bahan dan metode waktu dan tempat penelitian ... - … · campuran larutan asam klorida dan...
TRANSCRIPT
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan