counseling milenial (cm) - scholar.ummetro.ac.id
TRANSCRIPT
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
215 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
KECEMASAN KOMUNIKASI
(Studi Kasus Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur)
Marzuki Noor1, Rio Septora
2, Dewi Ramadhani
3
1,2,3 Jurusan Ilmu Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah Metro
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Studi kasus peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi adalah
rasa khawatir tentang penilaian orang lain berupa perasaan negatif yang
dirasakan individu. Tujuan penelitian untuk 1) mengetahui seberapa jauh
yang mengalami kecemasan, 2) mengetahui faktor penyebab kecemasa
komunikasi, 3) mengetahui dampak kecemasan komunikasi, 4) mengetahui
cara mengatasi kecemasan komunikasi. Jenis penelitian ini adalah studi
kasus. Studi kasus: penelitian dilakukan secara mendalam gejalanya.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data: metode wawancara dan
observasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Kesimpulan penelitian ini bahwa Peserta didik yang mengalami kecemasan
komunikasi bisa diukur dari tingkat kecemasan komunikasi. KD kecemasan
berat dilihat dari gejala kecemasannya. MAP kecemasan sedang dilihat dari
gejala kecemasannya. RMA kecemasan komunikasi ringan dilihat dari
gejalanya. Faktor penyebab kecemasan komunikasi perserta didik merasa
sulit berdiskusi dengan kelompok, kurang percaya diri berinteraksi dengan
orang lain, merasa berbeda terhadap lingkungan rumah dan asrama. Peserta
didik yang mengalami kecemasan komunikasi ini berdampak pada sikap
mental peserta didik seperti; merasa kurang percaya diri, selain itu
berdampak pada fisik seperti; keluar keringat dingin, bisa berdampak pada
kognitif yaitu nilai buruk, serta berdampak pada sosialnya seperti; sulit
menyesuaikan diri dan hubungan sosial yang tidak baik dengan teman-
teman, dan menghindari lawan berbicara ketika sedang berkomunikasi.
Guru BK akan mengupayakan untuk mengatasi kecemasan komunikasi pada
peserta didiknya antara lain: KD diberikan arahan untuk melatih dirinya
berbicara dengan orang lain, lalu MAP diberikan informasi tentang
komunikasi dengan orang lain sangat penting, RMA berkonsultasi dan
mengikuti arahan yang di berikan.
Kata Kunci: Studi Kasus, Kecemasan Komunikasi
Abstract
A case study of students who experience communication anxiety is a sense
of worry about other people's judgments in the form of negative feelings that
are felt by individuals. The research objectives were 1) how far people
experience anxiety, 2 factors that cause communication anxiety, 3) the
impact of communication anxiety, 4) how overcome communication anxiety.
This type of research is a case study. Case study: an in-depth study of the
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
216 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
symptoms. The methods data: interview and observation methods. Checking
the validity of the data using source triangulation. The conclusion of this
study is students experience communication anxiety measured from
communication anxiety. KD severe anxiety seen from the symptoms of
anxiety. MAP anxiety being seen the symptoms anxiety. RMA mild
communication anxiety the symptoms. Factors that cause communication
anxiety students find it difficult to discuss with groups, lack confidence in
interacting with other people, feel different about the home and dormitory
environment. Students who experience communication anxiety have an
impact on the mental attitudes of students such as; feel less confident, other
than that it has a physical impact such as; impact on cognitive, namely bad
grades, and impact on social; difficulty adjusting to and poor social
relations with friends, and avoiding the other person when communicating.
The BK teacher will overcome communication anxiety in students,
including: KD is given directions to train himself to talk to others, then
MAP is given information about communication with other people is very
important, RMA consults and follows the directions given.
Keywords: Case Studies, Communication Anxiety
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah hal yang penting dalam kehidupan individu yang dilakukan
kapan saja dan di mana saja. Melalui komunikasi individu dapat mengungkapkan
perasaannya secara langsung kepada individu yang lainnya. Mengingat pentingnya
komunikasi dalam kehidupan, kemampuan berkomunikasi menjadi kebutuhan utama
dalam melakukan interaksi di lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah sebagai tempat
peserta didik untuk belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebaya, guru,
maupun seluruh personil sekolah. Namun, masih ada masalah yang dialami oleh
peserta didik salah satunya adalah kecemasan komunikasi.
Kecemasan komunikasi dapat dialami oleh setiap orang yang menjadi kendala
utama bagi individu dalam sebuah interaksi. Menurut Mulyana (2014: 48)
mendefinisikan bahwa: “kecemasan komunikasi diartikan rasa cemas yang dialami
individu ketika harus berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain”. Individu
yang mengalami kecemasan berkomunikasi cenderung untuk menarik diri dari
pergaulan dan berusaha sedikit mungkin untuk terlibat dalam interaksi dengan orang
lain. Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan komunikasi diantaranya: situasi hal
yang baru bisa membuat individu merasa gelisah, menyadari komunikasi di depan
orang banyak tidak membuat individu percaya diri, dan merasa berbeda dengan lawan
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
217 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
berbicaranya sehingga menimbulkan keengganan untuk melakukan interaksi dengan
orang lain. Hal ini sejalan dengan pedapat Powell & Powell (2010: 44) faktor
penyebab kecemasan komunikasi dengan: “situasi baru dan suasana berbeda yang bisa
membuat individu merasa gelisah, berbeda pendapat menimbulkan keengganan
individu untuk melakukan interaksi dengan orang lain”.
Seiring perkembangan zaman, individu dituntut memiliki kemampuan
komunikasi yang lebih baik, karena komunikasi telah menjadi kebutuhan manusia.
Selain itu, setiap individu juga harus memiliki kreatifitas yang tinggi agar bisa
memecahkan suatu masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Devito (2011: 154) yang
mengatakan bahwa “kemampuan komunikasi dapat dipelajari dengan cara
meningkatkan kompetensi komunikasi, yang mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan komunikasi".
Fenomena yang terjadi, masih ada peserta didik SLTA yang mengalami
permasalahan kecemasan komunikasi di dalam lingkungan kelas dan lingkungan
sekolah, karena keadaan lingkungan yang tidak mendukung peserta didik untuk
termotivasi dan mengembangkan kemampuan berbicara. Hal ini sejalan dengan
pendapat Fitriyani & Wilani (2019: 9) mengemukakan kecemasan komunikasi yaitu:
Siswa memiliki pemikiran takut salah ketika berkomunikasi dengan orang lain,
takut salah ketika berpendapat di dalam kelompok, bersikap pasif di kelas maupun
organisasi peserta didik, memiliki pemikiran takut ditertawakan, dan pemikiran takut
terhadap penolakan yang mungkin saja dialami apabila salah dalam berkomunikasi.
“Hasil prasurvei di Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur pada tanggal 13-
14 Desember 2019, peneliti menemukan tiga peserta didik berinisial KD, MAP, dan
RMA yang mengalami permasalahan kecemasan komunikasi berat, sedang dan ringan.
Subjek pertama, gejala-gejala yang menonjol pada peserta didik kecemasan
komunikasi yang dialami oleh KD yaitu: 1. Mengindari komunikasi dengan teman
sebaya dan teman sebaya, 2. Menarik diri dari pergaulan, 3. Berbicara dengan
lingkungan sekitar merasa jantung berdebar cepat, gugup dan gemetaran, 4. Sering
menyendiri, diam saja, dan mudah menangis, 5. Ketika berbicara di depan kelas
merasa gelisah, kebingungan, lupa apa yang ingin disampaikan yang telah dipelajari, 6.
Sulit berkonsentrasi ketika berkomunikasi dan sulit mengungkapkan pendapatnya.
Subjek kedua, gejala-gejala yang menonjol pada peserta didik kecemasan
komunikasi yang dialami oleh MAP seperti: 1. Peserta didik yang hanya diam saja di
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
218 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
dalam kelas, 2. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman-teamannya, 3.
Menghindari terlibat dalam berkomunikasi, 4. Takut salah berbicara ketika
berkomunikasi dengan teman kelas, 5. Ketika mempresentasikan di depan umum
merasa gugup dan gelisah.
Subjek ketiga, gejala-gejala yang menonjol pada peserta didik kecemasan
komunikasi yang dialami oleh RMA adalah: 1. Merasa canggung berbicara dengan
orang lain, 2. Rasa takut menerima tanggapan dari orang lain, 3. ketika beridiri di
depan kelas merasa gugup, gelisah dan lupa yang akan disampaikan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul
“Studi Kasus Perilaku Peserta didik yang Mengalami Kecemasan Komunikasi pada
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur Tahun Pelajaran 2019/2020”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekekatan kualitatif,
jenis deskriptif, penelitian ini dilakukan di MA Negeri 1 Lampung Timur tahun
pelajaran 2019/2020. Menurut Sugiyono (2016: 218) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mendeskripsikan informasi secara mendalam, data dikumpulkan dalam
bentuk kata-kata. Menurut Wijaya (2019: 74) sumber data adalah “data yang
diperoleh dari informan, peristiwa, dokumentasi, serta data tambahan seperti sumber
data tertulis, foto”. Disini ada dua sumber yaitu: sumber data primer dalam penelitian
ini adalah tiga responden (KD,MAP, RMA), sebagai informan guru bimbingan dan
konseling. Sedangkan data sekundernya berupa dokumen-dokumen yang terkait
dengan penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara,
instrumen penelitian menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancar.
Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data. pengecekan keabsahan
menggunakan teknik triangulasi sumber. Tahap penelitian diawali pra-lapangan,
pekerja lapangan.
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
219 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
Gambar 1. Wawancara dengan KD
Gambar 2. Wawancara dengan MAP
Gambar 3. Wawancara dengan RMA
Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara Fokus masalah Aspek yang diamati Indikator
1. Seberapa jauh
kecemasan komunikasi
Gejala-gejala kecemasan
komunikasi
Fisiologis,Perilaku,
Kognitif, Afektif
2. Faktor penyebab
Kecemasan
komunikasi
a. Pemikiran
yang tidak
rasional saat
berinteraksi
1). Adanya rasa
tidak mampu
2). Kurang
percaya
diri
b. Situasi baru 1). Lingkungan
Rumah
2). Lingkungan
Asrama
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
220 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
3. Dampak
Kecemasan
komunikasi
a. Kesulitan
menyampaikan
pesan di kelas
1). Sulit
berkonsentrasi
2). Prestasi
Belajar
b. Menarik diri
dari kegiatan
komunikasi
1). Penyesuaian
diri
2). Hubungan
sosial
c. Kompetensi
komunikasi
yang rendah
1). Minat
berkomunikasi
kurang
2). Menghindari
lawan
berbicara
4. Cara mengatasi
Kecemasan
komunikasi
Layanan Bimbingan dan
Konseling
1). Layanan
Informasi
2). Konsultasi
Keterangan: pemberian tanda atau inisial dalam penelitian ini yaitu pada cara
pengumpulan data adalah dengan memberi tanda menggunakan simbol atau kode
huruf. Wawancara diberi kode “W”, kode 01 adalah tanda/inisial untuk informan, F1
adalah tanda/inisial untuk fokus pertama dalam penelitian, tanda/inisial “a” adalah
aspek poin a, dan 1 adalah nomor urut petikan wawancara. Hasil wawancara dalam
penelitian ini dibahas pada hasil dan pembahasan.
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Definisi operasional Komponen Indikator
Kecemasan komunikasi adalah
adanya rasa khawatir tentang
penilaian orang lain terhadap
dirinya, sehingga dapat
berpengaruhi kondisi yang
meliputi psikologi, sosial,
belajar
a. Psikologis 1). Fisiologis
2). Afektif
3). Kognitif
b. Sosial 1). Menyesuaikan diri
2). Hubungan sosial
c. Belajar Nilai
Keterangan: pemberian tanda atau inisial dalam penelitian ini yaitu pada cara
pengumpulan data adalah dengan memberi tanda menggunakan simbol atau kode
huruf. Wawancara diberi kode “OB”. Hasil observasi dalam penelitian ini dibahas pada
hasil dan pembahasan.
