circ n pjbl
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses belajar ada tujuan belajar dan pembelajaran yang harus
dicapai. Keberhasilan seorang pendidik dalam mencapai tujuan dari proses
pembelajaran dapat dilihat dari nilai peserta didik dan perubahan tingkah lakunya.
Untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran seorang pendidik
memerlukan suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan terdapat dua jenis
yaitu pendekatan harus berpusat pada guru dan pendekatan tersebut berpusat pada
siswa. Seorang pendidik harus cermat memilih pendekatan tersebut dengan baik,
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Setelah memilih pendekatan yang akan digunakan pada proses
pembelajaran, maka seorang pendidik menyusun sebuah strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual atau merupakan perencanaan
kegiatan pembelajaran agar tujuan dapat tercapai dengan efektife dan efisien.
Jika perencanaan telah dicapai maka dibuatlah sebuah metode pembelajaran.
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih
dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan
suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang
digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan
fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian metode
pembelajaran diimplementasikan secara spesipik melalui teknik pembelajaran.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
1 | P a g e
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Dari penjelasan di atas berarti untuk mencapai tujuan belajar dan
pembelajaran yang baik dan efisien diperlukan model pembelajaran yang cocok
untuk diterapkan kepada peserta didik. Model pembelajaran yang diterapkan
memiliki berbagai macamnya diantaranya adalah CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Compotition ) dan PJBL (Project Based Learning). Pada makalah ini
akan bahas mengenai model pembelaran CIRC (Cooperative Integrated Reading
and Compotition ) dan PJBL (Project Based Learning) dan serta bagaimana
penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah apa definisi dari
model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition )
dan PJBL (Project Based Learning), serta bagaimana penerapannya pada proses
belajar.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyususnan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran yang ada.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan model pembelajaran
CIRC dan model pembelajaran PJBL
3. Dan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
tersebut
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pnyusunan ini dapat dilihat dari tujuan penyusnan
makalah yaitu sebagai berikut :
1. Kita dapat mengetahui dan menjelaskan macam-macam model
pemebelajaran .
2. Dan kita dapat menjelaskan pengertian 2 model pembelajaran yaitu CIRC
dan JBL, serta dapat menjelaskan bagaimana penerapan model tersebut.
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran CIRC
1. Pengertian Dan Sejarah Model Pembelajran CIRC
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition,
termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya
merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan
Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan
lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah
dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran
bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Cooperatif Integrated Reading and Composition(CIRC) Kooperatif CIRC
merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis
Steven& Slavin(Wijaya Jati,2004 : 35) .
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok
ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau
lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan
pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir
kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebagai
berikut.
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topic
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar
kertas
4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
3 | P a g e
2. Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4)
memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:
(1). Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5
siswa;
(2). Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian
sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa pada bidang tertentu;
(3). Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya;
(4). Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang
membutuhkannya;
(5). Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas;
(6). Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok;
(7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa;
(8). Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir
waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah
.
3. Kegiatan pokok pembelajaran CIRC
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah
meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1). Salah satu anggota
atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan
isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling
membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan
4 | P a g e
penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan
mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).
Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1). Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada
penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada
setiap pertemuan
2). Guru memberikan latihan soal
3). Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC
4). Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5). Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah
dan membagikannya kepada setiap kelompok
6). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan bersama yang spesifik
7). Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi
kerja kelompok
8). Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
9). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan
10). Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya
11). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator
12). Guru memberikan tugas/PR secara individual
13). Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
14). Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal
pemecahan masalah
15). Guru memberikan kuis
4. Kekuatan model pembelajaran CIRC
Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan
model pembelajaran CIRC sebagai berikut:
5 | P a g e
1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah
2). Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
3). Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok
4). Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
5). Membantu siswa yang lemah
6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah
B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian model pembelajaran berbasis
proyek. Buck Institute of Education dalam Made (2009:145) menyatakan bahwa
“pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) sebagai model
pembelajaran sistem yang melibatkan peserta didik di dalam transfer pengetahuan
dan keterampilan melalui proses penemuan dengan serangkaian pertanyaan yang
tersusun dalam tugas atau proyek.”
Waras Kasmadi menyebutkan bahwa ”pembelajaran berbasis proyek
(project-based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.”
Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin studi, melibatkan peserta didik dalam investigasi pemecahan
masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan
peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri,
serta menghasilkan produk nyata (Kamdi, Waras. 2008:
http://waraskamdi.com/content/view/52/16/ [9 Juli 2010]).
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas
dengan melibatkan kerja proyek (Thomas, dkk, dalam Wena, 2009:144). Melalui
pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg,
2001; Clegg & Berch, dalam Wena, 2009:144). Kerja proyek dapat dipandang
sebagai bentuk open-ended conteksual activity-bases learning, dan merupakan
6 | P a g e
bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan
masalah sebagai suatu usaha kolaboratif (Richmond & Striley, dalam Wena,
2009:144), yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada periode tertentu
(Hung & Wong, dalam Wena, 2009:144).
Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada
pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut
siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
secara mandiri (Thomas, dkk, dalam Wena, 2009:145). Tujuannya adalah agar
siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, maka pembelajaran berbasis
proyek dapat dipandang sebagai pembelajaran yang dapat mendorong peserta
didik membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung
seperti membuat karya dengan Corel Draw.
2. Teori aktivitas
Made (2009:148) menyatakan bahwa secara teoritis dan konseptual,
pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori aktivitas (Hung dan
Wong,2000). Teori aktivitas menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan
terdiri atas : (a) tujuan yang ingin dicapai, (b) subjek yang berada dalam konteks,
(c) suatu masyarakat dimana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan, (d) alat-
alat, (e) peraturan kerja dan pembagian tugas. Dalam penerapannya di kelas
bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk melakukan sesuatu (doing)
daripada kegiatan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru.
3. Teori Belajar konstruktivistik
Made (2009: 148) menyatakan bahwa; Pembelajaran berbasis proyek juga
didukung oleh teori belajar konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa siswa
membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri
(Murphy, 1997,[online]). Pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai
salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendiring siswa
mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal. Ketika
7 | P a g e
pembelajaran berbasis proyek dilakukan dalam model belajar kolaboratif dalam
kelompok kecil siswa, pembelajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan
teoritis yang bersumber dari konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberikan
landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi
antarpersonal (Vygotsky, 1978; Moore,2000). Adanya peluang untuk
menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri
pada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses interaktif
dengan kawan sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari perspektif
teori ini pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa meningkatkan
keterampilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif.
4. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
Made (2009: 145) menyatakan bahwa; Pembelajaran berbasis proyek
adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. (CORD, 2001;
Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol, 1998).
Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu
disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja
secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya untuk menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000). Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Gaer, 1998).
Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Made (2009:
145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.
d) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan.
e) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.
f) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
8 | P a g e
g) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
h) Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) dalam Wena
(2009:145), pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai prinsip, yaitu
a) Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan
esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran,
dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek. Oleh karena itu, kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang
dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal.
Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran;
siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek.
b) Prinsip pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question) berarti bahwa
kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama
suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas
nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1991)
ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah
(Stepien & Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja sebagai external
motivation yang mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk
menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran
(Clegg, 2001).
c) Prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation) merupakan
proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan
inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses
perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah,
discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan
pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan
9 | P a g e
konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama
dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau
permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa memalui pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek
dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena
itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk
mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek
yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha
memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
d) Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat
diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan
minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja
siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan
aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Dalam
hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk
mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.
e) Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang
nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi, 2001). Pembelajaran berbasis
proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk
dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk,
pelanggan, maupun standar produknya. Gordon (1998) membedakan antara
tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata.
Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantanyang yang berfokus pada
permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan
solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu
merancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan
dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden
& Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai
sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi,
krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.
10 | P a g e
6. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Moursund (1997) dalam Wena (2009:147) beberapa keuntungan
dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut;
a) Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang
pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun,
berusaha keras menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam
pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.
b) Increased problem – solving ability. Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa
lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.
c) Improved library research skills. Karena pembelajaran berbasis proyek
mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi
melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan
mendapatkan informasi akan meningkat.
d) Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi
online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
e) Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
7. Prosedur Pembelajaran Berbasis Proyek
Secara garis besar, langkah-langkah di dalam melakukan pembelajaran
berbasis proyek berdasarkan uraian Buck Institute of Education (2007) dalam
Made (2009:145), yaitu:
1) Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan;
2) Menentukan lokasi pengerjaan proyek, waktu dan lamanya kegiatan;
11 | P a g e
3) Membentuk kelompok;
4) Memberikan gambaran langkah-langkah pengerjaan proyek;
5) Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan;
6) Menugaskan masing-masing kelompok untuk menyajikan produk dan
menampilkannya di depan kelas;
7) Menarik kesimpulan.
Selain itu, The George Lucas Educational Foundation (2005) dalam
Nurohman (2007:10) menyebutkan ada beberapa langkah project based learning,
yakni;
a. Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para peserta didik.
b. Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
(1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyak, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang
baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Monitor the Students and the Progress of the Project
12 | P a g e
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e. Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran
diantaranya terdapat model pembelajaran CIRC dan PJBL
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition,
termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya
merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan
Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan
lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah
dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran
bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Sedangkan pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai
pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik membangun pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalaman langsung seperti membuat karya dengan Corel
Draw.
B. Saran
Agar tercapai tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran dengan efektive
dan efisien, hendaknya seorang pendidik harus dapat memilih model
pembelajaran yang cocok dengan lingkungan belajar yang dan dapat diterima oleh
perserta didik.
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Model pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (akses : http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-circ/ 5 April 2011)
Anonim . Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk meningkatan Hasil Belajar TIK (akses : www.pdfio.com/k-181826.html 5 April 2011)
15 | P a g eIV
Model PembelajaranCIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition ) dan PJBL (Project Based Learning)
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Dely Citra (06091009002)
Triwulan Puspitasari (06091009005)
Amelia Anggita (06091009008)
Yurika Nur Muslimah (0609100900)
Juwilda (06091009027)
Deika Trioktavia (06091009036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010/2011
16 | P a g e
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT,
karena berkat rahmat dan ridha-Nya, serta kesehatan, kekuatan dan petunjukan
yang telah dilimpahkan kepada penyusun. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Model Pembelajaran CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Compotition ) dan PJBL (Project
Based Learning)”.
Penyusun menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dan penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengasuh yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Selain itu juga, penyusun juga
mengucapkan ucapan terima kasih kepada orang tua dan pihak-pihak lainnya
yang telah memberikan bantuan baik moril maupun motivasi kepada penyusun.
Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dikemudian hari dalam penyusunan makalah berikutnya. Atas kritik dan
saran yang membangun yang diberikan, penyusun mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Indralaya, April 2011
Penyusun,
17 | P a g eII
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. I
KATA PENGANTAR............................................................................... II
DAFTAR ISI.............................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
C. Tujuan …………………………………………………………. 2
D. Manfaat………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran CIRC
1. Pengertian Dan Sejarah Model Pembelajran CIRC………….. 3
2. Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC…………… 4
3. Kegiatan pokok pembelajaran CIRC…………………………. 4
4. Kekuatan model pembelajaran CIRC…………………………. 5
B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek……………………… 6
2. Teori aktivitas…………………………………………………… 7
3. Teori Belajar konstruktivistik…………………………………… 7
4. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek……………………. 8
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek………………….. 9
6. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek……………………... 11
7. Prosedur Pembelajaran Berbasis Proyek ………………………… 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................. 14
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. IV
19 | P a g e
III
III