bk aning asas dan kode bk
DESCRIPTION
documenTRANSCRIPT
BK sangat penting disekolah manapun dengan BK ini akan tercipta keserasian hubungan antara siswa dengan guru dan dalam meyelenggarakan layanan BK sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas BK dan terapkan sesuai dengan asas-asas BK. Dan dengan demikian asas-asas BK harus terpenuhi agar memperlancar BK disekolah.Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan ; sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan BK, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi BK itu sendiri. PEMBAHASANAsas-Asas Bimbingan Dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan prodesional sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, pelanggaran, dan penyikapan (yang meliputi unsure-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainya.Dan dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini dapat diterapkan sebagai berikut : 1) asas kerahasiaan, 2) asas kesukarelaan, 3) asas keterbukaan, 4) asas kekinan, 5) asas kemandirian, 6) asas kegiatan, 7) asas kedinamisan, 8) asas keterpaduan, 9) asas kenormatifan, 10) asas keahlian11) asas alih tangan, dan 12) asas tutwuri handayaniUntuk mendapatkan wawsan dan pemahaman yang memadai mengenai asas-asas bimbingan dan konseling diatas dijelaskan sebagai berikut :1) Asas Kerahasiaan Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan konseling kadang-kadang klient harus menyampaikan hal-hal yuang sangat pribadi/ rahasia, kepada konselor, oleh karena itu konselor harus menjafa kerahasiaan data yang diperolehnya dari klientnya.Disamping itu, asas kerahasiaan ini juga akan menghilangkan kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan konselor/guru pembimbing untuk menyalah gunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sehingga merugikan klien. Demikian juga hal-hal tertentu yang dialami oleh siswa (khususnya hal-hal yang bersifat negatif tidak akan mejadi bahan gunjingan.Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka apa yang terjadi/isi pembicaraan dan klen dalam wawancara/konseling kerhasiaanya perlu idhargai dan dijaga. Demikian pula catatan-cataatan yang dibuat
sewaktu ataupun sesudah wawancara/konseling, pula disimpan dengan baik dan kerahasiaannya dijaga dengan cermat oleh konselor, sebagaimana firman Allah SWT bahwa memelihara amanah dan menepati janji merupakan salah satu karakteristik orang beruntung. Sebagaimana firman Allah dalam surat (Al-Mu’minin/23 :8) gambar-gambar Artinya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipukulnya) dan janjinyaAsas kerahasiaan ini merupakan asas kuasai dalam usaha bimbingan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemebrian bimbingan klient sehingga mereka akan mau manfaatnya jasa bimbingan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga akibatnya percayaan bimbingan tidak dapat tempat dihati klien dan para caln klien. Dan jika asas kerahasiaan ini benar-benar di jelankan maka bimbingan dan konselng akan berjalan dengan mancar dan baik.2) Asas KesukarelaanDalam memahami pengertian bimbingan konseling dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu. Perkataan membantu disii mengandung arti bahwa bimbingan buka merupakan suatu paksaan, oleh karena itu proses bimbingan dan konseling harus belangsung atas dasa kesusilaan, baik dari pihak siterbimbing atau klien. Maupun dari pihak knselor klien diharapkan secra suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya.Jika asas kesukarelaan ini memang benar-benar telah tertenam pada diri (calon) terbimbing/siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahw mereka yang mengalami maalah akan dengan sukrela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan. Bagaimana halnya dengn klien kiriman, apakah dalam hal ini asaas sukarela dilanggar? Dalam hal ini pembimbing berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri klien itu sehngga klien itu mampu menghilankan rasa keterpaksaan data dirinya kepada pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon), terbimbing/siswa atau klien saja, tetapi hendakmya berkembang pada diri penyelenggaraan. Para penyelenggara bimbingan hendaknya mampu menghilangkan rasa bahw tugas kebimbingan konselingnya itu erupakan suatu yang memaksa diri merasa3) Asas KeterbukaanDalam pelaksanaan bimbingan konseling sngat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, malahan dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan tersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membuka bimbingan diharapkan
dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri. Sehingga dengan keterbukaan ini penelaah serta pengkaji berbagai kekuatan dan kelemahan siterbimbing dapat dilaksanakan. Perlu dieprhatikan bahwa keterbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasian yang semestinyua diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien konselor harus terus-menerus membuina suasana hubungan konselof sedemikian rupa. Sehingga klien yakni bahwa konselor juga bersikap terbuka dan yakin, bahwa asas keterbukaan memang terselenggara.Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah, dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain (dalam hal ini konselor) dan kedua mau membuka diri dalam ati mau menerima saran-saran dan masukan lainnya ari pihak konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan klien keterbukaan terwujud dari onselor sendiri. Jika hal itu memang dikehenaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti itu, masing-masing pihak bersifat transparan (terbuka) tehadap pihak lainnya.4) Asas KekinianPada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa yang akan dating, karma pada dsarnmya msalah klien yang langsung ditanggulangi melalu upaya bimbingan dan konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masukan yang sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan dialami dimasa mendatang.Dan dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang sehingga kemungkinan yang kurang baik dimasa dating dapat dihindari.Asas kekinian juga mendukung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segara memberikan bantuan. Konselor tidak selaknya menunda-menunda memberi bantuan dengan berbagai dalil. Dalam hal ini diharapakn konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang sebagaimana firman Allah ST.
