case geadb

33
1 STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK Tanda tangan Nama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163 …………………... Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195 ………………….. Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A ............................ I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap :An. MW Jenis kelamin :Laki-laki Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013 Suku bangsa :Jawa Usia :1 tahun 8 bulan Agama : Islam Pendidikan: belum sekolah Alamat :Jatijajar, Depok Hubungan dengan orang tua : anak kandung IDENTITAS ORANG TUA Ayah : Tn. W Ibu : Ny.SH Usia : 40 tahun Usia :35 tahun Pendidikan :SMA Pendidikan : SMP Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan : ibu rumah tangga A. ANAMNESIS Diambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit Keluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x

Upload: liviasaputra

Post on 03-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kasus GEADB

TRANSCRIPT

  • 1

    STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

    RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK

    Tanda tangan

    Nama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163 ...

    Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195 ..

    Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A ............................

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama lengkap :An. MW Jenis kelamin :Laki-laki

    Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013 Suku bangsa :Jawa

    Usia :1 tahun 8 bulan Agama : Islam

    Pendidikan: belum sekolah Alamat :Jatijajar, Depok

    Hubungan dengan orang tua : anak kandung

    IDENTITAS ORANG TUA

    Ayah : Tn. W Ibu : Ny.SH

    Usia : 40 tahun Usia :35 tahun

    Pendidikan :SMA Pendidikan : SMP

    Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan : ibu rumah tangga

    A. ANAMNESIS

    Diambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB

    Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

    Keluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x

  • 2

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien buang air besar dengan konsistensi cair

    kurang lebih 12x sehari. Tinja berwana kuning kehijauan berbau langu, terdapat ampas, tidak ada

    darah, tidak ada lendir. Sekali BAB kira- kira sebanyak setengah gelas air mineral. Pasien

    muntah 1x. Muntahan berisi sisa makanan, tidak terdapat darah, muntahan sebanyak seperempat

    gelas air mineral.Pasien tidak demam. Nafsu makan sedikit menurun. Pasien mau minum air

    putih dan ASI.Tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada pilek.

    Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien BAB cair sebanyak 4- 5x dalam sehari.

    Setiap kali BAB kurang lebih setengah gelas air mineral. Tinja berwarna kuning kehijauan, tidak

    ada darah, tidak ada lendir.Pasien demam, namun tidak diukur suhu tubuhnya. Pasien dibawa ke

    dokter, diberi sirup penurun panas, obat untuk lambungnamun tidak ada perubahan.

    Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih BAB cair. Sehari sebanyak 4-

    5x.Pasien masih demam, kejang 1x, ketika kejang mata pasien mendelik keatas dan tubuhnya

    kaku. Setelah kejang pasien menangis lalu tertidur.Kejang berlangsung selama 1 menit dan tidak

    berulang lagi. BAK pasien jumlahnya lebih sedikit dari biasanya dan warnanya agak gelap,

    Pasien memiliki riwayat sering jajan sembarangan.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    ( - ) Sepsis

    ( - ) Tuberculosis

    ( - )Asma

    (+) Diare akut

    ( - ) Disentri

    ( - ) Tifus Abdominalis

    ( - ) Cacar Air

    ( - )Batuk Rejan

    ( - ) Demam Rematik Akut

    ( - ) Glomerulonefritis

    ( - ) Meningoencephalitis

    ( - ) Pneumonia

    ( - ) Alergi Rhinitis

    ( - ) Diare Kronis

    ( - ) Kolera

    ( - ) DHF

    ( - ) Campak

    ( - ) Tetanus

    ( - ) Penyakit Jantung Rematik

    ( - ) Sindroma Nefrotik

    ( - ) Kejang Demam

    ( - ) Alergi lainnya :

    ( - ) Gastritis

    ( - ) Amoebiasis

    ( - ) Difteri

    ( - ) Polio

    ( - ) Peny. Jantung Bawaan

    ( - ) ISK

    ( - ) Kecelakaan

    ( - ) Lain-lain

  • 3

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit Ya Tidak Hubungan

    Alergi - +

    Asma - +

    Tuberkulosis - +

    Hipertensi - +

    Diabetes - +

    Kejang Demam - +

    Demam berdarah - +

    Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

    Kehamilan

    Perawatan antenatal :Di puskesmas

    Penyakit kehamilan :Tidak ada

    Kelahiran

    Tempat kelahiran :Rumah Bersalin

    Penolong persalinan :Bidan

    Cara persalinan :Normal

    Masa gestasi :cukup bulan

    Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3.300 gram

    Panjang badan lahir :52 cm

    Lingkar kepala :Ibu pasien lupa

    Langsung menangis

    Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang

    Kelainan bawaan :Tidak ada

    Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

  • 4

    Riwayat perkembangan

    Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan

    Psikomotor

    - Tengkurap : 4 bulan

    - Duduk : 8 bulan

    - Berdiri : 9 bulan

    - Berbicara : 12 bulan

    Kesan : Tumbuh kembang anak sesuai usia

    Riwayat Imunisasi

    VAKSIN Dasar (Umur)

    BCG +

    2 bulan

    +

    3 bulan

    DPT +

    2 bulan

    +

    4 bulan

    +

    6 bulan

    Polio +

    Saat

    lahir

    +

    2 bulan

    +

    4 bulan

    +

    6 bulan

    Campak - - - -

    Hepatitis B +

    Saat

    lahir

    +

    1 bulan

    +

    6 bulan

    Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

    Riwayat Nutrisi

    Susu : ASI sejak lahir

    Makanan padat : 13 bulan

  • 5

    Makanan sekarang : Pasien mau makanan padat berupa nasi lunak bersama sop daging atau

    sayuran. Ibu pasien jarang memberikan buah. Pasien masih minum ASI

    dan tidak mau minum susu formula.

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : tampak sakit berat

    Kesadaran : somnolen

    Tanda-tanda vital:

    Tekanan darah : Tidak diukur

    Denyut nadi : 130 x/ menit

    Suhu (rectal) : 39C

    Laju nafas : 32x/menit

    Antropometi

    Lingkar kepala : 46cm

    Lingkar dada : 48 cm

    Lingkar lengan atas : 16 cm

    Berat badan : 9,1 kg

    Tinggi badan : 85 cm

    Pemeriksaan Sistematis

    Kepala :Normocephalic, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-

    ubun cekung

    Mata : Kedudukan simetris, Mata cekung, Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-

    Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tampak sedikit serumen, membran timpani

    utuh.

    Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Sekret tidak ada. Pernapasan cuping

    hidung tidak ada.

    Bibir : tampak kering

    Mulut : Bentuk normal, mukosa kering

  • 6

    Lidah : mukosa kering, tidak tremor, tidak deviasi, tidak kotor

    Tonsil : T1 T1 tidak hiperemis, tidak ada detritus

    Faring :Tidak hiperemis, uvula letaknya di tengah

    Leher : KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.

    Thorax

    Paru-paru :

    Inspeksi : Pernapasan abdominotorakal, bentuk dada normal, tidak ada retraksi sela

    iga, tidak tampak massa

    Palpasi :Permukaan dada simetris ada statis dan dinamis, tidak terdapat nyeri

    tekan, tidak ada retraksi, vocal fremitus kiri = kanan.

    Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati pada interkostalis ke- 6,

    peranjakan sebesar 2 cm

    Auskultasi :Suara nafas vesikuler di seluruh lapangan paru, ronkhi -/- wheezing-/-

    Jantung :

    Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : teraba ictus cordis pada garis midklavikula kiri sela iga IV

    Perkusi : tidak dilakukan

    Auskultasi : BJI-II normal, murmur (-), gallop(-)

    Abdomen

    Inspeksi : datar, tidak tampak massa.

    Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada

    splenomegali

    Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen

    Auskultasi :Bising usus meningkat

    Anus dan Rektum : tidak ada iritasi, tidak ada bekas garukan

    Genitalia : laki-laki, tidak ditemukan kelainan

    Kulit : warna sawo matang, turgor kulit menurun

  • 7

    Extremitas (lengan & tungkai):

    Tonus: normotonus

    Akral : akral dingin, CRT > 2 detik

    Tulang Belakang : bentuk normal, tidak ada kifosisi, scoliosis, gibus

    Kulit : Warna sawo matang, tidak ada ptechiae, tidak ada lesi, tidak ada bisul.

    KGB : Tidak teraba pembesaran

    C. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

    Refleks Fisiologis :

    Refleks Biceps Positif

    Refleks Triceps Positif

    Refleks Patella Positif

    Refleks Achilles Positif

    Kesan : tidak ada kelainan di UMN dan LMN

    Refleks Patologis : ( - )

    Refleks Babinsky Negatif

    Klonus Pergelangan kaki Negatif

    Klonus Patella Negatif

    Kesan : tidak ada kelainan di UMN

  • 8

    Rangsang Meningeal : ( - )

    Kaku kuduk Negatif

    Brudzinski I Negatif

    Brudzinki II Negatif

    Kernig Negatif

    Lasague Negatif

    Kesan: tidak ada kelainan di meningen

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Lab tanggal 26-12-2014 jam 08.26

    Hematologi

    Hb : 9.9% g/dl (14 18 g/dl)

    Leukosit : 10.500/ uL (5.000-10.000)

    Ht : 31 % (42-52)

    Trombosit : 390000 / uL (150.000-450.000)

    Elektrolit

    kalium :127 mmol/L (135-145)

    natrium : 1,9mmol/L (3,5-5,5)

    klorida : 94 mmol/L (93-110)

    glukosa sewaktu : 123 mg/dl (

  • 9

    Darah : -

    Lendir : -

    Mikroskopis

    Leukosit : 0-2

    Eritrosit : 0-1

    Telur cacing : -

    Kristal : -

    Amoeba : -

    Pencernaan amylum : -

    Asam urat : -

    Lemak : +

    Sisa tumbuhan : -

    Sisa daging : -

    Bakteri : +

    Jamur : -

    Lab tanggal 28-12-2014 jam 06.00

    Kimia darah

    Natrium :130 mmol/L(135-145)

    Kalium : 4.59 mmol/L (3.5-5.5)

    Klorida : 98 mmol/L (93-110)

    RESUME

    Anak laki- laki, 18 bulan datang dengan keluhan diare sejak 3 hari SMRS. Dalam 1 hari pasien

    dapat BAB cair 5x atau lebih. Tinja berwarna kehijauan baunya langu, ada ampas, tidak ada

    darah dan lendir. Pasien juga demam, dan pernah kejang sebanyak satu kali. Kejang berlangsung

    dibawah 5 menit dan tidak berulang kembali. Nafsu makan dan minum menurun. BAK

    berkurang jumlahnya dan warnanya sedikit lebih gelap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

  • 10

    pasien tampak sakit berat, keadaan umum lemah, ubun- ubun cekung, mata cekung, turgor kulit

    menurun, mukosa bibir dan lidah tampak kering. Paru dan jantung dalam batas normal. Terdapat

    peningkatan bising usus pada auskultasi abdomen. Hasil pemeriksaan penunjang terdapat

    leukositosis (10,500), penurunan Ht (31%), hipokalemia (127 mmol/L), hiponatremia

    (130mmol/L).

    DIAGNOSIS KERJA

    1. Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat suspek e.c Rotavirus

    Dasar yang mendukung :

    Pada pasien anak W didapatkan gejala buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari

    3x dalam 24 jam yang berlangsung selama 3 hari.Tinja berwarna kuning kehijauan

    dengan bau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien juga muntah sebanyak 1x.

    Terdapat demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaan umum yang lemah, ubun-

    ubun yang cekung, mata juga cekung, turgor kulit yang menurun, mukosa bibir dan lidah

    yang kering.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemi dan hiponatremi.

    Pada pemeriksan tinja tidak didapatkan eritrosit dan leukosit.Juga tidak ditemukan

    amoeba.

    2. Kejang Demam Sederhana

    Dasar yang mendukung :

    Pasien An. W berusia 1 tahun 8 bulan kejang sebanyak 1x, kejang berlangsung

  • 11

    DIAGNOSIS DEFERENSIAL

    1. DD untuk Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat

    a. Disentri basiler/ Shigellosis

    Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,

    terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya

    sering, konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja

    berwarna merah kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja.

    Dasar yang mendukung :

    Terdapat gejala diare, demam, muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi

    tinja sering.

    Dasar yang tidak mendukung :

    Tidak terdapat leukosit dalam tinja, warna tinja kuning kehijauan.

    b. Disentri Amoeba/ amoebiasis

    Dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai

    sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare

    seringkali dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak

    lendir dengan sedikit leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang

    berakhir beberapa hari sampai beberapa minggu, relaps sering pada individu yang

    tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba disertai dengan serangan demam

    mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat dehidrasi dan gangguan

    elektrolit.

