briket ampas sagu sebagai bahan bakar alternatif · ampas sagu tanaman sagu (metroxylon sagu)...
TRANSCRIPT
2
TINJAUAN PUSTAKA
Ampas Sagu
Tanaman sagu (Metroxylon sagu)
(Gambar 1) merupakan tanaman yang tersebar
di Indonesia, dan termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga Palmae, marga
Metroxylon, dengan ordo Spadiciflorae. Sagu
memiliki kandungan pati yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis Metroxylon
lainnya, sehingga sagu banyak dimanfaatkan
dalam berbagai industri pertanian. Saat ini,
pemanfaatan sagu hanya terfokus pada pati
yang terkandung di dalamnya.
Gambar 1 Tanaman sagu.
Perkembangan industri pengolahan pati
menyebabkan peningkatan hasil sampingan
berupa limbah sagu yang berupa kulit batang
dan limbah sagu. Limbah ikutan pengolahan
sagu berupa kulit batang sekitar 17-25% dari
serat batang, sedangkan ampas sagu75-83%.
Namun, limbah tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal (McClatchey et al. 2006).
Limbah sagu merupakan limbah lignoselulosa yang kaya akan selulosa dan
pati, sehingga dapat dimanfaatkan secara
optimal sebagai sumber karbon. Limbah sagu
berupa ampas mengandung 65,7% pati dan
sisanya berupa serat kasar, protein kasar,
lemak, dan abu. Berdasarkan presentase
tersebut ampas mengandung residu lignin
sebesar 21%, sedangkan kandungan
selulosanya sebesar 20% dan sisanya
merupakan zat ekstraktif dan abu. Selain itu,
kulit batang sagu mengandung selulosa
(57%) dan lignin yang lebih banyak (38%) daripada ampas sagu (Kiat 2006) .Kandungan
dari ampas sagu (Tabel 1) dipengaruhi oleh
spesies, umur, tempat hidup, dan proses
pengolahannya.
Tabel 1 Kandungan ampas sagu
Jenis Jumlah (%)
Kadar air
Lemak
Protein
Karbohidrat
Serat kasar
78,34
0,20
1,31
6,67
13,48
Sumber : Haryanto dan Pangloli (1992)
Briket Biomassa
Biomassa adalah bahan hayati yang
dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar (Subroto
2007). Sedangkan menurut Silalahi (2000),
biomassa adalah campuran material organik
yang kompleks, biasanya terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa
mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti
sodium, fosfor, kalsium, dan besi. Komponen
utama tanaman biomassa adalah karbohidrat
(berat kering kira-kira sampai 75%), lignin
(sampai dengan 25%), dimana dalam
beberapa tanaman komposisinya berbeda-
beda. Biomassa merupakan produk fotosintesis, dimana sel hijau daun menyerap
energi matahari dan mengkonversi karbon
dioksida dengan air menjadi suatu senyawa
karbon, hidrogen, dan oksigen. Senyawa
tersebut menyerap energi yang dapat
dikonversi menjadi produk lain. Hasil
konversi senyawa tersebut dapat berbentuk
arang atau karbon, alkohol kayu, ter, dan
sebagainya.
Biomassa tersebut dapat diolah menjadi
briket biomassa, yang merupakan bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi
dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Biomassa yang dibuat briket pada
umumnya berbentuk serpihan atau serbuk-
serbuk kecil. Beberapa potensi limbah
biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi dalam rangka penyediaan
energi alternatif dapat dilihat pada Tabel 2.
