caerbera

27
 Home » Informasi Menarik mengenai tumbuhan (Interesting Information about plants) » Bintaro  (Cerbera manghas) Pohon Penghijauan yang Beracun Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Penghijauan yang Beracun   Bintaro yang ini adalah tumbuhan (pohon) bernama latin Cerbera manghas, bukan nama sebuah kelurahan di Jakarta Selatan. Tapi mungkin dari nama pohon inilah, nama kelurahan Bintaro berasal. Yang pasti tumbuhan ini banyak dijumpai di Jakarta sebagai pohon penghijauan. Bintaro yang banyak digunakan sebagai pohon penghijauan di berbagai tempat di Jakarta, pada tahun 2009 pernah membuat geger. Pasalnya buah, daun, dan getah pohon ini mengandung cerberin yang beracun. Pohon Bintaro sering disebut juga sebagai Mangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Sea Mango Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) Bintaro dinamai sebagai Cerbera manghas. Nama Bintaro juga sering disematkan kepada kerabat dekatnya yang bernama ilmiah Cerbera odollam. Kedua jenis tanaman ini memang mempunyai kemiripan dalam berbagai hal. Bintaro umumnya mempunyai tinggi 4-6 meter meskipun terkadang mampu mencapai 12 m. Daunnya berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat telur. Bunga Bintaro berbau harum, terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 5-10 cm. Ketika masih muda berwarna hijau pucat dan berubah menjadi merah cerah saat masak. Tanaman Bintaro tersebar luas di kawasan tropis indo fasifik termasuk Indonesia. Habitat aslinya adalah daerah pantai dan hutan mangrove (bakau). Namun kini Bintaro banyak ditanam sebagai pohon penghijauan penyerap karbondioksida (CO2). Bintaro Beracun Tapi Mengandung Biofuel. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan. Namun di balik racun yang dikandungnya, biji dari pohon ini ternyata dapat diekstrak menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai energi alternatif (biofuel). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan minyak dari biji Bintaro (Cerbera manghas) menjadi energi alternatif. Minyak hasil ekstrak dari biji Bintaro terbukti dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel).

Upload: rani-handayani

Post on 09-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

M

TRANSCRIPT

HomeInformasi Menarik mengenai tumbuhan (Interesting Information about plants)Bintaro (Cerbera manghas) Pohon Penghijauan yang BeracunBintaro (Cerbera manghas) Pohon Penghijauan yang Beracun

Bintaroyang ini adalah tumbuhan (pohon) bernama latinCerbera manghas, bukan nama sebuah kelurahan di Jakarta Selatan. Tapi mungkin dari nama pohon inilah, nama kelurahan Bintaro berasal. Yang pasti tumbuhan ini banyak dijumpai di Jakarta sebagai pohon penghijauan.Bintaro yang banyak digunakan sebagai pohon penghijauan di berbagai tempat di Jakarta, pada tahun 2009 pernah membuat geger. Pasalnya buah, daun, dan getah pohon ini mengandung cerberin yang beracun.Pohon Bintaro sering disebut juga sebagai Mangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagaiSea MangoSedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) Bintaro dinamai sebagaiCerbera manghas. Nama Bintaro juga sering disematkan kepada kerabat dekatnya yang bernama ilmiahCerbera odollam. Kedua jenis tanaman ini memang mempunyai kemiripan dalam berbagai hal.Bintaro umumnya mempunyai tinggi 4-6 meter meskipun terkadang mampu mencapai 12 m. Daunnya berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat telur. Bunga Bintaro berbau harum, terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 5-10 cm. Ketika masih muda berwarna hijau pucat dan berubah menjadi merah cerah saat masak.Tanaman Bintaro tersebar luas di kawasan tropis indo fasifik termasuk Indonesia. Habitat aslinya adalah daerah pantai dan hutan mangrove (bakau). Namun kini Bintaro banyak ditanam sebagai pohon penghijauan penyerap karbondioksida (CO2).Bintaro Beracun Tapi Mengandung Biofuel. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan.Namun di balik racun yang dikandungnya, biji dari pohon ini ternyata dapat diekstrak menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai energi alternatif (biofuel). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan minyak dari biji Bintaro (Cerbera manghas) menjadi energi alternatif. Minyak hasil ekstrak dari biji Bintaro terbukti dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel).Meskipun beracun, dengan potensi yang dipunyainya baik sebagai tanaman penghijauan maupun sebagai penghasil biofuel, sepertinya bukan sikap bijak jika kita harus menjauhi dan memusnahkan tanaman ini. Toh, di sekitar kita banyak sekali tanaman-tanaman yang mengandung racun seperti Tuba, Tembakau, Zodia dan lain sebagainya. Di samping racun yang dikandung tumbuhan beracun tersebut pasti terdapat potensi yang menunggu untuk kita manfaatkan. Demikian juga Bintaro pohon penghijauan yang beracun ini.Klasifikasi ilmiah:Kerajaan: Plantae;Sub kerajaan: Tracheobionta;Super Divisi: Spermatophyta;Divisi: Magnoliophyta;Kelas: Magnoliopsida;Sub Kelas: Asteridae;Ordo: Gentianales;Famili: Apocynaceae;Genus: Cerbera;Spesies:Cerbera manghasL.

Publish ByAdminon Kategory :Informasi Menarik mengenai tumbuhan (Interesting Information about plants)http://www.tipswarta.blogspot.com/2011/03/bintaro-cerbera-manghas-pohon.html

Karya penelitian:Adrian Wahyu Dewanto2010XI IPA 1 SMA Negeri 8 TangerangABSTRAK

Mencari dan mengolah sumber energi yang ramah lingkungan perlu adanya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang sehat, hijau, asri dan untuk tidak selalu tegantung pada pasokan bahan bakar minyak fosil. Tanaman Bintaro(Cerbera odollam Gaertn)merupakan salah satu tanaman yang bijinya mengandung kadar lemak/minyak sebesar 46-64% dan dapat diolah menjadi sumber energi yang ramah lingkungan. Biji Bintaro yang telah melalui proses pengeringan dan pengepresan akan diperoleh minyak mentah yang disebutcrude cerbera oil (CCO).Ampas hasil proses pengepresan biji Bintaro dapat dibuat briket bahan bakar dan dapat dibuat kompos untuk pupuk tanaman, sehingga dalam pengembangan sumber energi biji Bintaro tidak menghasilkan sampah(zero waste).Kata kunci:Sikap kepedulian Lingkungan; Tanaman Bintaro sumber energi ramah lingkungan.1.Pendahuluan

Program Lingkungan Hidup PBB(UNEP/United Nations Environment Program)mencanangkan "Deklarasi Kota-kota Hijau" diantaranya; masalah energi, pengurangan limbah, perencanaan kembali wilayah perkotaan, pembangunan taman-taman kota, sarana angkutan umum, kesehatan lingkungan dan sumber-sumber air. Energi dan transportasi mendapat penekanan pada penggunaan dan pengadaan energi alternatif non fossil yang bersih dan ramah lingkungan.

Pengembangan energi harus memiliki karakter terbarukan, efisien dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan. Eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber bahan bakar nabati menjadi sebuah usaha atau cara penghematan energi sekaligus penyelamatan lingkungan hijau. Memanfaatkan sumber energi nabati terkadang harus berhadapan dengan sumber bahan pangan. Banyak tumbuhan yang diharapkan dapat menjadi bahan baku pembuatan BBN ternyata diperlukan untuk bahan pangan, misalnya jagung, ketela pohon, kelapa sawit dan lain-lain. Dalam hal seperti ini kemudian muncul kekhawatiran akan kekurangan bahan pangan jika biofuel akan dikembangkan(food security).Dengan mewujudkan lingkungan hidup yang sehat, asri, bersih dan hijau, dimana suasana lingkungan dapat membuat udara segar dan nyaman bagi penghuninya. Terkait dengan isu pemanasan global, penghijauan lingkungan dan ketahanan pangan, maka perlu adanya program intensifikasi dan diversifikasi untuk menemukan jenis-jenis tumbuhan baru penghasil energi.

