case geadb
DESCRIPTION
kasus GEADBTRANSCRIPT
-
1
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
Tanda tangan
Nama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163 ...
Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195 ..
Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A ............................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap :An. MW Jenis kelamin :Laki-laki
Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013 Suku bangsa :Jawa
Usia :1 tahun 8 bulan Agama : Islam
Pendidikan: belum sekolah Alamat :Jatijajar, Depok
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Tn. W Ibu : Ny.SH
Usia : 40 tahun Usia :35 tahun
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan : ibu rumah tangga
A. ANAMNESIS
Diambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB
Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x
-
2
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien buang air besar dengan konsistensi cair
kurang lebih 12x sehari. Tinja berwana kuning kehijauan berbau langu, terdapat ampas, tidak ada
darah, tidak ada lendir. Sekali BAB kira- kira sebanyak setengah gelas air mineral. Pasien
muntah 1x. Muntahan berisi sisa makanan, tidak terdapat darah, muntahan sebanyak seperempat
gelas air mineral.Pasien tidak demam. Nafsu makan sedikit menurun. Pasien mau minum air
putih dan ASI.Tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada pilek.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien BAB cair sebanyak 4- 5x dalam sehari.
Setiap kali BAB kurang lebih setengah gelas air mineral. Tinja berwarna kuning kehijauan, tidak
ada darah, tidak ada lendir.Pasien demam, namun tidak diukur suhu tubuhnya. Pasien dibawa ke
dokter, diberi sirup penurun panas, obat untuk lambungnamun tidak ada perubahan.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih BAB cair. Sehari sebanyak 4-
5x.Pasien masih demam, kejang 1x, ketika kejang mata pasien mendelik keatas dan tubuhnya
kaku. Setelah kejang pasien menangis lalu tertidur.Kejang berlangsung selama 1 menit dan tidak
berulang lagi. BAK pasien jumlahnya lebih sedikit dari biasanya dan warnanya agak gelap,
Pasien memiliki riwayat sering jajan sembarangan.
Riwayat Penyakit Dahulu
( - ) Sepsis
( - ) Tuberculosis
( - )Asma
(+) Diare akut
( - ) Disentri
( - ) Tifus Abdominalis
( - ) Cacar Air
( - )Batuk Rejan
( - ) Demam Rematik Akut
( - ) Glomerulonefritis
( - ) Meningoencephalitis
( - ) Pneumonia
( - ) Alergi Rhinitis
( - ) Diare Kronis
( - ) Kolera
( - ) DHF
( - ) Campak
( - ) Tetanus
( - ) Penyakit Jantung Rematik
( - ) Sindroma Nefrotik
( - ) Kejang Demam
( - ) Alergi lainnya :
( - ) Gastritis
( - ) Amoebiasis
( - ) Difteri
( - ) Polio
( - ) Peny. Jantung Bawaan
( - ) ISK
( - ) Kecelakaan
( - ) Lain-lain
-
3
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - +
Asma - +
Tuberkulosis - +
Hipertensi - +
Diabetes - +
Kejang Demam - +
Demam berdarah - +
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan
Perawatan antenatal :Di puskesmas
Penyakit kehamilan :Tidak ada
Kelahiran
Tempat kelahiran :Rumah Bersalin
Penolong persalinan :Bidan
Cara persalinan :Normal
Masa gestasi :cukup bulan
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3.300 gram
Panjang badan lahir :52 cm
Lingkar kepala :Ibu pasien lupa
Langsung menangis
Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang
Kelainan bawaan :Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
-
4
Riwayat perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan
Psikomotor
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 8 bulan
- Berdiri : 9 bulan
- Berbicara : 12 bulan
Kesan : Tumbuh kembang anak sesuai usia
Riwayat Imunisasi
VAKSIN Dasar (Umur)
BCG +
2 bulan
+
3 bulan
DPT +
2 bulan
+
4 bulan
+
6 bulan
Polio +
Saat
lahir
+
2 bulan
+
4 bulan
+
6 bulan
Campak - - - -
Hepatitis B +
Saat
lahir
+
1 bulan
+
6 bulan
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Nutrisi
Susu : ASI sejak lahir
Makanan padat : 13 bulan
-
5
Makanan sekarang : Pasien mau makanan padat berupa nasi lunak bersama sop daging atau
sayuran. Ibu pasien jarang memberikan buah. Pasien masih minum ASI
dan tidak mau minum susu formula.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : Tidak diukur
Denyut nadi : 130 x/ menit
Suhu (rectal) : 39C
Laju nafas : 32x/menit
Antropometi
Lingkar kepala : 46cm
Lingkar dada : 48 cm
Lingkar lengan atas : 16 cm
Berat badan : 9,1 kg
Tinggi badan : 85 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala :Normocephalic, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-
ubun cekung
Mata : Kedudukan simetris, Mata cekung, Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tampak sedikit serumen, membran timpani
utuh.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Sekret tidak ada. Pernapasan cuping
hidung tidak ada.
