budidaya_tanaman_tembakau

31
BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) OLEH: 1. Adnindita K (11779) 2. Fitriyana Sholihatun (11787) 3. Zara Kumala P. (11803) 4. Sandi Budi Arta (11800) Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.

Upload: fly-hitsugi-shuin-kitaro

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

TRANSCRIPT

Page 1: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

OLEH:

1. Adnindita K (11779)2. Fitriyana Sholihatun (11787)3. Zara Kumala P. (11803)4. Sandi Budi Arta (11800)

Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.

Page 2: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.

Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Tembakau yang diproduksi di Indonesia antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo.Selain itu, juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah.

Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi Negara. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, amun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat.

Penerimaan negara dari komoditi tembakau sangat besar yaitu dari cukai dan setiap tahun terus meningkat.Pada tahun 2007 sebesar Rp 42 triliun. Kemudian, pada tahun 2008 sebesar Rp 50,2 triliun. Komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang kontroversial yaitu antara manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga dalam pengembangannya harus mengacu pada penyeimbangan supply dan demand dan peningkatan produktivitas dan mutu serta peningkatan peran kelembagaan petani. Untuk memcapai usahatani tembakau yang profesional, maka telah dilakukan intensifikasi tembakau antara lain melalui 1) penggunaan benih unggul,

Page 3: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

baik berupa penggunaan benih introduksi maupun lokal ; 2) pengolahan tanah sesuai dengan baku teknis; 3) pengaturan air termasuk peramalan iklim ; 4) pemupukan tanaman ; 5) perlindungan tanaman dan 6) panen serta pasca panen.

B. Tujuan

1. Mengenal budidaya tanaman tembakau sebagai salah satu jenis tanaman semusim.2. Membahas permasalahan dan solusi seputar tanaman tembakau sebagai salah satu

tanaman semusim yang bermanfaat luas.

Page 4: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Sejarah

Tanah asal tembakau adalah Amerika. Ditemukan pertama kali oleh Colombus pada tahun 1492. Mula-mula tanaman tembakau di tanaman di Eropa dan digunakan sebagai tanaman hias di Portugal, Prancis dan akhirnya Florence. Pada tahun 1558 – 1568 Jean Nicot De Villemain membawa biji-biji tembakau ke negerinya dan kemudian ditanaman sebagai tanaman obat-obatan (Abdullah dan Soedarmanto, 1982).

Bahasa Indonesia “tembakau” merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol “tabaco” dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan di daerah Taino di Karibia disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome De La Casas, 1552) atau bisa juga dari kata “tabago” yaitu sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba). Namun, kata yang sama di Spanyol dan Itali umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410. Dalam bahasa Arab “tabbaq”, yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, digunakan sebagai nama tanaman obat. Kata “tobacco” (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika (Anonim, 2011).

b. Botani Sistematik Tanaman

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) termasuk divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, familia Solanaceae, serta genus Nicotiana (Suwarto dan Octavianty, 2010).

Tembakau adalah suatau jenis tanaman yang dapat tumbuh hampir dimana-mana, mulai dari daerah panas sampai di daerah dingin. Di Indonesia tembakau di tanaman di tempat-tempat yang berbada iklimnya, ada yang di dataran tinggi misalya Dieng (2000-2300 mdpl). Ada yang di lereng-lereng gunungseperti Garut, Kuningan dan ada yang ditanaman di dataran seperti Bojonegoro dan Kendal (Adisewojo, 1962).

c. Macam-macam tembakau

Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut (Warintek, 2011) :

Page 5: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

1. Tembakau cerutu. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun kaki (daun kaki pertama dan daun kaki atas), daun tengah / madya (daun madya pertama dan daun madya kedua) dan daun pucuk. Untuk varietas tembakau deli dan tembakau besuki, lembaran kaki adalah tembakau dengan kualitas terbaik sehingga bagian yang lain tidak diambil.

2. Tembakau sigaret. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun bawah dan tengah, daun atas dan daun pucuk. Untuk tembakau virginia, lembaran daun bawah dan tengah adalah yang terbaik, disusul oleh lembaran daun atas dan lembaran yang lain merupakan lembaran daun yang berkualitas rendah. Jenis tembakau sigaret antara lain tembakau virginia dan tembakau turki.

3. Tembakau rajangan. Daun yang diambil yaitu daun pasir dan 1-2 lembar daun kaki (kualitas baik) dan daun tengah (kualitas kurang)

d. Morfologi Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau menurut Hanum (2008) :

1. Akar

Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur.

2. Batang

Page 6: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.

3. Daun

Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai. Daun tembakau merupakandaun tunggal. Lebar daun 2 – 30 cm, panjang tangkai 1 – 2 cm. Warna daun hijau keputih-putihan.

4. Bunga

Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atas.

Page 7: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:

a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung.

b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.

c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar.

d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk penyerbukan silang.

5. Buah

Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali. Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram.

e. Syarat Tumbuh

Page 8: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Persyaratan tumbuh tembakau menurut Anonim (2011) :

a. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup.

b. Keberhasilan usaha pertanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan tembakau berkisar antara 18 – 27 0 C. Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO) daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO).

Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Menurut Hanum (2008) syarat tumbuh tembakau adalah :

a. Iklim

Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-320 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl.

b. Tanah

Tembakau Deli sangat cocok untuk jenis tanah aluvial dan andosol. Tanah regosol sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden dan besuki. Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan tembakau rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah ringan (berpasir) sampai dengan tanah berat (liat). Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah 5-5,6; tembakau Virginia 5,5-6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5 maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikkan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.

f. Teknik Budidaya

Page 9: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Persiapan Badan Tanam

Benih berasal dari varietas unggul (introduksi/lokal) yang cocok dengan iklim dan tipe tanah dengan daya kecambah yang tinggi (± 80 %) dan disenangi konsumen (pengelola/pabrik rokok). Jumlah bibit yang digunakan adalah 8-10 g/ha, tergantung pada jarak tanam. Selain itu biji harus utuh, tidak terserang hama penyakit, dan biji tidak keriput. Umur bibit yang baik untuk dipindahkan ke pertanaman antara 38–45 hari, pada keadaan normal panjang bibit telah mencapai 20 cm. Pencabutan bibit dapat dilakukan beberapa kali dan memilih bibit yang paling baik. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya harus segera ditanam (setelah jam 14.00) (Anonim, 2011).

Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih, yaitu (Maulidiana, 2008):

1. Permanen

Dapat berupa nampan plastik berlubang-lubang untuk menanam benih, system ini disebut system tray. Nampan plastic yang digunakan berukuran 40x60 cm berisi 308 lubang tanam yang berukuran 2,2x2,2 cm dengan kedalaman 4cm, atau dibuat langsung di lahan 120 cm, tinggi 25 cm, dan pangjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

2. Semi Permanen

Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja. Terbuat dari anyaman bambu atau papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m, dan tinggi 25 cm.

3. Tidak Permanen

Persemaian dibuat langsung di lapangan dengan dibuat bedengan atau parit. Tempat persemaian berupa polibag.

Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas :

Cara cabut

yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa tanah.

Cara putaran

Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok agar tanahnya terambil.

Pengolahan Lahan

Page 10: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Untuk memperoleh produktivitas dan kualitas yang baik, diperlukan pergiliran (rotasi) tanaman, dengan tujuan mencegah perkembangan penyakit. Dalam rotasi tidak disarankan menggunakan tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Tanaman yang dianjurkan dalam rotasi antara lain dari famili Graminae dan Leguminosa (Anonim, 2011).

Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah (Maulidiana, 2008). Pengolahan tanah yang baik (3x pencangkulan/pembajakan) dengan interval 1-2 minggu kemudian di sekeliling tanah pertanaman dibuat got/saluran pembuangan air. Dilakukan pembentukan bedengan membujur antara timur dan barat agar tanaman mendapatakan sinar matahari yang cukup. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 25-30 ton/ha (Anonim, 2011).

Penanaman

Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanam antara Maret-Juni, dan tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara Agustus-September. Jarak tanam sangat tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau yang ditanam, Untuk tembakau NO jarak tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak tanamannya 90 -100 cm x 70 cm (Anonim, 2011). Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman 10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Maulidiana, 2008).

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan pada pertanaman tembakau meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan (Anonim, 2011):

Pengairan

Tembakau musim kemarau (VO) membutuhkan air secukupnya (sekitar 100 mm perbulan) selama pertumbuhannya (3 bulan), namun pada saat panen tidak dikehendaki hujan sama sekali, agar dihasilkan mutu yang baik. Tembakau musim penghujan (NO) membutuhkan air secukupnya (90 mm perbulan) pada saat panen. Hal ini agar diperoleh mutu yang baik (daun tipis, rata, lebar, elastis dan berwarna cerah). Peramalan iklim (saat tanam dan panen) perlu dilakukan guna meminimalisir kegagalan penanaman.

Pada bibit tembakau, penyiraman dilakukan tiap hari (pagi dan sore) sampai tanaman cukup kuat. Pengairan diberikan secukupnya pada tanaman. Pada saat tembakau berumur

Page 11: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

7-25 hari dilakukan penyiraman dengan frekuensi 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari frekuensi penyiraman 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat cepat oleh karea itu diperlukan penyiraman 5 liter per tanaman setiap 3 hari. Setela tanaman berumur 65 hari sampai panen, tidak diperlukan penyiraman lagi kecuali cuaca sangat kering (Warintek, 2007).

Penyulaman

penyulamam dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dapat dilakukan menggunakan tangan dengan cara mencabut gulmanya atau dengan menggunakan herbisida.

Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (N, P dan K).

Jumlah unsur hara yang terserap oleh tanaman tembakau untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha.

Unsur Hara Tanaman

Kg/ha

N 70P 12K 80Ca 55Mg 22S 18B 0,07Mn 0,7Fe SedikitZn SedikitCu 0,04Mo Sedikit

Sumber : McCants dan Woltz (1967)

Page 12: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah, teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut (Anonim, 2010).

Tembakau Virginia PT. BAT Klaten : 76,5 kg N/ha, 82,5 kg P2O5/ha dan 217 kg K2O/ha.

Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha, 550 KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan pemupukan II) dalam bentuk cair. Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-masing dengan dosis 400 dan 200 kg/ha. Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3 masing-masing dengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta pemupukan II 350 CaS/ha dan 150 KNO3/ha. Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha, KNO3 pada starter 0,125 kg/liter CaS dan KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter, sedang untuk pemupukan II 0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.

Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup bungan mulai keluar (80 %) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik.

Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik (Anonim, 2010).

Pengendalian OPT

Jenis hama yang sering menyerang tembakau menurut Maulidiana (2008) antara lain:

a. Ulat daun (Spodoptera litura dan Prodenia litura)

Penyebab : ulat daun memakan daun tembakau sampai habis, gejalanya adalah timbulnya lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendaliannya dilakukan dengan cara, memangkas daun yang menjadi sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada saat pagi atau sore, karena pada saat itu ulat-ulat berada

Page 13: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

di tanah atau dengan penyemprotan herbisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin 25 g/liter.

b. Kutu Tembakau (Myzus persicae).

Kutu ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %. Cara pengendalian hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

c. Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn).

Baik kutu dewasa maupun nimfanya mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak. Disamping merusak daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan meyemprot dengan insektisida Klorpirifos.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp)

Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi, tanaman menjadi kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya tanaman tersebut mati. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, memberantas gulma dan menyemprotkan herbisida.

e. Hama lainnya seperti, Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis) dan kepik (Besimea tabaci).

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah antara lain adalah sebagai berikut (Alfiyan, 2011):

a. Penyakit Rebah Kecambah.

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya menyerang pada fase pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah sebelum penaburan benih

Page 14: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil (3 g/liter air), Mankozep (2-3 g/liter air), Benomil (2-3 g/liter air).

b. Penyakit Lanas.

Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae (Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 - 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 - 2 ml air.

c. Penyakit Kerupuk.

Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar. Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.

Panen

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut :

Kematangan daun Keseragaman daun dalam proses penanaman Penanganan daun hasil panenan

Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis (Warintek, 2011).

Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan 1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah

Page 15: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

fotosintesis). Komposisi daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar), daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis tembakau (Anonim, 2011).

Ciri daun tembakau yang telah masak adalah  warna daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan (Anonim, 2011).

Pascapanen

Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah di panen antara lain (Maulidiana, 2008):

1. Pengumpulan

Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar matahari.

2. Penyortiran dan penggolongan

Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.

3. Curing

Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing:

Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %. Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan

standar tembakau yang diproses.

Page 16: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan curing, yaitu:

a. Penguningan

Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling.

b. Pengikatan Warna

Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang

daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka

apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya

apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada

suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses

penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari

42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai

akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya

sekitar 18-19 jam.

c. Pengeringan Lembar Daun

Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara

menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar

dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak kembali

ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun

masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang

30-32 jam.

d. Pengeringan Gagang

Page 17: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas

didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup secara

perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri

tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk

batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-

8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap

terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu

oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar.

Page 18: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

BAB III

PEMBAHASAN

Page 19: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

A. Permasalahan dalam Budidaya Tembakau

Tembakau merupakan tanaman yang memiliki nilai jual hasil olahan yang cukup tinggi. Sebagai contoh rokok yang merupakan produk olahan dari tembakau dijual dengan harga yang bervariasi dan relatif tinggi. Rokok tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi rokok sudah merupakan bahan yang banyak dikonsumsi oleh penduduk dunia.

Tembakau merupakan komoditi yang mengandalkan zat addict yang menimbulkan ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar relatif tahan lama. Walau pun demikian bahan utama rokok memiliki berbagai masalah dalam proses budidaya. Masalah tersebut adalah :

1. Sensitif terhadap cuaca. Tembakau ini menghendaki cuaca yang benar-benar kering pada saat panen dan adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan sangat merusak hasil tembakau.

2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem perdagangan yang tidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat dikuasai oleh pabrik rokok sehingga harga maupun volume pembelian ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-agennya.

3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga sulit untuk menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini juga menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terhadap pedagang.

4. Kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization) sejak tahun 1974. Di Indonesia gerakan anti rokok baru dimulai tahun 1991 dengan adanya peringatan pemerintah bahwa merokok dapat merugikan kesehatan

B. Strategi untuk Mengatasi Masalah

1. Menggunakan teknologi dan hasil pemuliaan untuk mengatasi sensitifitas tanaman terhadap cuaca (terutama curah hujan). Dalam hal ini pernah ditawarkan pemantauan hujan dan pemecahan awan dalam rangka mencegah hujan di musim panen tembakau dapat dilakukan. Mendorong balai penelitian atau para peneliti yang mungkin didanai oleh pabrik rokok atau pemerintah untuk melakukan rekayasa genetik sehingga dihasilkan kultivar tembakau yang tahan musim hujan, tahan penyakit lanas, produksi tinggi dengan kualitas yang tinggi pula termasuk berkadar nikotin rendah. Potensial genetik luas untuk pemuliaan (keragaman varietas tinggi). Tembakau telah lama dikembangkan di Indonesia sehingga saat ini telah banyak kultivar yang telah beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini berarti di Indonesia terdapat plasma nutfah dengan keragaman genetik yang sangat tinggi sebagai bahan pemuliaan untuk peningkatan hasil maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu.

Page 20: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

2. Tembakau tidak hanya dimanfaatkan untuk rokok tetapi dapat pula digunakan untuk

pestisida, atau sumber energi baru. Daun tembakau ternyata dapat meningkatkan kadar

minyak nabati yang merupakan langkah awal dalam memanfaatkan tanaman ini untuk

keperluan biofuel. Tembakau dapat menghasilkan biofuel lebih efisien daripada

produk pertanian lainnya. Namun, sebagian besar minyaknya hanya terkandung di

dalam biji/ benih tembakau (sekitar 40 persen minyak per berat kering). Meskipun

kandungan minyak nabati biji tembakau telah diuji dan dapat digunakan sebagai bahan

bakar mesin diesel, namun produksi biji tanaman tembakau masih sangat rendah,

yakni sekitar 600 kg biji per hektar. Tembakau dapat dimanfaatkan untuk

memproduksi protein anti kanker, anti radang dan antibody dengan penyisipan gen

yang mengkode protein tersebut pada tanaman tembakau. Tembakau juga dapat

digunakan sebagi obat luka Obat luka, daun Nicotiana tabacum berkhasiat sebagai

obat luka. Untuk obat luka dipakai ± 25 gram daun segar Nicotiana tabacum, dicuci

dan ditumbuk sampai lumat. ditambah minyak tanah ± 25 ml diperas dan disaring.

Hasil saringan dioleskan pada luka.

3. Menerapkan teknologi produksi yang efisien dengan penguatan pada kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar petani. Penerapan teknologi yang efisien dapat dilakukan dengan menyatukan hamparan lahan petani dalam satu komando pengelolaan sehingga dapat dilakukan tanam serempak, panen serempak dan biaya produksi rendah sehingga dapat menyiasati pola pasar yang selama ini dilakukan pedagang.

4. Pemuliaan tanaman tembakau untuk menghasilkan tembakau rendah nikotin. Kadar nikotin dikendalikan oleh dua gen utama dan sejumlah gen minor. Tanaman tembakau dengan gen AABB berkadar nikotin tinggi dan tanaman tembakau dengan gen aabb berkadar nikotin rendah. Dengan demikian persilangan antara varietas berkadar nikotin tinggi dengan varietas berkadar nikotin rendah akan menghasilkan individu-individu beragam yang berkadar nikotin rendah sampai tinggi. kadar nikotin tembakau dapat berkisar antara 0,5 sampai 8%. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung. Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi. Semakin banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal.

Page 21: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU
Page 22: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

BAB III

KESIMPULAN

1. Tembakau adalah jenis tanaman semusim yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman.

2. Masalah yang terjadi dalam budidaya tembakau adalah tembakau sensitif terhadap cuaca, Industri hilir tembakau terbatas pada rokok, Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga petani tidak mempunyai harga tawar yang baik dan Kampanye anti rokok.

3. Solusi untuk masalah tersebut adalah penciptaan varietas tembakau yang tahan terhadap kondisi cuaca terutama hujan, penggunaan tembakau sebagai biofuel, penerapkan teknologi produksi yang efisien dengan penguatan pada kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar petani dan pemuliaan tanaman tembakau untuk menghasilkan tembakau rendah nikotin.

Page 23: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna, Jakarta.

Adisewojo, R.S. 1962. Bercocok Tanaman Tembakau. Sumur Bandung, Bandung.

Alfiyan, D, 2011. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tembakau. <http://deni_Alfiyan/files_Hama_dan_Penyakit_pada_tanaman_tembakau.htm>. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.

Anonim, 2010. Pemeliharaan Tanaman dalam Budidaya Tembakau. <http://binaukm.com/pemeliharaan/tanaman/dalam/budidaya/tembakau.htm>. Diakses pad tanggal 1 Desember 2011.

Anonim. 2011. <http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/komoditi%20tan-aman%20tembakau.pdf>. Diakses tanggal 27 November 2011.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Page 24: BUDIDAYA_TANAMAN_TEMBAKAU

Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Sripsi, Universitas Sumatera Utara.

Suwarto dan Y. Octavianty. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Warintek, 2007. Tembakau Bantul. <http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/tembakau%20bantul.pdf>. Diakses pada tanggal 28 November 2011.

Warintek. 2011. Budidaya Tanaman Tembakau Virginia. http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=32. Diakses tanggal 28 November 2011