bahan_sken2_geriatri
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
1/10
JUMP 3
Terdapat 4 tipe inkontinensia urin yaitu sebagai berikut:
1. Inkontinensia urin tipe urgensi, yaitu ditandai dengan
ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih
muncul. Manifestasinya berupa urgensi , frekuensi , dan nokturia
2. Inkontinensia urin tipe stres, yang terjadi akibat tekanan
intraabdominal yang meningkat seperti batuk, bersin, atau
mengejan, terutama terjadi pada perempuan usia lanjut yang
mengalami hipermobilitas uretra dan lemahnya otot dasar panggul
akibat seringnya melahirkan, operasi dan penurunan estrogen.
3. Inkontinensia urin tipe overflow, yaitu meningkatnya tegangan
kandung kemih akibat obstruksi prostat hipertrofi pada lakiIaki
atau lemahnya otot detrusor akibat diabetes melitus, trauma
medula spinalis, obatobatan dapat menimbulkan. Manifestasi
klinisnya berupa berkemih sedikit, pengosongan kandung kemih
tidak sempurna, dan nokturia.
!. Inkontinensia urin tipe fungsional, yaitu terjadi akibat penurunan
berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien tidak dapat
mencapai toilet pada saat yang tepat. "al ini terjadi biasanya pada
demensia berat, gangguan mobilitas.
Tambahan Siklus Tidur pada Lansia
#erdapat perubahan tidur secara subjektif dan objektif pada usia
lanjut. $urvei epidemiologic menunjukkan bahwa pada usia lanjut yangtinggal di rumah atau panti werda menunjukkan bahwa 1%&% persen dari
mereka tidak puas dalam lamanya dan kualitas tidur malam. 'ada usia lanjut
wanitasehat secara subjektif lebih merasakan kesulitan tidur dari pada pria.
(ang paling mencolok pada karakteristik tidur pada usia lanjut ialah
konfirmasi poligrafik padaupaya setelah dimulai tidur. $truktur tidur pada
usia lanjut berubah dengan meningkatnya stadium I sehingga terjadi
fragmentasi atau disrupsi dari struktur tidur. )erkurangnya tidur mempunyai
dampak pada pemulihan fungsi tidur.
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
2/10
*rang lanjut usia membutuhkan waktu lebih lama untuk msuk tidur
+berbaring lama di temnpat tidur sebelum tertidur dan mempunyai lebih
sedikit-lebih pendek waktu tidur nyenyaknya. 'ada usia lanjut juga terjadi
perubahan pada irama sirkadian tidur normal yaitu menjadi kurang sensitif
dengan perubahan gelap dan terang. alam irama sirkadian yang normal
terdapat peranan pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan
selama siklus 2! jam. /kskresi kortisol dan 0" meningkat pada siang hari
dan temperatur badan menurun di waktu malam. 'ada usia lanjut, ekskresi
kortisol dan 0" serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang
menonjol. Melatonin menurun dengan meningkatnya umur +$udoyo, 2.
'enelitian lain menunjukkan kualitas tidur usia lanjut yang sehat,
juga tergantung pada bagaimana aktivitasnya pada siang hari. )ila siang hari
sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak ada gangguan dalam
tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan dan cenderung tidak
aktif, malamnya akan sulit tidur +$udoyo, 2.
Hubungan antara tekanan darah tinggi dengan usia lanjut
)erdasarkan 456 dan 7$"-7$5 213, kakek #aruno menderita
hipertensi stage 2.
'ada kasus hipertensi pada lansia, ada beberapa faktor yang
berperan, antara lain 8
• 'enurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat
proses menua. "al ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus 8
hipertensiglomerulosklerosishipertensi yang berlangsung terus
menerus.
• 'enurunan elastisitas pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
mengakibatkan hipertensi sistolik saja.
• 'erubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan
disfungsi endotel yang berlangsung pada pembentukan berbagai
sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan
resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
3/10
pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada
kenaikan tekanan darah.
• 'eningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. 'ada poin
sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa karena adanya disfungsi
endotel, menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal meningkat
sehingga kadar natrium pun di tubuh menjadi meningkat dan pada
akhirnya menyebabkan tekanan darah naik.