Bibir : tampak kering
Mulut : Bentuk normal, mukosa kering
-
6
Lidah : mukosa kering, tidak tremor, tidak deviasi, tidak kotor
Tonsil : T1 T1 tidak hiperemis, tidak ada detritus
Faring :Tidak hiperemis, uvula letaknya di tengah
Leher : KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi : Pernapasan abdominotorakal, bentuk dada normal, tidak ada retraksi sela
iga, tidak tampak massa
Palpasi :Permukaan dada simetris ada statis dan dinamis, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak ada retraksi, vocal fremitus kiri = kanan.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati pada interkostalis ke- 6,
peranjakan sebesar 2 cm
Auskultasi :Suara nafas vesikuler di seluruh lapangan paru, ronkhi -/- wheezing-/-
Jantung :
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba ictus cordis pada garis midklavikula kiri sela iga IV
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJI-II normal, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak massa.
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada
splenomegali
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi :Bising usus meningkat
Anus dan Rektum : tidak ada iritasi, tidak ada bekas garukan
Genitalia : laki-laki, tidak ditemukan kelainan
Kulit : warna sawo matang, turgor kulit menurun
-
7
Extremitas (lengan & tungkai):
Tonus: normotonus
Akral : akral dingin, CRT > 2 detik
Tulang Belakang : bentuk normal, tidak ada kifosisi, scoliosis, gibus
Kulit : Warna sawo matang, tidak ada ptechiae, tidak ada lesi, tidak ada bisul.
KGB : Tidak teraba pembesaran
C. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis :
Refleks Biceps Positif
Refleks Triceps Positif
Refleks Patella Positif
Refleks Achilles Positif
Kesan : tidak ada kelainan di UMN dan LMN
Refleks Patologis : ( - )
Refleks Babinsky Negatif
Klonus Pergelangan kaki Negatif
Klonus Patella Negatif
Kesan : tidak ada kelainan di UMN
-
8
Rangsang Meningeal : ( - )
Kaku kuduk Negatif
Brudzinski I Negatif
Brudzinki II Negatif
Kernig Negatif
Lasague Negatif
Kesan: tidak ada kelainan di meningen
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab tanggal 26-12-2014 jam 08.26
Hematologi
Hb : 9.9% g/dl (14 18 g/dl)
Leukosit : 10.500/ uL (5.000-10.000)
Ht : 31 % (42-52)
Trombosit : 390000 / uL (150.000-450.000)
Elektrolit
kalium :127 mmol/L (135-145)
natrium : 1,9mmol/L (3,5-5,5)
klorida : 94 mmol/L (93-110)
glukosa sewaktu : 123 mg/dl (
-
9
Darah : -
Lendir : -
Mikroskopis
Leukosit : 0-2
Eritrosit : 0-1
Telur cacing : -
Kristal : -
Amoeba : -
Pencernaan amylum : -
Asam urat : -
Lemak : +
Sisa tumbuhan : -
Sisa daging : -
Bakteri : +
Jamur : -
Lab tanggal 28-12-2014 jam 06.00
Kimia darah
Natrium :130 mmol/L(135-145)
Kalium : 4.59 mmol/L (3.5-5.5)
Klorida : 98 mmol/L (93-110)
RESUME
Anak laki- laki, 18 bulan datang dengan keluhan diare sejak 3 hari SMRS. Dalam 1 hari pasien
dapat BAB cair 5x atau lebih. Tinja berwarna kehijauan baunya langu, ada ampas, tidak ada
darah dan lendir. Pasien juga demam, dan pernah kejang sebanyak satu kali. Kejang berlangsung
dibawah 5 menit dan tidak berulang kembali. Nafsu makan dan minum menurun. BAK
berkurang jumlahnya dan warnanya sedikit lebih gelap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
-
10
pasien tampak sakit berat, keadaan umum lemah, ubun- ubun cekung, mata cekung, turgor kulit
menurun, mukosa bibir dan lidah tampak kering. Paru dan jantung dalam batas normal. Terdapat
peningkatan bising usus pada auskultasi abdomen. Hasil pemeriksaan penunjang terdapat
