bismillah lapkas
DESCRIPTION
lapkasTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
“Low Back Pain”
Disusun Oleh:
Shella Ayu Friscillia
( 2011730099 )
Pembimbing :
dr. Wiwin Sundawiyani, Sp. S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SMF NEUROLOGI RSIJ CEMPAKA PUTIH
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Low Back Pain ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan
kepaniteraan klinik stase Neurologi tahun 2016. Dan juga untuk memperdalam
pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari sebelumnya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing laporan kasus ini dr. Wiwin
Sundawiyani, Sp. S yang telah membimbing dalam penyusunan laporan kasus.
Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu dalam tahap pengumpulan
referensi, analisis materi dan penyusunan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi instansi
kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ Cempaka Putih pada umumnya.
Jakarta, Januari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Ia
merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza (dr. Rahajeng Tunjung,
2005). Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung
bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi
nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi,
yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe
benigna.
Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di
daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada
wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%,
frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Haenan et.al (1986) yang meneliti 3000 laki-
laki dan 3500 perempuan usia diatas 20 tahun , menyatakan bahwa 51% laki-laki dan 57%
perempuan mengeluh LBP.
Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia, yangg
dilakukan kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PERDOSSI pada bulan Mei 2002
menunjukkan jumlah penderita nyeri 2 sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan),
dimana 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah penderita nyeri punggung bawah (NPB) (Meliala, 2004). Keluhan Lob Back Pain
ini ternyata menempati urutan kedua tersering setelah nyeri kepala. Dari data mengenai
pasien yang berobat ke poliklinik Neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia
40 tahun yang datang dengan keluhan low back pain ternyata jumlahnya cukup banyak
(Seanin,S, 2002:2)
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 26 tahun
Agama : Protestan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : DS VII Sila Maji Komp.Pustu Kel.Bandar, Kota Taruntung,
Medan.
Tanggal masuk RS : 28 Desember 2015
NO. RM : 00-93-14-xx
Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri pinggang bawah kanan sejak 1 bulan SMRS
Keluhan Tambahan :
Nyeri menjalar ke kaki kanan, sulit berjalan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan nyeri pinggang bawah kanan
yang menjalar hingga kaki sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar
hingga ke ujung-ujung jari kaki sebelah kanan, nyeri terasa tumpul dan berlangsung terus
menerus, semakin lama semakin berat. Nyeri dirasakan setiap saat seperti duduk, berdiri,
dan berjalan dan memberat jika berbaring miring ke sebelah kanan. Nyeri berkurang jika
dalam posisi istirahat terlentang. Nyeri pada pinggang diikuti rasa kesemutan pada kedua
kaki kanan dan kiri. Nyeri tidak bertambah saat batuk, bersin atapun mengejan. Rasa lemah
pada salah satu anggota gerak disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien sempat
berobat ke dokter umum diberi obat antinyeri tetapi nyeri tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat jatuh dari kasur dengan posisi duduk 2 tahun yang lalu.
Pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya (4 bulan SMRS) tetapi nyeri berlangsung
hanya 1 minggu.
Tidak ada riwayat kejang, stroke, hipertensi, DM, dan asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, Stroke, Asma.
Riwayat Pengobatan :
Sudah pernah berobat sebelumnya. Diberi obat antinyeri
Riwayat Alergi :
Alergi obat kotrimoksasol
Tidak ada alergi makanan, suhu, dan cuaca.
Riwayat Psikososial :
Pasien bekerja sebagai sekretaris dan sering duduk lama (10 jam/hari)
Pasien juga sering mengangkat berat (pakaian kotor, ember berisi air) dan mencuci baju
dengan posisi jongkok.
Pasien tidur 6 jam dalam sehari
Pasien tampak tenang
Riwayat Haid
Menarke : 14 tahun
Siklus haid : Teratur
Nyeri haid : +
Lama haid : 7 hari
Status Generalis
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 88 kali/menit
- Respirasi : 20 kali/menit
- Suhu : 36,80C
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus teraba diseluruh lapang paru
Perkusi : sonor
Asukultasi : vesikuler (+), ronkhi (-), whezzing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : redup
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut cembung (-)
Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
Status Neurologi
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M6 V5 (normal)
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk (-)
Laseque (+) <70ᵒ
Kernig (-)
Brudzinki I/II (-/-)
Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
Dextra Sinistra
Daya pembau Normosmia Normosmia
N.II (Optikus )
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Funduskopi
Tidak dilakukanPapil edema
Arteri:Vena
N.III (Okulomotorius)
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Medial Baik Baik
Atas
Bawah
Baik
Baik
Baik
Baik
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Konsensual + +
Akomodasi Baik Baik
N.IV (Trokhlearis)
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Medial BawahBaik Baik
N.V (Trigeminus)
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
Oftalmikus
Maksilaris
Mandibularis
+
+
+
Refleks kornea +
Refleks bersin Baik
N.VI (ABDUSENS)
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
N.VII (FASIALIS)
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Simetris Simetris
Menyeringai Simetris Simetris
N.VIII (Vestibulochoclearis)
Dextra Sinistra
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tidak dilakukanTes Weber
Tes Schwabach
N. IX (Glosofaringeus) Dan N. X (Vagus)
Arkus faring Gerakan simetris
Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah +
N. XI (Aksesorius)
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah Normal
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -
Pemeriksaan Motorik
Anggota Gerak Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Bisep ++ ++
Reflex Trisep ++ ++
Anggota Gerak Bawah
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Patella + (menurun) ++
Reflex Achilles ++ ++
Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba + +
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah
+
+
+
+
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas Bawah
Tidak dilakukan
Resume
Pasien Ny. T usia 26 tahun, datang ke UGD RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan
nyeri pinggang bawah kanan yang menjalar hingga kaki sebelah kanan sejak 1 bulan yang
lalu. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke ujung-ujung jari kaki sebelah kanan, nyeri terasa
tumpul dan berlangsung terus menerus, semakin lama semakin berat. Nyeri dirasakan
setiap saat seperti duduk, berdiri, dan berjalan dan memberat jika berbaring miring ke
sebelah kanan. Nyeri berkurang jika dalam posisi istirahat terlentang. Nyeri pada pinggang
diikuti rasa kesemutan pada kedua kaki kanan dan kiri. Nyeri tidak bertambah saat batuk,
bersin atapun mengejan. Rasa lemah pada salah satu anggota gerak disangkal. BAK dan
BAB tidak ada keluhan. Riwayat menstruasi tidak ada kelainan, saat ini pasien sedang
tidak haid.. Pasien sempat berobat ke dokter umum diberi obat antinyeri tetapi nyeri tidak
berkurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, GCS 15, nyeri tekan
dan sentuh pada daerah pinggang bawah kanan. Tanda vital TD : 130/90 mmHg, Nadi :
88 kali/menit, Respirasi : 20 kali/menit. Tanda lasegue <70ᵒ (+), refleks patella +
(menurun).
Diagnosis
Diagnosis Klinis : - Nyeri pinggang kanan menjalar ke kaki kanan
- Lasegue <70ᵒ (+)
- Refleks patella
- Hiperparestesis
Diagnosis Topis : Discus intervertebralis L5-S1, trauma
Diagnosis Etiologi : Susp Hernia Nukleus Polposus (HNP)Diagnosis PA : inflamasi
Rencana Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Profil lipid: kolesterol total, LDL, HDL
Rontgen vertebra lumbal sakral
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
o Bed rest
o Fisioterapi
o Hindari mengangkat beban berat
Medikamentosa :
- Infus asering
- As. Salisilat oral 3x1
- Alpentin 100 mg oral 3x1
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Qua ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Vertebra lumbalis terdiri dari 5 ruas tulang dengan 5 pasang facets joints yang
disebut juga dengan apophyseal atau zygoapohyseal joints. Susunan anatomis dan fungsi
pada regio lumbal, terbagi dalam segmentasi regional sebagai berikut :
a. Thoracolumbal Junction
Merupakan daerah perbatasan fungsi antara lumbar dengan thorac spine dimana th12
arah superior facet geraknya terbatas, sedangkan arah inferior facet pada bidang sagital
gerakan utamanya flexion-extension luas. Pada gerak lumbal spine ‘memaksa’ th12
hingga Th10 mengikutinya.
b. Lumbal Spine
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis dengan puncak L3
c. Lumbosacral Joint
Sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat besar dalam bentuk kompresi maupun gerakan.
Stabilitas dan gerakannya ditentukan oleh facet, diskus, ligament dan otot disamping
corpus itu sendiri. Berdasarkan arah permukaan facet joint maka facet joint cenderung
dalam posisi bidang sagital sehingga pada regio lumbal menghasilkan dominan gerak
yang luas yaitu fleksi - ekstensi lumbal. L5-S1 merupakan daerah yg menerima beban
sangat berat mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid
(kaku). Akibatnya lumbosacral joint menerima beban gerakan dan berat badan paling
besar pada regio lumbal.
d. Diskus Intervertebralis
Diantara dua corpus vertebra dihubungkan oleh diskus intervertebralis, merupakan
fibrocartilago compleks yang membentuk articulasio antara corpus vertebra, dikenal
sebagai symphisis joint. Diskus intervertebralis pada orang dewasa memberikan
kontribusi sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus juga dapat memungkinkan gerak yang luas
pada vertebra. Setiap diskus terdiri atas 2 komponen yaitu :
1. Nukleus pulposus
Merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly transparan, mengandung 90%
air, dan sisanya adalah collagen dan proteoglycans yang merupakan unsur-unsur
khusus yang bersifat mengikat atau menarik air. Nukleus pulposus tidak mempunyai
pembuluh darah dan saraf, mempunyai kandungan cairan yang sangat tinggi maka
dia dapat menahan beban kompresi serta berfungsi untuk mentransmisikan beberapa
gaya ke annulus & sebagai shock absorber.
2. Annulus fibrosus
Tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik jaringan collagen, serabutnya saling
menyilang secara vertikal sekitar 30o Diskus intervetebralis akan mengalami
pembebanan pada setiap perubahan postur tubuh. Tekanan yang timbul pada
pembebanan diskus intervertebralis disebut tekanan intradiskal. Menurut Nachemson
(1964), tekanan intradiskal berhubungan erat dengan perubahan postur tubuh.
Nachemson meneliti tekanan intradiskal pada lumbal yaitu pada L3-L4 karena L3-L4
menerima beban intradiskal yang terbesar pada regio lumbal. Dari penelitian
Nachemson menunjukan bahwa tekanan intradiskal saat berbaring antara 15 – 25 kp
dan tidur miring menjadi 2 x lebih besar dari berbaring. Pada saat berdiri tekanan
intradiskal sekitar 100 kp dan tekanan tersebut menjadi lebih besar saat duduk tegak
yaitu 150 kp. Peningkatan tekanan terjadi saat berdiri membungkuk dari 100 kp
menjadi 140 kp, begitu pula saat duduk membungkuk tekanan intradiskal meningkat
menjadi 160 kp. Peningkatan tekanan satu sama lainnya maka struktur ini lebih
sensitif pada strain rotasi daripada beban kompresi, tension, dan shear. Secara
mekanis, annulus fibrosus berperan sebagai coiled spring (gulungan pegas) terhadap
beban tension dengan mempertahankan corpus vertebra secara bersamaan melawan
tahanan dari nukleus pulposus yang bekerja seperti bola.
e. Facet Joint
Sendi facet dibentuk oleh processus articularis superior dari vertebra bawah dengan
processus articularis inferior dari vertebra atas. Sendi facet termasuk dalam non-axial
diarthrodial joint. Setiap sendi facet mempunyai cavitas articular dan terbungkus oleh
sebuah kapsul. Gerakan yang terjadi pada sendi facet adalah gliding yang cukup kecil.
Sendi facet dan diskus memberikan sekitar 80% kemampuan spine untuk menahan gaya
rotasi torsion dan shear, dimana ½-nya diberikan oleh sendi facet. Sendi facet juga
menopang sekitar 30% beban kompresi pada spine, terutama pada saat spine
hiperekstensi. Gaya kontak yang paling besar terjadi pada sendi facet L5- S1. Apabila
discus intervertebralis dalam keadaan baik, maka facet joint akan menyangga beban
axial sekitar 20 % sampai dengan 25 %, tetapi ini dapat mencapai 70% apabila discus
intervertebralis mengalami degenerasi. Facet joints juga menahan gerakan torsi sampai
40%. (Frank, 2001)
Persendian antara facet joints tulang lumbal ke lima dengan tulang sakral pertama
merupakan persendian antara segmen yang bergerak dari lumbal kelima dan segmen
pertama dari tulang sakral yang tidak bergerak. Pada beberapa kasus segmen S1 dapat
bergerak (mobile) dan ini disebut dengan lumbarisasi (lumbarization) dari S1 sehingga
sering dikatakan tulang lumbal menjadi enam segmen yang bergerak. Pada kasus lain
dapat juga tulang lumbal segmen kelima bersatu dengan tulang sacrum atau illium dan
ini disebut dengan sakralisasi (sacralization) sehingga hanya ada empat segmen tulang
lumbal yang bergerak. Keadaan abnormal diatas kadang-kadang disebut dengan
transisional vertebra (transitional vertebra).
Ligament utama dari tulang lumbal (lumbar spine) sama seperti yang ada pada servikal
bawah dan tulang torakal, yaitu ligamentum longitudinale anterior merupakan ligamen
yang tebal dan kuat, dan berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan ektensi lumbal,
ligamentum longitudinal posterior ligamen ini sangat sensitif karena banyak
mengandung serabut saraf afferent nyeri (A delta dan tipe C) dan memiliki sirkulasi
darah yang banyak. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi
lumbal, ligamentum flavum ligamen ini mengandung lebih banyak serabut elastin
daripada serabut kolagen dibandingkan dengan ligamen-ligamen lainnya pada vertebra.
Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi lumbal, ligamentum supraspinosus dan
interspinosus ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal,
serta ligamentum intertransversum ligamen ini mengontrol gerakan lateral fleksi kearah
kontralateral.
Definisi Low Back Pain
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain adalah nyeri yang dibatasi daerah superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, daerah
inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal yang ditarik dari batas lateral spina lumbalis
(Guyton ,2004 ).
Definisi Ischialgia
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ichiadicus L4-S2.
Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan menjalar menurut
perjalanan nervus ischiadicus sampai nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigai
sebagai manifestasi ischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di
daerah sacroiliaka.
Ischialgia yang dirasakan bermula dari vertebra lumbosacralis atau daerah
paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut
menyusun nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu di dahului dengan Low
Back pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal, linu atau
terasa tidak enak di daerah pinggang.
Etiologi LBP
Kondisi Hubungan dengan klinik
NPB tidak spesifik (mekanik, nyeri sendi,
osteoarthritis, spasme otot)
Tidak ada gangguan saraf, nyeri terlokalisir
di area lumbosacral
Sciatica / herniasi diskus Punggung-ekstremitas inferior
berhubungan, pola spasme radikuler,
lassegue (+)
Fraktur spina (fraktur kompresi) Riwayat trauma (+), osteoporosis, nyeri
terlokalisir pada spina
Spondylolysis Pada atlet muda nyeri pada ekstensi spina,
gambaran defek pada interartikularis pada
foto obliq
Proses keganasan (multiple myeloma),
metastase
BB turun tanpa sebab yang jelas, demam,
gambaran serum protein abnormal pada
elektroporesis, riwayat keganasan
Penyakit jaringan ikat (SLE) Demam, LED, antinuclear antibodies (+),
scleroderma, rheumatoid arthritis
Infeksi (disc space, spinal tuberculosis) Demam, penyalahgunaan obat terlarang IV,
riwayat TB
Aneurisma aorta abdominal Tidak dapat menemukan posisi yang
nyaman, NPB tidak hilang dengan istirahat,
teraba masa berdenyut di abdomen
Sindrom kauda equina (spinal stenosis) Retensi urin, ggn miksi dan defekasi,
anestesi saddle, kelemahan ekstremitas
inferior secara progresif
Hiperparathyroidism Berhubungan dengan hypercalcemia, batu
ginjal, konstipasi
Ankylosing spondylitis (morning stiffness) Laki-laki usia 20, HLA-B27 antigen (+),
family history(+), LED
Batu ginjal Nyeri flank area yang kolik ke arah groin,
hematuria, Tidak dapat mnemukan posisi
yang nyaman
Patofisiologi LBP
Everett (2010) menyebutkan pada umumnya LBP disebabkan oleh sebuah peristiwa
traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat ringannya suatu peristiwa traumatis
akut sangatlah bervariasi. NPB akibat trauma kumulatif lebih sering terjadi di tempat kerja,
misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja yang kurang ergonomis.
Beberapa struktur anatomis elemen-elemen tulang punggung bawah antara lain:
tulang, ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf diduga memiliki peran yang besar untuk
menimbulkan rasa nyeri. Struktur disekitar diskus intervertebralis yang sensitif terhadap
rasa sakit ialah: ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior,
korpus vertebra, akar saraf, dan kartílago dari facet joint. Banyak dari komponen-
komponen tersebut diatas memiliki persarafan sensoris yang dapat menghasilkan sinyal
nosiseptif yang merupakan reaksi terhadap adanya suatu kerusakan jaringan. Penyebab
lainnya bisa neuropatik, misalkan ischialgia. Kebanyakan kasus LBP kronis merupakan
campuran antara nosiseptif dan neuropatik.
Konsep spiral degeneratif biomekanis memiliki bobot kualitas yang baik serta
mendapatkan penerimaan yang lebih luas para ahli. Secara biomekanik,pergerakan tulang
punggung bawah merupakan gerakan kumulatif dari tulang-tulang vertebra lumbalis,
dengan 80-90% merupakan gerakan fleksi dan ekstensi lumbal yang terjadi di diskus
intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.
Posisi gerakan tulang belakang lumbal yang paling berisiko untuk mengakibatkan
nyeri punggung bawah ialah fleksi ke depan (membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika
mencoba untuk mengangkat benda berat dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan
aksial dengan durasi pendek ditahan oleh serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial
dengan durasi yang lebih lama menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan
mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplate dalam keadaan
baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Namun tekanan yang dihasilkan dari
kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan tekanan beban dan dapat meningkatkan
tekanan intradiskal yang melebihi kekuatan serat annular diskus intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi dan
torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada resiko untuk
mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis yaitu nukleus pulposus dapat
menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini tidak
mempunyai persarafan sehingga bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa nyeri.
Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus,
kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari annulus
fibrosus mendapat persarafan dari beberapa serabut saraf dari n.sinuvertebral dan aspek
lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray
rami communicants (Everet, 2010).
Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Rangsangan
nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yang secara sadar mengalami rasa nyeri dan reaksi
yang tidak sadar berapa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti menghindar,
immobilisasi sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
sistem saraf pusat. Untuk menghantar nyeri, pada jaringan lunak terdapat ujung saraf
aferen sebagai reseptor nyeri (nociceptor).
Reseptor tersebut bersambung dengan saraf aferen yang terdiri dari saraf A alfa, A
delta dan saraf C. Saraf A alfa adalah saraf bermielin yang menghambat nyeri, saraf A
delta adalah saraf bermielin yang menghantar rasa suhu dan nyeri yang bersifat cepat dan
tajam sedangkan C adalah saraf yang menghantar rasa nyeri lambat yang kronik. (Guyton,
2004). Saraf A delta dan saraf C meneruskan impuls nyeri menuju kolumna dorsalis
medulla spinalis. Saraf aferen A delta masuk ke sel saraf di lamina I dan bagian luar
lamina II, sedangkan saraf C masuk ke sel saraf lamina II dan V. Selanjutnya menyeberang
kontra lateral yaitu ke antero medulla spinalis terus berjalan keatas menuju batang otak dan
thalamus melalui dua jalur. Jalur langsung yang melalui spinothalamikus ke korteks
somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa dirasakan, sedangkan jalur yang tidak langsung
melalui formasio retikularis ke korteks selebri dan korteks asosiasi sensoris sehingga dapat
dirasakan intensitas, lokasi dan lamanya nyeri. Proses perjalanan diatas disebut transmisi
(Guyton, 2004).
Klasifikasi LBP
Menurut David (2008) banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan dalam
literatur, tetapi tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri pinggang
primer, sekunder, referal dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumber rasa nyeri
(viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik), berdasarkan lama
penyakitnya (akut, sub akut, kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non spesifik).
Klasifikasi nyeri punggung struktur anatomis menurut Nicola (2001) dibagi atas
beberapa tingkatan yaitu:
a. Nyeri Punggung Bawah Primer
Merupakan NPB yang disebabkan oleh adanya kelainan pada struktur disekitar lumbal,
yang meliputi kelainan atau cedera pada ligamen, otot, persedian, maupun
persarafannya.
b. Nyeri Punggung Bawah Sekunder
Merupakan NPB yang disebabkan oleh kelainan pada struktur diluar lumbal
c. Nyeri Punggung Bawah Referal
Merupakan NPB yang disebabkan oleh struktur lain diluar sendi lumbal yang menjalar
ke lumbal
d. Nyeri Punggang Bawah Psikosomatik
Merupakan nyeri pinggang yang disebabkan oleh adanya faktor gangguan psikologis
penderita.
Sementara klasifikasi sumber nyeri menurut Macnab (2007) dapat dibagi atas
beberapa bagian yaitu:
a. Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada organ
dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, maag dan lain-lain.
b. Neurogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung bawah.
c. Vaskulogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar punggung
bawah.
d. Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada struktur
tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
e. Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan psikologis
pasien.
Manifestasi klinis
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari aktivitas
fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda atau
gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di daerah
nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun sensorik/refleks.
c. Red flag LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis yang
berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan
bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis lainnya yang
dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atu demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada usia kurang dari
20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Laju endap darah
Pada proses keganasan ataupun peradangan akan dijumpai peningkatan laju endap
darah yang menyolok.
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)
3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis
Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal
4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.
- Pemeriksaan Cairan Otak
Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan jumlah
sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel dalam cairan
otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.
- Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas dari intervertebral space, foramen intervetebralis, sacroiliac joint.
Gambaran osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan.
2. X-foto dengan kontras
Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film
.
3. Discografi
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien. Dengan ini dapat
diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang dapat menimbulkan nyeri.
Discogram juga dapat digunakan untuk perencanaan preoperative lumbar spinal
fusion.
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral, lateral recess
entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT Scan kontras dengan
memasukkan radioaktif marker IV.
5. MRI
TABEL
Indikasi selektif untuk pemeriksaan radiologi
Usia >50 tahun
Riwayat trauma (+)
Defisit neuromotor
Kehilangan BB tanpa sebab yg jelas (10kg dlm 6 bln)
Suspek ankylosing spondylitis
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Riwayat kankertory
Penggunaan kortikosteroid
Temperatur >=37.8°C (100.0°F)
Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dgn keluhan sama dan tdk ada perbaikanAdapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in primary care: current
use and effects of selective ordering criteria. J Gen Intern Med 1986;1:20-5.
TABLE
Differential Diagnosis of Low Back Pain
Primary mechanical derangements Metabolic disease
Ligamentous strain
Muscle strain or spasm
Facet joint disruption or
degeneration
Intervertebral disc degeneration
or herniation
Vertebral compression fracture
Vertebral end-plate
microfractures
Spondylolisthesis
Spinal stenosis
Diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis
Scheuermann's disease (vertebral
epiphyseal aseptic necrosis)
Infection
Epidural abscess
Vertebral osteomyelitis
Septic discitis
Pott's disease (tuberculosis)
Nonspecific manifestation of
systemic illness
Bacterial endocarditis
Influenza
Neoplasia
Epidural or vertebral
carcinomatous metastases
Multiple myeloma, lymphoma
Osteoporosis
Osteomalacia
Hemochromatosis
Ochronosis
Inflammatory rheumatologic disorders
Ankylosing spondylitis
Reactive spondyloarthropathies
(including Reiter's syndrome)
Psoriatic arthropathy
Polymyalgia rheumatica
Referred pain
Abdominal or retroperitoneal
visceral process
Retroperitoneal vascular process
Retroperitoneal malignancy
Herpes zoster
Paget's disease of bone
Primary fibromyalgia
Psychogenic pain
Malingering
Primary epidural or intradural
tumors
Reprinted with permission from Heffernan JJ. Low back. In: Noble J, Greene HL II, Modest GA,
Levinson W, Young MJ, eds. Textbook of primary care medicine. 2d ed. St. Louis: Mosby,
1996:1026-40. By permission of Mosby-Year Book.