7danya penurunan diastole pada usia tua disebabkan karena adanya
kekakuan pada pembuluh darah pasien +$udoyo, 2.
!agaimana interpretasi hasil dan indikasi dari pemeriksaan urine rutin dan
gula darah pasien"
alam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism
protein. ika terdapat infeksi saluran kemih +urinary tract infection oleh
kuman dari spesies /nterobacter, 5itrobacter, /scherichia, 'roteus dan
9lebsiela yang mengandung en:im reduktase, maka nitrat akan diubah
menjadi nitrit.
$eiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansiayang
berisiko terhadap terjadinya M, sehingga sekarangdikenal istilah
prediabetes. 'rediabetes merupakan kondisitingginya gula darah puasa
+gula darah puasa 112%mg-d; atau gangguan toleransi glukosa
+kadar gula darah 1! 1
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
4/10
pada lansia dengan M,peningkatan kadar glukosa postprandial dengan
kadar gula glukosa puasa normal +9urniawan, 21.
'emeriksaan kreatinin dilakukan untuk mengetahui keadaan ginjal
seseorang, apakah ada kerusakan ginjal. 4ilai rujukan untuk kreatinin
urin untuk ;akilaki dewasa 8 ,&1,2 mg-d;> 'erempuan dewasa 8 ,%
,< mg-d;> $ampel ?rine ;akilaki 8 1.2. mg-2! jam> $ampel
?rine 'erempuan 8 61.6 mg-2! jam> $ampel ?rin pagi pertama
;akilaki 8 3 $ampel ?rin pagi 'erempuan 8 2621&
mg-d;. 'ada pasien di skenario terdapat kenaikan kadar kreatinin urin
yang menandakan adanya kerusakan ginjal pada pasien.
$etidaknya tiga sampel urin harus diperiksa dengan stick testing
untuk mengkonfirmasi adanya proteinuria persisten. Ini memberikan
estimasi kasar konsentrasi protein sebagai berikut +9allen, 26 8
#race @ %2 mg - d;.
1 A @ 3 mg - d;.
2 A @ 1 mg - d;.
3 A @ 3 mg - d;.
! A @ lebih besar dari 2. mg - d;
!agaimana hubungan antara hasil pemeriksaan #isik dengan keluhan
pasien"
Benign Prostate Hypertrophy +)'" dan nokturia merupakan
fenomena yang umum terjadi pada pria berkaitan dengan umur tua.
)'" menurunkan kapasitas kandung kemih dengan 2 cara. 'ertama,
melalui kontraksi nonvolunter muskulus detrusor (detrusor
overactivity) selama pengisian kandung kemih. 9edua, obstruksi yang
diakibatkan hiperplasia prostat itu menyebabkan pengosongan
kandung kemih yang inkomplit sehingga urin masih tersisa dalam
kandung kemih setelah berkemih. 9etika kandung kemih diisi oleh
urin baru, padahal masih ada urin sisa akibat pengosongan yang
inkomplit, menyebabkan overdistensi kandung kemih dan akibatnya
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
5/10
adalah penurunan efisiensi kontraksi muskulus detrusor. "al ini dapat
menjelaskan mengapa pada pria usia tua sering mengeluhkan pancaran
berkemih yang lemah ketika terbangun untuk berkemih.
$elain itu, seringnya pasien untuk berkemih juga bisa disebabkan
karena penyakit iabetes Mellitus yang dideritanya. 4amun, ketika
telah terjadi obstruksi akibat pembesaran prostat, maka keluhan sulit
menahan kencing berganti menjadi sulit kencing, meskipun masih
keluar sedikitsedikit.
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
6/10
JUMP $
%omplikasi dari ken&ing berulang pada malam hari"
9encing berulang pada malam hari menyebabkan kualitas tidur
menurun, berakibat menurunnya fungsi fisik dan kognitif. Misalnya
merasa kelelahan di waktu siang. $elain itu juga meningkatkan
insidensi jatuh pada usia lanjut. atuh dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas +*sman, 213. $elain itu, berbagai komplikasi dapat
menyertai inkontinensia urin seperti infeksi saluran kemih, kelainan
kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi, mudah
marah, dan rasa terisolasi +$udoyo, 2.
'iagnosis !anding
'iabetes Mellitus
9arena pada skenario sudah disebutkan bahwa 0$ pasien 3%mg-dl, maka ada
kecurigaan pasien menderita iabetes Mellitus +M
a. efinisi
M didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin.
b. 9lasifikasi
i. M tipe I
estruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,
melalui proses imunologik atau idiopatik.
ii. M tipe II
)ervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.
iii. M tipe lain
iv. iabetes kehamilan
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
7/10
c. iagnosis
9ecurigaan adanya M perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik M
sebagai berikut8
i. 9eluhan klasik M berupa8 poliuria, polifagi, polidipsi dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
ii. 9eluhan lain dapat berupa8 lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvac pada
wanita.
iagnosis M ditegakkan melalui tiga cara8
i. 0ejala klasik M A kadar glukosa darah sewaktu B 2mg-dl.
ii. 0ejala klasik M A kadar glukosa darah puasa B 12 mg-dl.
iii. 9adar glukosa darah 2 jam pada #es #oleransi 0lukosa *ral +##0*
B 2 mg-dl.
d. 9omplikasi
9omplikasi akut 8
i. 9etoasidosis diabetik +97
ii. "iperosmolar non ketotik +"*49
iii. "ipoglikemia
9omplikasi kronis 8
i. Makroangiopati, yang melibatkan8
a. 'embuluh darah jantung
b. 'embuluh darah tepi
c. 'enyakit arteri perifer sering terjadi pada diabetes, biasanya terjadi
dengan gejala tipikal intermitten caludication, meskipun sering
tanpa gejala. #erkadanga ulkus iskemik kaki merupakan kelaianan
yang pertama kali muncul.
d. 'embuluh darah otak.
ii. Mikroangiopati
a. Cetinopati diabetik
b. 4efropati diabetik
iii. 4europati
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
8/10
a. (ang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal. 7danya neuropati berisiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
b. 0ejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri dan lebih terasa nyeri di malam hari.
c. $emua diabetes yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.
iv. 0abungan
9ardiopati 8 penyakit jantung koroner, kardiomiopati.
v. Centan infeksi
vi. 9aki diabetik
vii. isfungsi ereksi
e. 'enatalaksanaan
i. 'enatalaksanaan non farmakologis
a. /dukasi
b. #erapi gi:i medis
c. ;atihan jasmani
ii. 'enatalaksanaan farmakologis
a. *bat hipoglikemik oral
b. Insulin
c. #erapi kombinasi
%ondisi geriatri seperti apakah yang harus dirujuk ke psikiater"
9ondisi geriatri yang harus dirujuk ke psikiater antara lain 8
#erdapat masalah diagnostik serius
Cisiko bunuh diri tinggi
'engabaian diri serius
7gitasi, delusi, halusinasi berat
#idak memberi tanggapan dan tidak patuh terhadap
pengobatan
Memerlukan tindakan-rawat inap
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
9/10
-
8/19/2019 bahan_sken2_geriatri
10/10
'()T(* PUST(%(
+,4,-
armojo, )oedhi. 211. Buku ajar GeriatriEdisi ke-4. akarta8 )alai penerbit D9
?I.
0aniswarna, $. 2. Farmakoogi dan !erapi. akarta8 )agian Darmakologi D9
?I. "al8 !&!61.
9allen C et al, 26. Proteinuria. /Medicine.
9urniawan, I. 21. "ia#etes $eitus !ipe % pada &sia 'anjut.ournal of the
Indonesian Medical 7ssociation Majalah 9edokteran Indonesia, (ayasan
'enerbit II.
Mansjoer 7, et al. 21. apita eekta edokteran Edisi *** . akarta8 Media
7esculapius Dakultas 9edokteran ?niversitas Indonesia.
*sman, 4adir I. and 5hristopher C. 5happle.213. Focus +n ,octuria *n !he
Edery.iakses dari 8 http8--www.medscape.com-viewarticle-6