bahasa & ilmu pengetahuan - appresiasi budaya rumah tradisional bali
DESCRIPTION
Pengertian BudayaWujud KebudayaanPengertian Perumahan Tradisional BaliRumah Tempat TinggalFilosofi Tata Ruang Perumahan Bali Tri Hita Karana Panca Maha Bhuta Tri Angga Ulu Teben dan Sangamandala Bapa Akasa Ibu PertiwiTRANSCRIPT
3.3.4 Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sistem perlambangan manusia yang lisan maupun
tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Dalam hal unsur kebudayaan
ini yang berkaitan dengan arsitektur yakni bahasa proksemik yaitu pesan yang
disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Hubungan Nilai Rumah Bapak IGN Jayanegara dengan Sistem Bahasa
Keterangan:
A. Merajan
B & C: Bale Penyimpan benda Seni
D. Paon
E. Bale daja
F. Bale bengong
G. Merajan natah
H. Bale Gede
I. Bale Delod
J. Bale Meten
K. Natah
L. Garasi
M. Bale Dauh
N. Angkul angkul
Gbr.8 Denah rumah yang telah berubah
Sumber : hasil survei
Terlihat adanya pengelompokan massa Bale Meten, Bale Daja dan Bale Dauh
sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai tempat istrahat dengan subjek yang
berbeda. Namun dari adanya kedekatan ini, dengan maksud agar hubungan antar
individu dekat. Dengan memberikan tingkat privasi dari jaraknya dari angkul-
angkul yang tidak terlalu dekat.
- Angkul-ngkul
Adanya penambahan pagar pada angkul-angkul agar
menjaga keamanan dari pemilik rumah. Memberi
kesan privat, sehingga memberi jarak antara
penghuni rumah dan orang di luar rumah.
- Bale Meten Sakutus
Bale ini berfungsi sebagai tempat tidur bagi orang tua
atau Ida Pedanda Resi Penatih yang tinggal di satu
pekarangan milik bapak I.G.N. Jayanegara berada
nampak dari karakteristik bangunannya dengan
dinding bangunan tertutup pada 4 sisi bangunan
sehingga bangunan bersifat privat dan hanya
digunakan untuk orang yang dianggap tetua di suatu keluarga.
- Bale Daja
Terlihatat adanya penambahan teras bangunan Bale
Daja (bale Meten) yang difungsikan sebagai tempat
duduk – duduk (media interaksi) dengan tambahan
saka, sebagai penopangnya. Initinya bentuk dari
sebuah bale daja yang sangat sederhana berkembang
menjadi bentuk yang lebih kompleks seiring dengan pertambahan jumlah
penghuni sejalan dengan pertambahan interaksi penghuni ruang dalam bangunan.
- Bale Gede
Karena fungsinya sebagai tempat untuk
mempersiapkan kegiatan upacara keagamaan
(terutama upacara manusia yadnya dan pitra yadnya)
maka karakteristik bangunan dengan dinding
bangunan tertutup pada 2 sisi (sisi timur dan selatan)
sehingga dapat memberikan kebebasan gerak dalam kegiatan upacara (terjadi
interaksi satu dengan yang lainnya).
3.3 Sistem Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dalam arsitektur tradisional Bali sangat terkait dengan nilai
dasar dalam membangun. Nilai dasar tersebut diwujudkan dalam filosofi tata
ruang perumahan Bali. Sistem ilmu pengetahuan yang berkaitan tentang
perwujudan arsitektur tradisional Bali pada rumah bapak I.G.N. Jayanegara ini
dapat di lihat pada berbagai kasus bangunan yang berada pada rumah tersebut,
yaitu :
- Pamerajan
Pura untuk tempat pemujaan keluarga
dari satu unit keluarga besar di sebuah
Pamerajan atau Sanggah. Untuk tempat
pemujaan di tingkat keluarga di setiap
rumah tangga ada Pamerajan atau
Sanggah yang terletak di daerah Kaja-Kangin sesuai dengan filosofi Ulu Teben.
Pamerajan alit diperuntukan untuk keluarga kecil atau rumah tangga dan
Pamerajan Agung atau Sanggah Gede untuk keluarga besar. Letak dari bangunan
suci ini berorientasi pada arah timur untuk bangunan Gedong, Kemulan dan Ratu
Ngurah dengan arah hadap ke barat dan untuk pelinggih Taksu berorientasi pada
arah utara dengan arah hadap ke selatan.
- Angkul-angkul
Angkul-angkul adalah sejenis pintu masuk rumah atau pekarangan untuk bangunan
bali yang diberi atap yang meng- ungkuli/unkul-ungkul (berada diatas kepala)
terhadap orang yang lewat.
Terjadi perubahan dimensi pada angkul
angkul. Pada masa lalu angkul angkul
pada rumah ini berukuran dengan
berpatokan pada dimensi manusia.
Namun dengan perkembangan ilmu
pengetahuan perubahan dimensi pada angkul angkul menyesuaikan ukuran lebar
angkul angkul yang dapat dilalui kendaraan bermotor.
- Bale Daja
Bale daja yang diperuntukan bagi orang yang
dianggap tua pada keluarga ini dan letaknya
sebelah barat dari merajan. Bale Daja
sekarang ini sekarang ini dibangun tanpa
menggunakan lagi ukuran tradisional yang
pasti. Bentuk bale pada umumnya mengambil
konsep Tri Angga seperti bangunan tradisional Bali lainnya yang terbagi atas
kepala, badan, dan kaki. Konsep bentuk ini masih dipegang teguh oleh masyarakat
Penatih sampai saat sekarang ini terutama pada rumah ini.
- Bale Dauh
Bale ini berfungsi sebagai ruang tidur bagi keluarga. Berada di Zona Madyaning
Nista. Terletak di sebelah barat (kauh), menghadap ke timur (kangin) sesuai
dengan filosofi Ulu Teben. Bale Dauh pada khususnya merupakan perwujudan
dari makro kosmos. Pada dasarnya, alam merupakan rumah bagi manusia, sehingga
perwujudan Bale Dauh didasarkan atas suasana dan unsur-unsur alam. Pemakaian
bahan, perwujudan bentuk bangunan, maupun suasananya didasarkan atas unsur-
unsur Panca Maha Butha, yaitu pertiwi, apah, teja, bayu maupun akasa.
Terjadi perubahan dapat dilihat dari bentuk –
bentuk dengan memakai ukuran yang
modern bukan lagi menggunakan ukuran
tradisional Bali.
Kemudian dinding anyaman bambu besar
(tidak seperti gedeg) sehingga terdapat pori-
pori yang memungkinkan terjadinya sirkulasi
udara (meskipun relatif kecil). Pada bangunan yang telah mengalami modernisasi,
dinding bangunan terbuat dari pasangan batu bata.
- Bale Meten Gunung Rata
Fungsi bale ini sebagai
tempat tidur bagi orang tua
atau Ida Pedanda Resi
Penatih yang tinggal di satu
pekarangan milik bapak
I.G.N. Jayanegara berada
pada zona Uttamaning Madya di sebelah utara dan menghadap ke selatan yang
sesuai dengan filosofi Ulu Teben.