Salah satu contoh potensi limbah
biomassa yang dijadikan briket adalah serbuk
gergaji. Serbuk gergaji merupakan hasil
samping dari kegiatan bahan biomassa kayu atau berserat lignoselulosa. Pada umumnya
serbuk gergaji memiliki nilai kalor
4018.25- 5975.58 kal/g. Selain itu, tempurung
kelapa juga berpotensi untuk dijadikan briket
biomassa. Nilai kalor yang terkandung dalam
tempurung kelapa berkisar antara 4347 kal/g
hingga 4619 kal/g (Palungkun 1999)
3
Tabel 2 Potensi limbah biomassa sebagai
sumber energi
Jenis
Biomassa
Penggunaan saat
ini
Promosi sebagai
sumber energi
Sekam Padi
Ampas Tebu
Bonggol
Jagung
Tempurung
Kelapa
Pelepah kelapa
Serbuk Gergaji
Kotoran
Ternak
Media tanam,
bahan kemasan,
bahan bakar
tungku
Bahan bakar boiler
Bahan bakar
tungku
Arang, arang aktif,
bahan bakar
tungku, alat rumah
tangga
Bahan bakar
tungku
Bahan bakar
tungku
Pupuk Organik
Briket arang
sekam
Briket, pupuk
Bahan bakar
padat
Briket arang
Bahan bakar
padat
Briket arang
Biogas, briket
Sumber : Agustina dan Syafrian (2005)
Briket merupakan bahan bakar padat
dengan dimensi tertentu yang seragam,
diperoleh dari hasil pembentukan bahan
berbentuk curah, serbuk, berukuran relatif
kecil atau tidak beraturan sehingga sulit
digunakan sebagai bahan bakar dalam bentuk
aslinya (Agustina 2006). Kriteria sederhana
suatu bahan dapat menjadi bahan bakar, yaitu
memiliki nilai kalor tinggi yang mencukupi
standar, jumlah ketersediaan bahan yang cukup, mudah terbakar, laju pembakarannya
rendah, dan nyaman dalam penggunaan.
Standar mutu briket menurut SNI 01-6235-
2000 dapat dilihat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Standar mutu briket arang kayu di
Indonesia Parameter Uji Nilai*
Kadar air (%)
Kadar abu (%)
Bagian yang hilang pada
pemanasan 950 °C (%)
Nilai kalor (Kal/g)
Maks 8
Maks 15
Maks 8
Min 5000
*Sumber : SNI 01-6235-2000
Briket dikatakan memiliki mutu yang
baik apabila memiliki ciri-ciri seperti api yang dihasilkan berwarna kebiru-biruan, tidak
berasap atau mengeluarkan sedikit asap, tidak
memercikan api, tidak berbau, tidak terlalu
cepat terbakar, dan menghasilkan kalor panas
yang tinggi (Sudrajat dan Soleh 1993). Mutu
briket umumnya ditentukan dari sifat fisik dan
kimia seperti kadar air, kadar abu, nilai kalor,
dan bagian yang hilang pada suhu 950 °C.
Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang
memiliki kemampuan untuk mengikat dua
benda melalui ikatan permukaan. Salah satu
istilah dari perekat adalah pasta. Pasta
merupakan perekat pati yang dibuat melalui
pemanasan campuran pati dan air.
Penggunaan perekat akan mengakibatkan
ikatan antar partikel semakin kuat, butir-
butiran arang akan saling mengikat yang
menyebabkan air terikat dalam pori-pori arang (Josep dan Hislop 1981)
Perekat yang umum digunakan, yaitu
pati, clay, molase, resin tumbuhan, pupuk
hewan, tanin, dan ter. Perekat yang baik
mempunyai bau yang baik bila dibakar,
kemampuan merekat yang baik, harga yang
murah, dan mudah didapatkan (Karch dan
Boutette 1983). Menurut Hartoyo et al.
(1983), bahan perekat seperti pati, dekstrin,
dan tepung beras akan menghasilkan briket
yang tidak berasap tetapi mempunyai nilai kalor yang rendah dibandingkan dengan arang
kayu.
Kanji adalah perekat tapioka dicampur
air dalam jumlah tidak melebihi 70% dari
berat serbuk arang dan kemudian dipanaskan
sampai berbentuk gel. Pencampuran kanji
dengan serbuk arang diusahakan merata
(Sudrajat dan Soleh 1993). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa briket arang dengan
tepung kanji sebagai bahan perekatnya akan
menurunkan sedikit nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam
bentuk aslinya.
Penggunaan perekat pati memiliki
beberapa keuntungan, yaitu harga murah,
mudah pemakaiannya, dapat menghasilkan
kekuatan rekat kering yang tinggi. Namun
perekat ini memiliki kelemahan, yaitu
ketahanan terhadap air rendah, hal ini
disebabkan karena tapioka mempunyai sifat
dapat menyerap air dari udara, sehingga
memungkinkan mudah diserang jamur,bakteri,
dan binatang pemakan pati (Hartoyo et al. 1983)
Pencampuran serbuk arang dengan
perekat bertujuan memberikan lapisan tipis
dari perekat pada permukaan partikel arang.