Pengamatan atas ketertarikan untuk meneliti tentang tanaman Bintaro adalah bentuk fisik dari buah dan bunganya yang indah dan hal ini tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Pembuktian awal bahwa biji Bintaro mengandung minyak semakin tampak jelas ketika biji Bintaro kering disulut api hingga menyala dan biji tersebut tidak segera habis jadi arang, tetapi dapat mempertahankan nyala api dalam waktu cukup lama. Hal itu kemungkinan karena ada kandungan minyak di dalam biji buah.

Penelitian tentang manfaat tanaman Bintaro tersebut sejak Januari hingga April 2009 di beberapa wilayah JABODETABEK.

2.Tinjauan Pustaka.

Biasanya tumbuh di bagian tepi daratan mangrove atau hutan rawa pesisir atau di pantai hingga jauh ke darat (400 m d.p.l), menyukai tanah pasir, terbuka terhadap udara serta ditempat-tempat yang tidak teratur tergenang air pasang surut..

Penyebaran pohon ini hampir di seluruh Indonesia. Tercatat di Bali, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Timor, dan Irian Jaya serta tersebar juga di Papua New Guinea, Kepulauan Bismarck, dan seluruh Kepulauan Solomon.

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae - Plants

Subkingdom : Tracheobionta - Vascular plants

Superdivision : Spermatophyta - Seed plants

Division : Magnoliophyta - Flowering plants

Class : Magnoliopsida - Dicotyledons

Subclass : Asteridae

Order : Gentianales

Family : Apocynaceae - Dogbane family

Genus : Cerbera L.

Species : Cerbera odollam Gaertn.

Diperkirakan ada sekitar 47 species yang telah diketemukan pada genus ini.

3.Percobaan

Pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan analisa kandungan kimia dan sifat fisika dari biji Bintaro dengan mengektraksi biji untuk mendapatkan minyak, sedangkan pada penelitian kali ini, dilakukan juga percobaan dengan peralatan yang ada di Laboratorium Kimia Analis LIPI, selain itu juga melakukan aktivitas percobaan pengepresan biji Bintaro di B2TE - PUSPITEK, LIPI - SERPONG - TANGERANG untuk mendapatkan minyak Bintaro.

Beberapa peralatan pada penelitian dan percobaan yang digunakan dalam penelitian itu, yakni; soxhlet, cawan, palu, oven, furnace 550C blender, kain, gelas ukur 300 ml, peralatan, neraca 3 lengan, , mesin pres, alat destilasi dan cetakan briket, botol bekas ukuran kecil kecil + tutup yang terbuat dari logam, ember bekas cat tembok ukuran 20 kg dan pengaduk kayu.

Sedangkan bahan-bahan yang dipersiapkan diantaranya; biji kering bintaro +/- 5 kg, sekam padi +/- 10 kg, tepung tapioka/singkong 0.5kg, sampah sayuran (organik) 5 kg, kotoran kambing 5kg air, pelarutn-heksana. KOH, alkohol 96 % 250cc.

Dalam proses percobaan kali ini beberapa langkah yang dilakukan Adrian Wahyu Dewanto, yakni biji Bintaro dikeluarkan dari buahnya dengan bantuan golok dan palu, kemudian disangrai atau dijemur. Hal itu dapat juga dilakukan dengan bantuan oven dengan tujuan hanya untuk menguapkan kandungan air dan menguraikan minyak dalam biji buah tersebut. Biji yang sudah kering dan masih hangat dicampur dengan sekam kulit padi kemudian dimasukan kedalam mesin pres.

Tahap pertama proses pengepresan dihasilkan minyak dan ampas yang masih cukup mengandung minyak maka perlu diulang hingga ampas yang keluar benar-benar kering. Minyak yang dihasikan ditampung pada tempat yang bersih dan dapat langsung dipergunakan sebagai bahan bakar tanpa dicampur lagi dengan BBM, atau juga dapat diproses lebih lanjut seperti penyaringan untuk membersihkan dan menjernihkan sehingga mendapatkan metil ester.

Tahap kedua ampas kering ditampung atau dikumpulkan pada ember untuk dibuat menjadi briket arang atau diolah menjadi kompos untuk pupuk tanaman sehingga, dalam proses ini tidak menghasilkan sampah (zero waste).

Minyak biji Bintaro itu bisa memiliki daya bahan bakar selama 11,8 menit, sedangkan minyak tanah 5,6 menit dengan takaran 1 ml minyak biji Bintaro dan minyak tanah. Itu menunjukkan bahwa minyak biji Bintaro memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah.

4.Hasil dan Pembahasan4.1 Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut dilakukan dengan peralatan soxhlet dan sebagai pelarutnya adalahn-heksana. Prinsip kerja ekstraksi minyak dengan peralatan soxhlet adalah sebagai berikut: pelarutn-heksana dalam labu bulat diuapkan denganheating mantle, dan keluar melalui pipa terluar dari soxhlet menuju kondensor. Di dalam kondensor akan terjadi pendinginan, sehingga uap pelarut tersebut berubah menjadi cair kembali dan turun ke dalam soxhlet untuk mengekstraksi minyak dan senyawa-senyawa non polar lainnya yang terdapat dalam biji bintaro. Setelah cairan di dalam soxhlet penuh, maka minyak biji bintaro yang telah terekstraksi beserta pelarutnya akan turun melalui pipa kecil bagian dalam dari soxhlet menuju labu bulat, jadi prinsip ekstraksi dengan ekstraksi soxhlet adalah ekstraksi sinambung, artinya pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi selalu baru ataufreshhasil pengembunan dari uap pelarut. Proses ekstraksi ini berlangsung terus menerus selama 6-8 jam. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, telah ditentukan komposisi asam lemak penyusun trigliserida yang terkandung pada minyak biji bintaro, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.

Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji BintaroAsam LemakNama SistematikHasil Analisis (%)

MiristatTetradekanoat0,17

PalmitatHeksadekanoat17,90

StearatOktadekanoat4,38

Oleatcis-9-oktadekenoat36,64

Linoleatcis-9,12-oktadekadienoat23,44

Linolenatcis-9,12,15-oktadekatrienoat2,37

Total Asam Lemak84,90

Keterangan: Ada beberapa asam lemak yang belum dapat diidentifikasi oleh karena keterbatasan asam lemak standar. Sehingga pada penelitian kali ini dilakukan kembali penentuan komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji bintaro untuk mendapatkan total asam lemak hingga 100%.

Setelah proses soxhlet tersebut selesai, larutan hasil ekstraksi kemudian dipindahkan ke dalam gelas kimia, dan ditambahkan sejumlah Na2SO4anhidrat. Dalam hal ini, Na2SO4anhidrat berfungsi sebagai penarik air yang mungkin masih ada dalam larutan. Larutan tersebut kemudian disaring dan pelarut yang masih ada diuapkan denganrotatory evaporatormenggunakan penangas air pada suhu 70C. Penggunaan alatrotatory evaporatordimaksudkan agar pelarut yang digunakan dapat menguap sebelum titik didihnya, sehingga pemisahan pelarut dari minyak biji bintaro menjadi lebih cepat dan senyawa organik yang ada tidak rusak, karena pemanasannya tidak terlalu tinggi. Setelah semua pelarutn-heksana diuapkan, maka minyak biji Bintaro yang diperoleh ditimbang, kemudian dihitung rendemen minyak yang dihasilkan terhadap berat kering serbuk biji Bintaro.

Tabel 4.1 Rendemen Minyak Biji Bintaro Hasil EkstraksiSerbuk Inti Biji Bintaro (g)Minyak Bintaro (g)Kandungan (%)

189,94*101,12*53,24*

276,47191,3369,22

36,71142,1959,65

Kandungan rata-rata60,7

*) hasil penelitian sebelumnya

4.2.Pengepresan

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana kita ketahui bersama, minyak biji Bintaro terkandung dalam bahan berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 35-45%. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang paling sesuai untuk biji Bintaro yaitu teknik pengepresan mekanis. Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji Bintaro yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing). Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan. Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak Bintaro yang dihasilkan. Untuk teknik pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan, biji Bintaro perlu mendapat perlakuan pendahuluan berupa dipanaskan/dioven dan dicampur dengan sekam kulit padi. Biji Bintaro dipanaskan bertujuan untuk menggumpalkan atau menguraikan kandungan protein dan lemak/minyaknya.

Dengan pengepresan hidrolik dapat dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30 persen. Dengan cara ini biji Bintaro dipress menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Rendemen minyak Bintaro yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 - 35%, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40 - 45 persen.

4.3. Pemurnian Minyak

Tujuan pemurnian adalah untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan, seperti bau yang kurang sedap, warna yang kurang menarik serta rasa yang tidak enak. Lemak atau minyak kasar yang dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut masih mengandung kotoran-kotoran yang bukan golongan trigliserida. Dalam proses pemurnian minyak nabati terdapat dua tahap penting, yakni tahap netralisasi (penetralan) dan tahapbleaching(pemucatan warna). Tahap netralisasi (penetralan) adalah proses untuk memisahkan senyawa-senyawa terlarut seperti asam lemak bebas, fosfatida dan beberapa pigmen (bahan berwarna). Minyak dengan kandungan asam lemak bebas tinggi, biasanya dipisahkan dengan menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali. Sedangkan minyak dengan asam lemak bebas rendah, cukup ditambahkan larutan NaOH, garam Na2CO3atau larutan KOH sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari minyaknya. Berdasarkan data sifat-fisiko kimianya, yaitu dengan membandingkan nilai angka asam (jumlah asam lemak bebas) terhadap angka penyabunannya (jumlah total asam lemak), diperoleh kandungan asam lemak bebas dari minyak biji bintaro kurang dari 2%, yang berarti nilai ini cukup rendah. Sehingga proses netralisasi (penetralan) cukup dengan menambahkan larutan alkali, dalam hal ini digunakan larutan KOH. Sampel minyak yang akan dinetralisasi, dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 96% dan selanjutnya ditambahkan KOH sesuai dengan bilangan asamnya, dengan tujuan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas yang terdapat pada minyak biji Bintaro. Penambahan etanol 96% selain berfungsi untuk melarutkan minyak, juga dapat melarutkan sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam-asam lemak bebas minyak biji Bintaro dengan larutan KOH. Untuk mempercepat dan menyempurnakan reaksi, campuran tersebut dipanaskan sambil diaduk denganmagnetic stirrerpada suhu 64oC. Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan sejumlahn-heksana untuk menarik lapisan minyak (fasa organik) dari fasa airnya (sabun yang terlarut dalam alkohol). Kemudian lapisan atas (lapisan minyak/fasa organik) diambil dan dipindahkan ke dalam beaker untuk dilakukan tahapbleaching(pemucatan warna).

Pada tahapbleaching(pemucatan warna), lapisan minyak (fasa organik) ditambahkan sejumlah kecil adsorben sepertibleaching earth(tanah pemucat) dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga akan menyerap suspensi koloid (gumdan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida. Adsorben yang digunakan adalah campuran bentonit 2% dan karbon aktif 0,2%. Penambahan bentonit dan karbon aktif sebagai adsorben warna sangat efektif untuk memucatkan dan menghilangkan beberapa zat warna yang terdapat dalam minyak. Lapisan minyak dalamn-heksana (fasa organik) yang telah ditambahkan campuran bentonit dan karbon aktif ini, kemudian disaring beberapa kali sampai tidak ada lagi warna hitam pada kertas saring dan pelarutn-heksana diuapkan dengan menggunakan alatrotatory evaporator. Terlihat jelas bahwa terjadi perubahan warna dari minyak biji Bintaro yang sebelum pemurnian berwarna coklat menjadi berwarna kuning setelah dilakukan pemurnian.

5.Kesimpulan dan saran

Penelitian tentang biodiesel yang terus berkembang saat ini, diharapkan dapat menemukan sumber-sumber bahan baku yang berasal dari minyak atau lemak tanaman non pangan. Karena pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan percobaan pembuatan biodiesel(metil ester)dari minyak biji Bintaro. Minyak biji Bintaro tersebut diekstrak dengan menggunakan peralatan soxhlet dengan pelarutn-heksana selama 6-8 jam. Minyak yang dapat diekstrak dari biji Bintaro adalah sekitar 60,70% dari berat serbuk kering. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji bintaro terdiri dari; asam palmitat (4,91%), asam palmitoleat (17,7%), asam stearat (3,21%), asam oleat (34,02%), asam elaidat (8,54%), asam linoleat (16,74%), asam linolelaidat (4,49%), dan asam linolenat (0,40%). Serangkaian optimasi kondisi reaksi telah dilakukan untuk memperoleh konversi metil ester yang optimal, dan diperoleh kondisi optimum pada perbandingan mol minyak dan metanol (1:9), dengan katalis KOH 0,5% berat, dan waktu reaksi 40 menit. Selanjutnya, kondisi optimum ini digunakan untuk sintesis biodiesel minyak biji Bintaro yang akan diuji karakteristiknya. Metil ester (biodiesel) yang diperoleh sebesar 91,32% terhadap berat minyak. Hasil pengujian beberapa karakteristik biodiesel dari minyak biji Bintaro memenuhi standar internasional untuk minyak solar, dan termasuk klasifikasi bahan bakar minyak diesel.

Pada penelian yang dilakukan saat ini minyak mentah dihasilkan dengan cara pengepresan dan memanfaatkan ampasnya untuk dibuat briket dan kompos, sehingga pada proses produksi ini tidak ada sampah yang dapat mencemarkan lingkungan. Minyak mentah yang dihasilkan dari mesin pres dapat langsung atau dicampur dengan minyak tanah untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Briket yang sudah kering juga dapat langsung dipergunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara. Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan dari bahan dasar ampas proses pengerpresan dapat diperguna sebagai pupuk tanaman baik itu tanaman pertanian maupun tanaman hias sehingga pH tanah terjaga dan lingkungan akan selalu terlihat hijau, asri dan teduh. Pada perkembangan penelitian kelak insyaallah akan diadakan penelitian dengan mengembangkan produksi minyak mentah biji Bintaro, uji kelayakan (kalor/panas) dari minyak dan briket berbahan dasar biji Bintaro.

5.1. Kesimpulan1.Bintaro adalah tanaman yang cocok untuk tanaman penghijauan dan tanaman hias baik diperkotaan maupun dilingkungan perumahan penduduk, selain relatif mudah ditanam dan mempunyai toleransi terhadap berbagai jenis tanah dan iklim, berakar kuat dan berdaun lebat serta ketika berbuah tanpa mengenal musim.

2. Pohon Bintaro mengandung racun(cerberin)yang berbahaya bagi manusia jika memakannya secara langsung, tetapi bisa juga bermanfaat sebagai obat dan pembasmi serangga penggangu seperti rayap.

3. Hasil penelitian biji Bintaro layak diolah menjadi biofuel, yaitu bahan bakar pengganti bahan bakar yang diolah dari fosil (BBM).

4. Ampas sisa pemerasan minyak biji Bitaro dapat dimanfaatkan sebagai arang briket atau dibuat kompos, hal ini menjadikan pengolahan produksi menuju zero waste (tak ada sampah yang tersisa/terbuang).

5. Dengan memanfaat biji Bintaro sebagai sumber energi terbarukan, maka menjamin tersedianya bahan pangan(food security)dan membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan.

5.2. Saran

1. Pengetahuan dan teknologi tanaman Bintaro sebagai tanaman sumber energi hijau perlu kiranya adanya sosialisasi dan budidaya tanaman Bintaro agar pengembangan lebih efisien, efektif dan tepat.

