city development index.pdf

13
CITY DEVELOPMENT INDEX Oleh: Widya Damayanti (21040112120008), Apri Zulmi Hardi (21040112120010), Irham Abidurrahman (21040112120014), Muh. Rifki Ananda (21040112130030), Atyadhisti Anantisa (21040112130042), Dorojatun Ikhwan L H (21040112130072), Deslei Aulianti (21040112130076), Divya Liantina (21040112130082), Santi Mardhotilah (21040112130084), Hajar Annisa A (21040112130092), Satyarsa Wienuri W (21040112130104), Fajriati Syntha Alfa E (21040112140052), Yuki Riswandha (21040112140102), Yuanta Bima A (21040112140114), Any Fitrianingrum (21040112140116), Octasya Yusnindita D (21040112140120), dan Yustinus Rimas (21040112140128). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof. Soedarto, SH., Kampus Undip Tembalang, Semarang ABSTRAK Indeks Pembangunan Kota (City Development Index) atau disingkat CDI adalah suatu metoda penilaian kondisi pembangunan kota yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan suatu kota. Indeks ini tersusun dari sejumlah variabel sektor yang dianggap mewakili kualitas pelaksanaan pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas pendidikan, persampahan, dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI merupakan suatu alat yang dirumuskan oleh salah satu badan di bawah naungan PBB, yaitu UN-Habitat yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di dunia. CDI mengukur tingkat kinerja suatu kota dalam bentuk indeks berdasarkan skala pembangunan di suatu kota. Skala pembangunan kota ini menitikberatkan pada skala kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan penduduk kota dapat ditinjau berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan aksesibilitas untuk memperoleh pelayanan infrastruktur yang berkembang di wilayah kota tersebut. CDI merupakan suatu perhitungan yang mengukur hasil pembangunan kota, baik secara sosial-ekonomi penduduk maupun secara fisik melalui penyediaan infrastruktur. CDI ini juga dapat mengukur skala pembangunan manusia dan modal fisik yang ada di suatu kota. Terdapat lima variabel yang menjadi sub-indeks dalam perhitungan CDI, yaitu infrastruktur, persampahan, kesehatan, pendidikan, dan produk Kota (City Product) dimana seluruh sub-indeks memiliki rentang nilai dari 0 hingga 100. Kata Kunci: City Development Index, Infratsruktur, Persampahan, Kesehatan, Pendidikan, Produk Kota

Upload: dorojatun-ikhwan-lazuardi-hernowo

Post on 26-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: City Development Index.pdf

CITY DEVELOPMENT INDEX

Oleh: Widya Damayanti (21040112120008), Apri Zulmi Hardi (21040112120010), Irham Abidurrahman

(21040112120014), Muh. Rifki Ananda (21040112130030), Atyadhisti Anantisa (21040112130042),

Dorojatun Ikhwan L H (21040112130072), Deslei Aulianti (21040112130076), Divya Liantina

(21040112130082), Santi Mardhotilah (21040112130084), Hajar Annisa A (21040112130092), Satyarsa

Wienuri W (21040112130104), Fajriati Syntha Alfa E (21040112140052), Yuki Riswandha

(21040112140102), Yuanta Bima A (21040112140114), Any Fitrianingrum (21040112140116), Octasya

Yusnindita D (21040112140120), dan Yustinus Rimas (21040112140128).

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jalan Prof. Soedarto, SH., Kampus Undip Tembalang, Semarang

ABSTRAK

Indeks Pembangunan Kota (City Development Index) atau disingkat CDI adalah

suatu metoda penilaian kondisi pembangunan kota yang digunakan untuk

mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan suatu kota. Indeks ini

tersusun dari sejumlah variabel sektor yang dianggap mewakili kualitas pelaksanaan

pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas

pendidikan, persampahan, dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI

merupakan suatu alat yang dirumuskan oleh salah satu badan di bawah naungan PBB,

yaitu UN-Habitat yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di

dunia. CDI mengukur tingkat kinerja suatu kota dalam bentuk indeks berdasarkan

skala pembangunan di suatu kota. Skala pembangunan kota ini menitikberatkan pada

skala kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan penduduk kota dapat ditinjau

berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan aksesibilitas untuk memperoleh pelayanan

infrastruktur yang berkembang di wilayah kota tersebut. CDI merupakan suatu

perhitungan yang mengukur hasil pembangunan kota, baik secara sosial-ekonomi

penduduk maupun secara fisik melalui penyediaan infrastruktur. CDI ini juga dapat

mengukur skala pembangunan manusia dan modal fisik yang ada di suatu kota.