    Dasar yang mendukung :

    Terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi berat dan gangguan eletrolit

    Dasar yang tidak mendukung :

    Tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja tidak

    ditemukan amoeba.

  • 12

    2. DD untuk Kejang Demam

    a. Meningitis

    Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya

    disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran

    indeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian

    atas. Gambaran klinis yang ditemukan :

    Gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala, penurunan

    kesadaran, dan muntah. Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat.

    Demam akibat infeksi

    Fotofobia

    Kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal)

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis

    meningitis antara lain pungsi lumbal, CT Scan.

    Dasar yang mendukung :

    Pada An, MW didapatkan gejala demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan

    kesadaran yaitu menjadi somnolen.

    Dasar yang tidak mendukung :

    Rangsang meningeal negative, tidak ada fotofobia,

    b. Epilepsi

    Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x

    dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam

    neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.Penyebab tersering

    epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress, alkool,

    dan kadang- kadang stimuli seperti cahata televis atau lampu disko.

    Dasar yang mendukung :

    Terdapat kejang yang bersifat umum (tonik klonik)

  • 13

    Dasar yang tidak mendukung :

    Terdapat demam sebelum kejang, dalam 1 tahun terjadi 1x kejang.

    USULAN PEMERIKSAAN ANJURAN :

    - PCR deteksi asam nukleat rotavirus

    - Biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial

    - Analisisgas darahmengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan

    dehidrasi

    - EEG melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang

    PENATALAKSANAAN

    Non-Medika mentosa:

    - Tirah baring

    - Makan diet lunak

    - Oksigen 2L/menit

    Medikamentosa

    - IVFD NaCL 200ml/1 jam, di lanjutkan dengan KAEN 3B + KCL 10 mEq 12 tpm

    Kebutuhan cairan : 30 ml/kgIV dalam jam pertama

    70 ml/ kg IV dalam 2 jam berikutnya

    Kebutuhan cairan pasien : 270 ml/jam IV dalam jam pertama

    630 ml/ jam IV dalam 2 jam berikutnya

    Jenis cairan : Ringer Laktat

    KA-EN 3B : larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit

    yang mengandung kalium

    Keb. cairan maintenance : 10 kgBB I = 100 ml/kg BB/ 24 jam

    Cairan maintance pasien : 900 ml/24 jam (12 tpm)

    - Phenitoin 125 mg drip dalam NaCL 250cc/4 jam, kemudian di turunkan dosis kepada 2x25mg

    dalam NaCL 250cc

  • 14

    Dosis awal :10 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit

    Dosis untuk pasien : 135 mg/kg IV

    Dosis maintenance :4-8 mg/kg/hari 12 jam setelah dosis awal

    Dosis untuk pasien : 45 mg/kg/hari dalam NaCl 250 cc

    - Cephalexin 2x500 mg iv diencerkan

    Dosis : 25 - 50 mg/kgBB IV (2x sehari)

    Dosis untuk pasien : 450 mg IV (2x sehari)

    - Metamizole Na0,4 cc k/p

    Dosis :0.1 0.5 cc

    Dosis untuk pasien : 0.4 cc

    - Zinc tablet

    Dosis zinc : usia> 6 bulan = 20 mg

    Dosis untuk pasien : 20 mg (1x sehari)

    Edukasi

    1. Kejang demam

    - tetap tenang dan tidak panik

    - kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

    - bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan

    atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan

    memasukkan sesuatu kedalam mulut.

    - Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

    - Tetap bersama pasien selama kejang

    - Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

  • 15

    2. Diare

    - Orang tua harus diajarkan cara memberi larutan oralit jika dirumah terjadi diare lagi

    - Menyediakan air minum dan makanan yang bersih

    - Selalu mencuci botol susu kemudian merebusnya

    - Membuat susu yang baik dan benar, yaitu dengan cara panaskan air sampai mendidih,

    masukkan ke dalam termos, tunggu sampai suhu 60-80C, lalu tuangkan ke dalam botol

    susunya. Jangan memasukkan air ketika mendidih ke dalam botol susu, karena susu dapat

    rusak.