Artinya : Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan menerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran.5) Asas Kemandirian
Pelayanan BK bertujuan menjadikan siterbimbing dapat bediri sendiri, tidak tergantung pada orang tua / tergantung pada konselor individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mendiri dengan cirri-ciri pokok mampu : a. Mengenal dri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya;b. Menerima diri dendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.c. Mengambil keputusan untuk dan leh diri sendiri.d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu, dan e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.Demikian dengan iri-ciri umum dits haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupannya sehai-hari. Dengan demkian klien akan bisa mandiri, karena klien akan terus menyatakan ketergantungannya, selama ketergantuannya itu memperoleh respon dari konselor. Sebaliknya rasa ketergantungan itu akan berhenti bila tidak ditanggapi oleh konselor yang pada dasarnya disetiap tahap awal proses konseling, biasanya kliesn menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses konseling. Oleh karna itu konselor dank lien harus beusaha untuk menumbuhkan sikap kemandirian itu didalam diri klien dengan cara memberi respon yang cermat.6) Asas Kegiatan Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. Dalam hal ini klien hrus mampu melakukan sendiri kegiatan tersebut dalam rangka mencapai sendiri kegiatan – kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan sebagai yang telah ditetapkan.Karna usaha BK tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegatan dalam mencapai tujuan BK. Hasil usaha BK tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan hrus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyeselesaiannya masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.Asas ini merujuk pada konseling multi deminsional yang tidak hanya mengandalkan traksasi verbal antara klien dan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbalpun asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien aktif pula melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.7) Asas Kedinamisan Keberhasilan usaha pelayanan BK ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kea rah yang lebih baik. Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan aktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi klien. Konselor dan klien serta pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerja sama sepenuhnya
agar pelayanan BK yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku klien.Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang sealu menuju ke suatu pembaruan sesuatu yang lebih maju karna asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan mnjadi cirri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya. 8) Asas Keterpaduan Pelayanan BK berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah, disamping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatiakan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan jangan hendaknya aspek layanan yang satu tidak sesuai dengan aspek layanan yang lain.Layanan BK memadukan berbagai aspek individu dengan dibimbing. Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi pada proses layanan yang diberikan. Jangan hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi atau bukan bertentangan dengan aspek layanan yang lain. 9) Asas KenormatifanPelayanan BK tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adapt, norma hukum/Negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari asaa kenormatifan ini terapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan BK. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik dan peralaan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan.Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada kliennya, konselor dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dan nilai-nilai itu, bagaimana berkembangnnya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibatnya bila norma dan nilai-nilai itu terus dianut dan laim sebagainya. 10) Asas KeahlianUsaha layanan BK secara teratur, sistematik, dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Asa keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, dan selanjutnya kabar hasilan usaha bimbingan dan konseling akan menaikkan kepercayaan masyarakat pada BK.Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang BK) juga kepada pengalaman teori dan praktek BK perlu dipadukan oleh karna itu, seorang konselor ahi harus benar-benar menguasai dan praktek konseling secara baik.11) Asas Alih TanganDalam pemberian layanan BK, asas alih tangan jika konselor sudah mengerahkan kemampuannya untuk membantu indivisu, namun
individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas / badan yang lebih ahli.Disamping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalihkan tangankan (Referal) klien pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut “ pengalihan tangan seperti ini adalah wajib, artinya masalah klien tidak boleh terkantung-kantung ditangan konselor yang terdahulu itu”. Firman Allah SWT.
