chapter ii_15.pdf

Upload: pian-sudrajad

Post on 07-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    1/23

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

     Higiene  adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada

    usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut

     berada (Retno Widyati dan Yuliarsih, 2002).

     Higiene  merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

    melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang

     bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan

    (Depkes RI, 2004).

    Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan

     pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Retno Widyati dan Yuliarsih,

    2002). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

    keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah

    agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

     Higiene  dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat

    kaitannya. Misalnya higiene  sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi

    sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci

    tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

    Departemen Kesehatan RI telah mendefinisikan sanitasi makanan sebagai usaha

     pencegahan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    2/23

     bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum

    makanan itu diproduksi, selama proses pengolahan penyimpanan, pengangkutan,

     penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi

    masyarakat

    2.2 Susu

    2.2.1 Pengertian Susu

    Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi atau kambing yang sedang

    laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak termasuk kolostrum),

    dengan tanpa penambahan atau pengurangansuatu komponen.

    Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia,

    karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein,

    karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Disamping itu, susu juga merupakan bahan

     pangan yang dapat diolah menjadi beberapa produk olahan susu seperti: susu kental

    manis, susu bubuk,susu skim, mentega, es krim, keju,  yoghurt , dan lain-lain. Susu

    mudah sekali rusak karena pengaruh lingkungannya, terutama oleh pengaruh

    temperaturataupun udara sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk

     penanganan pada waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu

    yang berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih layak

    untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009).

    Untuk mengatasi kerusakan susu sebelum dikonsumsi, atau sebelum diolah oleh

    industri pengolahan susu (IPS), perlu diketahui beberapa prinsip diantaranya: apa

    yang dimaksud dengan susu, kualitas dan cara penentuan kualitas susu, komposisi

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    3/23

    susu dan cara sanitasi peralatan, sehingga dapat ditentukan kualitas susu apakah

    sesuai dengan standardan layak konsumsi(Suardana dan Swacita, 2009).

    2.2.2 Susu Kambing

    Susu kambing adalah minuman kaya gizi. Bahkan, kandungan gizinya tidak kalah

    dengan susu sapi. Selain itu, keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat

    mengonsumsi susu sapi tidak ditemui pada orang yang mengonsumsi susu kambing.

    Oleh karenanya, susu kambing bisa menjadi alternatif bagi konsumen yang alergi

    terhadap susu sapi (Susanto dan Budiana, 2005).

    Di Timur Tengah, susu kambing lebih populer dibandingkan susu sapi. Salah satu

     bahan baku beberapa jenis makanan dan minuman, seperti puding dan yoghurt, yaitu

    susu kambing. Di Indonesia, susu kambing belum banyak di konsumsi. Hal ini

    disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang manfaat susu kambing. Selain

    itu,populasi kambing perah juga masih terbatas (Susanto dan Budiana, 2005).

    2.2.3 Keunggulan Susu Kambing

    1.  Susu kambing kaya akan jenis protein susu utama yang sama denganjenis protein

    susu dalam ASI (Air Susu Ibu). Kandungan proteinnya 2,1 x lebih tinggi dari

    susu sapi. Susu kambing sangat baik untuk pertumbuhan dan pembentukan

     jaringan tubuh. Secangkir susu kambing yang setara dengan 244 g, mengandung

     protein 8,7g. Dibandingkan susu sapi yang hanya mengandung protein 8,1 g.

    Merupakan makanan tambahan yang paling sesuai untuk tumbuh kembang anak

    dan orang-orang yang sibuk di zaman modern.

    2.  Rantai asam lemak susu kambing lebih pendek dengan ukuran molekul lebih

    halus dibanding susu sapi sehingga lebih mudah dicerna, serta tidak mengandung

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    4/23

    aglutinin, yaitu senyawa yang membuat molekul lemak menggumpal seperti yang

    terjadi pada susu sapi. Dengan pH lebih tinggi (alkali) sehingga membantu

    menyembuhkan penyakit maag, kembung dan gangguan pencernaan lainnya.

    3.  Memiliki kandungan Kalsium 3,8 x dari susu sapi. Susu kambing

    menyumbangkan 32,6% Kalsium dan 27,0% Fosfor dari kebutuhan-kebutuhan

    dasar harian, sementara susu sapi hanya 29,7% Kalsium dan 23,2% Fosfor,

    sehingga susu kambing bagus untuk pemeliharaan kekuatan dan kepadatan tulang

    serta mengatasi keropos (osteoporosis)

    4.  Susu kambing tidak mengandung senyawa alergan pemicu reaksi alergi sehingga

    lebih aman bila diberikan pada anak-anak dan orang dewasa yang alergi terhadap

    gula susu lactosa. Membantu mengatasi masalah masalah asam, saluran

     pernafasan, infeksi radang telinga, eksim dan gangguan pencernaan makanan.

    5. 

    Rendah kolesterol dan kadar laktolosa lebih rendah 13% dibandingkan dengan

    susu sapi dan 41% lebih rendah dari pada Asi. Susu kambing terbukti

    mempercepat pembakaran lemak.

    6.  Kandungan potasium, sodium dan besi 2 x dari susu sapi serta lebih unggul

    dalam kandungan vitamin seperti A, C, B6, B12, Mineral dan Asam Amino

     penting (= tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia) dibanding susu sapi sanngat

     bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan sel otak dan saraf serta

    membangun/membentuk sel darah dan penawar toksin/ racun yang masuk

    kedalam tubuh (Kompas.com, 2011)

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    5/23

    10 

    2.2.4 Kandungan Gizi Susu Kambing

    Susu kambing merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh ambing kambing

    (kelenjar mammae). Susu diproduksi oleh kambing betina setelah melahirkan atau

    disebut masa laktasi. Lama masa laktasi sekitar 7 bulan (Susanto dan Budiana, 2005).

    Salah satu kelebihan susu kambing adalah kandungan gizinya relatif lebih lengkap

    dan tinggi.

    Tabel perbandingan kandungan Nutrisi susu Sapi, Kambing dan Asi sebagai berikut.

    Nutrisi/jenis susu Sapi Kambing Asi

    lemak % 3,8 3,6 4,0

     padatan bukan lemak % 8,9 9,0 8,9

    laktosa % 4,1 4,7 6,9

    nitrogen % 3,4 3,2 1,2

     protein % 3,0 3,0 1,1

    kasein % 2,4 2,6 0,4

    kalsium % 0,19 0,18 0,04

    fosfor % 0,27 0,23 0,06

    klorida % 0,15 0,10 0,06

     besi (P/100, 000) 0,07 0,08 0,2

    vitamin A (i.u. / g lemak) 39,0 21,0 32,0

    vitamin B (ug/100 m) 68,0 45,0 17,0

    riboflavin (ug/100ml) 210,0 159,0 26,0

    vitamin C (mg asc a/100ml) 2,0 2,0 3,0

    vitamin D (i.u. / g lemak) 0,3 0,7 0,07

    kalori / 100 ml 70,0 69,0 68,0

    Sumber: Majalah Kesehatan.Com

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    6/23

    11 

    2.2.5 Kualitas Susu 

    Kualitas susu yang dihasilkan oleh suatu pabrik pemerahan susu dipengaruhi oleh

     banyak faktor diantaranya tempat pengolahan, fasilitas sanitasi yang tersedia, cara

     pengolahan, tenaga pengolah, bahan baku dan bahan tambahan serta wadah/kemasan

    yang digunakan (Departemen Pertanian, 2005).

    2.3 Pemerahan Susu

    2.3.1 Teknik Pemerahan dengan Tangan ( Hand Milking)

    1.  Persiapan pemerahan

    a.  Sikap pemerah; harus ditinggalkan masalah di luar tempat pemerahan;

     b.  Siapkan lingkungan pemerahan yang bebas dari kondisi yang dapat

    menyebabkan sapi stres;

    c.  Pemerahan harus dilakukan ditempat bersih, beratap dan berlantai semen;

    d. 

