bab iv integrasi sosial masyarakat wotay 4.1. pengantar. · bab iv integrasi sosial masyarakat...

22
BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi sosial. Dalam perspektif ini, budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian integrasi sosial masyarakat Wotay. Dengan mengacu pada nilai-nilai penting yang terkandung dalam moritari, penulis membahas bagaimana nilai-nilai penting moritari dapat menggerakkan terwujudnya integrasi sosial masyarakat Wotay. Integrasi sosial masyarakat Wotay bukan suatu proses yang mudah dalam konteks perubahan sosial yang sedang dialami masyarakat setempat. Oleh karena itu, penulis juga memaparkan tantangan-tantangan integrasi sosial masyarakat Wotay. Sehingga bab ini akan membahas dua topik utama yaitu moritari: pemaknaannya bagi masyarakat Wotay, moritari: tantangan integrasi sosial masyarakat Wotay. 4.2. Moritari: Pemaknaannya Bagi Masyarakat Wotay. Moritari merupakan budaya masyarakat Wotay yang hanya dapat berfungsi dengan baik jika dimaknai dengan baik oleh masyarakat penganutnya. Sebagai sebuah sistem budaya, pemaknaan terhadap moritari berdampak bagi pelaksanaan bentuk-bentuk moritari dalam pergaulan hidup masyarakat setempat. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, moritari memiliki nilai-nilai penting 1 yang mengandung dua makna terdalam. Pemaknaan terdalam moritari identik dengan pemaknaan atas kebenaran dan kebaikan hidup bersama berdasarkan sejarah masyarakat Wotay. Kebenaran dan kebaikan bagi masyarakat setempat dinyatakan melalui perilaku yang tidak bertentangan dengan adat- 1 Lih. hlm 62-67.

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

BAB IV

INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY

4.1. Pengantar.

Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi sosial. Dalam

perspektif ini, budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian integrasi

sosial masyarakat Wotay. Dengan mengacu pada nilai-nilai penting yang terkandung dalam

moritari, penulis membahas bagaimana nilai-nilai penting moritari dapat menggerakkan

terwujudnya integrasi sosial masyarakat Wotay. Integrasi sosial masyarakat Wotay bukan

suatu proses yang mudah dalam konteks perubahan sosial yang sedang dialami masyarakat

setempat. Oleh karena itu, penulis juga memaparkan tantangan-tantangan integrasi sosial

masyarakat Wotay. Sehingga bab ini akan membahas dua topik utama yaitu moritari:

pemaknaannya bagi masyarakat Wotay, moritari: tantangan integrasi sosial masyarakat

Wotay.

4.2. Moritari: Pemaknaannya Bagi Masyarakat Wotay.

Moritari merupakan budaya masyarakat Wotay yang hanya dapat berfungsi dengan

baik jika dimaknai dengan baik oleh masyarakat penganutnya. Sebagai sebuah sistem budaya,

pemaknaan terhadap moritari berdampak bagi pelaksanaan bentuk-bentuk moritari dalam

pergaulan hidup masyarakat setempat. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, moritari

memiliki nilai-nilai penting1yang mengandung dua makna terdalam.

Pemaknaan terdalam moritari identik dengan pemaknaan atas kebenaran dan kebaikan

hidup bersama berdasarkan sejarah masyarakat Wotay. Kebenaran dan kebaikan bagi

masyarakat setempat dinyatakan melalui perilaku yang tidak bertentangan dengan adat-

1Lih. hlm 62-67.

Page 2: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

75

istiadat. Moritari sebagai bagian dari adat-istiadat masyarakat Wotay dimaknai sebagai

budaya yang mengandung kebenaran tersebut. Karena itulah, jika masyarakat Wotay sudah

tidak lagi memaknai dengan baik moritari, maka perilaku tersebut identik dengan sikap

menentang kebenaran sejarah masyarakat Wotay dan menolak kebaikan hidup bersama.

Di samping makna tersebut di atas, makna terdalam moritari adalah budaya yang hadir

untuk merawat hidup. Ciri khas moritari sebagai budaya yang merawat hidup tercermin dari

peran moritari untuk menjaga eksistensi masyarakat sekitar, dimulai sejak zaman leluhur

yang hidup terisolasi di Pulau Nila hingga pascaperpindahan ke pemukiman baru yang lebih

terbuka di Pulau Seram. Ciri khas itu menjadi bagian integral dalam diri setiap anggota

masyarakat Wotay. Jati diri masyarakat Wotay tidak lepas dari filosofi dibalik nama Desa

Wotay yang dalam bahasa setempat dikenal dengan Negeri Letwori Rei’syara artinya negeri

yang menghimpun dan menghidupkan masyarakat. Sebagai komunitas yang mendiami negeri

yang menghimpun dan menghidupkan, merupakan tanggung jawab masyarakat Wotay untuk

mewujudkan identitas mereka dalam tindakan aktual.