Artinya : “Katakanlah, bahwa tiap orang itu (seharusnya) bekerja sesuai dengan bakat / kemampuannya masing-masing, maka tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanya”. (Qs. Al-Isra’ /17 : 54).12) Asas Tutwurihandayani Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian BK bahwa Bk itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berenacana, terus –menerus dan terarah kepada suatu tujuan oleh karena itu kegiatan pelayanan BK tidak hanya dirasakan pada saat klien mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor / guru pembimbing saja kegiatan BK harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah berhasil mecapai tujuan yang telah ditetapkan.Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu dilengapi dengan “ingngarsa sung tulada, ing madya mangun karso”. Adapun asas-asas yang pokok dari ke 2 asas diatas ialah : (1) asas kerahasiaan (2) asas ksukarelaan dan (3) asas keterbukaan.
KESIMPULAN
Asas bimbingan konseling ialah dasar yang melandasi dilakukannya kegiatana tersebut, atau dengan kata lain, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu. Demikian pula halnya dalam kegiatan BK, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.Asas-asas tersebut ialah asas kerahasian kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani.
DAFTAR PUSTAKA
Hallen, “Bimbingan dan Konseling, Jakarta. Quantum Teaching. 2005Rrayitno dan Erman Amti. Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT. Rineka Cipta, 2004Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling disekolah, Jakarta. PT. Rineka Cipta. Mapiee, ANdi. Pengantar Bimbingan dan Konseling Disekolah. Surabaya ; Penerbit Usaha Nasional, 1984
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-
kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling
merupakan inti atau jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan
bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam
istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai
dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan
konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.
Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan
pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam
merumuskan kedua istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari
kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan
tentang istilah bimbingan.
Menurut Rochman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh Soetjopto, bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia
sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya
serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito menyarikan beberapa rumusan bimbingan yang
dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai berikut:
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.
2
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli itu dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan:
a. Suatu proses yang berkesinambungan
b. Suatu proses membantu individu,
c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
dengan kemampuan/potensinya, dan
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki
keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
2. Pengertian konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“Consilium”yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima”
atau “memahami”. Sedangkan dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal
dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”
Hallen, mengatakan bahwa istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris “to
counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” yang artinya memberi saran
atau nasihat.
Lebih lanjut lagi, Rogers, dikutip dari Hallen mengemukakan pengertian
Konseling, adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk
membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
Selanjutnya ada beberapa rumusan pengertian Konseling berdasarkan
perkembangan sejumlah rumusan konseling menurut Jones, yang dikutip dari dasar –
dasar bimbingan dan konseling sebagai berikut:
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua
pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang
bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah
itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada
perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri
tanpa bantuan.
3
Maclean, dikutip dari dasar–dasar bimbingan dan konseling, memberikan defenisi
konseling sebagai suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang
individu yang terganggu oleh karena masalah – masalah yang tidak dapat diatasi sendiri
dan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman
membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan
pribadi.
Sedangkan H. Kestur Partowisastro menyebutkan defenisi konseling dalam dua hal
pengertian yaitu :
1) Dalam arti luas
Konseling adalah segala ikhtiar pengaruh psikologis terhadap sesama manusia.
2) Dalam arti sempit
Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia
lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi
beberapa facet kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek
tertentu.
Dengan demikian, berdasarkan uraian defenisi di atas dapatlah disimpulkan,
defenisi konseling secara sederhana yaitu :
“Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada anak (counselee) dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secaraface
to fece, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.
Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi konseling diatas yakni, konseling
adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana
konselor melalui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar dalam mana konseling dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan, yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan baik
pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh lagi dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan–kebutuhan yang akan datang.
Hal - hal pokok yang terkandung dalam masing-masing defenisi di atas
mengandung masing-masing rumusan konseling. Menurut pendapat Jones rumusan –
rumusan defenisi konseling sebagai berikut :
4
a. Konseling terdiri atas kegiatan : Pengungkapan fakta atau data tentang
siswa, serta pengarahan kepada siswa, untuk dapat mengatasi masalah-
masalah yang dihadapinya.
b. Bantuan itu diberikan secara langsung kepada siswa.
c. Tujuan Konseling agar siswa dapat mencapai perkembangan yang
semakin baik, semakin maju.
d. Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling dari Maclean, yakni :
e. Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
f. Dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka
g. Individu yang di konseling adalah adalah individu yang sedang
mengalami gangguan atau masalah.
h. Terlatih baik dan telah memiliki pengalaman
i. Bertujuan untuk mengatasi suatu masalah / gangguan.
Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling menurut Pepeinsky & Pepeinsky, adalah:
a. Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang individu
b. Dilakukan dalam suasana professional
c. Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan
perubahan tingkah laku klien.
B. Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh,
maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional
dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain menyumbangkan kemampuan
inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar
bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan malalui layanan
secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuannya secara penuh.
5
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya di
stiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh
Koestoer Partowisastro sebagai berikut:
1) Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu
sekian jam ( + 6 jam) hidupnya berada di sekolah.
2) Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, mapun dalam mengatasi berbagai
macam kesulitan.
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru ( Lundquist dan
Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981 ). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata
sangat membantu guru, dalam Hal:
1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah efektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi
proses belajar-mengajar.
3) Mengembangakan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dan melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang
lebih efektif. Oleh karna itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan
dengan kegiatan sekolah.
C. Tujuan Bimbingan Di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai
masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA
tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu
siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar
yang tinggi
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya
pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
6
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial dan
emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan
terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, dan
lingkungan yang lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah
membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang di hadapi siswa sehingga terjadi
proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
D. Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut
seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang
diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai
petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai
jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
a) Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan
tugas-tugas dan sebagainya.
d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan
sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling
dapat memberikan layanan dalam (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3)
bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1. Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.Bimbingan ini antara lain
meliputi:
7
a) Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
a) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
e) Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan
konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
a) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi
mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
b) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan
muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan
sebagainya.
2. Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial,
sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi
(1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-
masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang
mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung
mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai
rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pedoman bimbingan dan
penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan
bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain :
8
a) Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
b) Bakat dengan aspirasi lingkungannya
c) Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
d) Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
e) Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
f) Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil
pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi.
Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di
sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :
a) Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
b) Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar
mengajar
c) Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
5. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakekatnya selalu di
didasarkan atas landasang-landasan utama dan prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa
keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan
dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
a) Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri
dan mempunyai potensi untuk berkembang
b) Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu
c) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang
dibimbing
d) Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
e) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
f) Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah
saja.
g) Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
9
F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah
1. Prinsip-prinsip umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua
kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
a) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan individu, perlu
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian
yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalamannya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa
lalu klien yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
b) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu
c) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan
mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-
kesulitannya.
2. Prinsip-prinsip yang berhubung dengan individu yang dibimbing (siswa)
a) Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus berdasarkan
kebutuhan siswa. Oleh sebab itu sebelum penyusunan program bimbingan perlu
dilakukan analisis kebutuhan siswa tersebut.
b) Pelayan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang
bersangkutan secara serba ragam dan serba luas
c) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbingan tidak boleh memaksakan kehendaknya
kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan
serba berbagai kemungkinannya, dan keputusan mana yang akan diambil diserahkan
sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunyai
tanggung jawab penuh keputusan yang diambilnya itu
d) Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya
sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak hanya berguna pada waktu pemberian
layanan itu saja, tetapi jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia
akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada
pembimbing semakin berkurang.
10
3. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan
bimbingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman
dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua
orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih
atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, pengalaman dan
kemampuannya di kualifikasi tersebut dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam
melaksanakan tugasnya baik masalah-masalah yang dalam pemecahannya memerlukan
dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.
G. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab
klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah –masalah yang
sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan
adanya keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor
menemukan sumber penyebab timbulnya masalah.
2. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam
membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan pikiran
dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Namun
demikian suasana keterbukaan ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukung
terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan persoalannya.
3. Asas Kesukarelaan
Koselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini
konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien.
Bilamana konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu dari lain hal, seperti
tidak cukup waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan oleh waktu yang lain, badan
yang tidak enak, sedang punya masalah yang agak serius.
11
4. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat
keunikanya manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan
perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa
pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.
5. Asas Kedinamisan
Asas layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang baik. Sesuai dengan sifat keunikannya
manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahna
yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-
pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.
6. Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan suatu organisasi dari berbagai macam aspek. Dalam
memberikan layanan pada klien, hendaknya selalu memperhatikan aspek-aspek
kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan.
7. Asas kenormatifan
Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga
tidak terjadi penolakan bagi individu-individu yang bimbing baik penolakan dalam
prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang bahas dalam konseling.
8. Asas konseling
Pelayanan bimbingan konseling adalah bersifat profesional, oleh karena itu, tidak
mungkin dilaksankana oleh orang-orang yang tidak didik atau dilatih atau dipersiapkan
untuk itu. Pelayanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus, maka konselor harus
benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar profesional
12
9. Asas alih tangan
Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut diluar bidang keahliannya. Maka
konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada yang lain. setiap masalah
hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
10. Asas Tutwuri Handayani
setelah klein mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut
tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya diluarlayanan pun hendaknya
makna bimbingan dan konseling tetap dirasakan, dan terciptalah hubungan yang
harmonis antara konselor dan klien. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman
atas pemberian layanan.
H. Orientasi layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu. Menurut
humphreys dan traxler (1954) sikap dasar pekerjaan bimbingan itu ialah bahwa individual
merupakan suatu hal yang sangat penting.
1. Orientasi individual
Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya.
Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat
kepribadian yang dimiliki an sebagainya. Menurut Willer Man (1979) anak kembar satu
telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Ini
dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil terjadinya perbedaan individu.
Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara
berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan bimbingan dan
konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha
perkembangan yang bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu.
Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang
dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :
13
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya
baik laki-laki maupun perempuan
b. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki atau sebagai
perempuan
c. Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik
d. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung
jawab sosial.
e. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
3. Orientasi masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada
masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada
masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas
kekinian’ (Priyatno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang
saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.
I. Kode Etik Bimbingan Dan Konseling
Kode etik adalah pola ketentuan / aturan / tata cara yang menjadi pedoman
menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi. Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut:
1. Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan
dan kinseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik.
3. Pekerjaan pembimbing harus harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang maka
seorang pembimbing harus:
a) Dapat menyimpan rahasia klien
b) b. Menunjukkan penghargaan yang sama pada berbagai macam klien.
c) c. Pembimbing tidak diperkjenan menggunakan tena pembantu yang
tidak ahli.
d) Menunjukkan sikap hormat kepada klien
e) Meminta bantuan alhi diluar kemampuan stafnya.
14
Di samping rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumusakan oleh
ikatan petugas bimbingan Indonesia, yaitu:
a) Pembimbing menghormati harkat klien.
b) Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
c) Pembimbing tidak membedakan klien.
d) Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-kekurangannya dan
perasangka-prasangka pada dirinya.
e) Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan sabar.
f) Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada klien.
g) Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadab lembaga ataupun orang yang
dilayani.
h) Pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik ungkin.
i) Pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai tentang tingkah laku orang ,
serta tehnik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang klien bersifat rahasia.
k) Suatu tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri,
bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang besar
dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi pribadi sangat penting
untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh. Di samping itu, dalam
perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkan
sendiri, sehingga menganggu keberhasilan belajarnya.
Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang di
hadapi sering kali siswa memerlukan bantuan profesional. Sekolah harus dapat
menyediakan layanan profesional yang di maksud berupa layanan bimbingan dan
konseling, karena sekolah merupakan lingkungan akan yang penting sesudah keluarga.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, abu. 1977. Bimbingan dan Penyeluruh di sekolah.Semarang: toha putra.
Belkin, S. Gary. 1981. Practical Counseling in The Schools.Dubuque:
Wm. C. Brown Company Publishers.
Cole, Leulla. 1959. psychology of Adolescence.New York Rinert hart & Company Inc.
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975 Pedoman Bimbingan dan
Penyeluruh.
Jakarta: balai Pustaka.
Winkel, W.S..1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta: Grasindo
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya. Di dalam perjalanan hidupnya, individu juga seringkali menemui berbagai macam masalah.
Lepas dari persoalan yang satu muncul persoalan lain, demikianlah seterusnya silih berganti persoalan itu timbul. Kelihatannya tidak semua individu mampu mengatasi persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkannya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya.
Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut. Berikut ini di kemukakan rumusan tentang prinsip-prinsip bimbingan yang dituangkan dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
1 Prinsip-prinsip Umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Antara lain:
Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut. Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya. Program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah. Pelaksanaan program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah bersangkutan. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan rencana yang dirumuskan terdahulu. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing
Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus didasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, sebelum penyusunan program bimbingan perlu di lakukan analisis kebutuhan siswa.Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing.Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang Memberikan Bimbingan
Koselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan ketrampilan tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang.Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai latihan penataran. Karena ilmu tentang bimbingan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.Konselor hendaknya selalun mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan untuk membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya.Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tehnik yang tepat dalam melakukan tugasnya.Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan
Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi setiap individu (siswa).Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutanPembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan pada umumnya.Kepala sekolah memegang tanggung jawab
tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan.
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu:
2 Asas Kerahasiaan
Asas ini memiliki makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan asas kuncidalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab keberhasilan layanan ini akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya.
3 Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan, pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya, dan konselor pun dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh klien.
4 Asas Kesukarelaan
Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilamana konselor cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan ada acara lain;badan atau perasaan tidak enak;sedang punya masalah yang agak serius, dan sebagainya. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan ini tidak terwujud, kalau mereka paksakan untuk melakukan konsultasi. Sebaliknya jika klien tidak mau dengan sukarela mengemukakan permasalahannya, maka konsultasi ini tidak mungkin berlangsung secara efektif.
5 Asas Kekinian
Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini. Apa yang dirasakan dan dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam mencarikan pemecahannnya. Konselor jangan terperangkap dalam pembicaraan tentang masalah-masalah yang tidak lagi menjadi persoalan yang sedang dihadapi klien.
6 Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang telah disampaikannya.
7 Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kea rah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan perubahan menuju pada suatu kemajuan.
8 Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru.
9 Asas Kenormatifan
Maksud dari asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
10 Asas Keahlian
Layanan bimbingan dan konseling adalah professional, oleh karena itu tidak mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus. Konselor harus benar-benar terlatih untuk
itu, sehingga layanan tersebut benar-benar professional.
11 Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bias dan serba tahu, sehingga dalam pemberian layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut di luar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
12 Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dengan kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien sendirilah yang harus membuat keputusan.
Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada :
13 Orientasi Individual
Pada hakikatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapt bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki, dan sebagainya. Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis ,asalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
14 Orientasi Perkembangan
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Dalam setiap tahap usia perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya itu. Setiap tahap atau periode perkembangan mempunyai tugas-tugas
perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighhurst yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain:
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b) Dapat berperan social yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
d) Mampu menerima tanggung jawab social dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab social.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
f) Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
g) Memperoleh nilai-nilai system etis sebagai pedoman dalam bertingkah laku serta dapat mengembangkan suatu ideology.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menuntut adanya perubahan sikap dan pola tingkah laku yang berbeda dengan sikap dan tingkah laku pada anak-anak. Pencapaian atau perwujudan tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau periode merupakan salah satu tolak ukur dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi klien. Penyimpangan tingkah laku dan pola piker dapat diketahui dari pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
15 Orientasi Masalah
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Bilamana klien menyampaikan informasi atau berbicara tentang masalah yang tidak ada kaitannya dengan kesulitan yang sedang dikonsultasikan, maka konselor harus membawanya kembali kepada masalah yang sedang dihadapi.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan. Berikut ini dikemukakan suatu rumusan dari Winkle (1992): “Kode etik jabatan ialah pola ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi.”
Sehubungan dengan itu, Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
2) Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri yang bukan wewenangnya.
3) Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi orang seperti telah dikemukakan maka seorang pembimbing harus:
a) Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b) Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c) Menunjukkan penghargaaan yang sama kepada bermacam-macam klien. Pembimbing harus memperlakukan klien dengan derajat yang sama.
d) Pembimbing tidak diperkenankan:
(1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
(2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien.
(4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien tersebut.
e) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
f) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian penuh.
Di samping urusan tersebut, pada kesempatan ini dikemukakan rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986), yaitu:
a) Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b) Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
c) Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit, kepercayaan atau status social ekonominya.
d) Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan padanya.
g) Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya.
h) Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
i) Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan dengan sabaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien ,erupakan informasi yang bersifat rahasia, dan pembimbing menjaga kerahasiaan ini.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat, dan kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m) Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan aetaraf dengan informasi lainnya.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alas an digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan kepada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahu itu tidak ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien sendiri.
Winkel, W.S. 1978. Bimbingan dan Penyeluruh di sekolah Menengah.Jakarta : Gramedia.
http://superiandriyan.blogspot.com/2013/04/makalah-bimbingan-dan-konseling.html
PRINSIP UMUM DAN KHUSUS BIMBINGAN KONSELING
Pengertian prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulaan dengan cara tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung pada pemula itu. Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanaan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai perngkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanann program pelayanan bimbinngan dan konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan,” prinsip merupakan hasil kajian teoritis dan telah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanan sesuatu yang dilaksanakan”. Berkenaan dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, Arifin dan Ertikawati (1994) menjabarkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling kedalam empat bagian, yaitu:
16 Prinsi-prinsip umum 17 Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu 18 Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan pembingbing, dan 19 Prinsinp-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling.
1) Prinsip-Prinsip Umum
Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya . Bimbingan diarahkan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan mengadapi kesulitan-kesulitan -kesulitan yang dihadapinya. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan indvidu (siswa) yang dibimbing. Antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Demikian juga dengan kebutuhannya, oleh sebab itu, pembingbing harus memahami perbedaan kebutuhan tersebut agar bisa memberikan bantuan (bimbingan) sesuai kebutuhan individu. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu. Bimbingan dan konseling diberikan kepada individu dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku individu kearah yang lebih baik. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing. Upaya pemberian bantuan (pelayanan bimmbingan dan konseling ) harus dilakukan secara fleksibel (tidak kaku). Artinya harus bisa menyesuaikan dengan kondisi. Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program
pendidikan pembelajaran di sekolah atau madrasah yang bersangkutan. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksananya harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait seperti dokter, psikiater, dan lain-lain. Untuk mengetahiui hasil-hasil yang diperoleh dari upaya pelayanaan bimbingan dan konseling, harus diadakan penilaian atau evaluasi secara teratur dan berkesinambungan.
2) Prinsip-perinsip khusus yang berhubungan dengan individu (siswa)
Pelayanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua siswa. Artinya semua siswa baik yang memilki masalah sederhana hingga yang kompleks perlu dibantu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan konseling kepada individu atau siswa. Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu (siswa) yang bersangkutan beragam dan luas. Keputusan akhir dalam proses bimbingan dan konseling dibentuk oleh individu atau siswa itu sendiri. Individu atau siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong dirinya sendiri.
3) Prinsip khusus yang berhubungan dengan pembimbing
Pembimbing atau konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pembimbing atau konselor disekolah atau madrasah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan kemampuannya. Sebagai tuntunan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha mengembangkan diri dan keahliannya melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, penataran, work shop, dan sebagainya. Pembimbing atau konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai imformasi yang tersedia tentang individu atau siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan untuk membantu individu yang bersangkutan kearah penyesuaian diri yang lebih baik. Pembimbing atau konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan imformasi tentang individu atau siswa yang dibimbingnya.. Pembimbing atau konselor dalam melaksanakan tugas-tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode dan teknik.
4) Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi (manajemen) pelayanan
bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistemmatis dan berkelanjutan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus ada di kartu pribadi (cumulative record) bagi setiap siswa. Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah atau madrsah. Harus ada pembagian waktu antar pembingbing, sehingga masing-masing pembingbing mendapat kesempatan yang sama dalam meamberikan bimbingaan dan konseling. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah terkait. Dalam penyelenggaran pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan madarasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaran bimbingan dan konseling dan sekolah.
Prinsip – prinsip bimbingan konseling yang akan dibahas adalah prinsip – prinsip umum yaitu :
20 Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet. Sikap dan tingkah laku individu bersumber dari aspek yang sangat unik, maka perlu ditanamkan pada diri konselor bahwa setiap individu itu berbeda. Seorang konselor tidak boleh menyamakan sikap dan tingkah laku semua kliennya meskipun mungkin statusnya sama. Misalnya sama – sama peserta didik, sama – sama laki – laki, sama masalah yang dihadapi, dan lain sebagainya.21 Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu – individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan. Seorang konselor harus benar – benar kenal dan paham karakter dari kliennya. Jangan sampai seorang konselor memberikan bimbingan yang tidak tepat pada seorang klien karena manusia itu unik. Berbeda setiap individu, berbeda cara berfikir, dan juga berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Perlu pengenalan yang lebih dalam sebelum seorang konselor memberikan bimbingan kepada kliennya.22 Bimbingan yang berpusat pada individu yang dibimbing. Konselor hendaknya memberikan bimbingan terpusat terhadap kliennya. Hal ini dimaksudkan agar konselor tidak membanding-bandingkan antara masalah klien satu dengan klien yang lain.
Kemungkinan klien- klien itu memang memiliki kesamaan masalah. Namun setiap klien memiliki karakter yang berbeda. Maka dari itu hendaknya konselor memperhatikan kliennya secara utuh.23 Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya. Dalam bimbingan kemungkinan konselor tidak mampu menghadapi masalah. Sebagai konselor yang baik hendaknya ia tidak tinggal diam. Namun konselor harus mencarikan alternatif jalan atas masalah yang sedang dihadapi klien. Entah itu mengembalikan masalah ke klien setelah diberikan beberapa bimbingan dan pengarahan, atau mungkin meminta bantuan pihak lain untuk membantu. Sebagai contoh jika guru BK di sekolah tidak mampu menghadapi masalah siswa. Hendaknya guru tersebut bersedia menghubungi orang tua siswa kemudian berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar yang baik.24 Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing. Bimbingan kepada klien tidak bisa asal diberikan. Sebelum bimbingan dilakukan hendaknya konselor mengidentifikasi kondisi kebutuhan yang diperlukan klien. Kebutuhan yang dimaksud tidak hanya kebutuhan lahiriah tapi juga kebutuhan rohaniah. Seperti halnya mengetahui background dan keadaan psikis klien.25 Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang bersangkutan. Bimbingan yang diberikan konselor kepada klien hendaknya disesuaikan dengan program sekolah yang bersangkutan sehingga tidak terjadi tumpangtindih antar keduanya.26 Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber – sumber yang berguna diluar sekolah.27 Untuk di sekolah biasanya bimbingan diberikan oleh seorang ahli bernama guru Bimbingan konseling. Namun tidak mustahil jika dalam praktikknya guru Bimbingan Konseling bekerjasama dengan wali kelas dan orangtua.28 Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu
Sumber:Ahmad Ardian Firdaus ( Internet )Mugiarso, Heru. Bimbingan dan Konseling. 2007. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.Marjohan, Erman Amti. Bimbingan dan Konseling. 1991. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan