case sulit aloysia putr
TRANSCRIPT
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
1/21
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
RS MATA Dr. YAP, YOGYAKARTA
Nama : Aloysia Putri
NIM : 112012016
I. IDENTITASNama : Tn.K
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jalan Durenasih Triharjo Sleman
Tanggal pemeriksaan : 17 Februari 2014
Tanggal masuk RS : 12 Februari 2014
II. ANAMNESISAutoanamnesis dengan pasien pada tanggal 17 Februari 2014
Keluhan Utama:
Mata kiri terasa gelap dan nyeri sejak 1 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penglihatan mata kiri pasien secara mendadak
gelap dan terasa nyeri. Sebelumnya mata kiri pasien kelilipan saat sedang bersepeda.
Kemudian mata menjadi nyeri, sulit dibuka, kelopak mata bengkak, dan pandangan terasa
gelap. Pasien tidak langsung ke dokter, ia hanya membasuh dengan air mengalir. 2 hari
kemudian gejala tidak berkurang, saat itu pasien merasa badan meriang. Ia kemudian di bawa
ke dokter umum dan dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. 1 minggu setelah perawatan kondisi
pasien membaik. Mata kiri tidak lagi nyeri namun penglihatan masih gelap.
10 hari kemudian mata kiri pasien kembali nyeri disertai bengkak di kelopak mata,
pandangan menjadi gelap. Ia kemudian di bawa ke RSM dr.YAP,
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
2/21
Riwayat Penyakit Dahulu:
Umum
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada Asma : Tidak ada Gastritis : Tidak ada Alergi : Tidak ada Rematik : Tidak ada
a) Mata
Riwayat pemakaian kaca mata: Tidak ada Riwayat operasi mata: Tidak ada Riwayat miopia tinggi: Tidak ada Riwayat katarak: Tidak ada Riwayat glaukoma: Tidak ada Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:a. Umum
Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Asma : Tidak ada Gastritis : Tidak ada
b.
Mata Riwayat pemakaian kaca mata: Tidak ada Riwayat operasi mata: Tidak ada Riwayat miopia tinggi: Tidak ada Riwayat katarak: Tidak ada Riwayat glaukoma: Tidak ada Riwayat keluarga dengan gejala yang sama: Tidak ada
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
3/21
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALISKeadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 16 kali/menit
Suhu : 37,5C
Kepala : Normocephali, rambut hitam sedikit beruban, distribusi
merata
THT : T1-T1tenang tidak hiperemis, MAE lapang, tidak ada deviasi
septum hidung
Thoraks (Jantung) : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Thoraks (Paru) : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis atau edema
KGB : Tidak teraba pembesaran.
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD)OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUSTajam Penglihatan 6/9 1/~
Axis Visus Tidak ada Tidak ada
Koreksi Perbaikan Tidak terdapat perbaikan
Addisi Tidak ada Tidak ada
Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada
2. KEDUDUKAN BOLA MATAEksoftalmos Tidak ada Tidak ada
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
4/21
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Tidak dapat dilakukan
3. SUPERSILIAWarna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOREdema Tidak ada Ada
Nyeri tekan Tidak ada Ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebral Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIORHiperemis Tidak ada Ada
Kista Tidak Ada Tidak ada
Folikel/Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Ada
6. KONJUNGTIVA BULBISekret Tidak ada Tidak ada
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
5/21
Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Ada
Injeksi Siliar Tidak ada Ada
Injeksi
Subkonjungtiva
Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALISPunctum Lakrimalis Normal Normal
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERAWarna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Ada
9. KORNEAKejernihan Jernih Keruh
Permukaan Licin Tidak rata
Ukuran 12mm 12mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik
Presipitat
Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus
Senilis
Tidak ada Tidak ada
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
6/21
Edema Tidak ada Ada
10.BILIK MATA DEPANKedalaman Normal DangkalKejernihan Jernih Keruh
Hipopion Tidak ada Ada
11.IRISWarna Coklat kehitaman Keruh
Edema Tidak ada Ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12.PUPILLetak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat, reguler Membayang bulat
Ukuran 3mm 3mm
Refleks Cahaya
Langsung
Positif Positif lambat
Refleks Cahaya Tak
Langsung
Positif Negatif
13.LENSAKejernihan Jernih Keruh
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negatif Negatif
14.BADAN KACAKejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15.FUNDUS OKULIBatas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
7/21
Rasio Arteri :
Vena
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16.PALPASINyeri Tekan Tidak ada Ada
Massa
Tumor
Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasi
Tonometri
Schiotz
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan visus2. Slit lamp3. Pemeriksaan Tekanan Intra Okular4. Funduscopy5. USG biometri6. Kultur cairan vitreus
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
8/21
V. RESUMESubjektif
Pasien laki-laki berusia 32 tahun, 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penglihatan mata
kiri pasien secara mendadak gelap dan terasa nyeri. Sebelumnya mata kiri pasien kelilipan
saat sedang bersepeda. Kemudian mata menjadi nyeri, sulit dibuka, kelopak mata bengkak,
dan pandangan terasa gelap. Pasien tidak langsung ke dokter, ia hanya membasuh dengan air
mengalir. 2 hari kemudian gejala tidak berkurang, saat itu pasien merasa badan meriang. Ia
kemudian di bawa ke dokter umum dan dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. 1 minggu setelah
perawatan kondisi pasien membaik. Mata kiri tidak lagi nyeri namun penglihatan masih
gelap.
10 hari kemudian mata kiri pasien kembali nyeri disertai bengkak di kelopak mata,
pandangan menjadi gelap. Ia kemudian di bawa ke RSM dr.YAP,
Objektif
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan semua dalam batas normal.
OD
- Visus: 6/9
OS
- Visus: 1/~- Palpebra :
Edema (+) Hiperemi (+)
- Konjungtiva : Hiperemi (+) Kemosis (+) Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi siliar (+)
- Kornea :
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
9/21
Keruh (+) Edema (+) Infiltrasi (+)
- Bilik mata depan : Dangkal (+) Keruh (+) Hipopion (+)
- Iris : Keruh (+) Edema (+)
- Pupil : Cahaya langsung : positif lambat Cahaya tidak langsung : Negatif
- Palpasi : Nyeri tekan (+)
VI.
DIAGNOSIS KERJA
OD : Miopia
OS : Endoftalmitis pasca trauma
VII. DIAGNOSIS BANDING
OD :
- HipermetropiOS :
- Endoftalmitis endogen- Reaksi inflamasi dari benda asing intra okuler
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
10/21
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan visus2. Slit lamp3. USG biometri4. Funduskopi5. Pemeriksaan Tekanan Intra Okular6. Kultur cairan vitreus7. Pemeriksaan focus infeksi ditempat lain, untuk deteksi awal endoftalmitis
endogen seperti : pemeriksaan gigi dan feces.
IX. PENATALAKSANAAN ( untuk OS)1. Medika Mentosa- Sulfas Atropin 1% tiap 2 jam- Cendo Tobroson tiap 1 jam- Cendo Noncort tiap 30 menit- Giflok tiap 2 jam
2. Non Medika Mentosa :- Operasi OS injeksi intravitreal vancomicin + amikacin
X. PROGNOSISOKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Malam
Ad Fungsionam : Bonam Malam
Ad Sanationam : Bonam Malam
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
11/21
ENDOFTALMITIS
Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit
sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi (Hanscom TA, 2004).
Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata
Definisi Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai
dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yangmengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis (Ilyas S. 1998;
Vaughan and Asbury T, 1994)
Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa mata
sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik presipitat, disertai hipopion, refleks
fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat menurun.
Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang meninggi akibat massa supuratif
yang tertumpuk di dalam bola mata (Ilyas S. 1998).
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
12/21
Etiologi Endoftalmitis
Penyebab peradangan ini adalah :
- Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya- Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi
pada pembedahan.
Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus,
proteusdanpseudomonasdengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi dalam
2 minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,
sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur (Ilyas, 1998).
Epidemiologi Endoftalmitis
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus
endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.
Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri,
mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri
karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik
telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS,
sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya,
transplantasi sumsum tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi
intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis biasanya
dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis
postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi
menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap
tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular.
Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola mata di
pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan dalam
perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko
berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda
asing intraokular adalah 7-31%.
Patofisiologi Endoftalmitis
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
13/21
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan
alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,
mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung
(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan
oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga
disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada
eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endophthalmitis eksogen (Hatch WV, et al., 2009; Miller JJ, et al., 2004; Smith
MA, et al., 1997).