leukositosis (10,500), penurunan Ht (31%), hipokalemia (127 mmol/L), hiponatremia
(130mmol/L).
DIAGNOSIS KERJA
1. Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat suspek e.c Rotavirus
Dasar yang mendukung :
Pada pasien anak W didapatkan gejala buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari
3x dalam 24 jam yang berlangsung selama 3 hari.Tinja berwarna kuning kehijauan
dengan bau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien juga muntah sebanyak 1x.
Terdapat demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaan umum yang lemah, ubun-
ubun yang cekung, mata juga cekung, turgor kulit yang menurun, mukosa bibir dan lidah
yang kering.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemi dan hiponatremi.
Pada pemeriksan tinja tidak didapatkan eritrosit dan leukosit.Juga tidak ditemukan
amoeba.
2. Kejang Demam Sederhana
Dasar yang mendukung :
Pasien An. W berusia 1 tahun 8 bulan kejang sebanyak 1x, kejang berlangsung
-
11
DIAGNOSIS DEFERENSIAL
1. DD untuk Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat
a. Disentri basiler/ Shigellosis
Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya
sering, konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja
berwarna merah kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja.
Dasar yang mendukung :
Terdapat gejala diare, demam, muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi
tinja sering.
Dasar yang tidak mendukung :
Tidak terdapat leukosit dalam tinja, warna tinja kuning kehijauan.
b. Disentri Amoeba/ amoebiasis
Dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai
sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare
seringkali dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak
lendir dengan sedikit leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang
berakhir beberapa hari sampai beberapa minggu, relaps sering pada individu yang
tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba disertai dengan serangan demam
mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat dehidrasi dan gangguan
elektrolit.
Dasar yang mendukung :
Terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi berat dan gangguan eletrolit
Dasar yang tidak mendukung :
Tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja tidak
ditemukan amoeba.
-
12
2. DD untuk Kejang Demam
a. Meningitis
Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran
indeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian
atas. Gambaran klinis yang ditemukan :
Gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala, penurunan
kesadaran, dan muntah. Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat.
Demam akibat infeksi
Fotofobia
Kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis
meningitis antara lain pungsi lumbal, CT Scan.
Dasar yang mendukung :
Pada An, MW didapatkan gejala demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan
kesadaran yaitu menjadi somnolen.
Dasar yang tidak mendukung :
Rangsang meningeal negative, tidak ada fotofobia,
b. Epilepsi
Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x
dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam
neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.Penyebab tersering
epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress, alkool,
dan kadang- kadang stimuli seperti cahata televis atau lampu disko.
Dasar yang mendukung :
Terdapat kejang yang bersifat umum (tonik klonik)
-
13
Dasar yang tidak mendukung :
Terdapat demam sebelum kejang, dalam 1 tahun terjadi 1x kejang.