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
221 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan reduksi dan analisa data penelitian tersebut, maka dapat
penulis sajikan data yang relevan berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, secara rinci
dengan penyajian sebagai berikut:
1. Seberapa jauh kecemasan komunikasi yang dialami pada peserta didik
Seberapa jauh kecemasan komunikasi ini dilihat dari gejala-gejala yang muncul
pada diri peserta didik, apalagi ketika peserta didik berbicara depan umum dan
berinteraksi dengan orang lain akan menimbulkan kecemasan.
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi adalah KD, RMP dan RMA.
Peserta didik tersebut mengatakan bahwa gerogi deg-degan takut salah, keluar
keringat dingin, lupa apa yang ingin disampaikan ketika berbicara di depan umu
2. Faktor penyebab kecemasan komunikasi
Faktor kecemasan komunikasi biasanya mengalami pemikiran yang tidak rasional
seperti adanya rasa tidak mampu berdiskusi dalam kelompok, merasa kurang
percaya diri, merasakan situasi yang baru belum dirasakan oleh peserta didik
Seperti yang dialami oleh responden KD, MAP dan RMA. Peserta didik tersebut
mengatakan bahwa mereka merasa sulit untuk berdiskusi dalam kelompok, dan
merasa tidak penting dengan temannya
3. Dampak kecemasan komunikasi
Dampak kecemasan komunikasi mengalami kesulitan menyampaikan pesan di
kelas, menarik diri dari kegiatan komunikasi, kompetensi komunikasi yang rendah
seperti peserta didik sulit berkonsentrasi, berpengaruh terhadap prestasi belajar, sulit
menyesuaikan diri, hubungan sosial yang tidak baik, minat berkomunikasi kurang,
dan menghindari lawan berbicara
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi adalah KD, MAP dan RMA.
Peserta didik tersebut mengatakan bahwa mereka sulit berkonsentrasi jika
berpresentasi di depan kelas.
4. Cara mengatasi kecemasan komunikasi
Cara mengatasi kecemasan komunikasi dengan menggunkan layanan bimbingan
dan konseling, seperti layanan infromasi dan berkonsultasi dengan guru BK
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
222 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi adalah KD, MAP dan RMA.
Peserta didik tersebut mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi dari
internet serta akan berkonsultasi dengan guru BK.
Selain itu, KD, MAP dan RMA mereka ada yang belum pernah dan sudah pernah
berkonsultasi dengan guru BK. Seperti pada petikan wawancara responden 01 oleh
KD (W01/F4/b/15/77), sebagai berikut:
“tidak pernah berkonsultasi dengan guru BK”
Hal ini senada dengan keterangan responden kedua oleh MAP yang mengalami hal
serupa, hal tersebut sesuai dengan petikan wawancara (W02/F4/b/15/81) sebagai
berikut:
“tidak pernah berkonsultasi dengan guru BK”
Kemudian, hal serupa dirasakan oleh responden ketiga oleh RMA, yang mengalami
hal serupa. Hal tersebut sesuai dengan petikan wawancara (W03/F4/b/15/84),
sebagai berikut:
“pernah berkonsultasi namun tidak diikuti saran dari guru BK”
Kemudian, diperkuat oleh Guru BK sebagai informan, dijelaskan bahwa KD, MAP
dan RMA, yang mengatakan bahwa KD, MAP dan RMA ada yang sudah konsultasi
dan tidak pernah berkonsultasi. Hal tersebut sesuai dengan petikan wawancara
(W04/F3/d/13/89), sebagai berikut:
“Kalau RMA pernah berkonsultasi, namun KD dan MAP tidak pernah konsultasi.