Kekayaan nilai moritari dapat berfungsi untuk menciptakan integrasi sosial masyarakat

Wotay. Menurut Ralph Linton, integrasi sosial adalah proses perkembangan progresif dalam

rangka mewujudkan persesuaian yang sempurna antara unsur-unsur yang secara bersama

mewujudkan persesuaian universal.2 Sedangkan Soetrisno Kutoyo mendefinisikan integrasi

sosial sebagai gambaran tentang terjadinya pembauran warga masyarakat menjadi satu

kesatuan yang utuh dan bulat ke dalam satu kesatuan sosial. Dikatakan juga bahwa integrasi

sosial atau integrasi masyarakat tidak lain adalah membuat masyarakat menjadi satu kesatuan

yang utuh atau bulat.3

Mengacu pada definisi di atas, terlihat bahwa integrasi sosial menitikberatkan proses

perkembangan masyarakat, adanya pembauran antar warga masyarakat yang saling berbeda,

2Linton, Antropologi: Suatu Penyelidikan…, 266. 3Kutoyo, Sosiologi…, 144.

Page 3: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

76

terjadinya penyesuaian di antara unsur-unsur masyarakat yang berbeda itu, hingga akhirnya

mencapai satu kebulatan atau kesatuan masyarakat. Dengan kata lain, integrasi sebagai proses

dan hasil kehidupan sosial merupakan alat yang bertujuan mengadakan suatu keadaan

homogen, yang mana jika homogenitas itu tercapai maka akan tercapai keberlangsungan

hidup masyarakat.

Jika memperhatikan konteks masyarakat Wotay masa kini, maka akan ditemukan

adanya keanekaragaman kultural masyarakatnya. Komposisi masyarakat Wotay yang terdiri

dari warga asli dan warga pendatang, baik warga yang menetap di Wotay karena ikatan dinas,

warga yang mengalami perkawinan campur, serta warga korban konflik sosial Maluku tahun

1999-2002, memperlihatkan adanya tingkat heterogenitas tersebut. Mengacu pada perspektif

integrasi, realitas ini memungkinkan terjadinya proses pembauran unsur-unsur yang berbeda

dalam masyarakat setempat. Pembauran tersebut dimaksudkan agar anggota masyarakat

Wotay yang berbeda itu dapat menyesuaikan diri satu sama lain sehingga pada akhirnya

menciptakan keadaan masyarakat yang homogen, yang mana homogenitas tersebut

bermanfaat bagi keberlangsungan hidup masyarakat Wotay.

Keragaman masyarakat Wotay ini bila tidak dikelola dengan bijak akan memicu

konflik. Menurut Astrid Susanto,4integrasi sosial dan konflik adalah gejala sosial yang saling

berkaitan karena proses integrasi adalah sekaligus proses disorganisasi dan disintegrasi, di

mana proses itu diawali dengan disorganisasi. Disorganisasi merupakan proses memudarnya

nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan disintegrasi adalah memudarnya

kesatuan dalam organisasi dan solidaritas kolektif, golongan/kelompok dalam masyarakat.

Merujuk pada perspektif tersebut, dapat dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab konflik

dalam masyarakat disebabkan oleh memudarnya nilai dan norma yang dipegang bersama.

Dalam masyarakat yang masih berpegang pada adat-istiadat, nilai dan norma itu banyak

4Susanto, Pengantar Sosiologi…, 122.

Page 4: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

77

terkandung di dalam budaya lokal. Jika dikaitkan dengan konteks hidup masyarakat Wotay,

maka terjadinya segregasi dan konflik juga dipengaruhi oleh memudarnya nilai-nilai moritari

khususnya di kalangan generasi muda. Akibat dari memudarnya nilai-nilai moritari itu

sendiri turut mempengaruhi solidaritas yang terbentuk antar anggota masyarakat maupun

antar generasi masyarakat Wotay.

Kondisi di atas terbukti dengan adanya perbedaan sikap masyarakat Wotay dalam

berbagai aktivitas moritari. Perbedaan sikap dimaksud tidak hanya bersifat eksternal

mencakup masyarakat asli dan masyarakat pendatang, tetapi juga bersifat internal mencakup

perbedaan sikap di antara generasi masyarakat asli Wotay. Terkait dengan perbedaan sikap

antar masyarakat asli Wotay dengan masyarakat pendatang, ditemukan bahwa masyarakat

pendatang dinilai tidak memiliki pemahaman yang baik tentang moritari dibanding

masyarakat asli Wotay. Sedangkan dalam masyarakat asli Wotay sendiri generasi tua dinilai

masih mempertahankan moritari dalam berbagai aktivitas, sedangkan generasi muda

cenderung mengabaikannya. Merujuk pada pandangan Susanto dikatakan bahwa makin tinggi

konflik intra kelompok, makin kecil integrasi. Sebaliknya makin besar permusuhan dengan

kelompok luar (out-group/theygroup), makin besar integrasi (in-group solidarity).5

Meminjam pandangan William Graham Sumner,6disebutkan juga bahwa orang cenderung

mempertentangkan kelompoknya sendiri (in-groups) dengan kelompok luar (out-groups)

sehingga melahirkan etnosentrisme. Hal ini berdampak pada solidaritas yang terbentuk di

antara mereka.

