brpn bahan

15
PRESENTASI KASUS BRONCHOPNEUMONIA Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti Program Pendidikan Profesi Bagian Radiologi Di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI Diajukan kepada : Dr. Kunyun Marsindro, Sp.Rad Disusun oleh : Isnaini Ashar (20050310200) KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI 2011

Upload: yuliasofa

Post on 16-Feb-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: brpn bahan

PRESENTASI KASUS

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti

Program Pendidikan Profesi Bagian Radiologi

Di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Diajukan kepada :

Dr. Kunyun Marsindro, Sp.Rad

Disusun oleh :

Isnaini Ashar (20050310200)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

2011

Page 2: brpn bahan

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

BRONCHOPNEUMONIA

Telah dipresentasikan dan disetujui :

Pada tanggal Februari 2011

Disusun oleh :

Isnaini Ashar

20050310200

Menyetujui

Dokter Pembimbing :

Dr. Kunyun Marsindro, Sp.Rad

Page 3: brpn bahan

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi masalah kesehatan

utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru atau lama sangat

pesat, dan kemampuan obat-obat anti-mikroba telah banyak ditingkatkan. Selain itu, masih

banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostik dan penanganannya.

Mikroorganisme cenderung menyerang saluran pernafasan bagian bawah melalui

aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri, inhalasi dari aerosol yan

terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan perkembangan mikroorganisme

tergantung pada ukuran, virulensi dan kerentanan hospes.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini

menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula

melibatkan bronkiolus terminal. Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli

digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto

rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti gambaran alveoli ditandai

dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas

yang lebih kecil.

Page 4: brpn bahan

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 75 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Bantul

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 18 Februari 2011

Ruang Perawatan : Bangsal Bakung

II. ANAMNESA

Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis dan alloanamnesis

a. Keluhan Utama : batuk-batuk terus menerus

b. Keluhan Tambahan : perut nyeri dan panas, nafsu makan menurun

c. Riwayat Penyakit Sekarang

3 minggu SMRS sering batuk-batuk yang kadang disertai dahak berwarna

putih kekuningan. Batuk dirasakan setiap hari terus menerus. Batyk bertambah berat

biasanya pada banguntidur. Oleh pasien sudah dibelikan obat batuk di warung, tetapi

belum mereda. Batuk kadang diikuti dengan sesak nafas. Pasien hanya minum obat

warung untuk mengobati batuknya. Pasien juga merasakan nyeri perut bagian atas dan

juga nafsu mkan menurun sejak 1 minggu ini.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya

Page 5: brpn bahan

Riwayat pernah rawat inap sebelumnya di RS oleh karena suatu penyakit

disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat batuk kronis disangkal

Riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang serupa dengan pasien.

e. Anamnesis Sistem

Sistem serebrospinal : Pusing (+), demam (-).

Sistem respirasi : Batuk (+), kadang sesak nafas (+).

Sistem kardiovaskuler : Kadang berdebar-debar (-), nyeri dada (-).

Sistem digestivus : Mual (-),muntah (-), perut sebah (+), nyeri

perut (+), Flatus (+), BAB kehitaman (-).

Sistem Urogenital : Nyeri pinggang (-), hematuria (-).

Sistem muskuloskeletal : Tidak ada hambatan dalam bergerak.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Cukup

Vital Sign

- Tekanan darah : 120/80

Page 6: brpn bahan

- Suhu : 36,3º C

- Nadi : 82 x/menit

- Pernafasan : 22x/menit

A. KEPALA

Mata : Mata cekung (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra

udem (-/-), reflek pupil (+) normal, isokor

Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)

Hidung : Discharge (-/-) warna putih jernih atau bening, deformitas (-/-), deviasi

septum (-/-), nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)

Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran thyroid (-), kaku kuduk (-), budzinky I (-

).

B. THORAX

PULMO

Inspeksi : simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi intercostae melebar

(-).

