bisu buta dan tuli

6
Teringat keindahan suatu kisah saat Dosen menuturkannya di dpan kls. Indah dan agungnya ketaatan laki2 dan wanita ini. seorang laki2 yang sgt bertanggung jawab dari apa yang tlah diperbuatnya. Dengan mengingat buah apel yg dimakannya itu (bukan miliknya) maka dg tekat dia menerima apapun yang diminta oleh sang pemilik agar buah yang dimakan mjd halal baginya. adakah lelaki skarang yg sperti itu?? dia yang bertanggung jawab dr apa2 yang dikerjakannya dan dr apa2 yang di larang oleh agamanya?? Bgitu pula dg dirimu ukhti, adakah diantara kalian yg sll mengharap keridhoan Illahi? sehingga engkau bisa menjadikan bisu,tuli,buta dan lumpuh yang engkau persembahkan untuk Allah Tuhanmu. ""Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Upload: haidar-dwi-pratiwi

Post on 07-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bisu Buta Dan Tuli

TRANSCRIPT

Page 1: Bisu Buta Dan Tuli

Teringat keindahan suatu kisah saat Dosen menuturkannya di dpan kls. Indah dan

agungnya ketaatan laki2 dan wanita ini. seorang laki2 yang sgt bertanggung jawab

dari apa yang tlah diperbuatnya. Dengan mengingat buah apel yg dimakannya itu

(bukan miliknya) maka dg tekat dia menerima apapun yang diminta oleh sang

pemilik agar buah yang dimakan mjd halal baginya. adakah lelaki skarang yg

sperti itu?? dia yang bertanggung jawab dr apa2 yang dikerjakannya dan dr apa2

yang di larang oleh agamanya?? Bgitu pula dg dirimu ukhti, adakah diantara

kalian yg sll mengharap keridhoan Illahi? sehingga engkau bisa menjadikan

bisu,tuli,buta dan lumpuh yang engkau persembahkan untuk Allah Tuhanmu.

""Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di

pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar

sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di

tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di

tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut

dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru

setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia

belum mendapat ijin pemiliknya.

Maka ia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu dengan maksud hendak

menemui pemiliknya agar menghalalkan buah apel yang telah terlanjur

dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja

ia berkata, “Aku sudah memakan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda

menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku

hanya khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”.

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku

akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.”

Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka

engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.

Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya

kepada orangtua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya,

meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku

Page 2: Bisu Buta Dan Tuli

karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan

kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia

lebih layak menjadi umpan api neraka.”

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung

mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung

memberi salam dengan sopan, seraya berkata, “Wahai tuan yang pemurah, saya

sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan.

Karena itu sudikah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua

yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata" aku

ingin kamu bekerja be2rapa hari dikebunku dengan bayaran gratis" dengan tidak

beratan Tsabit mau menerima hukuman itu. Stelah Tsabit bekerja be2rapa hari

maka dia menghadap pemilik kebun untuk melaporkan dari apa yang telah dia

lakukan. namun sang pemilik kebun msh blm mengijinkannya untuk pergi krn

hukuman yang akan diberikan blm slesai. akhitnya si pemilik kebun berkata lagi.

“ aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa

khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera

ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus

mengawini putriku !”

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia

berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang jatuh ke

luar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu

tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum

pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu.

Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang gadis yang

lumpuh !”

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam

hatinya, apakah perempuan semacam itu patut dia persunting sebagai isteri gara-

gara ia memakan setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian

pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan

apa yang telah kau makan !”

Page 3: Bisu Buta Dan Tuli

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima

pinangannya dan perkawinannya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi

dengan Allah Rabbul ‘Alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-

kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu

meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di

sisi Allah Ta’ala”. Maka pernikahanpun dilaksanakan. Pemilik kebun itu

menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah

perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit

hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam

walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran

dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam,

“Assalamu’alaikum⦣8364;?.”

Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi

istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak

menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya.

Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu

menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli

dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian

berarti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu.

Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia

menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra

pula”, kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir mengapa ayahnya

menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan kenyataan yang

sebenarnya ?

Setelah itu tsabit bertanya pada pemilik kebun itu, “ engkau mengatakan kepadaku

bahwa putrimu buta, tuli, bisu dan lumpuh? padahal tidak demikian kenyataanya.

Bliau menjawab "ia, dia memang buta, tuli, bisu dan lumpuh karena dia tidak

pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah, karena dia tidak pernah mau

mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah, karena dia

mengunakan lidahnya untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja dan dia lumpuh

Page 4: Bisu Buta Dan Tuli

karena kakinya tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan

kegusaran Allah Ta’ala”.

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang

akan memelihara dirinya dan melindungi hak-haknya sebagai suami dengan baik.

Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya?

Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik rupawan itu hidup rukun dan

berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya

memancarkan hikmah ke penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man

bin Tsabit.""