blok 19

Upload: pebriyantisalipadang

Post on 06-Mar-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah pbl blok 19

TRANSCRIPT

Penanganan Hipertensi dalam Masa Kehamilan Pebriyanti SalipadangFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510email : [email protected] adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami.Gangguan hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan membentuk satu dari tiga trias mematikan, bersama dengan perdarahan dan infeksi, yag merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas terkait-kehamilan. Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau leih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi sementara jika tidak mengalami preeklamsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu pascapartum. Akan tetapi, yang penting adalah bahwa wanita dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsia misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium, atau trombositopenia yang memengaruhi penanganan.Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh kedu masa kehamilan atau dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Kenaikan tekanan darah ini tidak disertai dengan tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi kronis yang mendasarinya dan bisa sembuh dalam waktu 10 hari setelah persalinan.1-3AnamnesisAnamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis.Anamnesis yang baik meliputi :1 Identitas Meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat Penyakit Dahulu Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga juga penting dalam anamnesis karena beberapa penyakit disebabkan oleh genetik sehingga kecurigaan akan penyakit menahun keluarga juga wajib ditanyakan. Riwayat Pribadi Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti makanannya dan aktifitas kesehariannya, lingkungan tempat tinggal pasien, dan sebagainya.Pemeriksaan FisikSebelum melakukan pemeriksaan fisik, kita melakukan pemeriksaan keadaan umum terlebih dahulu, dan lihat tampak sakitnya bagaimana, lalu setelah itu lakukan pemeriksaan tanda tanda vital, diantara mengukur suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah. Setelah selesai lakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik ini diantara nya meliputi seperti :1Inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasiPemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah lengkapPada pemeriksaan darah lengkap dengan kasus hipertensi ini biasanya lebih di perhatikan pada trombositnya, karena bila trombositnya menunjukan trombositophenia biasanya adalah ciri dari penyakit hipertensi preeklamsia yang berat.1 UrinalisisUrinalisis adalah Tesini merupakansalah satutesyang seringdiminta olehparaklinisi.Tesurinmenjadi lebih populer karenadapatmembantu menegakkandiagnosis, mendapatkaninformasi mengenaifungsi organ danmetabolismetubuh.Selain itu tesurin dapat mendeteksi kelainan yang asimptomatik ,mengikuti pejalanan penyakit dan hasil pengobatan. Dengan demikian hasiltesurin haruslahteliti ,tepat dan cepat.Jadi bila terdapat protein (+) dalam kasus ini, berarti diagnosisnya akan lebih mengarah ke hipertensi pre-eklamsia ataupun hipertensi eklamsia.1Klasifikasi hipertensi pada kehamilanTerdapat 4 jenis hipertensi yang terdapat pada saat kehamilan, yaitu:1. Preeklamsia-eklamsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.2. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.3. Preeklamsia pada hipertensi kronik. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.4. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.3,4Working diagnosis Hipertensi GestasionalHipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya selama kehamilan tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi gestasional disebut juga transient hypertension jika preeklampsia tidak berkembang dan tekanan darah telah kembali normal pada 12 minggu postpartum. Apabila tekanan darah naik cukup tinggi selama setengah kehamilan terakhir, hal ini berbahaya terutama untuk janin, walaupun proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang ditegaskan oleh Chesley (1985), 10% eklamsi berkembang sebelum proteinuria yang nyata diidentifikasi. Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan darah mulai naik, ibu dan janin menghadapi risiko yang meningkat. Proteinuria adalah suatu tanda dari penyakit hipertensi yang memburuk, terutama preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus meningkatkan risiko ibu dan janin.5,6Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu : TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kali selama kehamilan. Tidak ada proteinuria. TD kembali normal < 12 minggu postpartum. Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum. Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri epigastrium atau trombositopenia.