Palpasi : Ketinggalan gerak (-), vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+), Wheezing (-), Ronkhi basah basal (-/-), ronkhi

basah kasar (+/+)

JANTUNG

Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus kordis teraba di SIC V LMC Sinistra 2 cm ke medial, thrill

(-), kuat angkat (-)

Perkusi : Batas kiri atas SIC II LSB

Batas kanan atas SIC II RSB

Page 7: brpn bahan

Batas kiri bawah SIC V LMC (S)

Batas kanan bawah SIC V RSB

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-)

C. ABDOMEN

Inspeksi : Datar, pulsasi epigastrium (-), eversi umbilikalis (-), sikatrik(-),

stria (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal, suara abnormal (-)

Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), nyeri ketok ginjal (-)

defans musculer (-), murphy sign (-), hepatomegali (-),

splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

Perkusi : Tympani diseluruh regio abdomen

D. EKSTREMITAS

Superior : Edema (-/-), hambatan gerak (-/-), akral dingin (+/+)

Inferior : Edema (-/-), hambatan gerak (-/-), akral dingin (+/+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 18 Februari 2010

1. Laboratorium

Darah Lengkap

Hb : 12,7 gr/dl (12 – 16 gr/dl)

AL : 9,7 ribu//L (4-10 gr//L)

AE : 3,53 juta/L (l : 4,5 - 5,5 juta; p : 4,0-5,0 juta/L)

AT : 324 ribu/ml (150 – 450 )

Hmt : 32,4% (l : 42 – 52, w : 36-46 %)

Page 8: brpn bahan

Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil : 2 % 2 - 4

Basofil : 0 % 0 - 1

Batang : 0 % 2 - 5

Segmen : 69 % 51 - 67

Limfosit : 21 % 20 - 35

Monosit : 9 % 4 – 8

GDS : 109 gr/dl <200

Ureum : 69 mg/dl 17-43

Kreatinin : 1.04 mg/dl P: 0.6-1.1

SGOT : 17 U/L P: < 31 L:<37

SGPT : 10 U/L P: < 31 L:< 41

Cholesterol :145 <200

Asam Urat : 3.57

Trigliserid : 80

2. Radiologi

Foto Thorax PA

Hasil : Besar cor normal

Bronchopenemoni

Page 9: brpn bahan

3. Sputum BTA

BTA I : Negatif

BTA II : Negatif

BTA III : Negatif

IV. DIAGNOSIS

- Bronchopneumonia

- Dyspepsia

V. DIAGNOSIS BANDING

- TBC

- Pneumonia

- Gastritis

VI. TERAPI

Terapi Farmakologis:

Infus RL 30 tpm

Inj. Ceftriaxone 2x1 g

Ambroxol 2x1

Omeprazole 2x1

Zistic 250mg 1x2

Page 10: brpn bahan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Brokopneumonia merupakan infeksi pada parenki paru yang terbatas pada

alveoli kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada

pemeriksaan histologist terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat

ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang

bervariasi. Berbagai spesies bakteri, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit

dapatmenjadi penyebab (Levison, M. 2000).

II. Patogenesis

Proses pathogenesis terkait dengan 3 faktor, yaitu imunitas inang,

mikroosrganisme yang menyerang, dan lingkungan yang berinteraksi. Cara terjadinya

penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering

disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui slang infuse oleh Staphylococcus aureus,

sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Enterobacter dan P. aeruginosa. Pada

masa sekarang, terlihat perubahan pola mikrorganisme adanya perubahan keadaan pasien

seperti gangguan kekebalan, penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan

antibiotic yang tidak tepat menimbulkan perubahan karakteristik kuman. Dijumpai

peningkatan pathogenesis kuman akibat adanya berbagai mekanisme terutama oleh S.

aureus, H. influenza dan Enterobacteriaceae serta berbagai bakteri gram negative

(Dahlan, Z. 2007).

Pathogen microbial dapat berasal dari flora orofaringeal termasuk S. pneumonia,

S. pyogens, M. pneumonia, H. influenza, Moraxalla catarrhalis. Kolonisasi bakteri ini

meningi merusak fibronektin, glikoprotein yang melapisi permukaan mukosa.

Fibronektin merupakan reseptor bagi flora normal gram positif orofaring. Hilangnya

fibronektin menyebabkan reseptor pada permukaan sel terpajan oleh bakteri gram

negative. Sumber basil gram negative dapat berasal dari lambung pasien sendiri atau alat

respirasi yang tercemar (Levison, M. 2000).

Penyebaran hematogen ke seluruh paru biasanya dengan infeksi S. aureus dapat

terjadi pada pasien seperti pada keadaan penyalahgunaan obat melalui intravena, atau

pada pasien dengan infeksi akibat kateter intravena. Dua jalur penyebaran bakteri ke

Page 11: brpn bahan

paru lainya adalah melalui jalan inokulasi langsung sebagai akibat intubasi trakeaatau

luka tusuk dada yang berdekatan denga tempat infeksi yang berbatasan.

Usia merupakan predictor lain yang penting untuk meramalkan mikroorganisme

penyebab infeksi. Chlamidia trachomatis dan virus sisitial pernafasan sering terdapat

pada bayi berusia dibawah 6 bulan. H. influenza pada anak berusia antara 6 bulan sampai

5 tahun, M. pneumonia dan C. pneumonia pada orang dewasa muda dan H. influenza

serta M. catarrhalis pada pasie lanjut usia dengan penyakit paru kronis.

H. influenza juga lebih sering didapatkan pada pasien perokok. Bakteri gram

negative lebih sering pada pasien lansia. Pseudomonas aeruginosa pada pasien

bronkiektasis, terapi steroid, malnutrisi dan imunisupresi disertai lekopeni.

III. Gambaran Klinis

Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia dapat mengalami onset

demam akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak nafas. Gejala

lain yang sering dijumpai adalah kekakuan, berkeringat, menggigil, rasa tidak enak di

dada, pleuritis, kelelahan, mialgia, anoreksia, sakit kepala dan nyeri perut. Hasil

pemeriksaan fisik yang sering dijumpai melipyti demam atau hipotermia,takipneu,

takikardi. Pemeriksaan dada sering terdapat suara nafas yang berubah dan terdapat

ronkhi (Tierney, L. dkk. 2002).

IV. Diagnosis

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberia terapi

yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan

perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Penegakan diagnosis dimulai dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang baik. Anamnesis ditujukan untuk mengetahui kemungkinan

kuman penyebab yang berhubungan dengan factor infeksi yang telah dijelaskan diatas.

Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk membantu enegakan diagnosis, yaitu:

a. Pemeriksaan radiologis

Radiografi dada dapat menegaskan diagnose, membantu dalam diagnose banding

kuman pathogen dan deteksi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan paru.

Pemeriksaan tersebut juga dapat mambantu mengetahui keparahan dan respon

terhadap terapi dari waktu ke waktu. Temuan radiografi dapat berkisar dari suatu

Page 12: brpn bahan

bercak infiltrate kecil di area udara sebagai konsolidasi lobar dengan air bronkogram

hingga infiltrate alveolar divus atau infilrat interstisial.

Bronchopneumonia of both posterior lower lobe segments

Page 13: brpn bahan

Bronchopneumonia on 5 years old

b. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, infeksi rendah atau

normal dapat disebabkan oleh infeksi virus atau pada infeksi berat hingga tidak terjadi

respon leukosit, orang tua atau lemah. Leukopeni menunjukkan depresi imunitas ,

misalnya neutropenia pada infeksi gram negative atau S. aureus pada pasien dengan

keganasan dan gangguan kekebalan.

c. Pemeriksaan bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, torakosentesis,

bronkoskopi, atau biopsy. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus

gram, Burri Gin, dan Z Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai

PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan

pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.

VII. Penatalaksanan

a. Antibiotik

Pilihan empiris antibiotic untuk pasien bronkopneumonia yang tidak

memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta laktam generasi ke

tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau tanpa Macrolid (Claritromisin

atau Azitromicin dianjurkan jika ada kecurigaan infeksi H. influenza) atau

Fluoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan membunuh S. pneumoniae).

Antibiotic alternative antara lain Cefuraxime dengan atau tanpa Macrolid atau

Azitromicin saja (Tierney, dkk. 2002).

Page 14: brpn bahan

Pilihan antibiotic dapat tunggal atau kombinasi. Antibiotic tunggal yang paling

cocok diberikan yang gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh tipe kuman yang

sensitive. Kombinasi antibiotic diberikan dengan maksud untuk mencakup spectrum

kuman-kuma yang dicurigai, untuk meningkatkan aktivitas spectrum dan pada infeksi

jamak. Bila telah didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil ini dapat

dijadikan untuk memberikan antibiotic tunggal (Dahlan, Z. 2007).

b. Terapi suportif

Terapi O2 untuk mencapai saturasi 95-96%

Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai bronchodilator bila

disertai bronkospasme

Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak

Pemberian cairan

Page 15: brpn bahan

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Zul, 2006, Pneumonia, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S. (ed),

Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Levison, M., 2000. Pneumonia, dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

EGC

Maclennan, Alex. 2005. Bronchopneumonia. www.mypacs.net

Stedman. 2006. Bronchopneumonia. www.wrongdiagnosis.com

Tjay, TH., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia