bamz lbm 4 skn
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
1/50
Advokasi :
Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan public yang
bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan
masyarakat. (Socorro Reyes, Local Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center
for Legislative Development, 1997).
Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada
suatu isu, dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga
berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan
hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung
informasi, komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (Margaret Schuler, Human Rights Manual).
Advokasi adalah aksi kolektif yang terencana untuk mengubah iklim politik yang melibatkan
semua pengemban kepentingan (stakeholder), yang diarahkan untuk mengatasi isu-isu dan
problem-problem spesifik melalui kebijakan publik. (LaporanAkhir tentang Central Asian NGOs
Advocacy Training and Study Tour, March 1-12,1999, The Philippines, The Center for
Legislative Development)
Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional dan internasional; dalam advokasi itu secara
khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan;
bagaimana cara mengambil keputusan itu; dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan
keputusan. (Lisa VeneKlassen and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and
Citizen Participation, WashingtonD.C.: The Asia Foundation, 2002).
Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat
untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil
keputusan untuk mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis
dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah
tersebut. (Manual AdvokasiKebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003).
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
2/50
1. PROMOSI KESEHATAN DEFINISI
Lawrence Green (1984)
Pomosi Kesehatan adalah Segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Ottawa Charter, 1986
Promosi Ksehatan adalah Suatu proses untuk untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajatkesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya (fisik, sosial budaya, dsb).
Green & Ottoson,(1998)
Promosi Kesehatan adalah Kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilakuyang menguntungkan kesehatan.
WHO, (1984)
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,
dan memperbaiki kesehatan mereka.
o Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, sertamengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Sumber : www.usu.ac.id
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
3/50
Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkankesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampumengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah ataumengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)
Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI
o Promosi Kesehatan adalah proses memberdayakan/memandirikan masyarakat untukmemelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran,kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungansehat.Sumberhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en
o Dalam Ottawa Charter, Health Promotion atau promosi kesehatandapat didifiniskan sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat untukmemelihara dan meningkatkan kesehatannya. Difinisi tersebut dalam keputusan MenteriKesehatan Nomor 1193 Tahun 2004 berkembang menjadi : "Upaya membantu
masyarakat agar mampu melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untukmenolong diri sendiri melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama masyarakat,sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yangberwawasan kesehatan."
Sumber
:http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4
7%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en
VISIPerhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam
konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam
promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari
koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia
WHO (World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en -
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
4/50
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
MISI
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya
yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal
ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan
(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai
program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah
kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
5/50
TUJUAN
Tujuan promosi kesehatan antara lain :
a. Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan kesehatan
b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
c. Pembercayaan pribadi/diri sendiri, meningkatkan kewaspadaan diri,
harga diri dan pengambilan keputusan
d. Mengubah sikap dan perilaku
e. Mempengaruhi perubahan sosietal/environment
STRATEGI
Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi
kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat
dilakukan dalam promosi kesehatan :
1. Strategi Global (Global Strategy)
Advokasi (advocacy)
Dukungan sosial (social support)
Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (OttawaCharter)
Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan
strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :
Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
Lingkungan yang medukung (supportive environment)
Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
Keterampilan individu (personal skill).
Gerakan masyarakat (community action).
SASARAN
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
6/50
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok
sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain
sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder
maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
www.dinkes-sulsel.go.id
RUANG LINGKUP
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan.
http://www.dinkes-sulsel.go.id/http://www.dinkes-sulsel.go.id/http://www.dinkes-sulsel.go.id/ -
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
7/50
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan
yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspekpokok, yakni:
promotif,
preventif,
kuratif, dan
rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a.
Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
8/50
2. Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu
:
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI
LANGKAH-LANGKAH
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-
kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Kegiatan promosi
kesehatan diselenggarakan melalui proses : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi, dimana disetiap proses tersebut menentukan berjalannya suatu promosi kesehatan.
1. Tahap Pengkajian
Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang apa
yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian adalah proses
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
9/50
sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu
maupun komunitas. Fase ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data
sebagai dasar untuk diagnosa (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan
untuk menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang
terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi
yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan
selanjutnya.
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk dapat mengenal
masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan
proses. Tujuan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik
positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat
mengembangkan startegi promosi kesehatan. Hancock dan Minkler (1997),
mengemukakan bahwa bagi profesional kesehatan yang peduli tentang membangun
masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan pengkajian kesehatan
komunitas, yaitu sebagai informasi yang dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai
pemberdayaan.
Menentukan Kebutuhan Manusia
Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perlu menentukan prioritas.
Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat
berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur
kebutuhan dasar dalam lima tingkat.
- Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan
seperti udara, air, dan makanan.
- Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.
- Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki.
- Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri.
- Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
10/50
Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu
taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat
tipe, yaitu:
1.
Normative needs
Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau
kelompok profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi,
dan liburan.
2. Felt needs
Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat
diidentifikasi oleh masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan
pelayanan,dan informasi.
3. Expressed needs
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya
adalah expressed needs dibuat berdasarkan keinginan klien.
4. Comparative needs
Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi
tertentu. Yang dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau
individual.