Berdasarkan pemaparan data pada bab sebelumnya, diketahui bahwa masyarakat

Wotay memiliki dua perspektif berbeda dalam memandang kehadiran anggota komunitas lain

pada aktivitas moritari. Selain dianggap dapat mempengaruhi munculnya konflik, orang luar

atau masyarakat pendatang justru memiliki pengaruh besar bagi perkembangan masyarakat

5Susanto, Pengantar Sosiologi…, 122. 6Sumner, Folkways…, 12.

Page 5: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

78

Wotay. Hal ini dibuktikan oleh adanya partisipasi masyarakat pendatang untuk pembangunan

Desa Wotay yang dikerjakan dalam bingkai moritari. Kondisi tersebut tidak menimbulkan

sikap pertentangan atau permusuhan dari masyarakat Wotay terhadap masyarakat pendatang,

sebaliknya masyarakat setempat justru merangkum para pendatang dalam wilayah adat atau

tradisi yang berlaku di Wotay seperti tercermin dari keberadaan soa/matarumah (mutu).

Sikap penerimaan ini mengindikasikan bahwa solidaritas intra kelompok (in-group

solidarity) yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Wotay bukanlah solidaritas yang

bercorak permusuhan terhadap kelompok luar, sebaliknya itu merupakan solidaritas yang

merangkul dan menerima orang luar. Solidaritas dimaksud telah tercermin dalam moritari

yang tergambar dari sikap dan kepedulian masyarakat sekitar untuk siap-sedia memberikan

pertolongan terhadap saudara-saudara mereka yang membutuhkan bantuan dan dukungan.

Nilai solidaritas tersebut menjadi penanda relasi dengan sesama anggota masyarakat yang

terdiri dari elemen-elemen berbeda, namun berinteraksi secara bersama di dalam lingkungan

Desa Wotay. Situasi ini merupakan faktor penting yang dapat meminimalisir segregasi atau

konflik dalam berbagai aktivitas hidup masyarakat Wotay.

Merujuk pada perspektif Durkheim tentang prinsip totem yang berkaitan dengan

kesadaran kolektif dan pembentukan solidaritas kelompok dikatakan bahwa dalam

masyarakat tradisional, satu kelompok yang memiliki kedudukan istimewa adalah marga.

Anggota-anggota marga terikat oleh hubungan kekerabatan yang khas, yang tidak melulu

terbentuk karena ikatan darah melainkan secara kolektif mereka ditandai dengan nama atau

kata yang sama. Anggota kelompok marga menganggap satu sama lain sebagai bagian dari

keluarga karena mereka memegang tanggung jawab timbal-balik yang identik, yang telah

ditanamkan kepada setiap anggota marga.7

7Durkheim, The Elementary Forms…, 155.

Page 6: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

79

Dalam kehidupan adat masyarakat Wotay soa/matarumah (soa/matarumah

Fotayten’na dan soa/matarumah Sereral’na) merupakan kelompok tradisional atau kelompok

adat yang memiliki kedudukan istimewa. Dikatakan istimewa karena kelompok

soa/matarumah memainkan peran besar untuk menghimpun persekutuan dan menjaga

ketertiban hidup masyarakat Wotay. Anggota kelompok ini adalah setiap anggota masyarakat

Wotay yang terikat dalam hubungan kekeluargaan yang sangat khas, bukan karena adanya

ikatan darah atau kesamaan latar kultural, melainkan karena mereka dikenal dengan nama

yang sama yaitu sebagai orang Wotay.

Jika memperhatikan realitas masyarakat Wotay, maka dapat dikatakan bahwa

soa/matarumah di Wotay memiliki totem dalam arti sistem, kepercayaan kelompok, tanda,

arti, representasi, dan penandaan yang melekat pada setiap anggotanya. Dalam konteks

masyarakat Wotay unsur-unsur itu telah tertuang di dalam moritari. Karena moritari

memiliki arti budaya persekutuan hidup yang rukun dalam bingkai kekeluargaan, maka

moritari menjadi totem kelompok yang dipercayai oleh masyarakat Wotay sebagai media

yang ampuh untuk merawat relasi setiap anggota soa/matarumah sekaligus seluruh anggota

masyarakat Wotay. Moritari sebagai budaya masyarakat Wotay sekaligus menjadi

representasi dari orang-orang Wotay, sehingga eksistensi masyarakat Wotay tanpa moritari

adalah penyangkalan terhadap sistem kepercayaan, solidaritas kelompok, dan identitas

dirinya.

Durkheim mengemukakan bahwa dalam kehidupan sosial, masyarakat memberikan

pengaruh moral atas individu. Hal ini karena masyarakat dan individu merupakan dua bagian

yang berbeda. Masyarakat dipandang sebagai yang superior di mana individu

menggantungkan kepercayaannya. Masyarakat dan individu memiliki tujuan yang berbeda-

beda, namun karena masyarakat tidak dapat mencapai tujuannya tanpa kerjasama dari

individu maka masyarakat mengikat individu dengan segala bentuk privasi dan kekangan

Page 7: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

80

demi tercapainya kehidupan sosial. Oleh karena itu, individu harus patuh terhadap aturan-

aturan tingkah laku tersebut yang sebenarnya bertentangan dengan keinginan dasariah

individu. Masyarakat menjadi objek rasa hormat individu, sehingga dapat dikatakan bahwa

masyarakat memberikan daya moral atas individu. Daya moral itulah yang akhirnya

membentuk kesadaran kolektif individu.8

Terkait dengan perspektif tersebut, terwujudnya kehidupan sosial masyarakat Wotay

tidak lepas dari tanggung jawab individu untuk turut terlibat di dalamnya. Setiap anggota

masyarakat Wotay memiliki andil dalam aktivitas moritari. Jika individu/anggota masyarakat

lalai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam aktivitas moritari atau melakukan suatu

tindakan amoral, maka individu tersebut dianggap tidak hidup sesuai moritari sehingga

menimbulkan adanya sanksi sosial terhadap individu tersebut. Sanksi sosial itu dipercayai

oleh masyarakat Wotay baik berupa kegagalan atau kemalangan dalam aktivitas individu

maupun berbagai sanksi adat.

Solidaritas yang tumbuh antar anggota masyarakat Wotay sangat berkaitan dengan

kerja masyarakat setempat. Kenyataan tersebut terlihat dari perjumpaan para leluhur

masyarakat Wotay di sebuah pulau kecil yang terisolir bernama Pulau Nila, yang

menghubungkan mereka untuk saling bekerjasama mempertahankan eksistensi hidup. Hal

serupa juga berlanjut dalam perjumpaan antara masyarakat asli Wotay dengan masyarakat

pendatang di Pulau Seram. Terkait dengan hal ini, menurut Durkheim masyarakat terintegrasi

dalam pembagian kerja yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan solidaritas mereka.

Dikatakan pula bahwa masyarakat yang tradisional/primitif masih menganut solidaritas

organis yang ditandai dengan tingkat homogenitas yang tinggi. Sedangkan masyarakat

modern/maju menganut solidaritas mekanis yang ditandai dengan adanya pembagian kerja.9

8Durkheim, The Elementary Forms…, 328. 9Durkheim, The Division of Labor…, 158-152.

Page 8: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

81

Mengacu pada perspektif evolusioner yang dikemukakan oleh Rahardjo,10

dapat dikatakan

bahwa masyarakat Wotay adalah masyarakat desa yang sedang mengalami perkembangan

dari masyarakat tradisional menuju masyarakat postmodern. Hal tersebut disebabkan karena

selain masih memegang teguh nilai-nilai tradisional, masyarakat Wotay masa kini juga telah

tersentuh dengan kemajuan sebagai dampak dari postmodernisasi. Dalam paradigma inilah,

masyarakat Wotay terintegrasi karena adanya kesalingtergantungan di antara unsur-unsur

masyarakat yang berbeda guna mencapai tujuan bersama. Karena itulah, solidaritas yang

terbentuk di antara mereka bukan disebabkan adanya kesamaan antar anggota masyarakat,

melainkan karena tujuan objektif bersama.

Adapun tujuan objektif bersama yang dimaksudkan ialah tercapainya pembangunan

masyarakat Wotay secara menyeluruh. Dikatakan secara menyeluruh karena dampak dari

pembangunan itu sendiri tidak hanya menyentuh kehidupan masyarakat asli Wotay, tetapi

juga warga pendatang yang tinggal di Wotay. Di samping itu, pembangunan dimaksud tidak

hanya berorientasi di bidang sosio-ekonomi, tetapi juga bidang religius masyarakat setempat.

Hal ini disebabkan karena kandungan nilai-nilai moritari sangat berperan besar dalam

memupuk ikatan sosio-religius masyarakat Wotay sebagai masyarakat adat sekaligus jemaat

Kristen.

Solidaritas kelompok yang telah terbina di antara anggota masyarakat Wotay

mendorong mereka untuk saling berinteraksi dan berintegrasi. Meskipun demikian, untuk

mencapai integrasi sosial bukanlah sebuah proses yang mudah. Terdapat tahapan-tahapan

yang harus dilalui oleh individu/kelompok untuk dapat berintegrasi satu dengan lainnya.

Menurut Susanto,11

integrasi sosial dapat melalui empat fase atau tahapan yaitu fase

akomodasi, fase kerjasama (cooperation), fase koordinasi (coordination), dan fase asimilasi.

Susanto menyebutkan bahwa dasar dari proses integrasi itu sendiri adalah konsensus.

10Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan…, 188-189. 11Susanto, Pengantar Sosiologi…, 123-128.

Page 9: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

82

Meminjam pandangan Marswadi Rauf,12

konsensus terjadi apabila ada kesepakatan dalam

hubungan antara dua orang/kelompok atau lebih yang ditandai dengan ditemukannya

kemungkinan-kemungkinan di dalam diri semua pihak untuk mengadakan perubahan

terhadap pendapat yang dianutnya dengan bersedia menerima pendapat dari pihak lain.

Adapun konsensus yang dipegang bersama oleh masyarakat Wotay sebagai dasar interaksi

mereka ialah budaya moritari. Hal ini disebakan karena moritari mengandung nilai-nilai yang

sifatnya universal, tidak hanya bermanfaat secara internal meliputi masyarakat asli Wotay,

tetapi juga secara eksternal meliputi masyarakat pendatang.

Fase akomodasi sebagai tahapan awal integrasi oleh Ogburn dan Nimkoff13

diartikan

dengan kerjasama aktual individu atau kelompok terlepas dari perbedaan atau permusuhan.

Sedangkan fase kerjasama (cooperation) diartikan sebagai suatu bentuk proses sosial di mana

dua atau lebih perorangan/kelompok mengadakan kegiatan bersama guna mencapai tujuan

bersama. Dikatakan juga bahwa melalui cara ini masyarakat mikro maupun makro,

masyarakat lokal, nasional, dan internasional dapat mempertahankan eksistensinya dan

sekaligus juga menambah kemajuannya. Mengacu pada perspektif ini, dapat dikatakan bahwa

sebuah kerjasama memerlukan kebersatuan unsur-unsur yang ada di dalamnya.

Dalam konsep totemik sebagai sistem, kepercayaan kelompok, arti, representasi, dan

penandaan seperti yang dikemukakan oleh Durkheim14

dan yang telah dijelaskan oleh penulis

pada bagian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa moritari merupakan ideologi masyarakat

Wotay untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Jika diibaratkan sebagai bangsa Indonesia

yang tersusun atas keragaman masyarakatnya, maka pancasila sebagai ideologi bangsa

Indonesia mengandung nilai-nilai yang berfungsi bagi integrasi sosial bangsa Indonesia.

Masyarakat Wotay yang dapat diasosiasikan dengan miniatur Indonesia tersebut, juga

12Rauf, Konsensus dan Konflik…, 14.

13Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, A Handbook of Sociology…, 109.

14Durkheim, The Elementary Forms…, 155.

Page 10: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

83

memiliki ideologi yang dianut secara bersama-sama oleh masyarakat setempat yaitu moritari.

Di dalam ideologi moritari itu sendiri telah tertuang nilai-nilai penting yang berfungsi bagi

integrasi masyarakat Wotay. Karena kerjasama merupakan aspek penting yang ditekankan

dalam integrasi sosial masyarakat, maka dalam konteks masyarakat Wotay, moritari menjadi

ideologi pemersatu masyarakat setempat yang tersusun atas elemen-elemen berbeda. Moritari

menyatukan setiap komponen masyarakat Wotay dengan berbagai kekuatan yang dimiliki

demi membangun hidup secara bersama-sama. Moritari dapat membebaskan masyarakatnya

dari pola berpikir parsial berdasarkan fanatisme suku, ras, dan ikatan darah.

Kerjasama yang dimaksud dalam konteks hidup masyarakat Wotay telah berlangsung

cukup lama, dimulai dari realitas para leluhur di lakpona hingga terus bertahan

pascaperpindahan ke pemukiman baru. Dalam konteks keberagaman masyarakat Wotay masa

kini, kerjasama itu masih tetap berlangsung namun dengan cara yang lebih modern untuk

tujuan yang lebih luas. Kondisi ini terlihat dari sistem gotong-royong masyarakat Wotay yang

tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, tetapi juga untuk membangun

desa. Mengacu pada pendapat Hendropuspito, dikatakan bahwa dalam fase kerjasama nilai

sosial yang tumbuh karena pertalian darah dapat menumbuhkan rasa persatuan dan

persaudaraan yang makin kuat.15

Dalam konteks masyarakat Wotay, berlangsungnya

kerjasama antar elemen masyarakat yang berbeda itu selalu dilihat dalam nuansa

persaudaraan. Hal ini dikarenakan moritari sebagai ideologi bersama mengandung nilai

solidaritas yang tidak harus tumbuh karena adanya hubungan darah. Sebagai masyarakat yang

ditandai dengan budaya moritari, setiap anggota masyarakat Wotay memandang satu sama

lain sebagai saudara yang saling menolong dalam situasi apapun.

Kerjasama antara masyarakat asli Wotay dengan masyarakat pendatang telah

berlangsung cukup lama hingga menyentuh berbagai eksistensi masyarakat setempat, dan

15Hendropuspito, Sosiologi…, 236.

Page 11: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

84

akhirnya menimbulkan situasi di mana individu atau kelompok mengharapkan dan

mempunyai kesediaan untuk bekerjasama. Mengacu pada kebiasaan kerjasama masyarakat

Wotay yang telah cukup lama terbentuk itulah, melahirkan situasi di mana setiap unsur

masyarakat Wotay merasa membutuhkan satu dengan yang lain. Dalam kondisi ini,

masyarakat setempat berada dalam fase koordinasi yakni terjadinya penyatupaduan sasaran-

sasaran dan kegiatan-kegiatan dari bagian atau bidang fungsional dari suatu kelompok. Dapat

dikatakan juga bahwa koordinasi berfungsi untuk mengadakan kesatuan, keterpaduan, serta

keharmonisan di antara pihak-pihak yang saling bekerjasama.

Seperti yang telah dikemukakan, kerjasama yang terbina di antara masyarakat Wotay

telah menyentuh berbagai eksistensi hidup masyarakat setempat, termasuk di bidang

ekonomi. Jika mengacu pada perspektif di atas serta memperhatikan pandangan Durkheim

tentang solidaritas mekanis dalam kaitannya dengan pembagian kerja,16

maka terlihat bahwa

dalam masyarakat yang heterogen solidaritas organis yang timbul karena adanya

kesalingtergantungan menciptakan kesatuan dari keseluruhan bagian-bagian yang berbeda

dan saling berhubungan itu, sehingga masing-masing membantu mencapai tujuan

keseluruhan. Merujuk pada pandangan tersebut, masyarakat Wotay dalam konteks keragaman

penduduk serta keanekaragaman sumber daya yang dimiliki dapat saling bersinergi untuk

mencapai tujuan bersama. Masyarakat asli Wotay dengan sumber daya yang dimiliki sangat

diperlukan oleh masyarakat pendatang untuk menunjang kelangsungan hidupnya.Sebaliknya,

masyarakat pendatang dengan berbagai sumber daya yang dimiliki juga sangat diperlukan

oleh masyarakat Wotay untuk membangun hidup yang lebih layak.

Jika ditelusuri dari segi ekonomi, budaya moritari memiliki nilai ekonomis dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan perekonomian masyarakat Wotay.

Mengacu pada realitas hidup masyarakat Wotay masa kini, maka integrasi sebagai sebuah

16Durkheim, The Division of Labor…, 158-152.

Page 12: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

85

proses sosial merujuk pada proses penyatuan karakter serta penyesuaian-penyesuaian

terhadap kebutuhan bersama di tengah masyarakat yang lebih plural termasuk kebutuhan

ekonomi. Dalam pespektif seperti ini, dapat dikatakan bahwa terjadi benturan kebudayaan di

mana dari segi budaya, kerja masyarakat Wotay maupun masyarakat TNS sejak dahulu kala

lebih banyak mengarah pada bidang kelautan sehingga keberadaan komunitas ini di tengah-

tengah masyarakat yang kerjanya lebih berorientasi ke hutan menghendaki mereka untuk

secara cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan masyarakat sekitar.

Hal ini membuat masyarakat setempat mengalami perubahan yang sangat berarti. Meskipun

demikian tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan wilayah kerja tersebut turut berdampak

pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat yang hingga kini semakin baik.

Indikasi dari kesuksesan masyarakat baik masyarakat Wotay maupun masyarakat

TNS pada umumnya dapat ditemukan dalam kemampuan mereka mengelola lahan-lahan

pertanian yang dimiliki sehingga dapat memberikan hasil yang baik bagi peningkatan

ekonomi masyarakat setempat. Dalam kerangka ini, moritari memainkan perannya sebagai

wadah untuk mengakomodir dan mendistribusi berbagai kekuatan sehingga tercipta

keseimbangan antara warga yang berekonomi kuat dan lemah. Melalui moritari kelompok

masyarakat marginal menemukan makna kehadiran orang lain dalam kehidupan mereka.

Sebaliknya, kelompok masyarakat yang berkelebihan juga menemukan makna hidupnya

dalam perjumpaan dengan kelompok masyarakat lain yang kurang beruntung.

Pergaulan yang intensif antara masyarakat asli Wotay dengan warga pendatang yang

berlangsung cukup lama akan menghantarkan masyarakat setempat pada fase akhir dari

proses integrasi sosial yaitu fase asimilasi. Susanto mengartikan tahapan ini sebagai proses di

mana individu atau kelompok yang dahulunya tidak sama menjadi dikenal dalam

pembangunan dan cara berpikir. Dikatakan juga bahwa proses integrasi merupakan proses

dua arah (two-ways process), yang mana dari segi pendatang atau kelompok yang mengalami

Page 13: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

86

pengintegrasian terjadi proses belajar yaitu belajar peraturan-peraturan yang formal sekaligus

belajar norma-norma masyarakat yang dimasuki. Sementara itu, dari segi penerima

diperlukan pengakuan bahwa individu atau kelompok pendatang sudah sama dengan dirinya,

sehingga pendatang sudah sama dengan anggota in-group.17

Terkait dengan pandangan ini,

menurut hemat penulis masyarakat asli Wotay sementara berproses untuk menumbuhkan

pengakuan bahwa warga pendatang sudah sama dengan dirinya. Proses pengakuan itu sendiri

sangat berkaitan dengan eksistensi moritari bagi masyarakat pendatang, yang mana hal

tersebut bergantung pada cara masyarakat pendatang belajar dan menghayati moritari, serta

cara dan kemampuan mereka menyesuaikan diri dengan pola hidup moritari masyarakat

Wotay.

Meskipun moritari lahir dari realitas sosio-ekonomi, namun dimensi religius moritari

dapat ditemukan dari adanya sikap tolong-menolong, persekutuan, penghargaan, dan

solidaritas yang mengarah pada segi spiritual masyarakat Wotay. Semenjak masuknya Injil di

wilayah ini, moritari semakin mendapat tempat yang baik dalam realitas keagamaan

masyarakat Wotay. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan nilai-nilai moritari dalam

pergaulan hidup masyarakat Wotay sekaligus merupakan bentuk perwujudan nyata dari nilai-

nilai religius (Injili) masyarakat setempat. Melalui nilai-nilai penting yang terkandung di

dalam moritari inilah, anggota masyarakat Wotay dapat mengembangkan kehidupannya,

sekaligus mengaktualisasikan kepercayaannya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi (Upler

Lapna Manyapi).

4.3. Moritari: Tantangan Integrasi Sosial Masyarakat Wotay.

Aktualisasi nilai-nilai moritari memiliki segi-segi tertentu yang dapat dipandang

melestarikan sekaligus melemahkan sistem nilai hidup masyarakat Wotay. Penyebabnya

17Susanto, Pengantar Sosiologi..., 16.

Page 14: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

87

karena tidak selalu aktivitas masyarakat yang berdasar atas moritari berjalan sesuai harapan.

Situasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi perubahan sosial yang saat ini dialami oleh

masyarakat Wotay. Menurut Roberth H. Lauer,18

perubahan sosial merupakan suatu konsep

inklusif yang menunjuk pada perubahan gejala sosial berbagai tingkat kehidupan manusia

mulai dari individu sampai global. Mengacu pada perspektif ini, perubahan sosial masyarakat

Wotay dapat dipahami sebagai suatu situasi di mana terjadi perbedaan keadaan yang

signifikan pada unsur-unsur dalam masyarakat Wotay sekarang ini dibanding dengan keadaan

sebelumnya.

Jika menelusuri dinamika hidup masyarakat Wotay saat masih berada dalam

komunitas kecil di Pulau Nila dan membandingkannya dengan kondisi masyarakat sekitar di

wilayah pemukiman baru, maka dapat ditemukan adanya perbedaan signifikan pada berbagai

bidang hidup masyarakat Wotay. Mengacu pada perspekif perubahan sosial sebagai sebuah

kemajuan (progress) sekaligus sebuah kemunduran (regress),19

diketahui bahwa sebagai

sebuah kemajuan perubahan sosial masyarakat Wotay yang diimbangi dengan semakin

terbukanya akses informasi dan transportasi menyebabkan adanya perbaikan di berbagai

bidang hidup masyarakat Wotay sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.20

Sedangkan perubahan sosial sebagai sebuah kemunduran (regress) menyebabkan semakin

melemahnya sistem nilai yang dianut oleh masyarakat Wotay sebagai masyarakat adat.

Kondisi tersebut ditemukan dengan jelas pada berbagai bentuk aktivitas moritari yang

banyak mengalami pergeseran. Salah satu bentuk pergeseran itu ditandai dengan munculnya

segregasi maupun konflik dalam aktivitas moritari yang seharusnya diwarnai dengan nuansa

kekeluargaan dan persekutuan.

18Lauer, Perspektif Tentang Perubahan…, 5.

19Susanto, Pengantar Sosiologi…, 178. 20Lih.hlm 75-77.