Dan akan mengupaya guru BK untuk peserta didiknya si KD diberikan arahan
untuk melatih dirinya berbicara dengan orang lain, lalu MAP diberikan informasi
tentang komunikasi dengan orang lain sangat penting, sedangkan RMA
berkonsultasi dan mengikuti arahan yang di berikan sehingga KD, MAP dan RMA
dapat merubah serta membiasakan diri untuk berkomunikasi.”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya peserta didik yang
mengalami kecemasan komunikasi dapat diatasi dengan menggunakan layanan
bimbingan dan konseling. Seperti menggunakan layanan informasi peserta didik
mendapatkan caranya melalui internet dan berkonsultasi dengan guru BK, walaupun
baru satu peserta didik yang berkonsultasi dengan guru BK sudah diberikan saran
namun tidak diikuti sarannya. Sedangkan dua peserta didik belum pernah sama
sekali untuk berkonsultasi dengan guru BK di sekolah. Namun upaya guru BK
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
223 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
sendiri akan memberikan arahan melatih diri, memberikan informasi dan
melakukan konsultasi sehingga dapat merubah membiasakan diri untuk
berkomunikasi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Seberapa Jauh Kecemasan Komunikasi
Kecemasan komunikasi adalah kekhawatiran yang berlebihan untuk
berbicara dengan orang lain bisa lihat dari gejala-gejala. Kecemasan komunikasi
dialami oleh tiga peserta didik di MAN 1 Lampung Timur yang berinisial KD,
MAP, RMA. Berikut mengenai temuan penelitian terkait kecemasan komunikasi
di MAN 1 Lampung Timur yang berinisial KD, MAP, RMA adalah:
a. Peserta didik megalami ketidak nyamanan ketika berbicara di depan umum,
sehingga membuat peserta didik merasa gerogi, gelisah, keluar keringat
dingin, dan lupa yang ingin disampaikan.
b. Peserta didik juga gugup dan malu ketika berinteraksi dengan orang lain.
Kecemasan komunikasi ini hal yang tidak sejalan dengan salah satu tugas
perkembangan masa remaja, dimana remaja harus mengembangkan keterampilan
komunikasi interpersonal. Pada temuan ini berbeda dengan teori yang dijelaskan
oleh Stuart (dalam Wahyuni, 2015: 69) bahwa “komunikasi dengan orang lain
percaya diri, tidak merasa gerogi dan gugup, ketika berbicara dan pelajari
terlebih dahulu sebelum tampil”.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
komunikasi yang dialami oleh KD, MAP, RMA adalah merasa tidak nyaman
membuat peserta didik gelisah, gugup, cemas, keluar keringat dingin, lupa yang
ingin disampaikan. Bahkan berinteraksi dengan orang lain peserta didik merasa
malu, gerogi.
2. Faktor Penyebab Kecemasan Komunikasi
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi ini pasti ada
penyebabnya. Faktor penyebab kecemasan komunikasi yang dialami oleh tiga
peserta didik di MAN 1 Lampung Timur berinisial KD, MAP, RMA. Berikut
mengenai temuan penelitian terkait faktor kecemasan komunikasi yang terjadi di
MAN 1 Lampung Timur pada KD, MAP, RMA adalah:
a. Adanya rasa tidak mampu (sulit) berdisksi dengan kelompok,
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
224 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
b. Kurang percaya diri berinteraksi dengan orang lain,
c. Merasa berbeda terhadap lingkungan rumah dan asrama,
d. Merasa kurang nyaman berada di lingkungan asrama.
Faktor kecemasan komunikasi pada peserta didik kurang percaya diri,
merasa berbeda dengan lingkungannya. Pada temuan ini berbeda dengan
penelitian yang dijelaskan oleh Muslimin (2013: 7) bahwa” pemikiran yang
rasional membuat individu yakin dan percaya, berdiskusi dengan kelompok,
merasa tenang meski berbeda lingkungannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor kecemasan
komunikasi yang dialami oleh KD, MAP, RMA adalah sulit berdiskusi dengan
kelompok, kurang percaya diri ketika berinteraksi, merasa perbedaan
dilingkungan rumah dan asrama, dan merasa kurang nyaman di lingkungan
asrama.