Pencegahan LBP
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan
gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki
yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa
detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan
sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12
inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
2. Tekukan lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut
sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang
diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki
secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak
rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan
buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
Penatalaksanaan LBP
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring ini sangat
bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang bersifat simtomatik dan
bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain analgetika (salisilat, parasetamol,
dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS)
misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan
obat penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga mempunyai
khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
- Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi perdarahan, gangguan faal ginjal
dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupakan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk menghilangkan rasa nyeri
tanpa disertai inflamasi
Dosis terapi : 600-900 mg diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik,
nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk HNP).
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk
relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5 –
10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini
tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan
jarum yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi.
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
d. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau
menghilangkan jaringan scar
e. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
f. Elektro thermal disc decompresion
g. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
h. Traction: Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
i. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang dan
melancarka peredaran darah.
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi
otonom dan paraplegia.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi pelaksanaanya.
Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat segera bekerja seperti semula
dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari. Agar penderita tidak menggantungkan diri
pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak
mengalami komplikasi yang membahayakan penderita, misalnya pneumonia,
osteoporosis, infeksi saluran kencing, dan sebagainya.
ANALISA KASUS
Pada kasus disebutkan bahwa pasien seorang perempuan usia 26 tahun dengan
pekerjaan sekretaris, dimana pasien sering duduk lama (10 jam/hari) hal ini sesuai dengan
epidemiologi dan etiologi terjadinya low back pain yaitu jenis kelamin lebih banyak pada
perempuan usia diatas 20 tahun dan lebih sering terjadi pada keadaan duduk lama.
Pasien mengeluh nyeri pinggang bawah kanan yang menjalar hingga kaki sebelah
kanan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke ujung-ujung jari kaki
sebelah kanan, nyeri terasa tumpul dan berlangsung terus menerus, semakin lama semakin
berat. Nyeri dirasakan setiap saat seperti duduk, berdiri, dan berjalan dan memberat jika
berbaring miring ke sebelah kanan. Nyeri berkurang jika dalam posisi istirahat terlentang.
Nyeri pada pinggang diikuti rasa kesemutan pada kedua kaki kanan dan kiri. Nyeri tidak
bertambah saat batuk, bersin atapun mengejan. Keadaan ini sesuai dengan literatur
mengenai LBP dengan suspek ischialgia, dimana nyeri menjalar hingga ujung-ujung jari
kaki sebelah kanan dan disertai rasa kesemutan, ini merupakan lokasi yang berasal dari
persarafan nervus ischiadikus.
Patofisiologi yang terjadi pada kasus dicurigai adanya kompresi dari nervus
ischiadikus dengan faktor risiko duduk lama dan trauma, dimana pasien pernah mengalami
trauma jatuh dari kasur dengan posisi duduk 2 tahun yang lalu. Kemungkinan posisi duduk
saat jatuh menyebabkan kompresi pada nervus ischiadikus, sehingga menimbulkan gejala
sesuai dengan penjalaran nervus ischiadikus yaitu dirasakan bermula dari vertebra
lumbosacralis atau daerah paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah
satu radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu di
dahului dengan Low Back Pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan
nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah pinggang.
Penatalaksanaan pada kasus sudah sesuai dengan literatur yaitu pemberian alpentin
termasuk dalam golongan gabapentin, dimana mekanisme kerja obat tersebut sebagai
analog GABA yang merupakan neurotransmitter, sehingga bekerja pada nyeri neuropatik.
Mengikat reseptor α2δ subunit dari voltage-activated calsium channels, pengikatan ini
menyebabkan pengurangan influks ca2+ ke dalam ujung saraf dan mengurangi pelepasan
neurotransmitter, termasuk glutamat dan norepinephrin.
DAFTAR PUSTAKA
Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya :
Airlangga University Press
Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999.
P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA chap.3. 2000. (online
www. HCNA.org. tgl 23/5/2007)
WHO. 2003. The Burden of Muskuloskeletal Conditions At The Start of The New
Millenium. Geneva : WHO Library Cataloguing-in-Publication Data
Kent & Keating. 2005. The Epidemiology of Low Back Pain
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Wagiu, Samuel A.. 2005. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain. Available at
http://neurology.multiply.com/journal/item/24
Anonim. 2007. Nyeri Pinggang. FK UNSRI
Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management Low
Back Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51 no. 2 pp 124