2. Kemandirian dibidang energi hanya mungkin apabila kita melepaskan ketergantungan pada minyak yang berasal dari fosil, pemakaian energi harus disesuaikan dengan kebutuhan (hemat) dan yang paling penting pengkajian tentang pengetahuan sumber-sumber energi yang baru dan ramah lingkungan harus terus dilakukan, maka harapan penulis teman-teman pelajar sejak dini sudah belajar tentang program intensifikasi, diversifikasi dan konservasi tanaman sebagai sumber energi.http://m.kompasiana.com/post/read/492483/1/biji-buah-bintaro-sebagai-bahan-bakar-alternatif.html

Bintaro Merah

Bintaro adalah tumbuhan mangrove, yang banyak tumbuh di daerah rawa pinggir pantai dan tepi sungai. Penyebarannya melalui biji yang jatuh ke air, mengapung, menepi dan kemudian tumbuh di tepi sungai. Biji itu kecil sekali, sampai bisa melayang ke tempat yang jauh. Tanaman ini diketahui juga tersebar luas, mulai dari daerah Polinesia, Hongkong, Malaysia, sampai ke India. Karena langka, harganya juga tak murah. Bintaro merah setinggi 2,5 meter bisa mencapaiRp 130 ribu.

http://www.enciety.co/ini-tanaman-yang-rusak-gara-gara-walls-day-di-surabaya/

Pembuatan dan Uji Karakteristik Papan Partikel Dari Serat Buah Bintaro (Cerberamanghas)Buah bintaro merupakan buah drupa (buah biji) terdiri dari tiga lapisan yaitu epikarp atau eksokarp (kulit bagian terluar buah), mesokarp (lapisan tengah), dan endokarp (biji yang dilapisi kulit biji atau testa). Secara fisik buah bintaro berserat serabut seperti kelapa. Selama ini buah bintaro belum banyak dimanfaatkan sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Serat pada buah bintaro dibentuk dari selulosa (Iman, 2011). Serat Buah Bintaro merupakan salah satu bahan baku berlignoselulosa bukan kayu yang memiliki kandungan holoselulosa sebesar 65,47%; -selulosa sebesar 56,76%; lignin sebesar 28,30%; dan ekstraktif sebesar 7,55%. Adanya kandungan lignoselulosa pada serat buah bintaro berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis papan partikel serat buah bintaro dan pengaruh perlakuan variasi kadar perekat terhadap kualitas papan partikel. Dengan demikian, buah bintaro yang selama ini belum banyak dimanfaatkan memerlukan usaha pemanfaatan, agar menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Jenis perekat yang digunakan adalah perekat fenol formaldehida (10% dan 12%) dengan kerapatan target 0,7 g/cm3. Untukmengetahui kelayakan papan partikel berbahan baku serat buah bintaro, dilakukan pengujianpengujian sesuai standar JIS A 5908: 2003. Parameter yang diuji yaitu sifat fisis dan sifat mekanis. Sifat fisis terdiri dari kerapatan, kadar air, dan pengembangan tebal. Sedangkan, sifat mekanis yang diuji terdiri dari modulus elastisitas (MOE), modulus patah (MOR), kekuatan rekat internal (IB), dan kuat pegang sekrup. Nilai daya serap air yang tidak dipersyaratkan dalam standar JIS A 5908:2003,namun tetap diuji, karena berhubungan erat dengan stabilitas dimensi papan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis papan partikel serat buah bintaro memenuhi standar JIS A 5908: 2003. Kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar 0,66 0,77 g/cm3, memenuhi rentang kerapatan yang dipersyaratkan JIS A5908 : 2003 sebesar 0,40 0,90 g/cm3. Nilai rata-rata kadar air papan partikel berkisar antara 9,44 9,72%, memenuhi standar JIS A 5908 : 2003 yang mensyaratkan kadar air papan partikel berkisar antara 5 13%. Daya serap air papan partikel selama 2 jam yang dihasilkan papan partikel dengan kadar perekat 10% mencapai 48,53%, sedangkan pada kadar perekat 12%, daya serap air mencapai 43,58%. Nilai rata-rata daya serap air setelahperendaman 24 jam adalah 70,51% untuk kadar perekat 10%, dan 66,64% untuk kadar perekat 12%. Nilai rata-rata pengembangan tebal selama 2 jam yang rendah dihasilkan pada kadar perekat 10% sebesar 9,39%, dan 9,58% pada papan partikel dengan kadar perekat 12%. Nilai rata-rata pengembangan tebal setelah perendaman dalam air selama 24 jam menghasilkan pengembangan tebal sebesar 22,28% untuk papan partikel dengan kadar perekat 10%, dan 16,89% untuk papan partikel dengan kadar perekat 12%, sedangkan standar JIS A-5908:2003 mensyaratkan nilai pengembangan tebal maksimal 12%. Penggunaan perekat fenol formaldehida mampu meningkatkan stabilitas dimensipapan.Hasilpenelitian ini juga menunjukkan bahwa modulus elastisitas (MOE), yang termasuk sifat mekanis papan partikel serat buah bintaro belum memenuhi standar JIS A 5908: 2003. Nilai rata-rata modulus elastisitas (MOE) papan partikel serat buah bintaro tertinggi dihasilkan oleh perlakuan kadar perekat 12%, yaitu sebesar 13959 kg/cm2 . Nilai MOE tersebut belum memenuhi standar JIS A 5908: 2003 yang mensyaratkan nilai MOE minimal 20400 kg/cm 2.sumber:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58205/Abstract.pdf?sequence=1

Biji Bintaro Jadi Pengganti Minyak TanahTanaman Bintaro tumbuh luas di Riau, namun kurang dimanfaatkan.dddSelasa, 28 Desember 2010, 21:16Arfi Bambani Amri

Pembangkit listrik dari energi terbarukan panas bumi(Dok. NREL)Follow usonVIVAnews- Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan minyak dari biji Bintaro sebagai energi alternatif bagi warga Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Penelitian minyak Biji Bintaro sebagai energi alternatif ini adalah hasil kerja sama dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal, dan juga upaya pemberdayaan masyarakat di mana perusahaan ini beroperasi.

Sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan minyak biji Bintaro ini dipresentasikan oleh Tim Peneliti dari Fateta IPB di hadapan pemerintah daerah dan masyarakat Teluk Meranti pada 28 Desember 2010.Pengembangan minyak biji Bintaro menjadi energi alternatif ini diawali karena mahalnya harga minyak tanah di Teluk Meranti. Akibatnya, warga Teluk Meranti harus menggunakan kayu sebagai bahan bakar.

Direktur Utama RAPP, Kusnan Rahmin kepada VIVAnews mengatakan, dengan temuan ini diharapkan warga Teluk Meranti dapat menggunakan minyak biji Bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Hasil penelitian dari IPB ini diharapkan bisa memberikan solusi bagi warga Teluk Meranti memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, sekaligus bermanfaat secara ekonomi dan juga bagi kelestarian hutan di wilayah Semenanjung Kampar, ujar Kusnan, Selasa 28 Desember 2010.

Pengembangan Biji Bintaro menjadi energi alternatif adalah hasil riset IPB selama empat bulan dengan uji coba antara lain, pembuatan minyak Bintaro skala laboratorium, analisa karakteristik sifat fisiko kimia, senyawa toksik, rancang bangun proses pengolahan minyak Bintaro skala kecil, dan uji coba pengolahan biji Bintaro untuk dijadikan minyak nabati skala kecil bagi kelompok masyarakat.

Kerjasama kami dengan IPB ini adalah langkah awal pengembangan Biji Bintaro sebagai energi alternatif, ujar Kusnan lebih lanjut.

Tanaman Bintaro (cerbera manghas) banyak tumbuh secara alami di Teluk Meranti. Namun, masyarakat setempat belum memanfaatkannya secara optimal kecuali untuk racun hama babi di ladang.Dalam kegiatan ini, kajian biji dari buah Bintaro diekstrak minyaknya dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) bagi masyarakat Teluk Meranti.

Ketua Tim Peneliti Pengembangan Minyak nabati dari Biji Bintaro dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Aris Purwanto, mengatakan pohon Bintaro dipilih karena pohon ini menghasilkan buah sepanjang tahun, bijinya berpotensi diambil minyaknya sebagai salah satu sumber energi alternatif bagi rumah tangga. Selain bijinya, kulit buah bintaro yang berserat bisa dijadikan bahan baku papan partikel, atau bahan bakar baik langsung, atau diubah menjadi briket untuk bahan bakar tungku.

"Keberadaan pohon Bintaro sangat banyak di wilayah ini. Secara khusus tidak membutuhkan pemeliharaan sedangkan pemanfaatannya bukan melalui penebangan sehingga dapat sekaligus menjadi program penghijauan di wilayah Teluk Meranti, kata Aris.Ia juga menambahkan program ini adalah salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam mengembangkan Desa Mandiri Energi. Dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat sekitar memiliki alternatif sumber energi secara mandiri yang bersifat terbarukan dengan bahan bakunya ada di wilayah ini juga, ujar Aris.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/196282-biji-bintaro-jadi-pengganti-minyak-tanah

POTENSI MINYAK BIJI BUAH BINTARO( Cerbera manghas L. )SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGHASIL BIODIESELARNI PURWANINGTYAS ( 4401412123 )Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri SemarangEmail :[email protected] adalah bahan bakar yang terbuat dari bahan yang bersifat dapat diperbarui seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewanan.Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas L. ) atau biasa disebutMangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita, sedangkan dalam bahasa InggrisSea mango, Pong-pong tree,Indian suicide tree, Othalanga, Odollam tree, pink-eyed cerbera Dog bane,merupakan salah satu tanaman yang bijinya mengandung kadar lemak/minyak sebesar 46-64% dan dapat diolah menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.Seluruh bagian tanaman bintaro mengandung racun cerberin yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga dapat mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian, asap dari pembakaran kayunya juga dapat menyebabkan keracunan. Penelitian tentang biodiesel yang terus berkembang saat ini diharapkan dapat menemukan sumber-sumber bahan baku yang berasal dari minyak atau lemak tanaman non pangan. Pembuatan biodiesel (metil ester) dari minyak biji bintaro diekstrak dengan menggunakan peralatan soxhlet dengan pelarut n-heksana selama 6-8 jam. Minyak yang dapat diekstrak dari biji bintaro adalah sekitar 60,70% dari berat serbuk kering. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji bintaro terdiri dari asam lemak palmitat 4,91%, asam palmitoleat 17,7%, asam stearate 3,21%, asam oleat 34,02%, asam elaidat 8,54%, asamlinoleat 16,74%. Asam linolelaidat 4,49%, dan asam linoleat 0,40%.Mencari dan mengolah sumber energi yang ramah lingkungan perlu adanya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang sehat, hijau, asri dan untuk tidak selalu tegantung pada pasokan bahan bakar minyak fosil.Kata Kunci :Biodiesel, Minyak biji buah Bintaro ( Cerbera manghas L. ), dan Transesterifikasi, Racun Cerberin.

PENDAHULUANBahan bakar minyak bumi diperkirakan akan habis jika dieksploitasi secara besar-besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan bahan bakar biodiesel, dimana bahan bakunya masih sangat besar untuk dikembangkan(Darmanto, Ireng, 2006).Tanaman bintaro banyak tumbuh di tepi pantai, daerah payau dan cukup popular sebagai tanaman penghijauan kota dan daunnya yang rimbun sangat cocok untuk peneduh, sekaligus sebagai penghias taman kota dan belum banyak di manfaatkan sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Termasuk tumbuhan mangrove, biasanya tumbuh di bagian tepi daratan atau hutan rawa pesisir atau di pantai hingga jauh ke darat 800 meter di atas permukaan laut, menyebar di daratan terbuka dan tempat yang tidak teratur tergenang air pasang surut(Purwanto et. al. 2011)yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik.Indonesia adalah Negara beriklim tropis yang memiliki karakteristik sepanjang tahun mendapat sinar matahari dan memiliki curah hujan yang tinggi. Dengan potensi ini Indonesia dapat mengembangkan produksi biodiesel sepanjang tahun untuk mengatasi masalah krisis energi, sebab sinar matahari merupakan sumber kehidupan tumbuhan penghasil minyak biodiesel. Dengan peningkatan produksi minyak biodiesel ini maka diharapkan dapat mengurangi angka impor minyak dan memenuhi kebutuhan minyak domestik yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Indonesia adalah Negara kaya dengan sumber daya alam yang dapat diperbarui, sehingga banyak pula bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel. Banyaknya bahan baku penghasil minyak biodiesel dapat menjadi keunggulan Indonesia untuk melakukan pengembangan produksi minyak biodiesel. Bahan baku yang dijadikan sebagai suplemen ataupun pengganti minyak bumi tentu harus memiliki nilai potensi yang tinggi.Untuk itu, penelitian tentang analisa potensi bahan baku biodiesel sebagai suplemen bahan bakar motor diesel di Indonesia sangat diperlukan untuk dapat memberikan pilihan bahan bakar biodiesel yang cocok digunakan sebagai suplemen maupun pengganti bahan bakar motor diesel, sehingga krisis energi bahan bakar minyak bumi dapat teratasi. Selain krisis energi, dengan adanya perindustrian produksi minyak biodiesel, diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan, dan meningkatkan ketahanan energi di Indonesia.Buah bintaro masih belum dimanfaatkan, dibiarkan jatuh berserakan di bawah pohon sebagai sampah. Selain dari mengatasi kelangkaan energi dan sumber pendapatan, pengembangan bintaro memberikan manfaat lingkungan dalam penyerapan emisi karbon dioksida dan mencegah emisi dari lahan gambut. Bintaro tumbuh bebas di lahan-lahan di kawasan hutan tanpa dipelihara, bila diusahakan sebagai tanaman komersial dapat menghasilkan sekitar 2,2 ton minyak mentah atau sebesar 1,8 ton biodiesel atau senilai sekitar 10 juta rupiah per tahun.Biodiesel adalah suatu ester monoalkali dari asam lemak rantai panjang yang berasal dari minyak tumbuhan dan lemak hewan, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel. Kandungan utama dari biodiesel ini adalah metil ester asam lemak yang dihasilkan dari trigliserida dalam minyak tumbuhan atau lemak hewan, melalui reaksi transesterifikasi dengan methanol dan bantuan katalis. Hasilnya adalah suatu bahan bakar yang tidak berbeda karakteristiknya dengan bahan bakar diesel konvensional. Biodiesel dapat digunakan langsung dalam mesin diesel atau dipakai untuk campuran bahan bakar diesel.Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya, sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun. Permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu produksi bahan bakar minyak bumi tidak dapat mengimbangi besarnya konsumsi bahan bakar minyak, sehingga Indonesia melakukan impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi bahan bakar minyak setiap harinya. Hal ini dikarenakan tidak adanya perkembangan produksi pada kilang minyak dan tidak ditemukannya sumur minyak baru. Sebagai solusi permasalahannya adalah diperlukannya diversifikasi energi selain minyak bumi. Salah satu diversifikasi energinya adalah dengan memproduksi minyak biodiesel. Minyak biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari sumber daya alam yang dapat diperbarui, meliputi minyak tumbuhan dan hewan, baik di darat maupun di laut. Minyak yang diperoleh dari biji buah bintaro beracun dan cukup banyak , dengan kadar berkisar 54,33% dan berpotensi sebagai bahan baku biodiesel melalui proses hidrolisis ekstraksi, dan destilasi. Tumbuhan bintaro mempunyai daya guna yang banyak, antara lain bagian akar, kulit, getah, dan daunnya dapat berguna sebagai obat pencahar, kayunya berguna untuk menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagai minyak lampu, obat kudis, obat sendi, dll. Kandungan minyak biji bintaro yang cukup besar ini sangat mungkin dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia.Beberapa masalah yang kita bahas dalam artikel penelitianini adalah(1) kondisi kekinian atau permasalahan mengenai tanaman biji buah bintaro( Cerbera manghas L.), (2) metode dan cara pengelolaan biji buah bintaro sebagai energi alternatif penghasil biodiesel (3) pembudidayaan biji buah bintaro( Cerbera manghas L.).Dari rumusan masalah tersebut dapat dituliskan tujuan dari pembuatan artikel ilmiah ini, antara lain adalah (1) mengetahui kondisi kekinian atau permasalahan mengenai tanaman biji buah bintaro( Cerbera manghas L.), (2) mengerti tentang metode dan cara pengelolaan biji buah bintaro sebagai energi alternatif penghasil biodiesel, (3) mengetahui upaya pembudidayaan dan manfaat biji buah bintaro( Cerbera manghas L.) di kalangan seluruh masyarakat Indonesia.Manfaat yang didapat dari pembuatan artikel ilmiah ini adalah mahasiswa jadi lebih mengerti dan diharapkan dapat mempraktikan cara pengelolaan tanaman biji buah Bintaro( Cerbera manghas L.) yang berancun. Diharapkan mahasiswa juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada masyarakat tentang budidaya tanaman biji buah Bintaro yang memiliki manfaat tinggi dan tepat dalam pengelolaan tanaman dan hasilnya.

GAMBARAN KHUSUSPemanfaatan biodiesel dari tanaman Bintaro berasal dari bijinya yang diambil dari buah yang sudah mengering atau yang jatuh ke tanah. Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri berupa biji banyak, memiliki ketinggian mencapai 4-6 meter dengan batang tegak berkayu banyak percabangan, bentuk bulat, dan berbintil-bintil hitam, kulit batangnya tebal dan berkerak. Daun bintaro merupakan daun tunggal dan berbentuk lonjong memanjang, simetris dan menumpul pada bagian ujung dengan ukuran bervariasi, tersusun secara spiral, dan terkadang berkumpul pada ujung roset, tepi daun rata, pertulangan daun meyirip, permukaan licin, dengan ukuran panjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm, dan berwarna hijau tua. Daun bintaro biasanya berjejalan di ujung cabang, dan bunganya berwarna putih , berbau harum, dan terletak di ujung batang. Bunga tanaman ini berbentuk terompet, terdapat pada ujung pedikel samosa dengan lima petal yang sama (pentamery) dengan korola berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk berkelamin dua (hermaprodit), dengan panjang tangkai putik 2-2,5 cm, kepala sari bagian bunga berwarna coklat, sedangkan kepala putiknya hijau keputih-putihan. Buah bintaro merupakan buah drupa (berbiji) dengan serat lignoselulosa yang menyerupai buah kelapa dan berbentuk oval mirip dengan buah manga, berwarna hijau pucat saat masih muda, berwarna merah bila sudah masak, dan berwarna kehitaman setelah tua, namun daging buahnya berserat dan tidak dapat dimakan karena beracun. Biji bintaro berbentuk pipih, panjang, berakar tunggang, dan berwarna cokelat. Seluruh bagian tanaman bintaro mengandung getah berwarna putih seperti susu.

Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin, namun memiliki banyak potensi, baik sebagai tanaman penghijauan maupun sebagai penghasil biofuel.Apabila dikonsumsi, biji tumbuhan bintaro dapat menyebabkan muntah, mengantuk, denyutan nadi menjadi lemah, tekanan darah rendah, keletihan, sakit perut, degup jantung yang tidak normal, dan anak mata mengembarn. Daun tumbuhan ini juga dapat memberi pengaruh pada system saraf pusat. Inti biji bintaro yang masak dan segar mengandung cerberin 0,6% setiap 1% dari komponen yang ada pada biji tersebut dan zat pahit yang beracun. Berikut klasifikasi dari tanaman buah Bintaro :Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeClasses : DicotyledonaeOrdo : GentianalesFamilia : ApocynaceaeGenus : CerberaSpecies :Cerbera manghas L

Gambar 1: Tumbuhan dan Buah Bintaro

Proses transesterifikasi adalah proses mereaksikan minyak nabati maupun hewani dengan alkohol/ metanol(dengan katalis berupa hidroksida kuat seperti NaOH/KOH. Penggunaan KOH sebagai katalis yaitu lebih mudah digunakan, waktu yang perlukan 1,4 kali lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan NaOH, dan dapat menghasilkan pupuk potas. Proses ini menghasilkan dua produk yang meliputi metil ester dan gliserol (Syamsudin.2010). Metil ester inilah yang biasa disebut dengan biodiesel. Biodiesel ini juga disebut sebagaiFAME ( Fatty Acid Methyl Ester).Untuk menekan pertumbuhan konsumsi BBM domestic, salah satu cara yang bias ditempuh adalah dengan membuat regulasi tentang penghematan energy nasional dan pengembangan energy alternative. Di Indonesia sumber utama energy di dalam negeri masih bertumbu kepada jenis bahan bakar fosil, padahal banyak sumber energy alternative yang dapat dimanfaatkan bahkan bias mampu menggantikan peran energy fosil tersebut. Salah satu bahan bakar alternative yang berpotensi untuk mengatasi permasalahan bahan bakar di Indonesia adalah biodiesel. Biodiesel berkembang karena adanya potensi besar terhadap penerapannya dalam bidang industri, selain lebih efisien, mudah didapatkan, biodiesel ini juga dianggap ramah lingkungan. Banyak riset menunjukkan, bahwa bahan bakar biodiesel ini dapat menurunkan tingkat polusi akibat logam berat, asap, gas-gas beracun, dan juga pencemaran air. Bahkan dengan penggunaan biodiesel ini, efek rumah kaca (pemanasan global) akibat emisi gas CO2 dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini dikarenakan oleh sifat biodiesel yang merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui dan mudah terdegradasi oleh alam.

Dikupas dari buahnya

Dibuka daricangkangnya

Dikeringkan sinar matahari 4-5 hari atau dipanaskan didalam oven 2-3 hari (sampai berat konstan)

Digiling (diblender) sampai halus

Diekstraksi dengan n-heksana pada suhu 70-80 C selama 8 jam di dalam soxhlet1). Pengeringan dengan Na2SO42). Pelarut n-heksana diluapkanPemurnian dengan larutan KOH 0,1 N,Bleaching Earth 2%, Karbon Aktif 0,2%Optimasi kondisi reaksitranseterifikasi (sintesis biodiesel)Ditambah methanol (1:9)-KOH 0,5% berat, disonikasi dengan frekuensi ultrasonic 40kHz dan waktu reaksi 40 menit. Kemudian gliserol dipisahkab, ester dicuci dengan air hangat, dikeringkan dengan Na2SO4anhidrat, lalu disaringPenentuan komposisi asam lemakPenyusun trigliseridaUji Karakteristik Biodiesel

Gambar 3 : Skema proses kerja pengolahan buah bintaro menjadi biodiesel

Proses pengolahan bioenergi yang menghasilkan biodiesel dari tanaman diperlukan buah bintaro yang sudah masak yang berwarna coklat tua, yang jatuh di bawah pohon. Buah bintaro dikupas dengan parang untuk diambil bijinya dengan mengeluarkan daging buahnya dengan rendemen biji keringnya sebesar 6 persen dari keseluruhan buah, biji Bintaro mengandung 50-70% minyak yang tersusun atas 43% asam oleat, 31% asam palmitat dan 17% asam linoleat, yang mempunyai sifat beracun (cerebrin) disamping kandungan asam lemak esensialnya yang sangat rendah (Heyne, 1987). Minyak bintaro skala laboratorium diproses menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut dengan menggunakan peralatan soxhlet dan pelarutn-heksana. Proses pengeringan biji pada suhu 500 sampai 600 C selama 48 sampai 72 jam dan kemudian diekstraksi sekitar 6 sampai 8 jam yang menghasilkan bungkil dengan kadar minyak rendah (1 sampai 2 persen), dengan mutu minyak kasar yang dihasilkan relatif baik. Dari proses ekstraksi minyak bintaro pada skala laboratorium diperoleh rendemen sebesar 56,3% dengan kualitas minyak yang sangat baik. Komposisi asam lemak minyak bintaro didominasi oleh asam lemak oleat, palmitat, linoleat dan stearat. Dari hasil proses ekstraksi diperoleh ampas yang mempunyai nilai kalor cukup tinggi. Hasil uji coba skala laboratorium ini disajikan dalam bentuk neraca massa yang ditunjukkan pada gambar di atas, dan karekteristik minyak biodesel bintaro seperti table di bawah (Purwantoet. al., 2011).Suatu minyak nabati jika digunakan langsung untuk bahan bakar pada mesin diesel akan menimbulkan masalah yang diakibatkan oleh tingginya nilai viskositas (kekentalan) minyak nabati yang akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Faktor yang mempengaruhi reaksi transeterifikasi adalah alkohol yang digunakan, katalis yang digunakan, perbandingan mol alcohol terhadap minyak, kemurnian rektan, intensitas pengadukan, dan kromatografi gas (GC).Karakteristik Biodiesel :ParameterNilaiStandart Biodiesel Indonesia

Viskositas (cSt, 40C)3,552,3 6,0

Densitas (g/cm3, 40C)0,8940,850 0,890

Bilangan asam (mg KOH/g)0,34Maks. 0,8

Titik asap (mm)26Min. 18C

Titik tuang (C)< 0-15 10

Nilai kalor (MJ/kg): -Gross39,5638,45 41,00

-Nett39,47

Reforestasi dengan tanaman bintaro dapat dikembangkan melalui kegiatan perhutanan sosial di sentra produksi pangan. Kegiatan tersebut berdampak bagi penurunan emisi dan insentif agar petani dapat meningkatkan produktivitas pangan, terutama beras.Purwantoet. al., (2011)menjelaskan bahwa pemanfaatan tanaman sebagai sumber energi terbarukan ini mengacu pada Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang pengelolaan energi nasional dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri serta guna mendukung pembangunan berkelanjutan, dimana target sampai tahun 2025 untuk mengoptimalkan bahan bakar nabati mencapai 5 persen. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 bahwa penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (bio fuel) sebagai bahan bakar alternatif.Dari hasil uji beberapa karakteristik biodiesel yang berasal dari minyak biji buah bintaro memenuhi standar Eropa (EN 14214), Amerika (ASTM D 6752) dan Indonesia (SNI) untuk bahan bakar biodiesel sebagai bahan bakar pengganti solar. Karakteristik sifat fisik biodiesel secara umum telah memenuhi standar SNI-04-7182-2006, kecuali temperature destilasi 90% vol biodiesel yang dihasilkan telah melampaui syarat mutu, namun dinilai masih memenuhi persyaratan biosolar. Klasifikasi biodiesel minyak biji bintaro secara umum memenuhi klasifikasi bahan bakar diesel kelas rendah belerang No. 2-D, yaitu bahan bakar untuk mesin-mesin berkecepatan putar sedang dan rendah seperti mesin untuk industri dan mesin kendaraan berat.

Upaya PromotifTanaman bintaro merupakan suatu potensi sebagai energi alternatif yang menghasilkan biodiesel yang simultan dengan konservasi hutan untuk memperkaya stok karbon dan meningkatkan kesejahteraan petani. Perlunya inovasi teknologi yang dapat memproses buah bintaro dalam skala yang luas yang efektif dan efisien.Adanya publikasi bahwa pohon bintaro beracun dan dapat mengakibatkan kelumpuhan menyebar tindakan penebangan dan pembongkaran terhadap pohon bontaro. Oleh karena itu, perlu adanya penyampaian informasi secara berimbang pada masyarakat mengenai kerugian ataupun manfaat yang dapat diambil dari pohon bintaro yang kemudian diikuti dengan pengelolaan dan penggunaan yang tepat.Sifat beracun pohon bintaro dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Racun pada tanaman adalah system alami yang dikembangkan sebagai strategi pertahanan bagi tanaman tersebut dan sama sekali bukan untuk membahayakan manusia. Tidak semua tumbuhan beracun merugikan dan tidak semua tanaman obat memberikan manfaat. Jika bintaro dikelola dan dimanfaatkan sengan tepat, meski mengandung racun belum tentu berbahaya bagi manusia.Penebangan terhadap pohon bintaro di berbagai kota akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan ekosistem. Keberadaan pohon bintaro memiliki banyak manfaat, baik bagi lingkungan maupun manusia itu sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi sifat beracun pohon bintaro antara lain yaitu: pemasangan tenda peringatan atau himbauan bahwa pohon bintaro beracun dan tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi, pemberian pagar pengaman di sekeliling tanaman, dan pemilihan lokasi penanaman yang tepat.

Upaya PreventifUpaya optimalisasi potensi pohon bintaro dapat dilakukan melalui pola kemitraan pihak yang berkompeten (akademis, peneliti, Dinas Pertanian, dan Dinas Kehutanan), pendampingan, dan sosialisasi pada masyarakat dalam penanaman maupun pemeliharaannya, sehingga terhindar dari resiko keracunan. Upaya mengolah dan mengembangkan bintaro menjadi berbagai produk yang bermanfaat seperti lilin, biodiesel, deodorant, pestisida nabati, maupun obat-obatan dapat diberikan kepada masyarakat berdasarkan pada penelitian ilmiah.Bintaro( Cerbera manghas L. )merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang berguna untuk penghijauan, penghias kota, tanaman obat yang potensial, dan bahan baku kerajinan. Tanaman ini dikenal beracun karena bijinya mengandungcerberineyang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung, sehingga dapat mengakibatkan kematian. Dalam pemanfaatannya sebagai pestisida nabati, bintaro antara lain dapat digunakan untuk pengendalian rayap dan kutu rambut. Belum banyak penelitian tentang pemanfaatan bintaro sebagai pestisida nabati. Oleh sesab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pemanfaatan bintaro sebagai salah satu insektisida nabati yang sangat potensial. Pendapatan petani per tahun pada lahan seluas satu hektar bila mengusahakan tanaman bintaro sebesar 6 juta rupiah, lebih besar dari pada mengusahakan kegiatan tanaman pangan dengan pendapatan sebesar sekitar 5,5 juta rupiah. Keunggulan melakukan budidaya tanaman bintaro yakni merupakan tanaman tahunan masa produktif panjang. Tanaman pangan merupakan tanaman semusim yang secara berkala harus dilakukan penanaman kembali setelah panen. Dengan demikian pengusahaan tanaman bintaro dapat menghemat tenaga kerja, yang dibutuhkan pada waktu panen dan pengolahan hasil menjadi bio diesel. Adanya lahan yang tidak optimal dimanfaatkan untuk kegiatan tanaman pangan dan potensi buah bintaro yang belum termanfaatkan merupakan suatu peluang untuk penambahan pendapatan petani sekaligus penyediaan sumber energi altenatif dari tumbuhan atau bio energi.

DAFTAR PUSTAKAAsmani, Najib. 2011.Membangun Perhutanan Sosial Berbasis Energi Terbarukan Tanaman Bintaro di Sentra Produksi Pangan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya Inderalaya Km.32, Inderalaya. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang.ISBN : 979-587-395-4.KMT-1.Atabani, A.E. 2007.Biodiesel: a promising alternative energy resource. Department of Mechanical Engineering, University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia.Endriana, Dodi. 2007.Sintesis Biodiesel (Metil Ester) dari Minyak Biji Bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) Hasil Ekstraksi.Depok: Universitas Indonesia. (Skripsi).Euthalia, Hanggari Sittadewi. 2008.Identifikasi Vegetasi di Koridor Sungai dan Perannya dalam Penerapan Metode Bioenginering.Peneliti Madya Pada Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan,Wilayah dan Mitigasi Bencana, BPPT. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 2 Agustus 2008 Hlm. 112-118.Evy Setiawati, Fatmir Edwar. 2012.Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel (Technology Processing of Biodiesel from Used Cooking Oil by Microfiltration and Transesterification Techniques as an Alternative Fuel of Diesel Engine).Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru. Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127.Greg Iman1, Tony Handoko. 2011.Pengolahan Buah Bintaro sebagai Sumber Bioetanol dan Karbon Aktif.Bandung:Jurusan Teknik Kimia FTI UNPAR. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393.Nur Alindatus Sadiyah1, Kristanti Indah Purwani, dan Lucky Wijayawati. 2013.Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera odollam) terhadap Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.).Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-111.Priyohadi Kuncahyo, Aguk Zuhdi M. Fathallah , Semin . 2013.Analisa Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel Sebagai Suplemen Bahan Motor Diesel di Indonesia. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS). Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-62.Sri Utami, Lailan Syaufina, Noor Farikhah Haneda. 2010.Daya Racun Ekstrak Kasar Daun Bintaro (Cerbera odol/am Gaertn.) Terhadap Larva ( Spodoptera litura) Fabricus.Jurnal llmu Pertanian Indonesia, him. 96-100 ISSN 0853- 4217. Vol. 15 No. 2 (211-220).Utami, Sri. 2010.Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn) Terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium Cerbera odollam Eurema (Activities of Bintaro ( Gaertn.) Insecticide on spp.Pest in Laboratory Scale). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Vol. 7 No. 4Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2011.Bintaro (Cerbera manghas) Sebagai Pestisida Nabati.Vol 17, Nomor 1.Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2011.Hama Ulat Pemakan Daun Tanaman Bintaro (Cerbera manghas).Vol 17, Nomor 1.Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2011.Potensi Tanaman Bintaro (Cerbera manghas) Sebagai Alternatif Sumber Bahan Bakar nabati.Vol 17, Nomor1.

Yvan Gaillarda, Ananthasankaran Krishnamoorthy, Fabien Bevalot.2004. Cerbera odollam: a suicide tree and cause of death in the state of Kerala, India.Journal of Ethnopharmacology 95 (2004) 123126.

http://arnipurwaningtyas.blogspot.com/2014/06/taksonomi-tumbuhan.html

Tanaman Bintaro (Cerbera manghas )

Bintaro adalah tumbuhan (pohon) bernama latin Cerbera manghas, bukan nama sebuah kelurahan di Jakarta Selatan. Tapi mungkin dari nama pohon inilah, nama kelurahan Bintaro berasal. Yang pasti tumbuhan ini banyak dijumpai di Jakarta sebagai pohon penghijauan. Bintaro yang banyak digunakan sebagai pohon penghijauan di berbagai tempat di Jakarta, pada tahun 2009 pernah membuat geger. Pasalnya buah, daun, dan getah pohon ini mengandung cerberin yang beracun. Pohon Bintaro sering disebut juga sebagai Mangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Sea Mango Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) Bintaro dinamai sebagai Cerbera manghas. Nama Bintaro juga sering disematkan kepada kerabat dekatnya yang bernama ilmiah Cerbera odollam. Kedua jenis tanaman ini memang mempunyai kemiripan dalam berbagai hal. Bintaro umumnya mempunyai tinggi 4-6 meter meskipun terkadang mampu mencapai 12 m. Daunnya berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat telur. Bunga Bintaro berbau harum, terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 5-10 cm. Ketika masih muda berwarna hijau pucat dan berubah menjadi merah cerah saat masak.Tanaman Bintaro tersebar luas di kawasan tropis indo fasifik termasuk Indonesia. Habitat aslinya adalah daerah pantai dan hutan mangrove (bakau). Namun kini Bintaro banyak ditanam sebagai pohon penghijauan penyerap karbondioksida (CO2). Bintaro Beracun Tapi Mengandung Biofuel. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan. Namun di balik racun yang dikandungnya, biji dari pohon ini ternyata dapat diekstrak menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai energi alternatif (biofuel). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan minyak dari biji Bintaro (Cerbera manghas) menjadi energi alternatif. Minyak hasil ekstrak dari biji Bintaro terbukti dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel). Meskipun beracun, dengan potensi yang dipunyainya baik sebagai tanaman penghijauan maupun sebagai penghasil biofuel, sepertinya bukan sikap bijak jika kita harus menjauhi dan memusnahkan tanaman ini. Toh, di sekitar kita banyak sekali tanaman-tanaman yang mengandung racun seperti Tuba, Tembakau, Zodia dan lain sebagainya. Di samping racun yang dikandung tumbuhan beracun tersebut pasti terdapat potensi yang menunggu untuk kita manfaatkan. Demikian juga Bintaro pohon penghijauan yang beracun ini.Klasifikasi tanaman bintaro :Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas : AsteridaeOrdo : GentianalesFamili : ApocynaceaeGenus : CerberaSpesies : Cerbera manghas L.

Ciri-ciri tanaman bintaro:a. Habitus: Pohon, tinggi, _+ 20 m Batang Tegak, berkayu, bulat, berbintik-bintik, hitamb. Daun: Tunggal, tersebar, lonjong, tepi rata ujung dan pangkal meruncing, tipis,licin, pertulangan menyirip, panjang 15-20 cm, lebar, 3-5 cm, hijauc. Bunga: Majemuk, berkelamin dua, di ujung batang, tangkai silindris, panjang + 11 cm, hijau, kelopak tidak jelas, tangkai putik panjang 2-2,5 cm, jumlah empat, kepala sari coklat, kepala putik hijau keputih-putihan, mahkota bentuk terompet, ujung pecah menjadi lima, halus, putihd. Buah: Kotak, lonjong, masih muda hijau setelah tua kehitamane. Biji: Pipih, panjang, putihf. Akar: Tunggang, coklatKandungan Kimia tanaman bintaro:Daun, buah dan kulit batang bintaro mengandung saponin, daun dari buahnya juga mengandung polifenol, disamping itu kulit batangnya mengandung tanin.Khasiat tanaman bintaro:Daun muda, akar dan kulit batang bintaro berkhasiat untuk pencahar, dengan 10 gram daun muda segar bintaro dicuci, dimakan sebagai lalap.Pohan bintaro (Cerbera manghas) merupakan jenis tumbuhan liar yang mudah tumbuh di mana saja. Pohon dan buahnya seperti mangga selama ini memang kurang dimanfaatkan oleh warga, padahal sebenarnya sangat bermaafaat sebagai pengganti bahan bakar. Dibandingkan dengan biji jarak, ternyata biji bintaro memiliki kadar minyak yang jauh lebih tinggi. Melalui beberapa tahap pengolahan, 1 kg minyak bisa dihasilkan dari 1,8 kg biji bintaro yang sudah kering. Minyak yang dihasilkan masih termasuk minyak kasar berwarna hitam. Minyak ini dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk kompor. Hasil uji toksisitas dari getah buah menunjukkan minyak bintaro layak digunakan sebagai bahan bakar. Bau, asap, dan residu lainnya tergolong aman.Buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya sendiri terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Biji bintaro mengandung minyak antara 35-50% (bandingkan dengan biji jarak yang 14% dan kelapa sawit 20%). Semakin kering biji bintaro semakin banyak kandungan minyaknya. Minyak ini termasuk jenis minyak nonpangan, diantaranya asam palmitat (22,1%), asam stearat (6,9%), asam oleat (54,3%), dan asam linoleat (16,7%).Proses pengolahan buah bintaro menjadi minyak terhitung cepat dan mudah. Bahkan warga Teluk Meranti sudah bisa melakukannya di rumah. Jika Anda tinggal di daerah yang banyak ditumbuhi pohon bintaro (Cerbera manghas), Anda pun bisa mencobanya sendiri. Berikut beberapa langkahnya:a. Kumpulkan biji bintaro dari buah yang jatuh alami.b. Kupas buah bintaro kering dan ambil bijinya.c. Keringkan biji bintaro di bawah sinar Matahari.d. Giling atau tumbuk biji bintaro kering itu.e. Lakukan pengepresan sampai minyaknya keluar.f. Jika masih bercampur dengan kotoran, saring minyak tersebut.g. Jika perlu, diamkan minyak selama 1 - 2 malam agar kotorannya mengendap.h. Minyak bintaro sudah siap digunakan sebagai bahan bakar.Hanya saja, untuk bisa digunakan sebagai pengganti minyak diesel untuk genset atau minyak tanah untuk kompor harus dilakukan modifikasi. Soalnya, tampilan minyak bintaro mirip oli kendaraan dengan kekentalan sekitar 30 poin (minyak tanah memiliki kekentalan sebesar 5 poin).Untuk genset harus dilakukan pemancingan dengan solar sebab injector yang ada di genset peruntukkannya untuk solar. Genset diberi tambahan tangki penampungan minyak bintaro di salah satu sisinya. Pertama-tama genset masih tetap membutuhkan solar sebagai pemancing. Selang dua menit kemudian barulah peran solar digantikan oleh minyak bintaro. Saat genset hendak dimatikan, minyak bintaro kembali digantikan oleh solar.Pada kompor, ruang pembakaran dimodifikasi sehingga kekentalan minyak sudah turun pada saat keluar dan terbakar. Bila suhunya dipanaskan, maka tingkat kekentalan minyak bintaro akan turun dan mirip dengan minyak tanah. Bila tingkat kekentalannya tidak diturunkan maka api akan muncul dengan disertai letupan-letupan kecil.http://fasula.blogspot.com/2011/06/tanaman-bintaro-cerbera-manghas.html