Gejala dan Tanda Endoftalmitis
Gejala
Severe ocular pain Mata merah Lakrimasi Penurunan visus Fotofobia
Tanda
Kelopak mata bengkak dan eritema Konjungtiva tampak chemosis Kornea edema, keruh, tampak infiltrate Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior) Iris odem dan keruh Pupil tampak yellow reflek Eksudat pada vitreus TIO meningkat atau menurun
Jenis-Jenis Endoftalmitis
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
14/21
Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan
oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan
enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca
operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram
positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus
dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi
silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan
visus dan kekeruhan vitreus (Cooper Ba, et al., 2003; Smith SR, et al., 2007)
Gambar 2 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam
minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah, penurunan
ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu
adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan dengan
adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body
( Callegan MC, et al., 2002; Trofa D, et al., 2008)
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul putih
dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah dibandingkan
dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab endoftalmitis pseudofaki
kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda
inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari
chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species (Trofa
D, et al., 2008).
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
15/21
Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca operasi
filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan
operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di
Katarak (0,1%). Trabeculectomydan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering,
membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi
cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi
bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda
endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian
dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi.
Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan
tanda-tanda kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera
sebagai konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis
Streptococcus dan Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga
menjadi salah satu penyebabnya (Wejde G, et al., 2005; Maguire JI, 2008; Benz MS, et al.,
2004; Prajna NV, et al., 1998).
Endoftalmitis Pasca Trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%),
terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis
berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya
berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan
mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien
berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
16/21
diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.
(11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi ciliary,
gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pasca-
trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya benda
asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang
benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat (Mistlberger A, et al., 1997;
Sherwood, et al., 1989).
Endoftalmitis Endogen
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi.
Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien dengan imunitas
lemah, penggunaan catethers dan Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya
menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen
adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari
kasus (Sherwood, et al., 1989; (Lunstrom M, 2007).
Gambar 4 Endoftalmitis Endogen
Fungal Endoftalmitis
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa
trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body,
atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal
chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
17/21
minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan
karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut (Hatch WV, et al., 2009).
Gambar 5 Fungal Endoftalmitis
Diagnosa Banding
Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk
dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa
endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya
dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment
syndrome(TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan
oleh pengenalan substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh
instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai
dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. lt ini penting untuk menghindari memperkenalkan
infeksi eksternal (seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan
paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau
sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada
retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. karakteristik yang paling
membantu untuk membedakan endophthalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif
dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani
kondisi ini sebagai suatu proses infeksi (Smith MA, et al., 1997).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
18/21
Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk ditelitimikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksiStudi Imaging
B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini jugapenting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting
dalam pengelolaan dan prognosis.
Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
Periksa visus Slit lamp Tekanan intraokular Melebar funduscopy ultrasonografi
Terapi
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil akhir ini
sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi
endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari
produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus
terapi yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan
dalam kasus yang parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis (Gordon Y,
2001).
Non Farmakologi
1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yangmengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perludilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata
seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk
segera untuk diperiksakan ke dokter mata.
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
19/21
3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yangketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi
hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang
mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika menyebar ke otak.
4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkanmenjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.
Farmakologi
1. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan
patogen dalam konteks pengaturan klinis.
I ntravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml
Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)Antibiotik sistemik (jarang).
Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti500 mg oral BD selama 6-7 hari, atau
Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam2. Terapi steroid
Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 57 hari Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40
mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
3. Terapi suportif
Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 23 harisekali.
Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekananintraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
20/21
Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga
vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk
memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan
ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study
(EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan
lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa (Gan IM, et
al., 2005)
Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk : Pov. Iodine 5-10% Sarung tangan steril Profilaksis topikal / perikoular antibiotik Profilaksis intravitreal (pada kasuskasus trauma)
Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka waktu
infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang
tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka
kesembuhan endoftalmi (Gan IM, et al., 2005).
DAFTAR PUSTAKA
-
7/14/2019 Case Sulit Aloysia Putr
21/21
Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of coagulase
negative staphylococciin the Endophtalmitis Vitrectomy Study. A comparasion of eylid
and intraocular isolates using pulsed field gel electrophoresis. Arch Ophtalmol1997;
115: 357-61.
Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years
review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.
Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology,
therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev 2002;15:1:111-24.
Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists the
villains ? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6.
Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al. Intravitreal
dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endophthalmitis:a
prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.