Etiologi Keturunan/genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah, emosioal, wanita yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit ginjal, hiper/hypothyroid, koarktasi aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan kelenjar parathyroid.7

Epidemiologi Wanita kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami preeklamsi dibandingkan kelompok rasial lainnya, hal ini dikarenakan wanita kulit hitam memiliki prevalensi yang lebih besar terhadap hipertensi kronis. Diantara wanita yang berusia 30-39 tahun, hipertensi kronis terdapat pada 22,3% wanita kulit hitam, 4,6% kulit putih, dan 6,2% pada wanita Amerika Meksiko.Preeklamsi umumnya terjadi pada usia maternal ekstrim (< 18 tahun atau > 35 tahun). Peningkatan prevalensi hipertensi kronis pada wanita > 35 tahun dapat menjelaskan mengapa terjadi peningkatan frekuensi preeklamsi diantara gravida tua. Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai hal yang merugikan, ironisnya merokok telah dihubungkan secara konsisten dengan risiko hipertensi yang menurun selama kehamilan. Placenta previa juga telah dilaporkan dapat mengurangi risiko gangguan-gangguan hipertensi pada kehamilan. PatofisiologiWalaupun mekanisme patofisiologi yang jelas tidak dimengerti, preeklamsi merupakan suatu kelainan pada fungsi endotel yaitu vasospasme. Pada beberapa kasus, mikroskop cahaya menunjukkan bukti insufisiensi plasenta akibat kelainan tersebut, seperti trombosis plasenta difus, inflamasi vaskulopati desidua plasenta, dan invasi abnormal trofoblastik pada endometrium. Hal-hal ini menjelaskan bahwa pertumbuhan plasenta yang abnormal atau kerusakan plasenta akibat mikrotrombosis difus merupakan pusat perkembangan kelainan ini.Hipertensi yang terjadi pada preeklamsi adalah akibat vasospasme, dengan konstriksi arterial dan penurunan volume intravaskular relatif dibandingkan dengan kehamilan normal. Sistem vaskular pada wanita hamil menunjukkan adanya penurunan respon terhadap peptida vasoaktif seperti angiotensin II dan epinefrin. Wanita yang mengalami preeklamsi menunjukkan hiperresponsif terhadap hormon-hormon ini dan hal ini merupakan gangguan yang dapat terlihat bahkan sebelum hipertensi tampak jelas. Pemeliharaan tekanan darah pada level normal dalam kehamilan tergantung pada interaksi antara curah jantung dan resistensi vaskular perifer, tetapi masing-masing secara signifikan terganggu dalam kehamilan. Curah jantung meningkat 30-50% karena peningkatan nadi dan volume sekuncup. Walaupun angiotensin dan renin yang bersirkulasi meningkat pada trimester II, tekanan darah cenderung untuk menurun, menunjukkan adanya reduksi resistensi vaskular sistemik. Reduksi diakibatkan karena penurunan viskositas darah dan sensivitas pembuluh darah terhadap angiotensin karena adanya prostaglandin vasodilator. Ada bukti yang menunjukkan bahwa adanya respon imun maternal yang terganggu terhadap jaringan plasenta atau janin memiliki kontribusi terhadap perkembangan preeklamsi. Disfungsi endotel yang luas menimbulkan manifestasi klinis berupa disfungsi multi organ, meliputi susunan saraf pusat, hepar, pulmonal, renal, dan sistem hematologi. Kerusakan endotel menyebabkan kebocoran kapiler patologis yang dapat bermanifestasi pada ibu berupa kenaikan berat badan yang cepat, edema non dependen (muka atau tangan), edema pulmonal, dan hemokonsentrasi. Ketika plasenta ikut terkena kelainan, janin dapat terkena dampaknya akibat penurunan aliran darah utero-plasenta. Penurunan perfusi ini menimbulkan manifestasi klinis seperti tes laju jantung janin yang non-reassuring, skor rendah profil biofisik, oligohidramnion, dan pertumbuhan janin terhambat pada kasus-kasus yang berat.Selama kehamilan normal, tekanan darah sistolik hanya berubah sedikit, sedangkan tekanan darah diastolik turun sekitar 10 mmHg pada usia kehamilan muda (13-20 minggu) dan naik kembali pada trimester ke III. Pembentukkan ruangan intervillair, yang menurunkan resistensi vaskular, lebih lanjut akan menurunkan tekanan darah. Patogenesis pada konvulsi eklamsi masih menjadi subyek penelitian dan spekulasi. Beberapa teori dan mekanisme etiologi telah dipercaya sebagai etiologi yang paling mungkin, tetapi tidak ada satupun yang dengan jelas terbukti. Beberapa mekanisme etiologi yang dipercaya sebagai patogenesis dari konvulsi eklamsi meliputi vasokonstriksi atau vasospame serebral, hipertensi ensefalopati, infark atau edema serebral, perdarahan serebral, dan ensefalopati metabolik. Akan tetapi, tidak ada kejelasan apakah penemuan ini merupakan sebab atau efek akibat konvulsi.8Diagnosis dan Gejala Klinis Hipertensi dalam KehamilanDiagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklamsi sukar dicegah, tetapi berat dan terdinya eklamsi biasanya dapat dihindari dengan mengenal secara dini penyakit tersebut dan dengan penanganan secara sempurna.Tekanan darah sebaiknya diukur pada posisi duduk dengan posisi cuff setinggi jantung. Adanya penekanan vena kava inferior oleh uterus gravid pada posisi berbaring dapat mengganggu pengukuran sehingga terjadi pengukuran yang lebih rendah. Sebelum pengukuran, wanita hamil dianjurkan untuk duduk tenang 5-10 menit.Hipertensi didiagnosa apabila tekanan darah pada waktu beristirahat 140/90 mmHg atau lebih besar, fase ke V Korotkoff digunakan untuk menentukan tekanan darah diastolik.. Pada masa lalu, telah dianjurkan agar peningkatan tambahan tekanan diastolik 15 mmHg atau sistolik 30 mmHg digunakan sebagai kriteria diagnostik, bahkan apabila tekanan darah saat diukur di bawah 140/90 mmHg. Kriteria tersebut sekarang ini tidak lagi dianjurkan karena bukti menunjukkan bahwa wanita tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk mengalami efek samping merugikan saat kehamilan. Sebagai tambahan, tekanan darah biasanya menurun pada trimester ke-II kehamilan dan tekanan diastolik pada primigravida dengan kehamilan normotensi kadang-kadang naik sebesar 15 mmHg. Oedem telah ditinggalkan sebagai kriteria diagnostik karena hal tersebut juga banyak terjadi pada wanita hamil yang normotensi. Oedem dianggap patologis bila menyeluruh dan meliputi tangan, muka, dan tungkai. Sebagai catatan, oedem tidak selalu terdapat pada pasien preeklamsi maupun eklamsi.9Different diagnosisHipertensiesensial/primerHipertensiesensial adalahpenyakithipertensiyang disebabkan oleh faktorherediter,faktoremosidanlingkungan.Wanita hamildenganhipertensi esensial memilikitekanan darahsekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejalalain sepertikelainanjantung, arteriosklerosis,perdarahanotak, danpenyakitginjalakan timbul setelah dalam waktu yang lama danpenyakit terus berlanjut.Hipertensiesensial dalamkehamilanakan berlangsungnormalsampai usiakehamilanaterm. Sekitar 20% dariwanita hamilakan menunjukkan kenaikantekanan darah, dapat disertaiproteinuriadanedema.Faktor resikohipertensiesensial dalamkehamilanadalah:wanita hamil multiparadengan usia lanjut dan kasustoksemia gravidarum.Penanganan dilakukan saat dalamkehamilandan dalam persalinan. Penanganandalam kehamilanmeliputi:pemeriksaanantenatalyang teratur; cukupistirahat; monitor penambahanberat badan; dan melakukanpengawasanibu danjanin; pemberian obat (antihipertensidan penenang) ; terminasikehamilandilakukan jika ada tanda-tandahipertensiganas.Penanganandalampersalinanmeliputi:pengawasanpada setiap kala persalinan; secsio sesarea dilakukan padawanitaprimitua dengananakhidup. Prognosis untuk ibu danjaninkurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan padawanita hamiladalah: pemakaianalat kontrasepsibagiwanita dengan jumlahanakbelum cukup. 9

Pilihan obat anti hipertensiTujuan utama dalam mengobati hipertensi kronis dalam kehamilan adalah menurunkan risiko maternal, tetapi pemilihan obat anti hipertensi lebih memperhatikan keselamatan janin. Terapi lini I yang banyak disukai adalah metil dopa, berdasarkan laporan tentang stabilnya aliran darah uteroplasental dan hemodinamika janin dan ketiadaan efek samping yang buruk pada pertumbuhan anak yang terpapar metil dopa saat dalam kandungan. Preeklamsi lebih umum diderita pada wanita dengan hipertensi kronis, dengan insidensi sekitar 25%. Faktor risiko untuk superimposed preeklamsi meliputi insufisiensi ginjal, riwayat menderita hipertensi selama 4 tahun atau lebih, dan hipertensi pada kehamilan sebelumnya. Pencegahan pada preeklamsi meliputi identifikasi wanita risiko tinggi, deteksi dini secara klinis dan laboratorium, pengamatan intensif atau terminasi kehamilan jika ada indikasi. Penatalaksanaan preeklamsi meliputi perawatan di rumah sakit, kontrol tekanan darah, profilaksis konvulsi pada impending eklamsi, dan terminasi pada waktunya. Banyak wanita dengan preeklamsi mempunyai sejarah normotensi sebelumnya sehingga peningkatan tekanan darah secara akut bahkan pada tingkat terendah (150/100 mmHg) dapat menyebabkan simptomatologi yang signifikan dan memerlukan terapi. Penatalaksanaan tidak mengganggu patofisiologi penyakit, tetapi dapat memperlambat progresi penyakit dan menyediakan waktu bagi fetus untuk mencapai maturitas. Preeklamsi kadang-kadang dapat sembuh sendiri walau jarang dan pada kebanyakkan kasus adalah memburuk sejalan dengan waktu. Ketika persalinan mungkin dapat menjadi terapi yang tepat bagi ibu, haruslah memperhatikan masa gestasi fetus yang < 32 minggu. Selain memperhatikan masa gestasi, bila didapatkan tanda-tanda gawat janin intra uterin, atau IUGR atau gangguan maternal seperti hipertensi berat, hemolisis, peningkatan enzim hati, hitung trombosit yang rendah, gangguan fungsi ginjal, pandangan kabur, dan sakit kepala. Persalinan per vaginam lebih disukai daripada seksio untuk menghindari penambahan stress akibat operasi. Terapi anti hipertensi harus memperhatikan keamanan maternal. Seleksi obat anti hipertensi dan rute pemberian tergantung pada antisipasi waktu persalinan. Jika persalinan terjadi lebih dari 48 jam kemudian, metil dopa oral lebih disukai karena keamanannya. Alternatif lain seperti labetalol oral dan beta bloker serta antagonis kalsium juga dapat dipergunakan. Jika persalinan sudah akan terjadi, pemberian parenteral adalah praktis dan efektif. Anti hipertensi diberikan sebelum induksi persalinan untuk tekanan darah diastol 105-110 mmHg atau lebih dengan tujuan menurunkannya sampai 95-105 mmHg.Jenis-jenis obat yang dipergunakan dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan :10 1. HidralazineMerupakan obat pilihan, golongan vasodilator arteri secara langsung yang dapat menyebabkan takikardi dan meningkatkan cardiac output akibat hasil respon simpatis sekunder yang dimediasi oleh baroreseptor. Efek meningkatkan cardiac output penting karena dapat meningkatkan aliran darah uterus. Hidralazin dimetabolisme oleh hepar.Hidralazine diberikan dengan cara intravena ketika tekanan diastol mencapai 110 mmHg atau lebih atau tekanan sistolik mencapai lebih dari 160 mmHg. Dosis hidralazine adalah 5-10 mg setiap interval 15-20 menit sampai tercapai hasil yang memuaskan, yaitu tekanan darah diastol turun sampai 90-100 mmHg tetapi tidak terdapat penurunan perfusi plasenta. Efek puncak tercapai dalam 30-60 menit dan lama kerja 4-6 jam. Efek samping seperti flushing, dizziness, palpitasi, dan angina. Hidralazine telah terbukti dapat menurunkan angka kejadian perdarahan serebral dan efektif dalam menurunkan tekanan darah dalam 95% kasus preeklamsi.2. Labetalol Labetalol merupakan penghambat beta non selektif dan penghambat 1-adrenergik post sinaps yang tersedia dalam bentuk oral maupun intra vena. Labetalol diberikan secara intravena, merupakan pemblok 1 dan non selektif , dan digunakan juga untuk mengobati hipertensi akut pada kehamilan. Pada sebuah penelitian yang membandingkan labetalol dengan hidralazine menunjukkan bahwa labetalol menurunkan tekanan darah lebih cepat dan efek takikardi minimal, tetapi hidralazine menurunkan tekanan arteri rata-rata lebih efektif. Protokol pemberian adalah 10 mg intravena. Jika tekanan darah belum turun dalam 10 menit, maka diberikan 20 mg labetalol. Kemudian 10 menit berikutnya 40 mg, selanjutnya 80 mg, pemberian diteruskan sampai dosis maksimal kumulatif mencapai 300 mg atau tekanan darah sudah terkontrol. Onset kerja adalah 5 menit, efek puncak 10-20 menit, dan durasi kerja 45 menit-6 jam. Pemberian labetalol secara intra vena tidak mempengaruhi aliran darah uteroplasenter. Pengalaman membuktikan bahwa labetalol dapat ditoleransi baik oleh ibu maupun janin. Menurut NHBPEP, pemberian labetalol tidak melebihi 220 mg tiap episode pengobatan.3. Metil dopa Merupakan agonis -adrenergik, dan merupakan satu-satunya obat anti hipertensi yang telah terbukti keamanan jangka panjang untuk janin dan ibu. Obat ini menurunkan resistensi total perifer tanpa menyebabkan perubahan pada laju jantung dan cardiac output. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan menstimulasi reseptor sentral -2 lewat -metil norefinefrin yang merupakan bentuk aktif metil dopa. Sebagai tambahan, dapat berfungsi sebagai penghambat -2 perifer lewat efek neurotransmitter palsu. Jika metil dopa digunakan sendiri, sering terjadi retensi cairan dan efek anti hipertensi yang berkurang. Oleh karena itu, metil dopa biasanya dikombinasikan dengan diuretik untuk terapi pada pasien yang tidak hamil. Dosis awal 250 mg 3 kali sehari dan ditingkatkan 2 gram/hari. Puncak plasma terjadi 2-3 jam setelah pemberian. Paruh wakti 2 jam. Efek maksimal terjadi dlam 4-6 jam setelah dosis oral. Kebanyakan disekresi lewat ginjal. Efek samping yang sering dilaporkan adalah sedasi dan hipotensi postural. Terapi lama (6-12 bulan) dengan obat ini dapat menyebabkan anemia hemolitik dan merupakan indikasi untuk memberhentikan obat ini.4. Klonidin Merupakan agonis -adrenergik lainnya. Terapi biasanya dimulai dengan dosis 0.1 mg 2 kali sehari dan ditingkatkan secara incremental 0.1-0.2 mg/hari sampai 2.4 mg/hari. Tekanan darah menurun 30-60 mmHg. Efek maksimal 2-4 jam dan lama kerja 6-8 jam. Aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus dapat terjaga, tetapi cardiac output menurun namun tetap berespon terhadap latihan fisik. Efek samping adalah xerostomia dan sedasi. Penghentian klonidin dapat menyebabkan krisis hipertensi yang dapat diatasi dengan pemberian kembali klonidin. Sampai sekarang belum ada penelitian besar yang mempelajari klonidin