    Kambing dan lantai tempat pemerahan harus dicuci sebelum pemerahan;

    e.  Ambing dan tangan pemerah harus dicuci sebelum pemerahan;

    f.  Sebelum mulai pemerahan, semua peralatan penampungan susu seperti

    ember dan tempat susu lainnya harus benar-benar bersih dan didesinfeksi;

    g.  Kambing yang pernah atau sedang menderita mastitis harus diperah paling

    akhir, hal ini untuk menghindari penularan pada kambing yang sehat;

    h.  Apabila kambingnya nakal, kakinya diberi tali pengaman dan ekornya diikat;

    i.  Untuk merangsang turunnya susu, ambing dipalpasi dengan air hangat;

     j.  Ambing dilap dengan handuk atau kain bersih;

    k.  Pancaran pertama dan kedua ditampung di strip cup untuk pengujian.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    7/23

    12 

    2.  Pelaksanaan Pemerahan

    a. 

    Apabila putingnya silindris, pemerahan dilakukan dengan lima jari;

     b.  Apabila membutuhkan pelicin, dapat digunakan vaselin putih;

    c.  Selama diperah, kambing tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang;

    d.  Ember yang digunakan untuk memerah adalah yang bersih;

    e.  Pemerahan digunakan sampai apuh;

    f.  Lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit, karena pengaruh sekresi

    oksitosin yang sangat singkat. Apabila peternak menggunakan teknik

    memerah yang benar dan terlatih, maka pemerah dapat berlangsung sekitar 3-

    5 menit.

    3.  Penyelesaian pemerahan

    a.  Setelah selesai pemerahan, ambing dan lantai dicuci dengan air bersih;

     b. 

    Dilakukan deeping (pencelupan puting dengan menggunakan biosid 3000 i.u

    (3,3 ml/ ltr air); sebaiknya dengan penyemprotan semua sisi puting yang

     baik;

    c.  Susu ditakar dan dicatat;

    d.  Alat penampungan susu harus dibersihkan dengan baik dan dikeringkan

    dengan meletakkannya secara tertelungkup.

    4.  Lain-lain

    a.  Kambing perah merupakan hewan yang dibentuk oleh kebiasaan. Perubahan-

     perubahan yang terjadi dapat membuat hewan menjadi tidak tenang dan

    mengakibatkan produk susu menjadi tueun.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    8/23

    13 

     b.  Pemerahan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari dengan interval pemerahan

     paling baik 12 jam.

    c.  Jika kambing takut dan gelisah, kambing akan mengeluarkan hormon

    adrenalin kedalam sirkulasi darah. Hormon ini akan menghalangi hormon

    oksitosin yang merangsang pelepasan susu akibatnya, pemerahan tidak dapat

    tuntas atau susunya ditahan. Untuk mencegah keluarnya hormon adrenalin,

    maka kambing harus diperlakukan dengn lembut, dan dijauhkan dari

    gangguan-gangguan yang ada seperti anjing dan lain-lain

    (Budi, 2006)

    Penanganan susu

    1.  Susu harus ditampung didalam wadah yang benar-benar bersih dan telah

    didesinfektan;

    2. 

    Jangan mencampur susu hangat dengan susu dingin dalam wadah yang sama,

    karena akan berakibat susu menjadi asam;

    3.  Susu harus cepat didinginkan, karena bekteri akan berlipat ganda dengan cepat.

    Sebaiknya susu didinginkan dalam waktu kurang dari 2 jam (Budi, 2006).