Hirarki Kebutuhan Maslow
Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client, keluarga atau
komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai dengan hasil
(Roberta Hunt, 2005). Adapun beberapa tahap dalam pengkajian yaitu
a) Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri dari :
Melakukan Konsultasi
Mengumpulkan data
Membuat penyajian penemuan
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
11/50
Menentukan prioritas masalah
b) Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari :
Membuat tinjauan pustaka (literature review).
Mengambarkan group yang akan di berikan promosi kesehatan.
Mengeksplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan
Menganalisa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya
masalah kesehatan\
Tujuan pengkajian dalam promosi kesehatan
1. Untuk membantu intervesi langsung dengan sewajarnya
2. Untuk mengidentifikasi respon tentang kebutuhan spesifik dari grup minoritas,
komunitas, atau populasi yang membutuhkan promosi kesehatan. Misalnya
promosi kesehatan yang dilakukan pada komunitas mantan penderita kusta tentu
berbeda dengan promosi yang dilakukan pada orang normal.
3. Untuk menentukan risiko dari suatu komunitas, apa yang akan terjadi jika
komunitas tersebut diberi promosi kesehatan dan apa yang akan terjadi jika
kelompok tersebut tidak diberi promosi kesehatan.
4. Alokasi sumber dana, prioritas dana dinas kesehatan diharapkan digunakan untuk
proses pencegahan penyakit melalui promosi kesehatan bukan untuk biaya
pengobatan.
Proses pengkajian dalam promosi kesehatan
Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku,
faktor penyebab, sampai keadaan internal dan eksternal. Output pengkajian ini adalah
pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain.
Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder (Strata
keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.
Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan rumah atau di
Posyandu
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
12/50
Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan reenforcing
factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid etnography assesment)
yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.
Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan
eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.
Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan
beberapa pertanyaan, yaitu tentang:
a) Apa yang ingin saya ketahui?
b) Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?
c) Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?
d)
Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?
e) Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi ini?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui secara lebih detail
tentang:
a) Kebutuhan individu
b) Riwayat komunitas
c) Pandangan masyarakat
Pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan masyarakat.
Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perlu mendorong masyarakat
lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses. Kedua, perlu memberi
keyakinan bahwa menyediakan informasi yang berguna dalam memenuhi
kebutuhan dalam aktivitas masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tidak
berhasil jika masyarakat psif dalam penyediaan informasi dan tidak
berpartisipasi secara langsung dalam proses promosi kesehatan. Untuk
membuat masyarakat mau berpartisipasi dalam proses promosi kesehatan,
dapat meminta bantuan dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-
tokoh masyarakat, seperti:
Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam
mayarakat, misalnya guru.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
13/50
Pemuka agama
Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki peranan
dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.
Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang bertujuan untuk
mengumpulkan data yang terdiri dari
a) Survey Langsung, dengan survey langsung kita dapat melihat
karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah dan
lingkungan rumah.
b) Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan adalah kunci
melalui wawancara atau focus group discussion sangat menolong dalam
mengatasi masalah
c) Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif berdasarkan
orang, tempat dan social system yang ada di komunitas. Informasi ini
dapat membantu mengidentifikasi tren, kestabilan dan perubahan yang
member dampak kesehatan individu di komunitas.
d) Menggunakan media seperti telephone
e) Diskusi panel pada komunitas promotor berdiskusi bersama masyarakat
mengenai maslah yang sedang terjadi.
Menentukan tindak lanjut dalam pengjkajian promosi kesehatan lokal, seperti:
o National targets, misalnya Indonesia sehat 2010
o a national theme, misalnya Hari AIDS Se-Dunia
o a major determinant of health in the area, misalnya umur
o Pragmatism on the basis of available skills and intercest Cost and staffing
o Longer-term strategy
o Existing activity
o
Cost- effectiveness and what is amenable to change and
evaluation
o Client choice
o Professionals views
2. Tahap Perencanaan
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
14/50
a. Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang
akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu
memberikan layanan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupunmasyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena
perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang
dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan
rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan
dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan
rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam
mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang
akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai
jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan
a. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c. Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART;
Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
d. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian
tujuan
e. Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun ada juga
model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar),
yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback
(umpan balik) pada tahap perencanaan berikutnya. Contoh bentuk model
perencanaan bentuk circular adalah sebagai berikut:
a.
Perencanaan Strategis Promosi KesehatanStrategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara dalam
pencapaian tujuan yang akan dicapai pada hasil pelaksanaan
tetapi tidak selalu masuk ke detail tentang metode atau mengukur
hasil. Perencanaan strategis mengacu pada perencanaan sebuah
kegiatan berskala besar yang melibatkan berbagai intervensi pada
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
15/50
patner yang berbeda dan bertahap. Pada English white paper on
Public Health disebutkan bahwa perencanaan strategis mengacu
pada kebutuhan yang telah digabungkan dan kebijakan yang
terkait. Simnett (1995) menggambarkan beberapa tingkat/taraf
dalam pengembangan strategi meliputi:
1. Identifikasi kegemaran patner
2. Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana kita
menginginkan sesuatu yang berbeda
3. Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan
4. Pembangunan, kebutuhan untuk merubah permintaan
sesuai dengan apa yang dicitakan dan apakah program
yang ada sejalan dengan harapan
5. Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa yang
akan dilakukan selanjutnya
b. Model Perencanaan Promosi Kesehatan
Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan
promosi kesehatan dapat meliputi:
Stage 1:
Identifikasi kebutuhan dan prioritas
Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian dan
penyelidikan, atau mungkin dengan menyeleksi sebagian klien
dilihat dari kasus yang menjadi problem.
Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan
penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap keadaan klien,
bertanya langsung kepada klien tentang topik terkait informasi dan
nasehat yang mereka perlukan.
Selain itu, identifikasi dapat juga melihat pada cataan kasus untuk
dapat mengidentifikasi topik yang bersifat umum.
Contoh: tim kesehatan mungkin mengetahui bahwa banyak
orangtua bermasalah dengan pola tidurnya, oleh karena itu pimpin
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
16/50
atau beri arahkan kepada mereka untuk melakukan set up di klinik
masalah tidur.
Model perencanaan lainnya dimulai dari perbedaan pint,
contoh: pada Model perencanaan Tones (Tones, 1974) memulai
dengan menetapkan tujuan promosi kesehatan yang kemudian
dianalisa untuk menetukan intervensi pendidikan/promosi
kesehatan yang tepat. Intervensi yang dilakukan dimodifikasi
dengan merujuk karakteristik pada kelompok target, dan detail
rencana program prendidikan. Model perencanaan Tones fokus
pada intervensi pendidikan, keberlangsungan dari strategi nasional
pada promosi kesehatan melengkapi tujuan promosi kesehatan
dalam pelaksanaan. Menurut Berry (1986) model perencanaan
dimulai dengan menyusun atau mengatur sebuah kelompok kerja
untuk mengkaji ulang (review) masalah dan identifikasi proyek
promosi kesehatan yang sesuai dengan kasus/masalah yang ada.
Stage 2:
Mementukan tujuan dan target.
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di
beberapa area,
contoh: mengurangi konsumsi alcohol karena berhubungan
dengan terjadinya gangguan kesehatan.
Objek atau sasaran membutuhkan pernyataan spesifik dan harus
merupakan pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama
dalam pencapaina tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek atau
sasaran kemudian diarahkan untuk diberi pendidikan, menciptakan
kebiasaan yang sehat, mengacu pada kebijakan yang terkait, dan
menganalisa proses serta hasil kelingkunga. Pendidikan
objek/sasaran mungkin memutuskan beberapa kategori meliputi:
1. Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait dengan
masalah yang dibahas dalam promosi kesehatan
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
17/50
2. Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju pola hidup
lebih sehat, yang dapat dilihat pada perubahan tingkah laku
dan kepercayaan
3. Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin mahir
pada kompetensi dan ketrampilan baru
Target promosi kesehatan dapat meliputi tambaha sebagai berikut:
1) Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup dan
peningkatan pelayanan. Contoh: mengurangi kebiasaan merokok
2) Perubahan pada kebijakan kesehatan klien
3) Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan
kemampuan untuk bekerjasama.
Contoh: meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan) da
sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat 2010
4) Perubahan lingkungan menjadi lebih sehat, contoh
membudayakan membuang sampah pada tempatnya.
Stage 3:
Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan.
Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi kesehatan yang akan
dicapai dan memperhatikan segi objek, artinya metode yang digunakan mampu
memberi reflek pada objek/target yang dituju.
Berikut adalah contoh dari pemilihan metode promosi kesehatan:
Tujuan:
untuk menugari resiko bunuh diri pada klien ganguan jiwa
Objek: :
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
18/50
1) untuk menjamin bahwa dalam jangka waktu 2tahun pasien
dengan schizopherinia mampu mengatur diri dalam komunitas
yang dimonitor setiap bulan sekali
2) untuk membangun konsep koping addaptif terhadap stress pada
masa muda dengan mengadakan konseling bersama
Metode tertentu terkadang tidak cukup efektif digunakan pada
objek tertentu. Misalnya, pada promosi kesehatan yang diadakan
pada sekelompok kecil akan lebih efektif dalam memberikan
pendidikan dan melihat terjadinya perubahan perilaku pada objek
sebagai hasil dari pelaksanaan sehingga metode pengajaran
dapat dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil tim
kesehatan. Sedangkan, pada taraf komunitas, metode promosi
keehatan akan lebih efektif apabila dilakukan dengan cara
beerjasama dengan pemerindah daerah yang terkait guna
mendukung pelaksanaan promosi kesehatan yang akan
dijalankan. Media massa juga dapat menjadi metode promosi
kesehatan pada cakupan objek yang lebih kompleks lagi. Melalui
media massa akan lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap topic kesehatan, akan tetapi kurang efektif untuk
mengukur atau menilai terjadinya perubahan perilaku dari objek
sasaran. Oleh karena itu, dalam pemilihan metode promosi
kesehatan harus selalu menghubungkan antara tujuan, objek
yang menjadi sasaran, pengetahuan dan juga ketrampilan dari
tim kesehatan sehingga topic kesehatan tidak hanya dimengerti
tetapi mampu diterapkan dalam kehidupan sehingga diperoleh
perubahan perilaku menuju kearah kebiasaan pola hidup sehat.
Stage 4:
Identifikasi sumber yang terkait.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
19/50
Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat perencanaan selanjutnya
adalah mempertimbangkan mengenai sumber spesifik yang dibutuhakan dalam
mengimplementasi strategi pelaksanaan. Sumber dapat berupa dana, ketrampilan
dan keahlian, bahan seperti selebaran atau kotak pembelajaran, kebijakan yang
menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan.
Stage 5:
Menyusun metode rencana evaluasi
Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah disusun sebelumnya tetapi
dapat diusahakan lebih dari tujuan yang telah ditapkan atau kurang dari yang
dicita-citakan. Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan pada partisipan
mengenai pemahaman informasi pada akhir sesi atau dapat juga dalam bentuk
lebih formal seperti dengan menbagikan kuisioner kepeda peserta/partisipan untuk
diisi sesuai apa yang dipahami atau dimengerti setelah pelaksanaan promosi
keehatan.
Stage 6:
Menyusun rencana pelaksanaan
Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan yang meliputi penulisan
detail rencana pelaksanaan, seperti identifikasi topik/masalah, orang yang akan
menyampaikan informasi terkait dengan topic, sumber yang akan digunakan,
rentang waktu hingga tahap rencana evaluasi.
Stage 7:
Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
20/50
Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan mengenai hal yang
harus dan tidak harus dilakukan, sehingga tidak terjadi masalah yang tidak
diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu
direncanakan supaya dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu
menyerap atau menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan perilaku
menjadi lebig sehat. hasil atau out-put yang ditunujukkan oleh partisipan setelah
dilaksanakan promosi keehatan menjadi bahan dalam penusunan evaluasi.
3. Tahap Implementasi
Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana terhadap perilaku yang
digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan.
Pemilihan intervensi tergantung pada beberapa faktor:
1) Hasil yang diinginkan klien
2) Karakteristik dari diagnosa
3) Penelitian yang berkaitan dengan intervensi
4) Kelayakan pelaksanaan intervensi
5) Penerimaan intervensi oleh individu
6) Kemampuan
(Carpenito-Moyet, 2003).
Promosi Kesehatan ini dapat diimplementasikan dalam berbagai tatanan,
yaitu sebagai berikut:
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
21/50
1) Promosi kesehatan melalui pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat.
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana menyusun
jadwal ulang apabila dalam melaksanakan kegiatan tidak sesuai
lagi dengan kondisi terkini, menyusun organisasi pelaksanaan
promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang telah disusun,
mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas
Kesehatan (apabila ada).
b.
Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan kepada LKM
(seksi kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job
training), agar mampu melaksanakan kegiatan promosi kesehatan,
kemudian melakukan pemantauan terhadap perkembangan hasil.
c. Implementasi Kegiatan, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan
pelatihan yang berkaitan dengan promosi kesehatan.
2) Promosi kesehatan di sekolah
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan
sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan
kesehatannya (Health Promoting School). Oleh karena itu,
pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3 kegiatan
pokok, yaitu:
Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living),
dalam hal ini tidak hanya lingkungan fisik yang bersih, akan
tetapi juga lingkungan sosialnya juga harus harmonis dan
kondusif , sehingga perilaku sehat dapat tumbuh dengan
baik.
Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
22/50
jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungannya
serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
penyuluhan kesehatan juga dapat dijadikan salah satu cara
untuk mempromosikan kesehatan di sekolah.
3) Promosi kesehatan di Tempat Kerja
Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan Cox sebagai
kesempatan pembelajaran terencana yang ditujukan kepada
masyarakat di tempat kerja dan dirancang untuk memfasilitasi
pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan yang optimal.
Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat dilakukan
dengan:
a. Pemberian informasi, misalnya dengan membuat media cetak
atau menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja.
b. Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
c. Pemberian resep, misalnya dengan melakukan pelayanan
konseling bagi pekerja agar mampu berperilaku sehat.
d. Membuat system dan lingkungan yang mendukung.
4) Promosi kesehatan di rumah sakit
Pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit dilakukan dalam rangka
membantu orang sakit atau pasien dan keluarganya agar mmereka
dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat
kesembuhan dari penyakitnya. Promosi kesehatan di rumah sakit
sebaiknya harus menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi
tempat yang menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan promkes yang dapat
dilakukan adalah:
i. Pemberian contoh
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
23/50
ii. Penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan
kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu dalam
menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada para pasien dan
pengunjung rumah sakit lainnya.
Tahapan intervensi antara lain:
1. Persiapan
Mencari baseline data dan penjajagan kebutuhan mengenai
topik-topik kesehatan
Informan: Pekerja - Manajer - Direktur
2.
Pelaksanaan
Pendidikan peer educator oleh outreach worker
Penyuluhan secara berkala di pabrik, mess karyawan,
masjid, radio
Penyebaran materi KIE
Pameran kesehatan
Pemutaran film
3. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Melihat pencapaian apakah sesuai target.
Begitu banyak perhatian dapat ditujukan untuk tujuan-tujuan, isi,
strategi, dan metode program promosi sehingga 'proses'
pelaksanaan sering kali diabaikan. Parkinson (1982)
mengklasifikasikannya dengan tiga pendekatan;
a. The pilot approach. Ini adalah langkah pertama yang
penting dalam melaksanakan program promosi
kesehatan. Green (1986) menyebutnya sebagai site
response, yaitu mendapatkan umpan balik dari para
peserta yang terlibat dalam program, serta dari staf
perencana, pada kualitas program dalam semua dimensi-
dari bahan-bahan pendidikan (misalnya, pamflet atau
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
24/50
menampilkan ) dari kelayakan staf yang dipilih untuk
menyampaikan program. Umpan balik yang berharga dari
fase pilot ini juga dikenal sebagai proses evaluasi,
evaluasi dari suatu proses termasuk kedalam fase
pelaksanaan.
b. The phased-in approach. Hal ini terjadi ketika program
tersebut dilaksanakan di berbagai tempat, daerah atau
wilayah. Sebuah program percontohan mungkin
menghasilkan proses evaluasi yang positif, dan/atau
evaluasi mungkin telah menghasilkan penyesuaian
program. Keputusan ini kemudian dibuat untuk membuat
atau memfasekan program tersebut menjadi berbagai
pengaturan dari waktu ke waktu karena keterbatasan
sumber daya, kebutuhan akan bahan-bahan yang lebih
tepat, atau timelinenya.
c. Immediate implementation of the total program. Program
yang telah efektif di masa lalu, atau program yang
mempunyai pendekatan yang standar, sering
diimplementasikan secara totalitas.
Secara keseluruhan suatu pendekatan pilot pada setiap
program yang baru dikembangkan adalah suatu
keharusan. Pendekatan ini berfungsi untuk melibatkan
komunitas Anda dalam desain, proses evaluasi dan
pelaksanaan, sehingga memastikan komitmen dari
masyarakat itu sendiri.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses secara umum. Didalam
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
25/50
tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar
ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar
ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu
kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan
ataupun tindakan belum diberikan. Selain itu, dalam tahapan evaluasi
juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian
objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan
promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:
1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan
2. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan
telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan terkait program promosi
4. Memodifikasi rencana tindakan promosi
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi
kesehatan belum tercapai.
Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil yang
diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari kegiatan
promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai dengan
kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan dari kegiatan
promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan promosi
kesehatan.
Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam berbagai
tinjauan. Hal ini meliputi:
a. Evaluasi terhadap input
Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap
segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.
Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri
mencakup:
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
26/50
jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana
kegiatan promosi kesehatan
banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau
melaksanakan kegiatan
banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai
kegiatan.
Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar
dalam kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu
karena baik buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan
seberapa besar input yang ada.
b.
Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi:
Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk
melakukan kegiatan promosi kesehatan
Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan
Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya
Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam
promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana
berjalannya proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi
ini diharapkan akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam
suatu kegiatan promosi kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih dipusatkan
pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap pengetahuan,
tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat. Evaluasi
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
27/50
hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa jauh
tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.
d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi melakukan
pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi kesehatan
mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak kegiatan
promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu
kegiatan dilakukan.
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan atau promosi kesehatan
2. Evaluasi Sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan
Ditulis pada catatan perkembangan
Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik formati maupun
sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat posistif (hasil
yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak diinginkan menandakan
bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum
diketahui) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah rumusan masalah dan masalah-masalah kolaboratif akurat?
2. Apakah masyarakat mencapai hasil yang diharapkan?
3.
Apakah masyarakat menunjukkan perubahan perilaku dan peningkatan
kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan?
4. Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai diagnosa sudah dapat
teratasi?
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
28/50
5. Apakah kebutuhan masyarakat terkait program promosi kesehatan sudah
dipenuhi?
6. Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau
dihentikan?
7. Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum
direncanakan atau diimplementasikan?
8. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang
tercapainya tujuan?
9. Apakah prioritas yang harus disusun kembali?
10. Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait
dengan promosi yang telah dilaksanakn
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau program
promosi kesehatan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilksanakan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab
sehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana
tindak lanjut, apakah intervensi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi
positif), diubah (modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap
hambatan-hambatan yang muncul selama proses promosi kesehatan)
atau dihentikan.
PRINSIP
1. Promosi kesehatan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat secara
keseluruhan, yang fokus utamanya adalah upaya memampukan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan oleh karena itu promosi
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
29/50
kesehatan lebih bersifat promotif preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif
rehabilitatif.
2. Pemberdayaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat, disertai pengembangan iklim yang mendukung
sehingga penekanan promosi kesehatan pada pengembangan perilaku dan
lingkungan sehat.
3. Pemberdayaan merupakan upaya kemitraan berbagai pihak dan merupakan upaya
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Masyarakat aktif sebagai perilaku atau
subjek.
4. Pemberdayaan dilakuakn sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat.
5. Dalam promosi kesehatan nuansa peningkatan kesehatan menjadi lebih kenal
suasana kemitraan menjadi lebih nampak dan keberadaan masyarakat sebagai
subjek menjadi lebih menonjol.
JENIS PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Media massa merupakan saluran komunikasi bagi sejumlah orang terdiri dari televisi, radio,majalah dan koran, buku displasy dan pameran. Leaflet dan poster juga media massa biladiguanakn mandiri, dibanding penggunaanya sebagai alat bantu belajar dalam komunikasi
tatap muka dengan individu atau kelompok.Pesan kesehatan dipersiapkan melalui media massa dengan berbagai cara yakni :
a. Promosi kesehatan yang dipersiapkan, misalnya display dan pameran mengenaikesehatan. Iklan dari dinas PKM di televisi dan koran, program pendidikan universitasterbuka mengenai kesehatan.
b. Promosi kesehatan oleh biro iklan dan pembuat produk sehat dan pelayanan,misalnya iklan roti sehat, pasta gigi atau susu ibu hamil dan bersalin, leafletpendidikan tentang memberi makanan bayi atau petunjuk makanan sehat yang juga mempromosikan produk atau pelayanan yang relevan.
c. Buku, dokumentasi dan artikel tentang permasalahan kesehatan misalnya program
televisi dan majalah tentang makanan, AIDS, polusi dan senam untuk ibu hamil.d. Diskusi permasalahan kesehatan sebagai sistem sisipan berita atau acara hiburan
misalnya sinetron dengan seorang pemain memiliki masalah kesehatan sepertikorban percabulan atau menderita kanker payudara.
e. Pesan kesehatan (anti) disampaikan dengan lugas atau secara wajar misalnya orangterkenal tidak merokok atau sebalinya perokok berat.
f. Promosi terprogram pesan anti kesehatan (mungkin pendekatan atau rasionalisasibukan anti kesehatan) misalnya iklan rokok, permen dan coklat.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
30/50
g. Sponsor acara promosi kesehatan dan pelayanan oleh organisasi atau perusahaankomersial seperti sponsor olahraga oleh perusahaan rokok atau promosi kesehatanoleh perusahaan komersial. Dengan menghubungkan sponsor dengan promosikesehatan atau pelayanan produk telah dikenalkan pada publik dengan cappengakuan bahwa produknya tergolong sehat.
PERAN BERBAGAI PIHAK DALAM PROMOSI KESEHATAN
Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu :
1. Pusat Promosi Kesehatan dan
2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat
perlu mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
terkait dengan kegiatan promosi kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan di daerah
c.
Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi
kesehatan di tingkat pusat
d. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang
terkait
e. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
f. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat
Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara
lain sebagai berikut:
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
31/50
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan
promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan
promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi
kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
agar mampu ber-PHBS.
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak
serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas
program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level
Provinsi
Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam
penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
32/50
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak
serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas
program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.
SEJARAH PROMKES
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya
pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health
Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa
Charter, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun
istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa
itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul
dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing
(Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health
Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai
seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya.
Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs.
Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti
(pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan
pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun
eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula
Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan
lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).
Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia
menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr.Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali,
untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan
Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta
aplikasinya di Indonesia.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
33/50
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesiatersebut dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter,
Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama
organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For
Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata
sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu
pada paradigma sehat.
Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DEFINISI
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial;suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kataempowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepadapihak yang kurang berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi
pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa
tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
34/50
membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak
yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Dalam beberapa kajian mengenai
pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk
memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada
perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994)
Memberdayakan orang lain pada hakikatnya merupakan perubahan budaya, sehingga
pemberdayaan tidak akan jalan jika tidak dilakukan perubahan seluruh budaya organisasi
secara mendasar. Perubahan budaya sangat diperlukan untuk mampu mendukung upaya
sikap dan praktik bagi pemberdayaan yang lebih efektif (Sumaryadi, 2005: 105).
Pemberdayaan adalah sebuah proses, sehingga tidak bisa dipahami sebagai proyek tunggal
dengan awal dan akhir. Suatu cara atau filosofi dimana pelaksanaan dan penyesuaiannya
memerlukan pembinaan dan proses yang cukup lama (Wilson, 1996).
TUJUAN
Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaanmasyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yangmereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami olehmasyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukansesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi denganmempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik danafektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnyamerupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorangdalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakansuatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitifterhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaanyang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaandalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilanyang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kanaktivitas pembangunan.
Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkankesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatansehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
35/50
Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatanindividu, kelompok, dan masyarakat.
Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatutindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan
atau perilaku sehat.
CIRI2 MASYARAKAT YG BERDAYA
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri3. Memiliki kekuatan untuk berunding4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan, dan
5.
Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdayaadalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan,memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative,mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkapinformasi dan mampu bertindak sesuai dengansituasi.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
a.
Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yangmempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggalmereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zatyang menimbulkan gangguan kesehatan.
b. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggalipotensi-potensi masyarakat setempat.
c. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancamankesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
d. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melaluiberbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.
CIRI PEMBERDAYAAN
a. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokohmasyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad,dan sebagainya.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
36/50
b. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, danlainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upayapemberdayaan masyarakat.
c. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip
pemberdayaan masyarakat.d. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakanuntuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasirmemiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses kepuskesmas.
e. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuanmasyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakanpendekatan community based health education.
f. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untukpengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.
PROSES
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung duakecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada prosesmemberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepadamasyarakat agar individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan masyarakat.
Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi lebih
baik.
Pada tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-halangan
atau factor-faktor yang bersifat resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dan
komunitasnya.
Pada tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan
dan merasa memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan dirinya dan
komunitasnya.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
37/50
Tahap keempat lebih merupakan kelanjutan dari tahap ketiga yaitu upaya untuk
mengembangkan peran dan batas tanggungjawab yang lebih luas, hal ini juga terkait
dengan minat dan motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Pada tahap kelima ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan, dimana
peningkatan rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih
baik.
Pada tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya,
dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan perasaan
psikologis di atas posisi sebelumnya.
Pada tahap ketujuh masyarakat yang telah berhasil dalam memberdayakan dirinya,
merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil yang lebih
baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan proses mengenai upaya individu dan
komunitas untuk mengikuti perjalanan ke arah prestasi dan kepuasan individu dan
pekerjaan yang lebih tinggi.
Proses bisa diartikan sebagai runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu
(Depdiknas, 2003), jadi proses pemberdayaan bisa dimaknai sebagai runtutan perubahan dalam
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
38/50
perkembangan usaha untuk membuat masyarakat menjadi lebih berdaya. Wilson (1996)
memaparkan empat tahapan dalam proses pemberdayaan sebagai berikut:
1. Awakening atau penyadaran, pada tahap ini masyarakat disadarkan akan kemampuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki serta rencana dan harapan akan kondisi mereka
yang lebih baik dan efektif.
2. Understanding atau pemahaman, lebih jauh dari tahapan penyadaran masyarakat
diberikan pemahaman dan persepsi baru mengenai diri mereka sendiri, aspirasi mereka
dan keadaan umum lainnya. Proses pemahaman ini meliputi proses belajar untuk
secara utuh menghargai pemberdayaan dan tentang apa yang dituntut dari mereka oleh
komunitas.
3. Harnessing atau memanfaatkan, setelah masyarakat sadar dan mengerti mengenai
pemberdayaan, saatnya mereka memutuskan untuk menggunakannya bagi kepentingan
komunitasnya.
4. Using atau menggunakan keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari.
PRINSIP
Rubin dalam Sumaryadi (2005: 94-96) mengemukakan 5 prinsip dasar
dari konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
39/50
i. Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang
dikelolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam
pemberdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh didistribusikan kembali dalam
bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya.
ii. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.
iii. Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelatihan
merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.
iv. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber
daya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta
maupun sumber-sumber lainnya.
v.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai
penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan kepentingan
masyarakat yang bersifat mikro.
1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.3) Menggali kontribusi masyarakat.4) Menjalin kemitraan.5) Desentralisasi.
INDIKATOR
Pemberdayaan Masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator :
o Peran Masyarakat,
o Aksi Masyarakat,
o Motivasi Masyarakat, dan
o Tanggungjawab Masyarakat.
Unsur-unsur pemberdayaan masyarakat pada umumnya adalah:
(1) inklusi dan partisipasi;
(2) akses pada informasi;
(3) kapasitas organisasi lokal; dan
(4) profesionalitas pelaku pemberdaya. Keempat elemen ini terkait satu sama lain dan saling
mendukung.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
40/50
Inklusi berfokus pada pertanyaan siapa yang diberdayakan, sedangkan partisipasi berfokus pada
bagaimana mereka diberdayakan dan peran apa yang mereka mainkan setelah mereka menjadi
bagian dari kelompok yang diberdayakan. Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin, dalam pembangunan adalah memberi mereka otoritas dan kontrol
atas keputusan mengenai sumber-sumber pembangunan. Partisipasi masyarakat miskin dalam
menetapkan prioritas pembangunan pada tingkat nasional maupun daerah diperlukan guna
menjamin bahwa sumber daya pembangunan (dana, prasarana/sarana, tenaga ahli, dll) yang
terbatas secara nasional maupun pada tingkat daerah dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas masyarakat miskin tersebut.
Partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakat dalam pembangunan hanya untuk didengar
suaranya tanpa betul-betul memberi peluang bagi mereka untuk ikut mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang partisipatif tidak selalu harmonis dan seringkali ada banyak prioritas
yang harus dipilih, oleh sebab itu mekanisme resolusi konflik kepentingan harus dikuasai oleh
pemerintah guna mengelola ketidak-sepakatan.
Ada berbagai bentuk partisipasi, yaitu:
o secara langsung,o dengan perwakilan (yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat),o secara politis (yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan diri untuk mewakili
mereka),o berbasis informasi (yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada pengambil
keputusan),o berbasis mekanisme pasar yang kompetitif (misalnya dengan pembayaran terhadap jasa yang
diterima).
Partisipasi secara langsung oleh masing-masing anggota masyarakat adalah tidak realistik, kecuali
pada masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit, atau untuk mengambil keputusan-keputusan
kenegaraan yang mendasar melalui referendum. Yang umum dilakukan adalah partisipasi secara
tidak langsung, oleh wakil-wakil masyarakat atau berdasarkan informasi dan mekanisme pasar.
Organisasi berbasis masyarakat seperti lembaga riset, LSM, organisasi keagamaan, dll.
mempunyai peran yang penting dalam membawa suara masyarakat miskin untuk didengar oleh
pengambil keputusan tingkat nasional dan daerah.
Walaupun keterwakilan sudah dilakukan dengan benar, proses partisipasi masih belum benar jika
penyelenggaraannya dilakukan secara tidak sungguh-sungguh. Upaya yang dilandasi niat jujur
untuk menampung pendapat masyarakat terhadap kebijakan yang menyangkut ruang hidup
mereka dapat menjadi tidak berhasil, jika pendapat wakil-wakil masyarakat yang diharapkan
mewakili kepentingan semua unsur masyarakat itu kemudian hanya diproses sekedarnya saja,
tanpa upaya memahami pertimbangan apa dibalik pendapat yang diutarakan wakil-wakil tersebut.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
41/50
Partisipasi semu seperti itu menambah ongkos pembangunan, tanpa ada manfaat yang jelas bagi
peserta yang diajak berpartisipasi. Upaya melibatkan masyarakat dalam pengertian yang benar
adalah memberi masyarakat kewenangan untuk memutuskan sendiri apa-apa yang menurut
mereka penting dalam kehidupan mereka.
Unsur ke dua, akses pada informasi, adalah aliran informasi yang tidak tersumbat antaramasyarakat dengan masyarakat lain dan antara masyarakat dengan pemerintah. Informasi meliputi
ilmu pengetahuan, program dan kinerja pemerintah, hak dan kewajiban dalam bermasyarakat,
ketentuan tentang pelayanan umum, perkembangan permintaan dan penawaran pasar, dsb.
Masyarakat pedesaan terpencil tidak mempunyai akses terhadap semua informasi tersebut,
karena hambatan bahasa, budaya dan jarak fisik. Masyarakat yang informed, mempunyai posisi
yang baik untuk memperoleh manfaat dari peluang yang ada, memanfaatkan akses terhadap
pelayanan umum, menggunakan hak-haknya, dan membuat pemerintah dan pihak-pihak lain yang
terlibat bersikap akuntabel atas kebijakan dan tindakan yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat.
Kapasitas organisasi lokal adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama,
mengorganisasikan perorangan dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, memobilisasi
sumber-sumber daya yang ada untuk menyelesaikan masalah bersama. Masyarakat yang
organized, lebih mampu membuat suaranya terdengar dan kebutuhannya terpenuhi.
Profesionalitas pelaku pemberdaya adalah kemampuan pelaku pemberdaya, yaitu aparat
pemerintah atau LSM, untuk mendengarkan, memahami, mendampingi dan melakukan tindakan
yang diperlukan untuk melayani kepentingan masyarakat. Pelaku pemberdaya juga harus mampu
mempertanggungjawabkan kebijakan dan tindakannya yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat.
12 indikator yaitu :
tingkat partisipasi,
pengemukaan opini,
perubahan kesadaran,
pengambilan tindakan,
kepedulian dan kerjasama,
kreativitas,
menyusun tujuan baru,
negosiasi,
kepuasan,
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
42/50
kepercayaan diri,
keterampilan manajerial, dan
pengumpulan keputusan.
UNSUR-UNSUR
Elemen dalam pemberdayaan, yaitu
o ekonomi,
o sosial dan budaya,
o kesadaran dan
o mobilitas.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
43/50
PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-programpemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakankegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat denganmelakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
PEMBANGUNAN KESEHATAN
DEFINISI
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuanmeningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan
masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat
mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup
sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatanpencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta
TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memilikiderajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama
dari pembangunan kesehatan yaitu :
Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
1. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
2. Peningkatan status gizi masyarakat.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
44/50
3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera
MANFAAT
STRATEGI
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum
yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan
hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-
masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor
harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan
seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan
ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap
didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya
kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata
ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama
perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta
berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin
hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya
kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan,
pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
45/50
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit
dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis.
Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terusmenerus diupayakan.
Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upayakesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan
pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok
berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif.
Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui
pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada
bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup
sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas.
Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderungmeningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui
berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja
serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman
terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.
5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan
diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan
teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian
bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari
masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan
tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan
tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan
mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara
bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan meleluipenyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai
upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan
kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan
barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak
mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu
-
7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn
46/50
dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi
kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara bertahap
puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana.
6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui
peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait,
dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri.
Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan
penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan
menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan
pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara
komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi
mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi,
perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab
dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas
Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih
bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan
kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai
dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan
kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik
berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan
BelanjaDaerah.
7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan
bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan
kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan
program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan
kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan, gizi