USULAN PEMERIKSAAN ANJURAN :
- PCR deteksi asam nukleat rotavirus
- Biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial
- Analisisgas darahmengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan
dehidrasi
- EEG melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang
PENATALAKSANAAN
Non-Medika mentosa:
- Tirah baring
- Makan diet lunak
- Oksigen 2L/menit
Medikamentosa
- IVFD NaCL 200ml/1 jam, di lanjutkan dengan KAEN 3B + KCL 10 mEq 12 tpm
Kebutuhan cairan : 30 ml/kgIV dalam jam pertama
70 ml/ kg IV dalam 2 jam berikutnya
Kebutuhan cairan pasien : 270 ml/jam IV dalam jam pertama
630 ml/ jam IV dalam 2 jam berikutnya
Jenis cairan : Ringer Laktat
KA-EN 3B : larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit
yang mengandung kalium
Keb. cairan maintenance : 10 kgBB I = 100 ml/kg BB/ 24 jam
Cairan maintance pasien : 900 ml/24 jam (12 tpm)
- Phenitoin 125 mg drip dalam NaCL 250cc/4 jam, kemudian di turunkan dosis kepada 2x25mg
dalam NaCL 250cc
-
14
Dosis awal :10 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit
Dosis untuk pasien : 135 mg/kg IV
Dosis maintenance :4-8 mg/kg/hari 12 jam setelah dosis awal
Dosis untuk pasien : 45 mg/kg/hari dalam NaCl 250 cc
- Cephalexin 2x500 mg iv diencerkan
Dosis : 25 - 50 mg/kgBB IV (2x sehari)
Dosis untuk pasien : 450 mg IV (2x sehari)
- Metamizole Na0,4 cc k/p
Dosis :0.1 0.5 cc
Dosis untuk pasien : 0.4 cc
- Zinc tablet
Dosis zinc : usia> 6 bulan = 20 mg
Dosis untuk pasien : 20 mg (1x sehari)
Edukasi
1. Kejang demam
- tetap tenang dan tidak panik
- kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
- bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
- Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
- Tetap bersama pasien selama kejang
- Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
-
15
2. Diare
- Orang tua harus diajarkan cara memberi larutan oralit jika dirumah terjadi diare lagi
- Menyediakan air minum dan makanan yang bersih
- Selalu mencuci botol susu kemudian merebusnya
- Membuat susu yang baik dan benar, yaitu dengan cara panaskan air sampai mendidih,
masukkan ke dalam termos, tunggu sampai suhu 60-80C, lalu tuangkan ke dalam botol
susunya. Jangan memasukkan air ketika mendidih ke dalam botol susu, karena susu dapat
rusak.
- Jangan mengocok botol susu dengan tangan dan tanpa tutupnya
- Mencuci tangan anak sebelum dan sesudah makan, jika anak sudah belajar makan sendiri
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
-
16
FOLLOW UP
Tanggal 26 Desember 2014 (hari pertama perawatan)
Jam Kesadaran TD Nadi (x/m) RR (x/m) SPO2 (%) Suhu
12.00 CM 105/52 130 32 100 39
13.00 CM 105/52 145 30 99 39
14.00 CM 90/43 123 29 99 38
15.00 CM 85/41 121 28 98 38.3
16.00 CM 88/40 120 28 99 37.6
17.00 CM 98/46 130 30 100 37.2
18.00 CM 99/52 133 27 98 38
19.00 CM 94/42 127 36 98 37.5
20.00 CM 111/55 134 30 98 37.6
21.00 CM 106/56 130 30 99 38.1
22.00 CM 106/47 134 31 99 38
23.00 CM 106/64 136 30 99 37.3
0.00 CM 100/51 131 29 99 37
01.00 CM 97/52 136 30 99 37.4
02.00 CM 100/52 130 30 99 37
03.00 CM 98/52 134 27 99 37.2.
04.00 CM 95/47 135 34 99 38.5
05.00 CM 93/47 135 34 99 37.4
06.00 CM 94/47 146 38 99 37.7
Balance cairan :input : 360 + 688 + 610 = 1658 cc
output : 31 + 451 +750 = 1232 cc
Resume observasi:
TD : 93/47 106/64
Nadi : 121- 146
RR : 27-38
Suhu : 37.2 39
-
17
Tanggal 27 Desember 2014 (hari kedua perawatan)
S : Pasien BAB cair 3x sehari, tidak mau minum susu LLM, mau makan tapi hanya sedikit.
O :
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37.3 39.1 0C
Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg
Nadi : 121 145 x/menit
Frekuensi nafas : 28 35 x/menit
Balance cairan
Pagi :Input: 518 + 312 + 500 = 1330 cc
Output : 436 + 30 + 285.5 = 751.5 cc
A :Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi berat dalam perbaikan
P :
Phenitoin 2x 25 m drip IV dalam NaCl 25 cc
Cephalexin 2 x 500 IV
Metamizole 0.4 cc
KCl/ KSR 2 x 1 py
Nifuroxazide 3x cth
Paracetamol syrrup 3 x cth
Tanggal 28 Desember 2014 (hari ketiga perawatan)
S :Terakhir BAB jam 05.30, sedikit cair, ada ampas. Tidak demam, tidak ada muntah, tidak
ada batuk.
O : Kesadaran : CM, KU : tampak sakit ringan
Suhu 36.90C
Nadi 106x/mnt
RR 42x/mnt
-
18
Thorax:
I Datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-)
P Nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan
P Sonor di seluruh lapangan paru
A Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
I Ictus cordis tidak terlihat
P ictus cordis pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.
P Tidak dapat dinilai
A BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I Datar, tidak tampak massa
P nyeri tekan (-)
P Timpani di seluruh lapangan abdomen
A Bising usus (+)
A : Gastroenteritis Akut dengan perbaikan
P : Phenitoin 2 x 10 mg drip
Cephalexin 2 x 500 mg injeksi IV
Nifuroxazide 3x cth
Paracetamol syrrup 3 x cth
-
19
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosa menderita gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
suspek e.c Rotavirus dan Kejang demam sederhana. Dasar diagnosis tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut;
Menurut IDAI, diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali
per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pasien menunjukkan tanda- tanda dehidrasi berat,
sesuai dengan kriteria MMWR tahun 2003 yaitu ubun- ubun cekung, mata cekung, mukosa
mulut kering, lidah dan bibir kering, turgor kulit pasien menurun, CRT < 2 detik.Karakteristik
tinja pasien berwarna kuning kehijauan, berbau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien
juga demam, sehingga mengarah kepada diare yang disebabkan Rotavirus. Hasil pemeriksaan
makroskopis tinja pada tanggal 27 Desember 2014 menunjukkan tidak ada leukosit dan eritrosit
pada tinja, serta tidak ada amoeba.
Definisi kejang demam menurut IDAI adalah Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.Kejang demam terjadi pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Klasifikasi kejang
demam adalah:
A. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
B. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pada pasien didapatkan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum, tidak berulang dalam waktu 24 jam. Hal- hal tersebut sesuai dengan
kriteria kejang demam sederhana.
-
20
Pada kasus ini diagnosis banding untuk gastroenteritis adalah shigellosis dan
amebiasis.Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya sering,
konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja berwarna merah
kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja. Pada pasien ini terdapat diare, demam,
muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi tinja sering. Tetepi pada pemeriksaan
makroskopik tidak terdapat leukosit dalam tinja, dan warna tinja bukan merah kehijauan.
Amoebiasis dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai
sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare seringkali
dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir dengan sedikit
leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang berakhir beberapa hari sampai
beberapa minggu, relaps sering pada individu yang tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba
disertai dengan serangan demam mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat
dehidrasi dan gangguan elektrolit. Pada pasien terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi
berat dan gangguan elektrolit. Akan teteapi tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada
pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan amoeba.
Untuk kejang demam sederhana diagnosis banding yang diambil adalah meningitis dan
epilepsy Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran indeksi dari
tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian atas. Gambaran klinis
yang ditemukan antaralain; gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah.Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat, Demam
akibat infeksi, fotofobia, kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal).Pada pasien didapatkan gejala
demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan kesadaran yaitu menjadi somnolen.Pada pasien
angsang meningeal negative, dan tidak ada fotofobia, Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya
kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya
listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.
Penyebab tersering epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress,
alkool, dan kadang- kadang stimuli cahaya. Pada pasien terdapat kejang yang bersifat umum
(tonik klonik), namun kejang baru terjadi sebanyak 1x dan terdapat demam sebelum kejang.
-
21
Anjuran pemeriksaan pada kasus ini adalah PCR yang digunakan untuk mendeteksi asam
nukleat rotavirus, biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial shigellosis, analisis gas darah
unutk mengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan dehidrasi, dan EEG
melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang.
Berdasarkan IDAI terapi yang diberikan pada semua kasus diare yang diderita anak balita
adalah :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Ketentuan pemberian oralit formula baru:
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut : Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali
BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara berkembang dan
dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit
infeksi yang serius.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak ssehar untuk mencegah
kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
4. Antibiotik selektif
-
22
5. Nasihat kepada orang tua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Menurut IDAI pengobatan diare yang disertai dehidrasi berat adalah menggunakan TRP
(terapi rehidrasi parenteral).Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan
dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan
5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun 12 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 12 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Pada pasien ini dapat diberikan IVFD ringer laktat 270 cc dalam jam
dan dilanjutkan dengan 630 cc dalam 2 jam berikutnya. KA-EN 3B merupakan larutan
rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit.
Pada kasus ini pasien tiba di RS dengan keadaan tidak kejang maka menurut konsensus
penatalaksanaan kejang demam IDAI denganpemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8
jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.Jadi pasien ini dapat
diberikan diazepam oral 2.7 mg (3x1) atau diazepam rektal 3.5 mg (3x1) jika suhu > 38,5 0C.
Prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam, karena pemberian terapi cairan secara dini
akan menurunkan angka mortalitas. Ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena didapatkan
perbaikan klinis yang bermakna pada follow up. Ad sanationamnya adalah dubia ad bonam
karena dengan edukasi yang tepat kepada orang tua pasien maka kemungkinan kejadian ulang
diare dengan dehidrasi berat adalah kecil.
Pada hari pertama tanggal 26 Desember 2014, pasien diobservasi di ruang HCU RSSD.
Pasien demam tinggi pada waktu mulai masuk ruang perawatan, dan dalam 18 jam berikutnya,
suhu tubuh pasien naik turun, dengan suhu tertinggi 390C dan suhu terendah 37,2 0C. Kesadaran
pasien compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan tekanan darah antara 93/47
sehingga 106/64 mmHg. Bacaan nadi pula antara 121-146 kali permenit, frekuensi napas antara
27-38 kali permenit, dan suhu antara 37,2 39 0C. Input cairan selama 24 jam adalah 1658 cc
sementara output pula sebanyak 1232 cc.
Pada hari kedua tanggal 27 desember 2014, pasien mengeluh BAB cair 3x sehari, nafsu
makan menurun dan tidak mau minum susu LLM. Pasien juga sempat mengalami demam.
-
23
Kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan suhu : Suhu : 37.3
39.1 0C, Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg, Nadi : 121 145 x/menit, Frekuensi nafas : 28
35 x/menit dan balance cairan 1330 751,5 = 578,5 cc. Pasien diberikan pengobatan berupa
Phenitoin 2x 25 mg drip IV dalam NaCl 25 cc sebagai pengobatan kejang, Ceftriaxone 2 x 500
IV (antibiotic), Metamizole 0.4 cc, KCl/ KSR 2 x 1 py, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol
syrrup 3 x cth sebagai obat demam.
Pada hari ketiga tanggal 28 desember 2014, pasien memaklumkan BAB kali terakhir
sedikit cair disertai ampas. Pasien juga menyangkal ada muncul demam, mual atau muntah
dalam 24 jam terakhir. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,
Suhu direkodkan 36.90C, Nadi : 106x/mnt, frekuensi napas : 42x/mnt. Pada pemeriksaan fisik,
pada inspeksi torak ditemukan keadaan datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-). Pada
palpasi ditemukan nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan. Pada perkusi ditemukan sonor di
seluruh lapangan paru. Auskultasi pula ditemukan suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-
/-). Pada pemeriksaan jantung pula, inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ictus cordis
pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.. Perkusi : Tidak dapat dinilai.
Auskultasi : BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan pada
inspeksi : datar, tidak tampak massa. Palpasi : nyeri tekan (-). Perkusi : Timpani di seluruh
lapangan abdomen. Auskultasi : Bising usus (+). Pasien mendapat pengobatan berupa : Phenitoin
2 x 10 mg drip, Ceftriaxon 2 x 500 mg injeksi IV, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup
3 x cth.
-
24
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penjelasan
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun.Kejang disertai demam pada
bayi berumur kurnag dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkian lain misalnya infeksi SSP atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi
C. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
D. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini: 1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemerksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang
dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
-
25
B. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairans erebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny-
ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat mem- prediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan
D. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Prognosis
- Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neu-
rologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan
kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
-
26
- Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
- Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat fak- tor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun
pertama.
Penatalaksanaan Saat Kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-
0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7.5 mg untuk anak di atas usia 3
tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
-
27
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberin Obat Pada saat Demam
- Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali
sehari
- Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C .
Edukasi
Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
Memberitahukan cara penanganan kejang.
Memberikaninformasimengenaikemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping.
-
28
Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Berat
Definisi
Diare akut atau gastroenteritis akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu
Penjelasan
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di
bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan
sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.Cara penularan diare pada
umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Penyebab
Bakteri Virus Parasit Aeromonas Salmonella Bacillus cereus Shigella Campylobacter jejuni Staphylococcus aureus Clostridium
perfringens Vibrio cholera Clostridium defficile Vibrio
parahaemolyticus Escherichia coli Yersinia enterocolitica Plesiomonas
shigeloides
Astrovirus Rotavirus Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus) Norwalk virus Enteric adenovirus Herpes simplex virus Coronavirus Cytomegalovirus
Balantidium coli Giardia lamblia Blastocystis homonis Isospora belli Cryptosporidium
parvum Strongyloides
stercoralis Entamoeba histolytica Trichuris trichiura
-
29
Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya.
Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,
campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan
riwayat imunisasinya.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa:
tanda-tanda vital dan kondisi pertumbuhan anak seperti berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-
tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan
derajat dehidrasi yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang perlu diperiksa
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah.
Tinja : makroskopis dan mikroskopis
-
30
Derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi menurut MMWR 1992 : Simptom
Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan BB < 3%
Dehidrasi Ringan - Sedang, Kehilangan BB 3 % - 9 %
Dehidrasi Berat Kehilangan BB > 9%
Kesadaran
Baik
Normal, lelah, gelisah, irritable
Apathis, letargi, tidak sadar
Denyut jantung
Normal
Normal - meningkat
Takikardi, bradikardia pada kasus berat
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Lemah, kecil, tidak teraba
Pernapasan
Normal Normal cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali < 2 detik
Kembali > 2 detik
Capillary refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Extremitas
Hangat
Dingin
Dingin, mottled, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
-
31
Pengobatan
Non medika mentosa
1. Terapi rehidrasi
-
32
2. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Hiponatremia (Na
-
33
Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal -
oral.Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini.Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
Pemberian ASI yang benar.
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
Penggunaan air bersih yang cukup.
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang
air besar dan sebelum makan.
Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga.
Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu ( host ).
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain:
Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
Imunisasi campak.