Terdapat lima variabel yang menjadi sub-indeks dalam perhitungan CDI, yaitu

infrastruktur, persampahan, kesehatan, pendidikan, dan produk Kota (City Product)

dimana seluruh sub-indeks memiliki rentang nilai dari 0 hingga 100.

Kata Kunci: City Development Index, Infratsruktur, Persampahan, Kesehatan,

Pendidikan, Produk Kota

Page 2: City Development Index.pdf

Pendahuluan

City Develoment Index adalah

salah satu program yang

dikembangkan pada United Nations

Conference on Human Settlements

yang kedua pada tahun 1996 dan

menjadi ukuran untuk mengetahui

tingkat perkembangan suatu kota. CDI

juga dapat diartikan sebagai metode

penilaian kondisi pembangunan kota

yang digunakan untuk mengevaluasi

kebijakan tingkat keberhasilan

pembangunan suatu kota. Indeks ini

tersusun dari sejumlah variabel sektor

yang dianggap mewakili kualitas

pelaksanaan pembangunan suatu kota,

yaitu penyediaan infrastruktur, kualitas

penyediaan fasilitas pendidikan,

persampahan, dan produk ekonomi

suatu kota secara keseluruhan.

CDI merupakan suatu alat yang

digunakan untuk membuat

perbandingan kinerja kota-kota di

dunia. CDI mengukur tingkat kinerja

suatu kota dalam bentuk indeks

berdasarkan skala pembangunan di

suatu kota. Skala pembangunan kota

ini menitikberatkan pada skala

kesejahteraan penduduk.

Kesejahteraan penduduk kota dapat

ditinjau berdasarkan aspek ekonomi,

sosial, dan aksesibilitas untuk

memperoleh pelayanan infrastruktur

yang berkembang di wilayah kota

tersebut. CDI merupakan suatu

perhitungan yang mengukur hasil

pembangunan kota, baik secara sosial-

ekonomi penduduk maupun secara fisik

melalui penyediaan infrastruktur. CDI

dapat menggambarkan urban poverty

dan urban governance.

City Development Index terdiri

dari 5 sub indeks yaitu:

1. Infrastruktur

Indeks Infrastruktur ini terdiri dari

empat indikator sebagai presentasi

rumah tangga yang terhubung pada air

bersih, sanitasi, listrik dan jaringan

telepon. Keempat indikator tersebut

adalah indikator yang dapat

menunjukkan tingkat pembangunan

dari sebuah kota. Cara yang digunakan

untuk mendapatkan indeks infrastruktur

yaitu dengan menjumlahkan

persentase rumah tangga yang

memiliki akses air bersih, sanitasi, listrik

dan jaringan telepon. Sebelum

dijumlahkan, masing-masing nilai

persentase dibobot dengan nilai 25

terlebih dahulu. Semakin tinggi nilai

indeks infrastruktur pada suatu kota

menandakan bahwa pembangunan

kota tersebut juga semakin baik.

Indeks Infrastruktur = (25 x Air Bersih)

+ (25 x Sanitasi) + (25 x Listrik) + (25 x

Jaringan Telepon)

Page 3: City Development Index.pdf

2. Sampah

Indeks persampahan merupakan

salah satu komponen yang

menunjukkan tingkat kinerja suatu kota

dalam mengolah limbah. Terdapat dua

hal yang di nilai dalam indeks ini yaitu

kemampuan kota untuk menangani

timbunan sampah hasil aktivitas

masyarakat dan bagaimana rumah

tangga membuang limbah rumah

tangganya.

Indeks Limbah = (50 x (timbunan

sampah/ timbunan sampah yang

diangkut)) + (50 x %limbah cair)

3. Kesehatan

Indeks kesehatan merupakan

salah satu komponen CDI yang

mempersentasikan pelayanan di bidang

kesehatan. Dengan adanya indeks ini

diharapkan mampu mengetahui tingkat

kemiskinan suatu kota. Indeks ini

memperhitungkan harapan hidup dan

angka kematian bayi.

Indeks Kesehatan = [( Angka Harapan

Hidup – 25) x 50/60] + [(32 – Angka

Kematian Bayi) x 50/31]

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu kota

biasanya lebih tinggi dibandingkan

wilayah pedesaan. Dari indeks

pendidikan ini dapat diketahui tingkat

kesejahteraan penduduk kota dalam

bidang pendidikan. Indeks ini dapat

dihitung dengan menambahkan

presentasi dari angka melek huruf dan

partisipasi sekolah.

Indeks Pendidikan = (Melek Huruf x

25)+ (Partisipasi sekolah x 25)

5. Produk Kota

Suatu Kota merupakan pusat

ekonomi dari wilayah sekitarnya dan

juga menjadi penyedia utama layanan

publik. Produktivitas suatu kota dapat

diukur dengan produk kota yang

memberikan ukuran tingkat

pembangunan ekonomi kota dan

menginformasikan tingkat investasi,

efisiensi perusahaan publik dan swasta

dan generasi produktif pekerjaan.

Indeks ini berdasarkan nilai logaritma

dari GDP suatu kota.

Indeks Produk Kota = [log (PDRB) –

4,61] x 100/5,99

Sub indeks kesehatan,

pendidikan dan infrastruktur merupakan

variable yang cukup baik untuk

menggambarkan tingkat kemiskinan.

Sedangkan variable yang

menggambarkan keefektifan suatu

pimpinan dalam suatu kota dapat

dilihat dari sub indeks infrastruktur,

persampahan dan produk kota. Seluruh

sub indeks ini memiliki rentang nilai dari

0 hingga 100.

CDI merupakan alat pengukur

tingkat pembangunan suatu kota yang

menitikberatkan pada kesejahteraan

penduduk. CDI merupakan perhitungan

Page 4: City Development Index.pdf

yang mengukur hasil pembangunan

kota secara sosial-ekonomi dan juga

penyediaan infrastruktur. Jumlah rata-

rata dari kelima sub indeks merupakan

hasil dari City Developing Index.

CDI = (infrastruktur + Sampah +

Kesehatan + Pendidikan + Produk kota)

/ 5

Pembahasan

3.1 Pengertian (City Development

Index) Indeks Pembangunan

Kota

City Development Index (CDI)

atau Indeks Pembangunan Kota

dikembangkan untuk mendukung

adanya Konferensi PBB Kedua tentang

Pemukiman Manusia (Habitat II) pada

tahun 1996 dan mengukur tingkat

pembangunan di kota-kota. Urban

Indicator Program PBB Human

Settlements Programme (UN-Habitat)

mengembangkan indikator ini sehingga

mereka bisa membandingkan kinerja

pembangunan kota-kota dunia sesuai

dengan taraf perkembangan dan

sebagai tampilan indikator. CDI

didefinisikan di tingkat kota dan juga

dapat diambil sebagai ukuran rata-rata

kesejahteraan serta akses menuju

fasilitas perkotaan oleh individu.

Signifikansi statistik yang tinggi dan

kegunaan dari indesks tersebut

menunjukkan bahwa ukuran tersebut

merupakan hal nyata yang dapat

diterapkan. CDI sebenarnya

merupakan ukuran total pengeluaran

yang disusutkan dari waktu ke waktu

yakni pada layanan dan infrastruktur

perkotaan. Teknik yang digunakan

untuk membangun Indeks

Pembangunan kota mirip dengan yang

digunakan oleh UNDP untuk Indeks

Pembangunan Manusia. Sub-indeks

yang dibangun dan dikombinasikan

secara terpisah untuk menciptakan

indeks komposit. Dengan demikian,

CDI didasarkan pada lima sub-indeks

yaitu produk ekonomi suatu kota,

infrastruktur , sampah, kesehatan, dan

pendidikan. Nilai-nilai berkisar dari 0

sampai 100 yakni perbandingan

pembangunan kota dengan

pembangunan manusia. CDI

berkorelasi baik dengan nasional

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

atau Human Development Index (HDI),

tetapi karena ada cukup banyak variasi

antara kota-kota di negara tertentu

maka memberikan ukuran yang lebih

baik dari kondisi kota nyata daripada

HDI tingkat nasional. Jadi CDI adalah

suatu metoda penilaian kondisi

pembangunan kota yang digunakan

untuk mengevaluasi kebijakan tingkat

keberhasilan pembangunan suatu kota.