Selain itu, penggunaan bahan perekat dengan
adanya perekat maka susunan partikel akan
semakin baik, teratur, dan lebih padat
sehingga dalam proses pengempaan pada
briket akan semakin baik (Silalahi 2000).
Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam
menentukan mutu briket yang dihasilkan.
4
Campuran yang dibuat tergantung pada
ukuran serbuk, macam perekat, jumlah
perekat, dan tekanan pengempaan yang
dilakukan
Achmad (1991) menyatakan bahwa
untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup
dicampurkan dengan perekat yang terdiri atas
30 gram tepung tapioka (3% dari berat serbuk
arang) dan air sebanyak 1liter. Kadar perekat
dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering menimbulkan banyak asap.
Pencirian Briket
Mutu briket yang baik adalah briket yang
memenuhi standar mutu agar dapat digunakan
sesuai dengan keperluannya. Sifat-sifat
penting dari briket yang mempengaruhi
kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan
kimia, seperti kadar air, kadar abu, bagian
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
kalor.
Kadar Air
Besarnya persentase nilai kadar air
berbanding terbalik dengan jumlah nilai kalor
yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air
semakin rendah nilai kalor dan daya
pembakarannya. Listiyanawati et al. (2008)
menjelaskan bahwa kadar air sangat
mempengaruhi nilai kalor dan efisiensi
pembakaran suatu briket karena panas yang
tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
sebelum menghasilkan panas yang dapat
dipergunakan sebagai panas pembakaran
Kadar Abu
Merupakan ukuran kandungan material
dan berbagai material anorganik di dalam
benda uji. Kadar abu setiap arang berbeda-
beda tergantung jenis bahan baku arang.
Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar
3% (Subadra 2005). Senyawa yang terdapat
dalam abu meliputi SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dan lain-lain (Raharjo 2006). Senyawa yang
banyak terkandung dalam abu hasil
pembakaran briket adalah silikat. Kandungan
silikat yang tinggi menunjukkan kadar abu
yang tinggi dalam briket. Kadar abu yang
terkandung pada briket akan mempengaruhi
nilai kalornya. Semakin tinggi kadar abu yang
terkandung dalam briket maka semakin
rendah nilai kalornya (Listiyanawati et al.
2008).
Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C Merupakan zat selain air, karbon terikat,
dan abu yang terdapat dalam arang, terdiri
dari cairan dan sisa ter yang tidak habis dalam
proses karbonisasi. Bagian yang hilang pada
pemanasan 950 °C dalam arang mempunyai
batas maksimum 40% dan batas minimum
5%, hal ini akan mempengaruhi
kesempurnaan pembakaran, laju pembakaran,
dan intensitas api (Raharjo 2006)
Nilai Kalor
Nilai kalor suatu bahan bakar biomassa
adalah jumlah energi panas (kJ) yang dapat
dilepaskan pada setiap satu satuan berat bahan
bakar (kg) tersebut apabila terbakar habis
dengan sempurna (SNI 01-6235-2000). Suatu
bahan bakar disebut terbakar habis dan
sempurna apabila seluruh kandungan unsur
karbon (C) dalam bahan bakar tersebut
bereaksi dengan oksigen menjadi karbon
dioksida (CO2). Energi panas (kalor) yang dilepaskan dapat dipindahkan ke lingkungan
dengan cara hantaran (konduksi), edaran
(konveksi), atau pancaran (radiasi). Salah satu jenis pengukur nilai kalor
adalah kalorimeter bom (Gambar 2). Bagian
utama alat ini adalah bejana reaksi yang
diletakkan dalam bejana yang lebih besar
sehingga terdapat rongga udara di antarakedua
bejana tersebut yang berfungsi sebagai
isolator perpindahan kalor. Prinsip yang
digunakan pada alat ini adalah perubahan suhu fluida pada volume tetap, dimana reaksi
pembakaran terjadi dalam bejana tertutup dan
disebut bom.
Gambar 2 Kalorimeter bom.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah cawan
porselin, desikator, oven, tanur, cetakan
briket, alat pengempa hidrolik manual,
kalorimeter bom adiabatis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah ampas sagu dari industri