bab iv metode penelitian 4.1 desain penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/bab iv.pdf35 a x1 = kelompok...
TRANSCRIPT
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian murni atau true experimental dengan
pendekatan “the posttest only control group design” Dalam desain ini, Sugiyono
menyatakan “bahwa terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random. Sebagian kelompok diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang
tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol” (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan 3 kelompok dan 8 replikasi, pertama tidak diberikan
intervensi minyak zaitun akan tetapi diberikan perawatan luka saja dan yang lain
diberikan rawat luka serta intervensi pemberian minyak zaitun yang masing-masing
3ml dan 5ml. Bentuk rancangan penelitian sebagai berikut :
R
Keterangan :
R = Pengacakan
K = kelompok kontrol, sebagai bandingan dari kelompok perlakuan tanpa diberikan
olesan minyak zaitun tetapi tetap diberikan perawatan luka dengan NaCl 0.9%
K
A
B
X0
X1
X2
35
A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu
dengan NaCl 0,9% kemudian dioleskan minyak zaitun dengan frekuensi 2 kali perhari
(3ml) dengan ukuran pipet dan diratakan di area luka bakar
B X2 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu
dengan NaCl 0,9% kemudian dioleskan minyak zaitun dengan frekuensi 2 kali perhari
(5ml) dengan ukuran pipet dan diratakan di area luka bakar
4.2 Rancangan percobaan
Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Sederhana (RAL)
dengan tiga perlakuan dan sembilan kali pengulangan dengan menggunakan metode
lotre dengan pembuatan label dan diberi klasifikasi :
Perlakuan K : perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl
tanpa pemberian olesan minyak zaitun ( berjumlah 8 pengulangan)
Perlakuan A : Perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl
ditambah pemberian olesan minyak zaitun 2 kali sehari sebanyak 3ml (berjumlah 8
pengulangan)
Perlakuan B : Perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl
ditambah pemberian olesan minyak zaitun 2 kali sehari sebanyak 5ml (berjumlah 8
pengulangan)
Label berjumlah 24 dengan pengacakan secara lotre kemudian ditempelkan
pada kandang tikus putih 1 hingga 24, tergantung keluarnya label yang telah dilotre,
dan pemberian intervensi sesuai dengan label tersebut dan sisanya adalah 10% dari
tambahan kriteria drop out
.
36
3U2 OU1 3U4 5U1 0U4 3U1 5U6 3U7 0U6
0U5 5U3 0U2 5U7 3U6 5U5 3U3 5U2 0U8
0U9 5U9 3U8 0U7 5U4 0U3 3U9 3U5 5U8
Tabel 4.2 Denah RAL-Sederhana
Denah di atas mengacu pada pengambilan lotre, terdapat 24 lotre :
Kelompok 0 ml : 0U1,0U2,0U3,0U4,0U5,0U6,0U7, 0U8, 0U9
Kelompok 3 ml : 3U1, 3U2, 3U3, 3U4, 3U5, 3U6, 3U7, 3U8, 3U9
Kelompok 5 ml : 5U1, 5U2, 5U3, 5U4, 5U5, 5U6, 5U7, 5U8, 5U9
*Keterangan* : 3U6,
1. angka 3 didepan menyatakan Intervensi dalam ml
2. huruf U dan angka 6 dibelakang menyatakan Ulangan ke- 6
4.3 Populasi, Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus).besar atau
tikus putih (Rattus norvegicus) dikenal memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan tikus kecil, yaitu lebih mudah dibiakan dan lebih mudah dimanipulasi secara
genetik, lebih mudah diamati karena mereka kurang agresif, ukuran yang lebih
proporsional. Selain itu tikus secara biologis mirip dengan manusia dan memiliki
respon biologis yang mirip dengan manusia. Tikus juga cocok untuk penelitian
berbagai masalah kesehatan yang sama pada manusia. Sebagai tambahan, peneliti
dapat dengan mudah mengontrol lingkungan sekitar hewan (makanan, suhu, cahaya,
dll), yang mungkin akan sulit dilakukan pada manusia (Tyas, 2010). Struktur kulit
tikus juga menyerupai struktur kulit manusia dengan ketebalan epidermis 0,07 mm,
sedangkan dermis bervariasi antara < 0,5 – 5 mm (Binasari, 2011).
37
4.3.2 Sampel
Sampel menggunakan tikus putih (rattus norvegicus) berjenis galur wistar
yang dipilih dengan Random Sampling dan memiliki spesifikasi atau kriteria sebagai
berikut :
1. Usia dewasa (75-90 hari)
2. Berjenis kelamin jantan
3. Berat badan rata rata normal 150-200 gram
4. Sehat
Kriteria Drop Out :
1. Tikus sakit selama proses perlakuan
2. Tikus mati selama proses perlakuan
3. Diberikan 10% sampel tambahan
4.3.3 Besar Sampel
perhitungan besar sampel pada pnelitian ini menggunakan rumus
(t-1)(r-1)≥15. (Hidayat, 2007)
Keterangan
t = kelompok perlakuan
r = jumlah pengulangan perlakuan (replikasi)
Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok perlakuan tikus putih, oleh karena
itu berarti perhitungannya adalah sebagai berikut:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1) ≥ 15
3r-3-r+1 ≥ 15
2r-2 ≥ 15
38
2r ≥ 15+2
r ≥ 17/2
r ≥ 8,5
Dari rumus tersebut diperoleh jumlah ulangan (replikasi) untuk masing-
masing perlakuan adalah 8 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dan jumlah perlakuan
adalah tiga. Jadi jumlah keseluruhan sample yang harus digunakan untuk semua
perlakuan pada penelitian ini adalah sebanyak 24 ekor tikus. Dan ditambahkan
dengan kriteria dropout sekitar 10% dari perhitungan replikasi yaitu 0,9 atau 1 ekor
4.4 Variabel Penelitian
4.4.3 Variabel Bebas
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pemberian minyak
zaitun.
4.4.4 Variabel Tergantung
Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah optimalisasi
penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (rattus norvegicus).
Tabel 4.5 Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional
Indikator Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data
Variabel independen : Minyak Zaitun
Minyak dari pohon zaitun untuk menyembuhkan luka bakar derajat IIA pada tikus putih dengan bentuk olesan dengan dosis (ml) yang bervariatif
Ukuran dosis mencapai 3 ml dan 5 ml pada indikator ukur spuit
Spuit 3 ml dan 5 ml
Telah diberikan dosis 3 ml dan 5 ml dengan 2x pemberian perhari
Variabel Penyembuhan luka bakar
Lama Hari kesembuha
Frekuensi kesembuha
Hari Kesembuhan
Numerik
39
Dependen :
Lama penyembuhan luka bakar derajat IIA
derajat IIA menurut literatur (Majid dan Prayogi, 2013) memerlukan
waktu ±14 hari dan dihitung dari pembuatan luka bakar
n tikus putih dan tanda Luas luka mulai mengecil atau menyusut dan dihitung secara berkala dari hari perhari hingga hari terakhir
n tikus putih dengan
lama ±14 hari dan Jangka Sorong, milimeter blok
spontan tikus putih dan dilihat tanda Penyusutan Luas luka diukur dengan satuan mm2 perharinya dan terakhir dilihat pada hari ke berapakah penyembuhan spontan terjadi
(Rasio)
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dilaboratorium kimia universitas muhammadiyah malang
dan waktu penelitian dimulai dari bulan april hingga mei 2018.
4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian
4.7.1 Alat dan Bahan
- Kandang tikus 40 x 25 cm : 28 buah
- Kawat penutup kandang : 28 buah
- Kawul : 7 Pack
- Air minum : 13 liter
- Botol air hewan : 30 buah
- Pakan tikus (Br 1) : 20 kg
- Minyak Zaitun : 2 Liter
- Termometer Air : 1 Buah
40
4.7.2 Pembuatan Luka Bakar Derajat IIA
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan logam kuningan berdiameter
20 mm yang dicelupkan kedalam air mendidih 100°C (diukur dengan termometer air)
selama ± 3 menit, dan sebelumnya area kulit yang akan di paparkan logam panas
telah didesinfeksi terlebih dahulu dengan alkohol swab kemudian dilakukan anastesi
menggunakan spray anti nyeri dengan cara disemprotkan langsung pada bagian kulit
dan setelah 30 detik pengecekan reaksi anastesi tersebut dengan cara pemberian
stimulasi benda tajam pada daerah yang akan di beri luka dan setelah logam kuningan
berukuran 20 mm dicelupkan selama ± 3 menit kemudian tempelkan logam tersebut
pada area bokong tikus bagian atas yang sudah dicukur bulunya dan sudah
didesinfeksi serta sudah diberi anastesi. (tempelkan selama 15 detik), dan terakhir
observasi luka hingga 15 menit kemudian pemberian perlakuan sesuai SOP
4.7.3 Perawatan Luka Bakar
Alat dan Bahan
1. Handscoon steril : 1 pasang
2. Pinset anatomis dan pinset cirurgis
3. Kassa steril : 7 pack
4. Cotton buds : 1 pack
5. Bak instrument : 1 buah
6. Bengkok : 2 buah
5. Kom steril : 1 buah
6. Cucing : 2 buah
7. Spuit 5 dan 3ml: 5 buah
8. Cairan NS 500 ml : 2 botol
9. Minyak zaitun :2 Liter
41
10. Kantung plastik untuk sampah : 1 Pack
Tabel 4.6.Tindakan Perawatan Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih
1. Cuci tangan
2. Buka semua peralatan
3. Tempatkan perlak yang dilapisi kain di bawah luka yang akan dirawat.
4. Atur posisi tikus senyaman mungkin sehingga memudahkan terapi.
5. Tempatkan bengkok dan plastik terbuka dekat dengan luka yang akan
dirawat.
6. Ambil dua buah cucing dengan menggunakan korentang
7. Isi salah satu cucing dengan larutan NaCl 0,9% atau normal saline
8. Pakai sarung tangan steril
9. Ambil pinset anatomis ditangan kanan dan cirurgis ditangan kiri.
10. Ambil kassa steril pada kom steril dengan menggunakan pinset cirurgis.
11. Masukkan/ rendam kassa steril ke dalam cucing yg berisi larutan NaCl
0,9%
12. Peras kassa pada bengkok, lalu letakan kassa steril yang sudah diperas
kedalam cucing yang tidak berisi larutan NaCl 0,9%
13. Ambil kassa yang sudah diperas dengan menggunakan pinset cirurgis
kemudian pindahkan ke pinset anatomis tanpa bersentuhan.
14. Bersihkan luka dengan kassa steril yang sudah dibasahi NaCl 0,9%
15. Bersihkan dari atas ke bawah atau dari arah luar ke dalam.
16. Buang Kassa steril habis pakai ke bengkok tempat sampah.
17. Keringkan luka dengan kassa kering dengan gerakan yang sama.
18. Tambahkan minyak zaitun 3 ml atau 5 ml kemudian diratakan dalam
42
kassa sehingga minyak zaitun tidak menyebar dan terbuang. dan itu untuk
kelompok perlakuan (A,B) luka bakar derajat IIA dan untuk kelompok
kontrol (K) area luka hanya dirawat dengan dibersihkan sampai prosedur
pemberian NaCl 0,9% dalam proses terapinya.
19. Balut luka dengan kassa yang telah didalamnya tertampung minyak zaitun
dan ini juga dapat menghindari kontaminasi luka dari virus atau bakteri
dari luar
20. Letakkan tikus sesuai dengan tempat atau nomor kandangnya.
21. Dokumentasikan keadaan luka
22. Rapikan peralatan dan buka sarung tangan.
23. Cuci tangan.
Pengukuran Penyembuhan (dengan Pengukuran Luas Luka)
Pengukuran ini dilakukan setelah dilakukannya pembuatan luka bakar (untuk
hari pertama) dan hari selanjutnya hingga hari ke 16, akan dilakukan setiap pagi
sebelum pemberian intervensi pada luka bakar. Sebagai berikut prosedur
pengukurannya :
Tabel 4.7 SOP Pengukuran Luas Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan bersih
3. Posisikan tikus senyaman mungkin hingga membuat tikus tidak bergerak-
gerak.
4. Tempelkan plastik mika.
5. Luas luka digambar/ diblok pada plastik mika sesuai dengan bentuk luka
yang ada.
43
6. Kertas mika ditempelkan pada millimeter blok
7. Dan luas luka diukur dengan jangka sorong untuk pengukuran diameter.
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
4.7.4 Lembar Observasi Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus
putih (Rattus Norvegicus)
Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 1
4.8 Prosedur Penelitian
1. Pemeliharaan Tikus
Tikus dipelihara selama 16 hari setelah masa adaptasi 7 hari. tikus putih
(Rattus norvegicus) ditempatkan dalam sebuah kotak kandang dengan ukuran luas 1000
cm2.Setiap kandang hanya untuk satu ekor tikus.Kandang tikus dilengkapi dengan
kawat penutup, kawul, air minum dan pakan tikus.Sekam kayu diganti setiap 3 hari
sekali agar tetap kering dan tidak lembab. Semua tikus baik kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan mendapatkan cara pemeliharaan yang sama dengan pemberian
makan dan minum sesuai dengan kebutuhan makan dan minum tikus dewasa.
2. Pelaksanaan
Sampel dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari
9 ekor tikus yang sebelumnya telah dilakukanrandomisasi dengan rancangan acak
lengkap menggunakan sistem lotre. Pembagian kelompok berdasarkan uraian berikut:
1. Kelompok I disebut sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 8 ekor
44
tikus dengan luka bakar derajat IIA (hasil rekayasa) tanpa diberi minyak
zaitun.
2. Kelompok II sebagai kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 ekor tikus
dengan luka bakar derajat II setelahnya selang beberapa waktu diberi
minyak zaitun secara oles dengan frekuensi 2 kali (3 ml) pengolesan
dalam sehari.
3. Kelompok III sebagai kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 ekor tikus
dengan luka bakar derajat II setelahnya selang beberapa waktu diberi
minyak zaitun secara oles dengan frekuensi 2 kali (5 ml) pengolesan
dalam sehari.
Dalam pelaksanaan, kelompok tikus putih tidak di kumpulkan sesuai
kelompok perlakuannya karena sebelumnya telah dilakukan randomisasi atau
pengacakan dan setiap kandangnya telah diberikan label yang sesuai hasil lotre.
45
4.9 Skema Penelitian
Gambar 4.9 Skema penelitian
24 ekor tikus putih (Rattus Norvegicus)
Adaptasi selama 7 hari
Proses pencukuran bulu dan pembuatan luka bakar derajat IIA di bagian bokong atas tikus
putih
Pengacakan atau randomisasi
Setelah 15 menit pembuatan luka lakukan perlakuan
Kelompok K Diberikan
pemeliharaan dan rawat luka tanpa diberikan perlakuan minyak
zaitun
Kelompok A Diberikan
pemeliharaan dan rawat luka dengan diberikan
perlakuan minyak zaitun 3ml 2x/hari
Kelompok B Diberikan
pemeliharaan dan rawat luka dengan diberikan
perlakuan minyak zaitun 5ml 2x/hari
Dan pemberian perlakuan selama 16 hari dan diobservasi selama 1 hari sekali ketika
pemberian perlakuan dipagi hari
Pengumpulan Data
Analisa data
Penulisan hasil dan bahasan
46
4.10 Analisis Data
Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel numeric dengan
skala data rasio,yaitu variabel tergantung (lamapenyembuhan luka bakar derajat IIA).
Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan :
1. Uji Normalitas, untuk mengetahui normal tidaknya sampel yang tidak lain
sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis.
2. Uji homogenitas menggunakan uji varian bartlett untuk mengetahui
kehomogenan varian dari data-data yang diperoleh dengan menguji tiga
kelompok data perlakuan. Varian dinilai homogen jika p>0,05
3. Uji one way anova adalah varian untuk satu variabel independent. Analisa
varian satu variabel independent digunakan untuk menentukan apakah
rata- rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata. Uji ini dilakukan
terhadap tiga kelompok perlakuan. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi
dalam melakukan analisis ini adalah penyebaran sampel normal dengan
ragam populasi homogen.
4. Uji Beda Rerata (Uji Beda Nyata Jujur) adalah untuk mengetahui status
hipotesis tentang pengaruh tingkat faktor atau perlakuan-perlakuan
terhadap nilai-nilai pengamatan data hasil percobaan. Uji ini dikalukan
apabila hasil analisis ragam minimal berpengaruh nyata. Uji bedanyata
jarak dilakukan terhadap tiga kelompok perlakuan dengan tiga kelompok
perlakuan sebagai kelompok pembanding. Dalam menentukan perlakuan
yang terbaik, langkah-langkah yang perlu dilewati adalah:
1. Melihat kelompok perlakuan dengan nilai rata-rata tertinggi.
2. Melihat pada kelompok perlakuan tersebut diikuti notasi (huruf).
47
3. Melihat kelompok perlakuan mana saja yang diikuti huruf tersebut.
4. Perhatikan dan pertimbangkan secara logis perlakuan mana yang
terbaik.
Uji analisis tersebut menggunakan program SPSS 2.1for Windows dengan nilai
probabilitas 0,05 dan angka kepercayaan 95% (Hidayat, 2007).
4.11 Etika Penelitian
Masalah etik merupakan masalah yang sangat komplek dan sering menjadi
perhatian publik. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental, yaitu penelitian
yang dilakukan pada hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar.
Penggunaan sampel berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar karena meningat
tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar merupakan tikus besar yang dikenal memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan tikus kecil atau mencit (mice), yaitu lebih mudah
untuk diamati karena kurang agresif, memiliki ukuran tubuh yang lebih proporsional
dan secara biologis memiliki respon yang mirip dengan manusia. Tikus cocok untuk
berbagai masalah kesehatan yang sama pada manusia. Sebagai tambahan, peneliti
dapat dengan mudah mengontrol lingkungan sekitar hewan (makanan, suhu,
cahaya,dll), yang mungkin sulit dilakukan pada manusia (Karyn, 2009; Tyas, 2010).
Struktur kulit tikus juga menyerupai struktur kulit manusia dengan ketebalan
epidermis 0,07mm, sedangkan dermis bervariasi antara < 0,5 – 5 mm
(Musfirah,2006). Maka dari uraian diatas peneliti akan melaksanakan uji etik di
kawasan akademik Universitas Muhammadiyah Malang