3. Dampak Kecemasan Komunikasi
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi, jelas akan berdampak
pada dirinya apalagi peserta didik yang masih baru berada di lingkungan yang
berbeda. Dampak kecemasan komunikasi yang dialami oleh tiga peserta didik di
MAN 1 Lampung Timur berinisial KD, MAP, RMA. Berikut mengenai temuan
penelitian terkait kecemasan komunikasi yang terjadi pada KD, MAP, RMA di
MAN 1 Lampung Timur:
a. Sulit berkonsentrasi ketika presentasi di depan kelas,
b. Berdampak pada nilai, apalagi ketika mengalami kesulitan untuk menjawab
soal dan tidak berani mejawab,
c. Sulit menyesuaikan diri dengan teman-teman,
d. Tidak berhubungan baik dengan teman-teman,
e. Menghindari lawan berbicara ketika berinteraksi dengan orang.
Dampak kecemasan komunikasi ini adanya perasaan ketidak nyaman peserta
didiik terhadap pergaulan teman sebaya, mempunyai kegiatan diskusi kelompok
kurang berbicara. Pada temu penelitian ini berbeda dengan teori yang dijelaskan
oleh McCroskey (Rahmat, 2010: 50) mengatakan bahwa “dapatmenyesuaikan
diri, menjalani hubungan sosial, berani bertanya, minat komunikasi dengan orang
lain tinggi tanpa harus menghindari lawan berbicara”.
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
225 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dampak
kecemasan komunikasi yang dialami oleh KD, MAP, RMA adalah sulit
berkonsentrasi ketika presentasi di depan kelas, berdampak pada nilai karena
tidak berani bertanya, sulit menyesuaikan diri, hubungan sosial tidak baik dengan
teman, minat komunikasi kurang ketika berbicara depan kelas mengecilkan
volume suara dan menhindari lawan berbicara.
4. Cara Mengatasi Kecemasan Komunikasi
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi, seharusnya segera di
cari solusinya agar peserta didik merasa nyaman dengan teman dan
lingkungannya. Namun peserta didik yang dialami oleh tiga peserta didik di
MAN 1 Lampung Timur berinisial KD, MAP, RMA ada yang belum tau cara
mengatasinya seperti apa. Berikut mengenai temuan penelitian terkait kecemasan
komunikasi yang terjadi pada KD, MAP, RMA di MAN 1 Lampung Timur:
a. Sudah berkonsultasi dengan guru BK namun tidak diikuti
b. Tidak pernah berkonsultasi dengan guru BK
Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi ini harus cepat di
atasi. Pada temuan penelitian ini berbeda dengan teori yang dijelaskan oleh
Wasak, dkk (2013: 37), bahwa “mengetahui cara mengatasi permasalahan,
berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah”.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belum
mengetahui cara mengatasi kecemasan komunikasi, sudah pernah berkonsultasi
dengan guru bimbingan dan konseling tidak diikuti sarannya, bahkan ada yang
belum pernah berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi bisa diukur dari tingkat
kecemasan komunikasi. Tingkat kecemasan komunikasi pada KD tergolong
kecemasan berat dilihat dari gejala-gejala kecemasannya. Lalu, tingkat kecemasan
komunikasi pada MAP tergolong kecemasan sedang dilihat dari gejala-gejala
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
226 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
kecemasannya. Sedangkan RMA tergolong kecemasan komunikasi ringan dilihat
dari gejala-gejalanya.
2. Faktor penyebab kecemasan komunikasi perserta didik merasa adanya rasa tidak
mampu (sulit) berdisksi dengan kelompok, kurang percaya diri berinteraksi dengan
orang lain, merasa berbeda terhadap lingkungan rumah dan asrama, merasa kurang
nyaman berada di lingkungan asrama.