seperti metil dopa.105. Prazosin Merupakan pemblok kompetitif pada reseptor 1-adrenergik. Obat ini dapat menyebabkan vasodilatasi pada resistensi dan kapasitas pembuluh darah sehingga menurunkan preload dan afterload. Prazosin menurunkan tekanan darah tanpa menurunkan laju jantung, curah jantung, aliran darah ginjal, dan laju filtrasi glomerulus. Obat ini dimetabolisme hampir seluruhnya di hepar. Sekitar 90% ekskresi obat melalui kandung empedu ke dalam faeses. Selama kehamilan, absorbsi menjadi lambat dan waktu paruh menjadi lebih panjang. Dalam sebuah penelitian, kadar puncak tercapai dalam 165 menit pada wanita hamil. Prazosin dapat menyebabkan hipotensi mendadak dalam 30-90 menit setelah pemberian. Hal ini dapat dihindari dengan pemberian sebelum tidur. Percobaan binatang menunjukkan tidak ada efek teratogenik. Prazosin bukan merupakan obat yang kuat sehingga sering dikombinasikan dengan beta bloker.106. Diuretik Obat ini memiliki efek menurunkan plasma dan ECF sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun, juga menurunkan resistensi vaskular akibat konsentrasi sodium interselular pada sel otot polos. Obat diuretika yang poten dapat menyebabkan penurunan perfusi plasenta karena efek segera meliputi pengurangan volume intravaskular, dimana volume tersebut sudah berkurang akibat preeklamsi dibandingkan dengan keadaan normal. Oleh karena itu, diuretik tidak lagi digunakan untuk menurunkan tekanan darah karena dapat meningkatkan hemokonsentrasi darah ibu dan menyebabkan efek samping terhadap ibu dan janin. Pemakaian furosemid saat ante partum dibatasi pada kasus khusus dimana terdapat edema pulmonal. Obat diuretika seperti triamterene dihindari karena merupakan antagonis asam folat dan dapat meningkatkan risiko defek janin.8. Penghambat ACE Obat ini menginduksi vasodilatasi dengan menginhibisi enzim yang mengkonversi angiotensi 1 menjadi angiotensin 2 (vasokonstriktor poten), tanpa penurunan curah jantung. Sebagai tambahan, obat ini juga meningkatkan sintesis prostaglandin vasodilatasi dan menurunkan inaktivasi bradikinin (vasodilator poten). Contoh obat ini seperti captopril, enalapril, dam lisinopril. Efek Samping Obat Efek samping obat-obat anti hipertensi antara lain, yaitu :1. ACE inhibitor Digunakan pada trimester dua dan tiga telah menyebabkan disfungsi ginjal pada fetus yang mengakibatkan oligohidramnion dan anuria. ACE inhibitor telah dihubungkan dengan hipoplasia pulmoner, pertumbuhan terhambat, kelainan ginjal dan hipoplasia lain pada tulang tengkorak.2. Diantara golongan penghambat beta, atenololTerutama ketika dimulai pada awal kehamilan, berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat pada beberapa penelitian yang tidak terkontrol dan sebuah penelitian kecil. Pada kebanyakan penelitian, penyebab asal dari hubungan tersebut tidak jelas karena beberapa obat telah digunakan bersama-sama atau karena ketidakmampuan untuk membedakan apakah ini adalah efek dari patofisiologi ibu atau efek dari obat.3. Diuretika Memiliki efek samping terhadap ibu maupun janin. Efek maternal seperti hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemi, hiperurikemi, hiperlipid, dan penurunan volume plasma sehingga dapat menganggu pertumbuhan janin. Efek terhadap janin adalah gangguan elektrolit, trombositopeni, dan IUGR. Beberapa efek obat anti hipertensi terhadap pemberian ASI, yaitu : Diuretik thiazide sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan produksi ASI dan digunakan untuk mensupresi laktasi. Metil dopa kemungkinan aman selama pemberian ASI, dimana tingkat plasma yang rendah ditemukan pada janin. Beta bloker lain selain propranolol ditemukan dalam konsentrasi besar dalam susu ibu daripada plasma ibu. Klonidin ditemukan dalam jumlah sedikit di ASI. Hal yang sama terdapat pada ACE inhibitor.Komplikasi Stroke Kegagalan jantung Kerusakan ginjalPencegahanPola hidup sehat akan meningkatkan potensi ibu untuk terhindar dari hipertensi pada kehamilan. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan merokok, hindari stress, pola makan yang sehat (konsumsi makanan berprotein tinggi, hindari konsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan rajin berolahraga.Selain itu ibu bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti coklat, ikan, buah jeruk, buah pisang dan ikan. Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter.6Ibu hamil yang sudah terlanjur terkena hipertensi tidak perlu terlalu khawatir, asal dilakukan pemantauan yang ketat terhadap tekanan darah diharapkan komplikasi yang membahayakan tidak terjadi.Tujuan utama penanganan adalah mencegah terjadinya komplikasi saat melahirkan janin dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Penanganan hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penanganan terhadap tekanan darah tinggi ibu itu sendiri, dan penanganan terhadap janin yang akan dilahirkan. Penanganan tekanan darah tinggi ibu dapat dengan obat-obatan penurun tekanan darah untuk tekanan darah tinggi yang berat, ataupun hanya dengan perubahan posisi waktu istirahat, disertai diet vitamin, antioksidan bila tekanan darahnya belum terlalu tinggi. Untuk janin, perlu dipantau pertumbuhan janin misal dengan alat USG, dan dilakukan penilaian ancaman kegawatan janin misal dengan melihat gerakan janin, denyut jantung janin, volume air ketuban, gerakan pernapasan janin.6Apabila dinilai, janin sudah cukup kuat untuk dapat hidup di luar, maka dilakukan pengakhiran kehamilan. Yang terpenting lakukanlah pemeriksaan selama kehamilan secara teratur, dan konsultasikanlah apabila ada sesuatu masalah yang terjadi dalam kehamilan seperti contohnya hipertensi dalam kehamilan ibu.6PrognosisPrognosis untuk hipertensi gestasional ini akan baik apabila ditangani dengan cepat, namun tidak menutup kemungkinan juga prognosis bisa menjadi buruk apabila diagnosis ditegakkan lama dan penanganan yang tidak adekuat.

KesimpulanHipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga

Daftar pustaka1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.2. Tambayong Jan. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2008.h.943. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid, Siswadi Yakobus. Klien Ganggua Kardiovaskular. Jakarta:EGC; 2008.h.494. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, etall. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta: InternaPublishing; 2014. h.40055. Cunningham FG, dkk. 2006. Preeklamsia, dalam:Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC, 394-56. Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam: Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka, hlm 530-5547. Maryunani A, Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawat daruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media,137-548. Tanto C, Liwang F, Hanifati S .kapita selekta kedokteran jilid 2 edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius;2014.

9. Wiknjosastro H. 2007.Hipertensi Pada Kehamilan. dalam: Wiknjosastro, Hanifa,. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 281-96

10. Sulistia G, Rianto S, Elysabeth ( dkk ). Farmakologi dan terapi. Obat otonom. Edisi- 5. FKUI. Jakarta ; 2005.