bahan_sken2_geriatri

Upload: taranida-hanifah

Post on 07-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    1/10

    JUMP 3

    Terdapat 4 tipe inkontinensia urin yaitu sebagai berikut:

    1. Inkontinensia urin tipe urgensi, yaitu ditandai dengan

    ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih

    muncul. Manifestasinya berupa urgensi , frekuensi , dan nokturia

    2. Inkontinensia urin tipe stres, yang terjadi akibat tekanan

    intraabdominal yang meningkat seperti batuk, bersin, atau

    mengejan, terutama terjadi pada perempuan usia lanjut yang

    mengalami hipermobilitas uretra dan lemahnya otot dasar panggul

    akibat seringnya melahirkan, operasi dan penurunan estrogen.

    3. Inkontinensia urin tipe overflow, yaitu meningkatnya tegangan

    kandung kemih akibat obstruksi prostat hipertrofi pada lakiIaki

    atau lemahnya otot detrusor akibat diabetes melitus, trauma

    medula spinalis, obatobatan dapat menimbulkan. Manifestasi

    klinisnya berupa berkemih sedikit, pengosongan kandung kemih

    tidak sempurna, dan nokturia.

    !. Inkontinensia urin tipe fungsional, yaitu terjadi akibat penurunan

     berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien tidak dapat

    mencapai toilet pada saat yang tepat. "al ini terjadi biasanya pada

    demensia berat, gangguan mobilitas.

    Tambahan Siklus Tidur pada Lansia

    #erdapat perubahan tidur secara subjektif dan objektif pada usia

    lanjut. $urvei epidemiologic menunjukkan bahwa pada usia lanjut yangtinggal di rumah atau panti werda menunjukkan bahwa 1%&% persen dari

    mereka tidak puas dalam lamanya dan kualitas tidur malam. 'ada usia lanjut

    wanitasehat secara subjektif lebih merasakan kesulitan tidur dari pada pria.

    (ang paling mencolok pada karakteristik tidur pada usia lanjut ialah

    konfirmasi poligrafik padaupaya setelah dimulai tidur. $truktur tidur pada

    usia lanjut berubah dengan meningkatnya stadium I sehingga terjadi

    fragmentasi atau disrupsi dari struktur tidur. )erkurangnya tidur mempunyai

    dampak pada pemulihan fungsi tidur.

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    2/10

    *rang lanjut usia membutuhkan waktu lebih lama untuk msuk tidur 

    +berbaring lama di temnpat tidur sebelum tertidur dan mempunyai lebih

    sedikit-lebih pendek waktu tidur nyenyaknya. 'ada usia lanjut juga terjadi

     perubahan pada irama sirkadian tidur normal yaitu menjadi kurang sensitif 

    dengan perubahan gelap dan terang. alam irama sirkadian yang normal

    terdapat peranan pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan

    selama siklus 2! jam. /kskresi kortisol dan 0" meningkat pada siang hari

    dan temperatur badan menurun di waktu malam. 'ada usia lanjut, ekskresi

    kortisol dan 0" serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang

    menonjol. Melatonin menurun dengan meningkatnya umur +$udoyo, 2.

    'enelitian lain menunjukkan kualitas tidur usia lanjut yang sehat,

     juga tergantung pada bagaimana aktivitasnya pada siang hari. )ila siang hari

    sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak ada gangguan dalam

    tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan dan cenderung tidak 

    aktif, malamnya akan sulit tidur +$udoyo, 2.

    Hubungan antara tekanan darah tinggi dengan usia lanjut

    )erdasarkan 456 dan 7$"-7$5 213, kakek #aruno menderita

    hipertensi stage 2.

    'ada kasus hipertensi pada lansia, ada beberapa faktor yang

     berperan, antara lain 8

    • 'enurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat

     proses menua. "al ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus 8

    hipertensiglomerulosklerosishipertensi yang berlangsung terus

    menerus.

    • 'enurunan elastisitas pembuluh darah perifer yang pada akhirnya

    mengakibatkan hipertensi sistolik saja.

    • 'erubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan

    disfungsi endotel yang berlangsung pada pembentukan berbagai

    sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan

    resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    3/10

     pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada

    kenaikan tekanan darah.

    • 'eningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. 'ada poin

    sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa karena adanya disfungsi

    endotel, menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal meningkat

    sehingga kadar natrium pun di tubuh menjadi meningkat dan pada

    akhirnya menyebabkan tekanan darah naik.

    7danya penurunan diastole pada usia tua disebabkan karena adanya

    kekakuan pada pembuluh darah pasien +$udoyo, 2.

    !agaimana interpretasi hasil dan indikasi dari pemeriksaan urine rutin dan

    gula darah pasien"

    alam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism

     protein. ika terdapat infeksi saluran kemih +urinary tract infection oleh

    kuman dari spesies /nterobacter, 5itrobacter, /scherichia, 'roteus dan

    9lebsiela yang mengandung en:im reduktase, maka nitrat akan diubah

    menjadi nitrit.

    $eiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansiayang

     berisiko terhadap terjadinya M, sehingga sekarangdikenal istilah

     prediabetes. 'rediabetes merupakan kondisitingginya gula darah puasa

    +gula darah puasa 112%mg-d; atau gangguan toleransi glukosa

    +kadar gula darah 1! 1

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    4/10

     pada lansia dengan M,peningkatan kadar glukosa postprandial dengan

    kadar gula glukosa puasa normal +9urniawan, 21.

    'emeriksaan kreatinin dilakukan untuk mengetahui keadaan ginjal

    seseorang, apakah ada kerusakan ginjal. 4ilai rujukan untuk kreatinin

    urin untuk ;akilaki dewasa 8 ,&1,2 mg-d;> 'erempuan dewasa 8 ,%

    ,< mg-d;> $ampel ?rine ;akilaki 8 1.2. mg-2! jam> $ampel

    ?rine 'erempuan 8 61.6 mg-2! jam> $ampel ?rin pagi pertama

    ;akilaki 8 3 $ampel ?rin pagi 'erempuan 8 2621&

    mg-d;. 'ada pasien di skenario terdapat kenaikan kadar kreatinin urin

    yang menandakan adanya kerusakan ginjal pada pasien.

    $etidaknya tiga sampel urin harus diperiksa dengan  stick testing 

    untuk mengkonfirmasi adanya proteinuria persisten. Ini memberikan

    estimasi kasar konsentrasi protein sebagai berikut +9allen, 26 8

    #race @ %2 mg - d;.

    1 A @ 3 mg - d;.

    2 A @ 1 mg - d;.

    3 A @ 3 mg - d;.

    ! A @ lebih besar dari 2. mg - d;

    !agaimana hubungan antara hasil pemeriksaan #isik dengan keluhan

    pasien"

     Benign Prostate Hypertrophy  +)'" dan nokturia merupakan

    fenomena yang umum terjadi pada pria berkaitan dengan umur tua.

    )'" menurunkan kapasitas kandung kemih dengan 2 cara. 'ertama,

    melalui kontraksi nonvolunter muskulus detrusor (detrusor 

    overactivity) selama pengisian kandung kemih. 9edua, obstruksi yang

    diakibatkan hiperplasia prostat itu menyebabkan pengosongan

    kandung kemih yang inkomplit sehingga urin masih tersisa dalam

    kandung kemih setelah berkemih. 9etika kandung kemih diisi oleh

    urin baru, padahal masih ada urin sisa akibat pengosongan yang

    inkomplit, menyebabkan overdistensi kandung kemih dan akibatnya

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    5/10

    adalah penurunan efisiensi kontraksi muskulus detrusor. "al ini dapat

    menjelaskan mengapa pada pria usia tua sering mengeluhkan pancaran

     berkemih yang lemah ketika terbangun untuk berkemih.

    $elain itu, seringnya pasien untuk berkemih juga bisa disebabkan

    karena penyakit iabetes Mellitus yang dideritanya. 4amun, ketika

    telah terjadi obstruksi akibat pembesaran prostat, maka keluhan sulit

    menahan kencing berganti menjadi sulit kencing, meskipun masih

    keluar sedikitsedikit.

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    6/10

    JUMP $

    %omplikasi dari ken&ing berulang pada malam hari"

    9encing berulang pada malam hari menyebabkan kualitas tidur 

    menurun, berakibat menurunnya fungsi fisik dan kognitif. Misalnya

    merasa kelelahan di waktu siang. $elain itu juga meningkatkan

    insidensi jatuh pada usia lanjut. atuh dapat meningkatkan morbiditas

    dan mortalitas +*sman, 213. $elain itu, berbagai komplikasi dapat

    menyertai inkontinensia urin seperti infeksi saluran kemih, kelainan

    kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi, mudah

    marah, dan rasa terisolasi +$udoyo, 2.

    'iagnosis !anding

    'iabetes Mellitus

    9arena pada skenario sudah disebutkan bahwa 0$ pasien 3%mg-dl, maka ada

    kecurigaan pasien menderita iabetes Mellitus +M

    a. efinisi

    M didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme

    kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

    disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai

    akibat insufisiensi fungsi insulin.

     b. 9lasifikasi

    i. M tipe I

    estruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,

    melalui proses imunologik atau idiopatik.

    ii. M tipe II

    )ervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai

    defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi

    insulin bersama resistensi insulin.

    iii. M tipe lain

    iv. iabetes kehamilan

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    7/10

    c. iagnosis

    9ecurigaan adanya M perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik M

    sebagai berikut8

    i. 9eluhan klasik M berupa8 poliuria, polifagi, polidipsi dan penurunan

     berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

    ii. 9eluhan lain dapat berupa8 lemah badan, kesemutan, gatal, mata

    kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvac pada

    wanita.

    iagnosis M ditegakkan melalui tiga cara8

    i. 0ejala klasik M A kadar glukosa darah sewaktu B 2mg-dl.

    ii. 0ejala klasik M A kadar glukosa darah puasa B 12 mg-dl.

    iii. 9adar glukosa darah 2 jam pada #es #oleransi 0lukosa *ral +##0*

    B 2 mg-dl.

    d. 9omplikasi

    9omplikasi akut 8

    i. 9etoasidosis diabetik +97

    ii. "iperosmolar non ketotik +"*49

    iii. "ipoglikemia

    9omplikasi kronis 8

    i. Makroangiopati, yang melibatkan8

    a. 'embuluh darah jantung

     b. 'embuluh darah tepi

    c. 'enyakit arteri perifer sering terjadi pada diabetes, biasanya terjadi

    dengan gejala tipikal intermitten caludication, meskipun sering

    tanpa gejala. #erkadanga ulkus iskemik kaki merupakan kelaianan

    yang pertama kali muncul.

    d. 'embuluh darah otak.

    ii. Mikroangiopati

    a. Cetinopati diabetik 

     b. 4efropati diabetik 

    iii. 4europati

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    8/10

    a. (ang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa

    hilangnya sensasi distal. 7danya neuropati berisiko tinggi untuk 

    terjadinya ulkus kaki dan amputasi.

     b. 0ejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar 

    sendiri dan lebih terasa nyeri di malam hari.

    c. $emua diabetes yang disertai neuropati perifer harus diberikan

    edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.

    iv. 0abungan

    9ardiopati 8 penyakit jantung koroner, kardiomiopati.

    v. Centan infeksi

    vi. 9aki diabetik  

    vii. isfungsi ereksi

    e. 'enatalaksanaan

    i. 'enatalaksanaan non farmakologis

    a. /dukasi

     b. #erapi gi:i medis

    c. ;atihan jasmani

    ii. 'enatalaksanaan farmakologis

    a. *bat hipoglikemik oral

     b. Insulin

    c. #erapi kombinasi

    %ondisi geriatri seperti apakah yang harus dirujuk ke psikiater"

    9ondisi geriatri yang harus dirujuk ke psikiater antara lain 8

    #erdapat masalah diagnostik serius

    Cisiko bunuh diri tinggi

    'engabaian diri serius

    7gitasi, delusi, halusinasi berat

    #idak memberi tanggapan dan tidak patuh terhadap

     pengobatan

    Memerlukan tindakan-rawat inap

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    9/10

  • 8/19/2019 bahan_sken2_geriatri

    10/10

    '()T(* PUST(%(

    +,4,-

    armojo, )oedhi. 211. Buku ajar GeriatriEdisi ke-4. akarta8 )alai penerbit D9 

    ?I.

    0aniswarna, $. 2. Farmakoogi dan !erapi. akarta8 )agian Darmakologi D9 

    ?I. "al8 !&!61.

    9allen C et al, 26. Proteinuria. /Medicine.

    9urniawan, I. 21.  "ia#etes $eitus !ipe % pada &sia 'anjut.ournal of the

    Indonesian Medical 7ssociation Majalah 9edokteran Indonesia, (ayasan

    'enerbit II.

    Mansjoer 7, et al. 21.  apita eekta edokteran Edisi *** . akarta8 Media

    7esculapius Dakultas 9edokteran ?niversitas Indonesia.

    *sman, 4adir I. and 5hristopher C. 5happle.213. Focus +n ,octuria *n !he

     Edery.iakses dari 8  http8--www.medscape.com-viewarticle-6