Indeks Pembangunan Kota

adalah prediktor yang baik dari variabel

pembentuknya. Biasanya merupakan

ukuran yang lebih baik daripada salah

Page 5: City Development Index.pdf

satu produk kota atau HDI nasional

sebagai prediktor dari berbagai variabel

lain di tingkat kota. CDI telah dikutip

sebagai indeks yang baik untuk

mengukur kemiskinan perkotaan dan

tata kota; kesehatan; pendidikan; dan

infrastruktur. Demikian pula

infrastruktur, limbah, dan produk kota

sebagai komponen variabel kunci untuk

mengukur efektivitas pemerintahan di

kota-kota. CDI berhubungan kuat

dengan produk kota, sebuah kota yang

berpenghasilan tinggi akan memiliki

CDI yang lebih tinggi pula daripada

kota lain yang berpenghasilan rendah.

3.2 Cara Penghitungan City

Development Index (CDI) /

Indeks Pembangunan Kota

Indeks Pembangunan Kota

dihitung menurut rumus pada tabel di

bawah. Rumus tersebut memiliki sub-

indeks terpisah untuk produk kota,

Infrastruktur, sampah, kesehatan, dan

pendidikan yang dirata-ratakan untuk

membentuk CDI. Setiap sub-indeks

merupakan gabungan dari beberapa

indikator yang telah dinormalisasi untuk

memberikan nilai antara 0 dan 1.

Karena variabel yang digunakan untuk

membuat CDI sangat terkait satu sama

lain, ada sejumlah cara untuk

menghitung CDI yang memberikan

hasil hampir identik. Perumusan indeks

pada umumnya menggunakan formula

yang sama seperti UNDP Human

Development Report, untuk sub-indeks

kesehatan, ppndidikan dan Produk

kota.

Untuk melakukan pemeringkatan

kota, memerlukan data yang lengkap,

kuat dan tepat sehingga tidak banyak

variabel yang cocok. Semua data yang

mendasari harus diperiksa untuk

akurasi dan kelengkapan. Dimana ada

data yang hilang atau berdasarkan

perkiraan yang sangat akurat , mereka

dapat digantikan oleh data dari kota

nasional lain dengan ukuran yang

sama. Pembuangan limbah formal atau

limbah juga sebagai nol jika tidak

disediakan. Bila produk kota tidak

disediakan, perhitungan dilakukan

dengan rumus Produk kota x Ukuran

rumah tangga = 0,45 x berarti

Pendapatan Rumah Tangga (yang

mirip dengan rumus estimasi utama).

Untuk sebagian besar negara-negara

transisi (0,35 x pendapatan rumah

tangga) digunakan dalam ekonomi

transisi, banyak PDB masuk ke layanan

langsung dan subsidi. Produk yang

dihasilkan kota harus di suatu tempat di

sekitar PDB Nasional per orang, jika

pendapatan rumah tangga dianggap

tidak benar dan disesuaikan. Berikut

merupakan rumus penghitungan CDI:

Page 6: City Development Index.pdf

Tabel III. 1

Formula Perhitungan City

Development Index

Sub-Indeks Formula

Infrastruktur

25 x Pelayanan Air

Bersih + 25 x Saluran

Sanitasi + 25 x

Jaringan Listrik + 25 x

Jaringan Telepon

Persampahan

50 x Pengelolaan

Limbah Cair + 50 x

Pengelolaan Sampah

Kesehatan

(Angka Harapan Hidup-

25) x 50/60 + (32-

Angka Kematian Bayi)

x 50/ 31,92

Pendidikan

25 x Angka Melek

Huruf + 25 x Partisipasi

Sekolah

Produk Kota (log Produk Kota-4,61)

x 100/5,99

CDI

(Sub-Indeks

Infrastruktur + Sub-

Indeks Persampahan +

Sub-Indeks Pendidikan

+ Sub-Indeks

Kesehatan + Sub-

Indeks Produk Kota) / 5

Sumber: UN-Habitat, 2005

3.3 Contoh Kondisi Kota dengan

Penghitungan CDI

Kota-kota di Indonesia saat ini

berkembang cukup pesat, selama

kurun waktu 10 tahun terakhir muncul

kurang lebih 31 kota baru dari hasil

pemekaran beberapa kabupaten.

Sementara itu, kota-kota lainnya yang

sudah terlebih dahulu terbentuk juga

mengalami perkembangan penduduk

yang cukup tinggi akibat urbanisasi.

Penduduk perkotaan dewasa ini sudah

mencapai lebih dari 50% penduduk

Indonesia. Tahun 2008 ini merupakan

tahun yang bersejarah karena jumlah

penduduk kota melampaui jumlah

penduduk perdesaan. Kenyataan

tersebut tentu akan membebani kota-

kota kita ke depan. Dengan makin

banyaknya penduduk yang tinggal di

perkotaan, maka tuntutan akan

kawasan-kawasan hunian baru juga

akan meningkat. Kawasan-kawasan

hunian tersebut dalam kenyataannya

membutuhkan prasarana dan sarana

dasar permukiman seperti fasilitas

pendidikan, air bersih, sanitasi,

persampahan, listrik dan

telekomunikasi dan sebagainya. Pada

tataran sosial-ekonomi, tambahan

jumlah penduduk juga menuntut

tersedianya lapangan pekerjaan yang

memadai. Terbatasnya lapangan

pekerjaan di sektor-sektor formal

seperti perdagangan dan jasa tentu

harus diimbangi dengan penyediaan

ruang-ruang bagi aktivitas ekonomi

sektor informal. Perkembangan kota

yang tidak terkelola dengan baik akan

Page 7: City Development Index.pdf

cenderung tidak terkendali dan

mengakibatkan berbagai persoalan

turunan seperti kemacetan lalu lintas,

tumbuhnya kawasan-kawasan kumuh

perkotaan, dan kualitas kesejahteraan

masyarakat yang rendah. Sehingga

muncul apa yang disebut

sebagai urban paradox, dimana kota

yang diharapkan menciptakan

kesejahteraan sebagai engine-of

growth justru melahirkan kantong-

kantong kemiskinan baru. Untuk itu,

dalam upaya menyusun strategi

penanganan kawasan perkotaan yang

lebih baik, dibutuhkan adanya data dan

informasi perkotaan yang akurat dan

mutakhir, yang menggambarkan

mengenai kondisi kota-kota yang ada di

Indonesia. Hal ini penting ketika kita

ingin membandingkan kondisi kota-kota

yang ada di Indonesia untuk dapat

menetapkan bench mark bagi kota-kota

yang dapat menjadi contoh.

Kota metropolitan adalah kota

dengan penduduk lebih dari 1 juta jiwa.

Saat ini terdapat 10 kota yang masuk

kategori metropolitan di Indonesia.

Tujuh kota metropolitan terletak di

Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Surabaya,

Bandung, Bekasi, Tangerang,

Semarang, dan Depok. Sedangkan dua

lainnya terletak di Pulau Sumatera yaitu

Medan dan Palembang. Dan satu kota

di Pulau Sulawesi yaitu kota Makassar.

Di antara kota-kota metropolitan

tersebut tujuh kota merupakan ibukota

provinsi sedangkan 3 lainnya

merupakan bagian dari Kawasan

Metropolitan Jabodetabek, yaitu Kota

Tangerang, Kota Bekasi, dan Kota

Depok. Rata-rata luas wilayah kota

metropolitan adalah 29.659 Ha. DKI

Jakarta yang terdiri dari 5 kota

administrative, yaitu: Jakarta Selatan,

Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta

Timur, dan Jakarta Utara yang

merupakan kota metropolitan terluas,

yaitu sekitar 66.000 ha. Sedangkan

Kota Bandung merupakan kota

metropolitan dengan luas wilayah

terkecil, yaitu 15.745 ha. Jumlah

penduduk kota-kota metropolitan pada

tahun 2005 secara keseluruhan

mencapai 24,5 juta jiwa. Jumlah

penduduk kota metropolitan ini

merupakan 55% dari total penduduk

kota-kota di Indonesia. Rata-rata

jumlah penduduk kota metropolitan

adalah 1,72 juta jiwa. Rata-rata laju

pertumbuhan penduduk kota

metropolitan per tahun (2000-2005)

adalah 1,66 %. Kota dengan laju

pertumbuhan tertinggi adalah Kota

Bekasi, yaitu 3,99 %. Sedangkan

Palembang adalah kota dengan laju

pertumbuhan terendah, yaitu -1,41 %.

Rata-rata kepadatan penduduk kota

metropolitan adalah 81 jiwa/ha.

Bandung merupakan kota metropolitan

terpadat dengan kepadatan bruto 137

Page 8: City Development Index.pdf

jiwa/ha dan Palembang adalah kota

dengan kepadatan terendah dengan

kepadatan bruto hanya 34 jiwa/ha.

Metode yang digunakan dalam

perhitungan Indeks Pembangunan Kota

di Indonesia menggunakan dasar

perhitungan seperti yang telah

dirumuskan oleh UN-Habitat dengan

sedikit penyesuaian, terkait dengan

ketersediaan data perhitungan CDI

untuk kota-kota Indonesia

menggunakan sub-indeks yang sama

namun terdapat beberapa perubahan

dan penyederhanaan dalam

penggunaan variabel-variabel di setiap

sub-indeksnya. Adanya perubahan

sejumlah variabel pada sub-

indeks CDI yang digunakan untuk

menghitung kinerja kota-kota Indonesia

disebabkan oleh terbatasnya data

statistik kondisi kota sesuai dengan

variabel yang ditentukan pada formula

yang asli. Oleh karena itu, dilakukan

sejumlah penyesuaian dan

penyederhanaan terhadap formula

CDI tersebut tanpa mengubah nilai

dasar yang harus dimiliki oleh setiap

subindeks, yaitu pada rentang 0 hingga

100. Formulasi hasil penyesuaian untuk

perhitungan CDI di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel III. 2.

Tabel III. 2

Formula Perhitungan City

Development Index Indonesia

Sub-Indeks Formula

Infrastruktur

33,3 x Pelayanan Air

Bersih + 33,3 x Saluran

Sanitasi + 33,3 x

Jaringan Listrik

Persampahan Pengelolaan Sampah x

100

Kesehatan

(Angka Harapan Hidup-

25) x 50/60 + (32-

Angka Kematian Bayi)

x 50/ 31,92

Pendidikan

25 x Angka Melek

Huruf + 25 x Partisipasi

Sekolah

Produk Kota (log PDRB Kota-4,61) x

100/5,99

CDI

(Sub-Indeks

Infrastruktur + Sub-

Indeks Persampahan +

Sub-Indeks Pendidikan

+ Sub-Indeks

Kesehatan + Sub-

Indeks Produk Kota) / 5

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Page 9: City Development Index.pdf

Tabel III. 3

Variabel Perhitungan CDI Kota

Indonesia

Variabel

Sub-

Indeks

Data yang

digunaka

n

Keterangan

Pelayanan

Air Bersih

Rumah

tangga

yang

mengakse

s air

bersih dari

PAM

Saluran

Sanitasi

Rumah

tangga

yang

memiliki

jamban

sendiri

Tidak ada

kategori

kepemilikan

jamban

yang ‘layak’

atau ‘tidak

layak’

Jaringan

Listrik

Rumah

tangga

pelanggan

PLN

Pengelolaa

n Sampah

Rumah

tangga

yang

terlayani

pelayanan

sampah

sistemik

Angka

Harapan

Hidup

Harapan

hidup

penduduk

Variabel

Sub-

Indeks

Data yang

digunaka

n

Keterangan

saat lahir

Angka

Kematian

Bayi

Angka

kematian

bayi

Jumlah

kematian

bayi per

1000

kelahiran

Angka

Melek

Huruf

Angka

melek

huruf

penduudk

dewasa

Partisipasi

Sekolah

Angka

partisipasi

Sekolah

Dasar dan

Sekolah

Menengah

Angka

partisipasi

Sekolah

Kasar (tidak

dikategorika

n

berdasarkan

usia

penduduk)

Produk

Kota

PDRB

KOta

PDRB

dibagi

dengan kurs

$ pada akhir

tahun 2005

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Produk kota yang dimaksud pada

formula di atas merupakan pendapatan

kota secara total berupa PDRB. Total

pendapatan kota ini dapat merupakan

penjumlahan dari pendapatan per

kapita maupun pendapatan rumah

Page 10: City Development Index.pdf

tangga rata-rata di kota tersebut.

Perhitungan CDI untuk kota-kota di

Indonesia menggunakan data-data

yang bersumber dari Badan Pusat

Statisitk, baik data yang tercatat pada

statistik dalam angka maupun data

hasil rekapitulasi Potensi Desa dengan

tahun dasar minimal adalah tahun

2005. Variabel data yang digunakan

untuk setiap sub-indeks adalah

sebagaimana tercantum pada Tabel

III.3.

Perhitungan CDI untuk Kota

Metropolitan DKI Jakarta diparsialkan

ke dalam batas administrasi 5 kota

otonom yang menjadi wilayah bagian

DKI Jakarta, yaitu Jakarta Selatan,

Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta

Timur, dan Jakarta Utara. Rata-rata

nilai CDI kota metropolitan adalah

86,33. Kota Jakarta Utara memiliki

nilai CDI tertinggi diantara kota-kota

metropolitan lainnya, yaitu 92,71.

Berdasarkan nilai-nilai sub-indeksnya,

Kota Jakarta Utara memiliki nilai

tertinggi pada sub-indek persampahan,

yaitu 100 dan nilai terendah pada sub-

indeks Produk kota, yaitu 76,18.

Sedangkan Kota Depok memiliki

nilai CDI terendah diantara kota-kota

metropolitan Indonesia, yaitu 72,88.

Berdasarkan nilai-nilai sub-indeksnya,

Kota Depok memiliki nilai tertinggi pada

sub-indeks Pendidikan, yaitu 95,8 dan

nilai terendah pada sub-indeks

Infrastruktur, yaitu 64,61. Surabaya

merupakan kota dengan CDI tertinggi di

luar Jakarta, diikuti oleh kota Makassar,

Bandung dan kota Palembang.

Sedangkan kota-kota Medan,

Tangerang, Bekasi dan Depok

merupakan kota metropolitan dengan

nilai CDI yang terendah.

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Gambar 3. 1

Hasil Perhitungan CDI Kota

Metropolitan

Kota Denpasar memiliki

nilai CDI tertinggi diantara kota-kota

besar lainnya, yaitu 88,25. Berdasarkan

nilai-nilai sub-indeksnya, Kota

Denpasar memiliki nilai tertinggi pada

sub-indeks Persampahan, yaitu 100

dan nilai terendah pada sub-indeks

Produk kota, yaitu 60,34. Sedangkan

Kota Tasikmalaya memiliki nilai CDI

terendah diantara kota-kota besar

Indonesia, yaitu 70,15. Berdasarkan

Page 11: City Development Index.pdf

nilai-nilai sub-indeksnya, Kota

Tasikmalaya memiliki nilai tertinggi

pada sub-indeks Pendidikan, yaitu 96,9

dan nilai terendah pada sub-indeks

persampahan, yaitu 52,79.

Kota Balikpapan memiliki

nilai CDI tertinggi diantara kota-kota

sedang lainnya, yaitu 89,47.

Berdasarkan nilai-nilai sub-indeksnya,

Kota Balikpapan memiliki nilai tertinggi

pada sub-indeks Pendidikan, yaitu 97

dan nilai terendah pada subindeks

Produk kota, yaitu 67,43. Sedangkan

Kota Tomohon memiliki nilai CDI

terendah diantara kotakota sedang

Indonesia, yaitu 61,63. Berdasarkan

nilai-nilai sub-indeksnya, Kota

Tomohon memiliki nilai tertinggi pada

sub-indeks Kesehatan, yaitu 90 dan

nilai terendah pada subindeks

Persampahan, yaitu 13,4. sub-

indeksnya,

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Gambar 3. 2

Hasil Perhitungan CDI Kota Besar

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Gambar 3. 3

Perhitungan CDI Kota Sedang

Kota Sibolga memiliki nilai

tertinggi pada sub-indeks Pendidikan,

yaitu 97,7 dan nilai terendah pada

subindeks Produk kota, yaitu 47,42.

Sedangkan Kota Tidore Kepulauan

memiliki nilai CDI terendah diantara

kota-kota kecil Indonesia, yaitu 54,76.

Berdasarkan nilai-nilai subindeksnya,

Kota Tidore Kepulauan memiliki nilai

tertinggi pada sub-indeks Pendidikan,

yaitu 90 dan nilai terendah pada sub-

indeks persampahan, yaitu 7,73.

Page 12: City Development Index.pdf

Sumber: Buletin Tata Ruang, 2009

Gambar 3. 4

Hasil Perhitungan CDI Kota Kecil

Kesimpulan

Indeks Pembangunan Kota

(City Development Index) CDI adalah

suatu metoda penilaian kondisi

pembangunan kota yang digunakan

untuk mengevaluasi kebijakan tingkat

keberhasilan pembangunan suatu kota.

Indeks ini tersusun dari sejumlah

variabel sektor yang dianggap mewakili

kualitas pelaksanaan pembangunan

suatu kota, yaitu penyediaan infra-

struktur, kualitas penyediaan fasilitas

pendidikan, persampahan, dan produk

ekonomi suatu kota secara keselu-

ruhan. CDI dirumuskan oleh UN-Habitat

di bawah naungan PBB, digunakan

untuk membuat perbandingan kinerja

kota-kota di dunia. Namun, seiring

perkembangan, produk ekonomi dapat

disesuaikan dan diganti dengan produk

ekonomi lainnya sebagai dasar.

Pada masing-masing variabel,

terdapat cara dalam menghitung

indeks, seperti misalnya variabel

fasilitas dihitung melalui penjumlahan

persentase rumah tangga yang

memiliki akses air bersih, sanitasi, listrik

dan jaringan telepon. Hasil dari kelima

perhitungan variabel dirata-rata, maka

hasil tersebut adalah nilai CDI.

Semakin tinggi nilai CDI suatu kota,

mengindikasikan bahwa infrastruktur di

kota tersebut baik.

Pada bagian pembahasan telah

dicantumkan hasil perhitungan CDI

pada kota-kota di Indonesia. Hasil CDI

yang didapatkan pada kota-kota

tersebut bervariasi mulai dari kota

metropolitan, kota besar, kota sedang,

hingga kota kecil. Semisal Kota

Metropolitan Jakarta dengan sub-sub

kota yang terbagi menjadi lima bagian,

hasil perhitungan menyatakan nilai CDI

di 5 sub kota metropolitan merupakan 5

rerata tertinggi diantara kota

metropolitan lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi pembangunan kota-kota di

Indonesia mengalami masing-masing

perbedaan keberhasilannya diukur

melalui CDI. Setelah adanya

perhitungan CDI maka diharapkan

pembangunan suatu kota untuk

semakin ditingkatkan agar penyediaan

Page 13: City Development Index.pdf

fasilitas terhadap masyarakat dapat

terpenuhi.

Referensi:

United Nations Centre For Human

Settlements (Habitat) UNCHS.

“The State Of The World’s Cities,

2001”. 2002. Nairobi, Kenya : UN-

Habitat

United Nations Centre For Human

Settlements (Habitat) UNCHS .

“The Challenge Of Slums Global

Report On Human Settlement”.

2003. Nairobi, Kenya : UN-Habitat

Bohringer, Christoph dan Patrick

Jochem. Tanpa Tahun.

“Measuring the immesurable : A

survey of Sustainability Indices”.

ZEW Centre European Economic

Research, Europe.

Arifianto, Eko. 2010. “ Mengukur

Kinerja”. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Depok