    2.3.2 Teknik Pemerahan Dengan Mesin

    Telah diketahui bahwa pemerahan hendaknya merupakan kebiasaan yang rutin

    dan efektif, karena pemerahan yang baik hanya pada waktu hormon oksitosin

     berperan yaitu selama 5-7 menit. Untuk mengatasi hambatan tersebut, lalu timbul ide

    mekanisme pemerahan dengan menggunakan alatn dan akhirnya terciptalah alat perah

    sederhana, yang pertama kalinya dibuat pada tahun 1920.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    9/23

    14 

    Selanjutnya, mesin perah pertama diciptakan dan dikeluarkann pada tahun 1950

    oleh seorang ibu tani dari Amerika bernama  Anna Baldwin, berbentuk pompa

    dihubungkan dengan pipa yang berujung pada sebuah mangkok yang berlubang

    empat untuk menyedot susu dari keempatputing. Diujung lain digantungkan sebuah

    ember guna menampung susu hasil pemerahan. Seiring dengan perkembangan

    teknologi, mesin perah pertama ini terus dikembangkan sehingga akhirnya tercipta

    mesin perah modern seperti yang dijumpai sekarang (Budi, 2006)

    2.3.3 Mesin Perah Modern

    Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara

    mekanisme, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Dalam

     peternakan kambing perah, mesin perah dibedakan :

    1.  Sistem ember ( Bucket System);

    2. 

    Sistem pipa (Pipe Line System) dan;

    3.  Sistem bangsal pemerahan ( Milking Parlor System). (Budi, 2006) 

    2.3.4 Peralatan Pemerah (Mesin Pemerah)

    Untuk menjaga kelangsungan perusahaan, kualitas susu harus betul-betul dijaga.

    Perusahaan yang memasarkan kualitas produksi susu rendah tidak dapat diharapkan

    untuk maju atau berhasil. Agar perusahaan dapat menghasilkan susu yang berkualitas,

     perlu diperhatikan kebersihan peralatan pemerahan (mesin perah). Peralatan yang

    harus diperhatikan kebersihannya meliputi beberapa hal :

    1.  Bagian-bagian alat pemerah logam

    a.  Segera setelah pemerahan, cucilah peralatan dengan air hangat. Jangan

     biarkan gumpalan-gumpalan susu mengering didalam alat tersebut. Apabila

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    10/23

    15 

     pencucian denngan air hangat dilakukan dengan segera setelah pemerahan,

    maka 90-95% dari kotoran pada alat perah dapat dihilangkan;

     b.  Membongkar peralatan; cucilah bagian-bagian logam dengnan menggunakan

    larutan yang telah disediakan sesuai dengan anjuran pabrik. Gunakan setiap 1

    sampai 1,5% larutan kaustik soda (soda api) atau biocid yang dicampur

    dengan air bersuhu 70-80o C. Cuci setiap bagian dengan menggunakan sikat

     bulu yang kaku dengan ukuran sesuai, atau dengan menggunakan spon

     plastik. Jangan menggunakan logam, sebab dapat menggores permukaan

     peralatan tersebut;

    c.  Segera setelah dibersihkan dengan sikat, taruhlah seluruh peralatan tersebut

    di tempat yang berisi kira-kira 20 liter air dingin dan larutan asam. Gunakan

    khlorinsesuai dengan anjuran pabrik. Noda-noda dan gumpalan-gumpalan

    susu dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan asam;

    d.  Gunakan air dari selang untuk menghilangkan larutan klorin;

    e.  Tempatkan peralatan tersebut ditempat yang kering dengan posisi terbalik.

    Bakteri tidak dapat berkembangbiak di tempat yang kering;

    f.  Sebelum pemerahan berikutnya sanitasikan bagian dalam peralatan dengan

    menggunakan larutan sanitasi khusus (gunakan biosid) atau larutan lain yang

    sesuai dengan yang telah dianjurkan.

    2.  Karet inflasi dan bagian-bagian karet lainnya.

    Gunakan selalu dua set karet inflasi secara bergantian, dimana seminggu dipakai

    dan seminggu berikutnya tidak dipakai. Dengan menggunakan cara ini, kedua set

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    11/23

    16 

    karet inflasi tersebut dapat dipakai lebih lama jika dibandingkan dengan

    menggunakan tiga set karet inflasi yang digunakan secara terus menerus.

    Setelah pemerahan, pencucian bagian karet dapat dilakukan dengan mencuci

    dengan air, dilanjutkan pencucian dengan detergen, setelah itu dibilas dengan asam,

    kemudian ditempatkan ditempat yang kering.

    Selama waktu istirahat, cuci dan rendamlah karet-karet inflasi tersebut ditempat

    yang telah disediakan atau dibersihkan dengan air dan asam, kemudian ditempatkan

    ditempat yang kering (penempatan bagian-bagian karet dalam larutan alkali atau

    dalam pembersih karetyang telah disediakan dapat memperpanjang kegunaan bagian-

     bagian karet tersebut)

    3.  Tangki Susu dan Tangki Penyimpanan Susu

    Tangki susu dan penampungan susu sehabis dipakai harus segera dibersihkan.

    Anjuran untuk membersihkan tangki susu dan tangki serta peralatan penampungan

    susu lainnya sebagai berikut:

    a.  Bersihkan tempat-tempat penampungan tersebut dengan air dingin segera

    setelah penampungan kosong.

     b.  Sediakan larutan detergen dalam ember plastik, dan masukkan ketempat

     penampungan susu yang kosong

    c.  Gunakan sikat bulu yang kaku untuk menyikat bagian dalam.

    d.  Agar karyawan atau peternak dapat melaksanakan semua prosedur diatas,

    maka air panas, detergen, alat-alat pembersih serta sikat, harus disediakan

    (Suardana dan Swacita, 2009).

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    12/23

    17 

    2.4 Higiene Sanitasi Pemerahan Susu

    Kepmenkes RI NO 23/MENKES/SK/1978 merupakan pedoman tentang cara

    memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi syarat-syarat yang

    telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu dan sesuai

    dengan keamanan pangan. Pedoman ini mencakup Lokasi tempat produksi, struktur

     bangunan, produk akhir, peralatan pengolahan, bahan produksi, higien personal,

     penyimpanan, pemeliharaan sarana pengolahan. 

    2.4.1 Lokasi Tempat Produksi

    Lokasi berada pada tempat yang memiliki kemudahan akses jalan masuk,

     prasarana yang memadai, jauh dari pemukiman penduduk, terbebas dari pencemaran

    serta memiliki pintu masuk dan keluar yang terpisah. Cemaran yang dimaksud dapat

     berasal dari polusi, hama, pengolahan limbah serta sistem pembuangan yang tidak

     berfungsi denngan baik. 

    2.4.2 Struktur Bangunan

    Konstruksi Bangunan, desain, tata ruang dan bahan baku dibuat berdasarkan

    syarat mutu dan tehnik perencanaan pembuatan bangunan yang berlaku sesuai dengan

     jenis produknya. Bahan baku berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, dipelihara

    dan dilakukan sanitasi serta tidak bersifat toksik.

    Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap.

    Ruangan pokok dan ruangan pelengkap yang dimakskud harus terpisah sedemikian

    rupa, hingga tidak mengakibatkan pencemaran terhadap makanan yang diproduksi.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    13/23

    18 

    1.  Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    a. 

    luasnya sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi jenis dan ukuran alat

     produksi

     b.  serta jumlah karyawan yang bakerja .

    c.  susunan bagian-bagiannya diatur sesuai dengan urutan proser produksi,

    sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang siur dan tidak

    mengakibatkan pencemaran terhadap makanan yang diproduksi.

    d.  Lantai ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut:

      rapat air;

      lahan terhadap air, garam, basa, asam dan atau hahan kimia lainnya

       permukaan rata serta halus, tetapi tidak licin dan mudah dibersihkan

      untuk ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air, mempunyai

    kelandaian secukupnya kearah saluran pembuangan dan mempunyai

    saluran tempat air mengalir atau lubang pembuangan yang dilengkapi

    dengan penahan bau

       pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut

    mati dan harus melengkung serta rapat air.

    2.  Ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    a.  luasnya sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja

     b.  susunan bagian-bagiannya sesuai dengan urutan kegiatan yang dilakukan dan

    tidak

    c.   boleh menimbulkan lalu lintas yang simpang siur.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    14/23

    19 

    d.  lantai ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

     rapat air;

      tahan terhadap air;

       permukaannya datar, rata serta halus, tetap tidak licin dan mudah

    dibersihkan;

      ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus mempunyai kelandaian

    secukupnya ke arah saluran pembuangan.

    3.  Dinding

    Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat gebagai berikut:

    a.  sekurang-kurangnya 20 cm dibawah dan 20 cm diatas permukaan lantai harus

    rapat air.

     b.   permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak

    mudah mongelupas, mudah dibersihkan dan sekurang-kurangnya setinggi 2

    m dari lantai harus rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam atau bahan

    kimia lainnya;

    c.   pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai

    tidak boleh membentuk sudut mati dari harus melengkung serta rapat air

    d.  dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut :

      sekurang-kurangnya 20 cm di bawah dari 20 cm diatas permukaan lantai

    harus rapat air;

       permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama,

    tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    15/23

    20 

      ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet, selain harus memenuhi

    syarat yang disebut huruf a dan b diatas, sekurang-kurangnya setinggi 2

    meter dan lantai harus rapat air.

    4.  Atap dan langit-langis;

    Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    a.  atap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor

     b.  langit-langit

      dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya

      tidak terdapat lubang dan tidak retak;

      tahan lama dan mudah dibersihkan;

      tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3m;

       permukaan dalam harus rata, berwarna terang dan tidak mudah

    mengelupas;

      rapat air bagi tempat pengolahan yang menimbulkan atau menggunakan

    uap air.

    Ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    a.  atas terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor;

     b.  langit-langit:

      dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya;

      tidak terdapat lubang dan tidak retak;

      tahan lama dan mudah dibersihkan,

      tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m;

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    16/23

    21 

       permukaan dalam harus rata dan berwarna terang.

    5. 

    Pintu

    Pintu ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    a.  dibuat dari bahan tahan lama;

     b.   permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan;

     b.  dapat ditutup dengan baik;

    c.  membuka keluar.

    Pintu ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    a.  dibuat dari bahan tahan lama;

     b.   permukaannya rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan;

    c.  dapat ditutup dengan baik.

    6.  Jendela

    Jendela harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    a.  dibuat dari bahan tahan lama;

     b.   permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan;

     b.  sekurang-kurangnya setinggi 1 m dari lantai,

    c.  luasnya sesuai dengan besarnya bangunan.

    7.  Penerangan

    Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan pelengkap harus

    terang susuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan.

    8.  Ventilasi dan pengatur suhu

    Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap, baik

    secara alami maupu buatan, harus memenuhi syarai sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    17/23

    22 

    a.  cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap,

    gas, asap, bau, debu dan panas yang dapat merugikan kesehatan;

     b.  dapat mengatur suhu yang diperlukan;

     b.  tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan;

    c.  lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah masuknya

    serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan serta sudah

    dibersihkan. (Kepmenkes RI, 1978).

    2.4.3 Sanitasi Kambing

    Kambing harus tetap bersih. Kotoran harus dibersihkan dari kandang sesering

    mungkin, dan jangan biarkan kambing tidur diatas kotorannya atauair kencing.

    Kambing harus dimandikan dan disikat secara berkala untuk menghilangkan kotoran,

    debu, dan rambut yang rontok.

    Rambut yang panjang dekat ambing harus dicukur, karena rambut panjang

    disamping menjadi sumber sedimen debu dan kotoran, kotoran-kotoran itu akan

    sampai ke susu. Cuci puting dengan larutan sanitasi hangat sebelum pemerahaan,

    lamanya mencuci tidak lebih dari 1 (satu) menit. Ambing yang bersih akan

    menghasilkan susu yang bersih pula. Jika kambing terlalu kotor, larutan itu harus

    diganti karena bila tidak diganti debu dan kotoran akan berpindah dari satu kambing

    ke kambing yang lain.

    Keringkan puting secara merata. Gunakan lap yang berbeda bagi tiap kambing

    dan pastikan kalau lap tersebut tersebut telah dicuci dan didesinfeksi sebelum

    digunakan.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    18/23

    23 

    Pasang mesin perah dengan hati-hati. Pastikan kalau memerah itu tidak menyedot

     bedding, kotoran atau debu disekitar. Jika waktu pemerahan tersebut mesin jatuh,

     bilaslah mesin itu secara menyeluruh sebalum dipasang lagi. Ingat, segumpal kotoran

    akan menambah 4 milyar bakteri ke dalam susu.

    Saring susu melalui saringan atau filter. Susu harus disaring diruangan yang tidak

    terlalu banyak debu. Jika pemerahan dilakukan dengan bersih, filter tetap akan bersih

    (Suardana dan Swacita, 2009).

    2.4.4 Sanitasi Kandang

    Kandang kambing perah merupakan suatu pabrik penghasil makanan/minuman

    sehat bagi. Kandang harus disapu dan dibersihkan secara teratur, jangan dibiarkan

    kandang pemerahan berdebu dan kotor. Siram lantai kandang secara teratur dan

    gunakan desinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Jangan hanya menyapu

    lantai waktu akan memerah. Berikan makanan kering paling sedikit 1 (satu) jam

    sebelum pemerahan atau tunggu setelah pemerahan selesai, untuk menghindari

     banyaknya debu.

    Kandang yang bersih menghindari susu dari pencemaran oleh kotoran dan bau

    (sifat susu mudah menghisap bau dari sekitarnya). Kandang yang bersih membuat

    kambing nyaman, dan peternak betah bekerja di kandang. Sapulah lantai kandang dan

    kotoran dikumpulkan jauh dari tempat pemerahan/kamar susu. Gunakan sapu lidi atau

    sekop yang berbeda untuk makanan dan kotoran (Suardana dan Swacita, 2009).

    Bersihkan bak/cangkir otomatis. Bak air minum yang kotor merupakan sarang

     bibit penyakit. Kambing tidak suka minum air yang kotor dan berbau.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    19/23

    24 

    Yang harus menjadi perhatian penting agar sanitasi susu tetap terjaga adalah:

    1. 

    Sapi/kambing yang sehat dan bebas dari penyakit;

    2.  Pekerja yang sehat dan bebas;

    3.  Lingkungan yang bersih yang berarti juga bersih udara, tidak ada debu pada

    kandang maupun sekitarnya;

    4.  Ruang susu yang terpisah, yaitu terpisah dari kandang, berkasa yang baik, dengan

     persediaan air bersih yang cukup;

    5.  Peralatan yang dirancang baik, mudah dibersihkan;

    6.  Menjaga kebersihan dengan cermat dan sanitasi yang efektif untuk beberaapa

     peralatan penting dimana susu dapat kontak, seperti botol, kaleng, ember dan

    sebagainya.

    7.  Tersedia pendingin dan penanganan yang baik;

    8. 

    Pasteurisasi, adalah pemanasan terhadap bahan makanan atau minuman dengan

    tujuan membunuh organisme pathogen didalamnya, tanpa merusak komposisi

     bahan tersebut (Sarudji, 2010)

    2.5 Higiene Karyawan di Tempat Pemerahan Susu

    Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan, baik dalam

    mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun dalam

    menyajikanmakanan. Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan

     pribadi dan terbiasa untuk berprilaku sehat selama bekerja.

    Pada higiene  karyawan di tempat produksi makanan dan minuman, banyak hal

    hal yang perlu diperhatikan.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    20/23

    25 

    Karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan harus:

    1. 

    Dalam keadaan sehat.

    Karyawan harus berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan kesehatan

    ( Health Certificate)

    2.  Bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan

     pencemaran terhadap hasil produksi

    3.  Diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala. Tanggung jawab pemeriksaan

     perusahaan makanan, termasuk pemeriksaan kesehatan karyawan, dilimpahkan

    kepada Puskesmas yang harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya

    sekali dalam 6 bulan.

    4.  Mengenakan pakaian kerja,termasuk sarung tangan, tutup kepala dan sepatu yang

    sesuai.

    5. 

    Menahan diri untuk tidak makan, minum, merkok, meludah atau melakukan

     pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan.

    a.  Setiap kali harus mencuci tangan pada saat pekerja baru keluar dari kamar

    kecil atau buang air besar.

     b.  Setiap kali batuk atau bersin agar menutup mulut dan hidung dengan kertas

    tissue atau sapu tangan ( Marina, 2000).

    2.6 Fasilitas Sanitasi Tempat Pemerahan 

    2.6.1 Penyediaan Air

    Penyediaan air merupakan kebutuhan vital harus ada ditempat produksi makanan

    minuman. Dimana air diperlukan dalam semua proses pengolahan makanan

    minuman.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    21/23

    26 

    Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air bersih yang cukup sesuai

    dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan pada

    umumnya. Sebagaimana yang tercantum dalam PerMenKes RI Nomor:

    416/MENKES/PER/IX/1990 kuaalitas air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan

    yaitu tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak keruh, serta memenuhi syarat

     bakteriologis dimana air tersebut tidak mengandung mikroorganisme yang pathogen

    serta bebas dari bahan kimia yang mengganggu dan membahayakan kesehatan.

    2.6.2 Fasilitas Cuci Tangan 

    Adanya fasilitas cuci tangan dimaksud untuk meningkatkan kebersihan

     perorangan. Maka dalam penyediaan fasilitas ini harus memenuhi syarat-syarat

    sebagai berikut:

    1.  Fasilitas cuci tangan ditempatkan di tempat-tempat yang diperlukan, misalnya

    ditempat pintu masukke ruang pengolahan.

    2.  Dilengkapi dengan air mengalir, sabun, detergen, handuk atau alat lain untuk

    mengeringkan tangan.

    3.  Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.

    2.6.3 Penampungan dan Pembuangan Sampah

    Sebaiknya pembuangan sampah dilakukan jauh dari tempat pengolahan minuman

    sedangkan tempat penampungan sampah sementara (storage) harus ditutup, tidak

     bocor, mudah dibersihkan dan sampah harus dibuang sekurang-kurangnya setiap hari.

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    22/23

    27 

    2.6.4 Pembuangan Air Limbah

    Saluran pembuangan air limbah yang berasal dari tempat pengolahan makanan

    dialirkan ketempat saluran induk atau pembuangan air limbah sehingga tidak

    tergenang dan tempat perindukan serangga ( Marina, 2000).

    2.7 Salmonella sp. pada Susu

    Berdasarkan SNI 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam

     bahan makanan hasil hewan dan tentang syarat mutu susu segar bahwa susu segar

    harus memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.

    Dimana angka bakteri Salmonella sp.  dalam susu segar adalah negatif/ 25 ml atau

    tidak terdapat Salmonella sp. Apabila terdapat Salmonella sp. pada susu segar maka

    susu tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan walaupun jumlahnya belum dapat

    menimbulkan penyakit pada manusia. Maka agar kandungan Salmonella sp. dalam

    susu negatif, perlu adanya penanganan dan perlakuan terhadap susu mulai proses

     pemerahan sampai dengan susu siap untuk dikonsumsi agar tidak terkontaminasi

    Salmonella sp dan bakteri patogen lainnya. (SNI 7388:2009).

    Meningkatnya angka kesakitan dari bakteri salmonella sebagian disebabkan

    karena ketidakakuratan dari jasa laboratorium yang tersedia, kurangnya metode

    laboratorium, laporan yang kurang baik dan kurangnya perhatian yang lebih pada

     bahaya dalam makanan (Bailliere, 1984).

  • 8/18/2019 Chapter II_15.pdf

    23/23

    28 

    2.8 Kerangka Konsep

    Hygiene Sanitasi

     pemerahan susu kambingmeliputi:

    1.   Higiene sanitasi pemerah

    2.  Proses pemerahan susu3.  keadaan sanitasi tempat

     pemerahan susu.

    4.  keadaan fasilitas sanitasidi tempat pemerahan susu.

    5.  sanitasi peralatan yang

    Susu SNI

    Pemeriksa

    Ter 

    Tid 

    ak