3. Peserta didk yang mengalami kecemasan komunikasi ini berdampak pada sikap
mental peserta didik seperti; merasa georgi, kurang percaya diri, selain itu
berdampak pada fisik seperti; keluar keringat dingin dan tegang., bisa berdampak
pada kognitif yaitu nilai buruk dan mengganggu konsentrasi, serta berdampak pada
sosialnya seperti; sulit menyesuaikan diri dan hubungan sosial yang tidak baik
dengan teman-teman, dan menghindari lawan berbicara ketika sedang
berkomunikasi.
4. Guru BK akan mengupayakan untuk mengatasi kecemasan komunikasi pada peserta
didiknya antara lain: KD diberikan arahan untuk melatih dirinya berbicara dengan
orang lain, lalu MAP diberikan informasi tentang komunikasi dengan orang lain
sangat penting, sedangkan RMA berkonsultasi dan mengikuti arahan yang di
berikan. Sehingga KD, MAP dan RMA dapat merubah serta membiasakan diri
untuk berkomunikasi.
B. Saran
1. Bagi Peserta Didik
Agar peserta didik mengurangi kecemasan komunikasi, tidak merasakan gerogi dan
gugup lagi, hendaknya selalu berpikiran yang positif, sebelum tampil depan umum
bisa berlatih di depan kaca terlebih dahulu, dan ketika ingin berbicara dengan orang
lain dibiasakan untuk mengajak ngobrol orang sekitar agar tidak merasa malu, dan
takut salah.
2. Bagi guru BK
Sebaiknya, guru BK melaksanakan sosiodrama dan bekerja sama dengan
psikodrama agar peserta didik bisa mengurangi kecemasan komunikasi tersebut.
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
227 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
3. Bagi orang tua
Hendaknya lebih memberi informasi terhadap anaknya masing-masing bahwa
komunikasi dengan orang lain sangat diperlukan dan dibutuhkan serta memberi
dukungan penuh terhadapan perubahan pada anaknya.
4. Bagi guru mata pelajaran
Saat pembelajaran berlangsung, hendaknya guru mapel menanyakan kembali
apakah sudah mengerti atau belum, jika peserta didik yang memiliki kesulitan
memahami materi dan soal bisa bertanya dengan guru.
5. Penulis berharap penelitian ini bisa membantu dan menjadi ilmu yang akan terus
diingat, bermanfaat serta menjadi inspirasi bagi para calon sarjana (adik-adik
tingkat) selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Tanggerang Selatan: Karisma
Publishing Group.
Fitriyanti, K,. & Wiliani, NMA. (2019). Pengaruh Pelatihan Efikasi Diri Terhadap Tingkat
Kecemasan Berkomunikasi Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Di Denpasar.
Bali: Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus Kesehatan
Mental. e-ISSN: 2654 4024. p-ISSN: 2354 5607 1. Hlm. 1-11.
Mulyana, Deddy. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslimin, Khoirul. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berkomunikasi
di depan Umum (Kasus Mahasiswa Fakultas Dakwah INISNU jepara). Jurnal
Interaksi. e-ISSN: 2548-4907. Vol.II. No.2.
Rakhmat, Jalaludin. (2010). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Powell, R& Powell, D. (2010). Classroom Communication and Diversity. New York:
Routledge.
Wahyuni, Endang. (2015). Hubungan Self-Effecacy dan Ketrampilan Komunikasi dengan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Komunikasi Islam. e-ISSN:2443-
09000. Vol. 5. No.1.
COUNSELING MILENIAL (CM) ISSN (Online): 2716-4772, ISSN (Print): 2716-4144
Volume 2, Nomor 1 Desember 2020
228 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )
Wasak, Dkk. (2018). Konsep Diri Akademik sebagai Solusi Mengendalikan Kecemasan
Berkomunikasi Peserta Didik. Jurnal Indigenous. Vol. 3 No. 1.
Wijaya, H.H. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik. Jakarta:
Sekolah Tinggi Theologia jaffray.