bebas dan tergantung. Besarnya hubungan berkisar antara 0-1. Jika mendekati angka 1 berarti hubungan kedua variabel semakin kuat, demikian juga sebaliknya jika mendekati angka 0 berarti hubungan kedua variabel semakin lemah. Teknik korelasi dalam SPSS dibagi menjadi 3 yaitu : bivariate, parsial dan distance.

Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala interval atau rasio (parametrik) yang dalam SPSS disebut scale. Asumsi dalam korelasi Pearson, data harus berdistribusi normal. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Jika angka korelasi positif berarti hubungan bersifat searah. Searah artinya jika variabel bebas besar, variabel tergantung semakin besar. Jika menghasilkan angka negatif berarti hubungan bersifat tidak searah. Tidak searah artinya jika nilai variabel bebas besar, variabel tergantung semakin kecil. angka korelasi berkisar antara 0-1

Kriteria : Tolak hipotesis nol (H0) jika nilai signifikansi p-value (