    - Jangan mengocok botol susu dengan tangan dan tanpa tutupnya

    - Mencuci tangan anak sebelum dan sesudah makan, jika anak sudah belajar makan sendiri

    PROGNOSIS

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

  • 16

    FOLLOW UP

    Tanggal 26 Desember 2014 (hari pertama perawatan)

    Jam Kesadaran TD Nadi (x/m) RR (x/m) SPO2 (%) Suhu

    12.00 CM 105/52 130 32 100 39

    13.00 CM 105/52 145 30 99 39

    14.00 CM 90/43 123 29 99 38

    15.00 CM 85/41 121 28 98 38.3

    16.00 CM 88/40 120 28 99 37.6

    17.00 CM 98/46 130 30 100 37.2

    18.00 CM 99/52 133 27 98 38

    19.00 CM 94/42 127 36 98 37.5

    20.00 CM 111/55 134 30 98 37.6

    21.00 CM 106/56 130 30 99 38.1

    22.00 CM 106/47 134 31 99 38

    23.00 CM 106/64 136 30 99 37.3

    0.00 CM 100/51 131 29 99 37

    01.00 CM 97/52 136 30 99 37.4

    02.00 CM 100/52 130 30 99 37

    03.00 CM 98/52 134 27 99 37.2.

    04.00 CM 95/47 135 34 99 38.5

    05.00 CM 93/47 135 34 99 37.4

    06.00 CM 94/47 146 38 99 37.7

    Balance cairan :input : 360 + 688 + 610 = 1658 cc

    output : 31 + 451 +750 = 1232 cc

    Resume observasi:

    TD : 93/47 106/64

    Nadi : 121- 146

    RR : 27-38

    Suhu : 37.2 39

  • 17

    Tanggal 27 Desember 2014 (hari kedua perawatan)

    S : Pasien BAB cair 3x sehari, tidak mau minum susu LLM, mau makan tapi hanya sedikit.

    O :

    Kesadaran : compos mentis

    Suhu : 37.3 39.1 0C

    Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg

    Nadi : 121 145 x/menit

    Frekuensi nafas : 28 35 x/menit

    Balance cairan

    Pagi :Input: 518 + 312 + 500 = 1330 cc

    Output : 436 + 30 + 285.5 = 751.5 cc

    A :Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi berat dalam perbaikan

    P :

    Phenitoin 2x 25 m drip IV dalam NaCl 25 cc

    Cephalexin 2 x 500 IV

    Metamizole 0.4 cc

    KCl/ KSR 2 x 1 py

    Nifuroxazide 3x cth

    Paracetamol syrrup 3 x cth

    Tanggal 28 Desember 2014 (hari ketiga perawatan)

    S :Terakhir BAB jam 05.30, sedikit cair, ada ampas. Tidak demam, tidak ada muntah, tidak

    ada batuk.

    O : Kesadaran : CM, KU : tampak sakit ringan

    Suhu 36.90C

    Nadi 106x/mnt

    RR 42x/mnt

  • 18

    Thorax:

    I Datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-)

    P Nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan

    P Sonor di seluruh lapangan paru

    A Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

    Jantung :

    I Ictus cordis tidak terlihat

    P ictus cordis pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.

    P Tidak dapat dinilai

    A BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-)

    Abdomen:

    I Datar, tidak tampak massa

    P nyeri tekan (-)

    P Timpani di seluruh lapangan abdomen

    A Bising usus (+)

    A : Gastroenteritis Akut dengan perbaikan

    P : Phenitoin 2 x 10 mg drip

    Cephalexin 2 x 500 mg injeksi IV

    Nifuroxazide 3x cth

    Paracetamol syrrup 3 x cth

  • 19

    ANALISA KASUS

    Pada kasus ini, pasien didiagnosa menderita gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat

    suspek e.c Rotavirus dan Kejang demam sederhana. Dasar diagnosis tersebut akan dijelaskan

    sebagai berikut;

    Menurut IDAI, diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali

    per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah

    yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pasien menunjukkan tanda- tanda dehidrasi berat,

    sesuai dengan kriteria MMWR tahun 2003 yaitu ubun- ubun cekung, mata cekung, mukosa

    mulut kering, lidah dan bibir kering, turgor kulit pasien menurun, CRT < 2 detik.Karakteristik

    tinja pasien berwarna kuning kehijauan, berbau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien

    juga demam, sehingga mengarah kepada diare yang disebabkan Rotavirus. Hasil pemeriksaan

    makroskopis tinja pada tanggal 27 Desember 2014 menunjukkan tidak ada leukosit dan eritrosit

    pada tinja, serta tidak ada amoeba.

    Definisi kejang demam menurut IDAI adalah Kejang demam ialah bangkitan kejang yang

    terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

    ekstrakranium.Kejang demam terjadi pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Klasifikasi kejang

    demam adalah:

    A. Kejang Demam Sederhana

    Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan

    berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan

    fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan

    80% di antara seluruh kejang demam.

    B. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

    1. Kejang lama > 15 menit

    2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial

    3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

    Pada pasien didapatkan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, berhenti sendiri.

    Kejang berbentuk umum, tidak berulang dalam waktu 24 jam. Hal- hal tersebut sesuai dengan

    kriteria kejang demam sederhana.

  • 20

    Pada kasus ini diagnosis banding untuk gastroenteritis adalah shigellosis dan

    amebiasis.Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,

    terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya sering,

    konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja berwarna merah

    kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja. Pada pasien ini terdapat diare, demam,

    muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi tinja sering. Tetepi pada pemeriksaan

    makroskopik tidak terdapat leukosit dalam tinja, dan warna tinja bukan merah kehijauan.

    Amoebiasis dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai

    sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare seringkali

    dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir dengan sedikit

    leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang berakhir beberapa hari sampai

    beberapa minggu, relaps sering pada individu yang tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba

    disertai dengan serangan demam mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat

    dehidrasi dan gangguan elektrolit. Pada pasien terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi

    berat dan gangguan elektrolit. Akan teteapi tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada

    pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan amoeba.

    Untuk kejang demam sederhana diagnosis banding yang diambil adalah meningitis dan

    epilepsy Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya

    disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran indeksi dari

    tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian atas. Gambaran klinis

    yang ditemukan antaralain; gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala,

    penurunan kesadaran, dan muntah.Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat, Demam

    akibat infeksi, fotofobia, kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal).Pada pasien didapatkan gejala

    demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan kesadaran yaitu menjadi somnolen.Pada pasien

    angsang meningeal negative, dan tidak ada fotofobia, Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya

    kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya

    listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.

    Penyebab tersering epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress,

    alkool, dan kadang- kadang stimuli cahaya. Pada pasien terdapat kejang yang bersifat umum

    (tonik klonik), namun kejang baru terjadi sebanyak 1x dan terdapat demam sebelum kejang.

  • 21

    Anjuran pemeriksaan pada kasus ini adalah PCR yang digunakan untuk mendeteksi asam

    nukleat rotavirus, biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial shigellosis, analisis gas darah

    unutk mengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan dehidrasi, dan EEG

    melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang.

    Berdasarkan IDAI terapi yang diberikan pada semua kasus diare yang diderita anak balita

    adalah :

    1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

    Ketentuan pemberian oralit formula baru:

    Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

    Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan

    24 jam.

    Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan

    sebagai berikut : Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali

    BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

    Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan

    harus dibuang.

    2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

    Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

    Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara berkembang dan

    dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit

    infeksi yang serius.

    3. ASI dan makanan tetap diteruskan

    Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak ssehar untuk mencegah

    kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.

    4. Antibiotik selektif

  • 22

    5. Nasihat kepada orang tua

    Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat

    haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

    Menurut IDAI pengobatan diare yang disertai dehidrasi berat adalah menggunakan TRP

    (terapi rehidrasi parenteral).Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan

    dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan

    5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun 12 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 12 jam

    berikutnya 70 cc/kgBB. Pada pasien ini dapat diberikan IVFD ringer laktat 270 cc dalam jam

    dan dilanjutkan dengan 630 cc dalam 2 jam berikutnya. KA-EN 3B merupakan larutan

    rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit.

    Pada kasus ini pasien tiba di RS dengan keadaan tidak kejang maka menurut konsensus

    penatalaksanaan kejang demam IDAI denganpemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8

    jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula

    dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.Jadi pasien ini dapat

    diberikan diazepam oral 2.7 mg (3x1) atau diazepam rektal 3.5 mg (3x1) jika suhu > 38,5 0C.

    Prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam, karena pemberian terapi cairan secara dini

    akan menurunkan angka mortalitas. Ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena didapatkan

    perbaikan klinis yang bermakna pada follow up. Ad sanationamnya adalah dubia ad bonam

    karena dengan edukasi yang tepat kepada orang tua pasien maka kemungkinan kejadian ulang

    diare dengan dehidrasi berat adalah kecil.

    Pada hari pertama tanggal 26 Desember 2014, pasien diobservasi di ruang HCU RSSD.

    Pasien demam tinggi pada waktu mulai masuk ruang perawatan, dan dalam 18 jam berikutnya,

    suhu tubuh pasien naik turun, dengan suhu tertinggi 390C dan suhu terendah 37,2 0C. Kesadaran

    pasien compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan tekanan darah antara 93/47

    sehingga 106/64 mmHg. Bacaan nadi pula antara 121-146 kali permenit, frekuensi napas antara

    27-38 kali permenit, dan suhu antara 37,2 39 0C. Input cairan selama 24 jam adalah 1658 cc

    sementara output pula sebanyak 1232 cc.

    Pada hari kedua tanggal 27 desember 2014, pasien mengeluh BAB cair 3x sehari, nafsu

    makan menurun dan tidak mau minum susu LLM. Pasien juga sempat mengalami demam.

  • 23

    Kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan suhu : Suhu : 37.3

    39.1 0C, Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg, Nadi : 121 145 x/menit, Frekuensi nafas : 28

    35 x/menit dan balance cairan 1330 751,5 = 578,5 cc. Pasien diberikan pengobatan berupa

    Phenitoin 2x 25 mg drip IV dalam NaCl 25 cc sebagai pengobatan kejang, Ceftriaxone 2 x 500

    IV (antibiotic), Metamizole 0.4 cc, KCl/ KSR 2 x 1 py, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol

    syrrup 3 x cth sebagai obat demam.

    Pada hari ketiga tanggal 28 desember 2014, pasien memaklumkan BAB kali terakhir

    sedikit cair disertai ampas. Pasien juga menyangkal ada muncul demam, mual atau muntah

    dalam 24 jam terakhir. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,

    Suhu direkodkan 36.90C, Nadi : 106x/mnt, frekuensi napas : 42x/mnt. Pada pemeriksaan fisik,

    pada inspeksi torak ditemukan keadaan datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-). Pada

    palpasi ditemukan nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan. Pada perkusi ditemukan sonor di

    seluruh lapangan paru. Auskultasi pula ditemukan suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-

    /-). Pada pemeriksaan jantung pula, inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ictus cordis

    pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.. Perkusi : Tidak dapat dinilai.

    Auskultasi : BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan pada

    inspeksi : datar, tidak tampak massa. Palpasi : nyeri tekan (-). Perkusi : Timpani di seluruh

    lapangan abdomen. Auskultasi : Bising usus (+). Pasien mendapat pengobatan berupa : Phenitoin

    2 x 10 mg drip, Ceftriaxon 2 x 500 mg injeksi IV, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup

    3 x cth.

  • 24

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kejang Demam

    Definisi

    Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas

    38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

    Penjelasan

    Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun.Kejang disertai demam pada

    bayi berumur kurnag dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur

    kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan

    kemungkian lain misalnya infeksi SSP atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.

    Klasifikasi

    C. Kejang Demam Sederhana

    Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan

    berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan

    fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan

    80% di antara seluruh kejang demam.

    D. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini: 1. Kejang lama > 15 menit

    2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial

    3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

    Pemeriksaan Penunjang

    A. Pemerksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat

    dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain

    misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang

    dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah

  • 25

    B. Pungsi lumbal

    Pemeriksaan cairans erebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

    kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny-

    ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu

    pungsi lumbal dianjurkan pada:

    1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

    2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

    Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

    C. Elektroensefalografi

    Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat mem- prediksi berulangnya kejang,

    atau memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh

    karenanya tidak direkomendasikan

    D. Pencitraan

    Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau

    magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas

    indikasi seperti:

    1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

    2. Paresis nervus VI

    3. Papiledema

    Prognosis

    - Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

    Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

    dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien

    yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neu-

    rologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan

    kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

  • 26

    - Kemungkinan mengalami kematian

    Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan

    - Kemungkinan berulangnya kejang demam

    Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya

    kejang demam adalah :

    1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

    2. Usia kurang dari 12 bulan

    3. Temperatur yang rendah saat kejang

    4. Cepatnya kejang setelah demam

    Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,

    sedangkan bila tidak terdapat fak- tor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam

    hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun

    pertama.

    Penatalaksanaan Saat Kejang

    Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah

    berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan

    kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-

    0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan

    dosis maksimal 20 mg.

    Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.

    Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat

    badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal

    dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7.5 mg untuk anak di atas usia 3

    tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan

    cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam

    rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam

    intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.

  • 27

    Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20

    mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti

    dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin

    kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.

    Pemberin Obat Pada saat Demam

    - Antipiretik

    Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali

    sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali

    sehari

    - Antikonvulsan

    Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan

    risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal

    dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C .

    Edukasi

    Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

    Memberitahukan cara penanganan kejang.

    Memberikaninformasimengenaikemungkinan kejang kembali

    Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya

    efek samping.

  • 28

    Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Berat

    Definisi

    Diare akut atau gastroenteritis akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali

    perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

    berlangsung kurang dari satu minggu

    Penjelasan

    Merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di

    bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan

    sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.Cara penularan diare pada

    umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh

    enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah

    tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.

    Penyebab

    Bakteri Virus Parasit Aeromonas Salmonella Bacillus cereus Shigella Campylobacter jejuni Staphylococcus aureus Clostridium

    perfringens Vibrio cholera Clostridium defficile Vibrio

    parahaemolyticus Escherichia coli Yersinia enterocolitica Plesiomonas

    shigeloides

    Astrovirus Rotavirus Calcivirus (Norovirus,

    Sapovirus) Norwalk virus Enteric adenovirus Herpes simplex virus Coronavirus Cytomegalovirus

    Balantidium coli Giardia lamblia Blastocystis homonis Isospora belli Cryptosporidium

    parvum Strongyloides

    stercoralis Entamoeba histolytica Trichuris trichiura

  • 29

    Diagnosis

    Anamnesis

    Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:

    lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah.

    Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya.

    Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir.

    Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.

    Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,

    campak.

    Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat

    ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan

    riwayat imunisasinya.

    Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa:

    tanda-tanda vital dan kondisi pertumbuhan anak seperti berat badan, suhu tubuh,

    frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.

    tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-

    tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak,

    ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

    Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

    Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.

    Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan

    derajat dehidrasi yang terjadi.

    Pemeriksaan penunjang

    Pada pemeriksaan penunjang perlu diperiksa

    Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah.

    Tinja : makroskopis dan mikroskopis

  • 30

    Derajat dehidrasi

    Derajat dehidrasi menurut MMWR 1992 : Simptom

    Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan BB < 3%

    Dehidrasi Ringan - Sedang, Kehilangan BB 3 % - 9 %

    Dehidrasi Berat Kehilangan BB > 9%

    Kesadaran

    Baik

    Normal, lelah, gelisah, irritable

    Apathis, letargi, tidak sadar

    Denyut jantung

    Normal

    Normal - meningkat

    Takikardi, bradikardia pada kasus berat

    Kualitas nadi

    Normal

    Normal melemah

    Lemah, kecil, tidak teraba

    Pernapasan

    Normal Normal cepat

    Dalam

    Mata

    Normal

    Sedikit cowong

    Sangat cowong

    Air mata

    Ada

    Berkurang

    Tidak ada

    Mulut dan lidah

    Basah

    Kering

    Sangat kering

    Cubitan kulit

    Segera kembali

    Kembali < 2 detik

    Kembali > 2 detik

    Capillary refill

    Normal

    Memanjang

    Memanjang, minimal

    Extremitas

    Hangat

    Dingin

    Dingin, mottled, sianotik

    Kencing

    Normal

    Berkurang

    Minimal

  • 31

    Pengobatan

    Non medika mentosa

    1. Terapi rehidrasi

  • 32

    2. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

    Hiponatremia (Na

  • 33

    Pencegahan

    Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

    1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.

    Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal -

    oral.Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara

    penyebaran ini.Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

    Pemberian ASI yang benar.

    Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.

    Penggunaan air bersih yang cukup.

    Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang

    air besar dan sebelum makan.

    Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

    keluarga.

    Membuang tinja bayi yang benar.

    2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu ( host ).

    Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat

    mengurangi resiko diare antara lain:

    Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.

    Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan

    dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

    Imunisasi campak.