Page 15: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

88

Berdasarkan hasil penelitian (bab III), diketahui bahwa pola hidup persekutuan,

kekeluargaan, dan gotong-royong yang terkandung dalam moritari semakin ditinggalkan oleh

komunitas masyarakat Wotay masa kini akibat sentuhan modernisasi. Belum lagi berubahnya

lingkungan kerja masyarakat setempat yang sebelumnya berorientasi di bidang kelautan dan

pertanian, kini berubah dengan semakin beragamnya orientasi mata pencaharian penduduk

menyebabkan peningkatan harapan dan tuntutan masyarakat. Akibatnya akar-akar

tradisionalisme yang terkandung di dalam moritari menjadi terancam. Tradisionalisme itu

telah terkontaminasi oleh modernisasi.

Kondisi di atas menempatkan masyarakat Wotay dalam dua pilihan. Di satu sisi

masyarakat Wotay memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan budaya daerahnya

sekaligus mengembangkan kehidupannya. Akan tetapi di sisi yang lain perkembangan

masyarakat akibat modernisasi dapat mendorong ditinggalkannya nilai-nilai lama dalam

budaya lokal yang dipandang sudah ketinggalan zaman. Akibatnya aspek persekutuan,

harmoni sosial, dan integrasi masyarakat yang termanifestasi dalam moritari telah terkikis

dan digantikan oleh nilai-nilai baru yang seringkali mengabaikan harmoni sosial serta

integrasi masyarakat.

Penulis menemukan beberapa faktor penting yang mempengaruhi eksistensi moritari

dalam kehidupan masyarakat Wotay. Masing-masing faktor memiliki segi tertentu yang dapat

dipandang menguatkan atau melemahkan moritari. Faktor-faktor tersebut adalah faktor

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), faktor ekonomi, faktor lingkungan

masyarakat, faktor pemuda, faktor kurangnya sosialisasi, faktor religius, dan faktor perbedaan

sikap.

Page 16: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

89

4.3.1. Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Mengacu pada perspektif perubahan sosial seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya, sebagai suatu kemajuan perubahan sosial mendorong perkembangan masyarakat

Wotay dalam arti perubahan sosial memberi ruang bagi masyarakat sekitar untuk

meningkatkan pembangunan desa menjadi setara dengan masyarakat pedesaan lainnya yang

telah maju. Perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan baru, terbukanya akses

perekonomian dan pemerintahan, serta jalur transportasi pasca pindah ke wilayah pemukiman

baru di Pulau Seram merupakan bentuk-bentuk angin segar perubahan yang saat ini dirasakan

oleh masyarakat Wotay. Mirisnya, perubahan sosial juga sekaligus mendatangkan suatu

kemunduran (regress) karena bersama dengan perubahan yang terjadi mengakibatkan

lunturnya nilai-nilai gotong royong yang terkandung di dalammoritari.

Menurut Susanto21

situasi kemunduran tersebut berkaitan dengan kemajuan dan

perubahan IPTEK (technical change) yang berdampak pada mental manusia berupa

perubahan pendapat/penilaian terhadap suatu bentuk penemuan baru yang dianggap mutlak.

Hal ini menyebabkan kemunduran yang ditandai dengan manusia menemukan sistem nilai

dan filsafat yang baru, serta tidak dapat mengambil sikap atau keputusan terhadap suatu

keadaan baru itu. Susanto juga menambahkan bahwa perubahan sosial masyarakat desa

menyebabkan terganggunya kesatuan antarwarga masyarakat dan dapat mengubah pola

masyarakat itu. Apalagi dengan semakin mudahnya akses masyarakat terhadap teknologi

serta nilai-nilai baru yang diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan formal maupun

jaringan internet dipandang sebagai suatu hal mutlak dan sesuai dengan perkembangan

zaman. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi moritari, sebab perhatian

masyarakat Wotay yang lebih tertuju pada nilai-nilai baru mengakibatkan melemahnya nilai-

nilai moritari.

21Susanto, Pengantar Sosiologi…, 179.

Page 17: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

90

4.3.2.Faktor Ekonomi.

Dalam berbagai bentuk aktivitas moritari selalu ada dukungan dari anggota

masyarakat baik yang bersifat materil maupun non-materil dalam rangka menopang satu

sama lain. Bentuk dukungan tersebut dalam bahasa sekitar dikenal dengan istilah puli atau

tanggungan. Puli juga dapat dipandang sebagai bentuk dukungan ekonomi masyarakat

setempat terhadap anggota masyarakat lainnya. Melalui puli masyarakat Wotay dapat

membantu meringankan kondisi ekonomi sesamanya saat diperhadapkan dengan berbagai

situasi. Meskipun puli tidak hanya dikumpulkan bagi golongan masyarakat yang kurang

mampu, tetapi juga bagi golongan masyarakat yang mampu, namun melaluinya masyarakat

Wotay dapat memaknai keberadaannya untuk sesama. Di samping itu, melalui media tersebut

golongan masyarakat yang kuat dapat menopang sesama mereka yang lemah, sebaliknya

golongan masyarakat yang lemah merasa diberdayakan dengan topangan sesama mereka

yang kuat.

4.3.3. Faktor Lingkungan Masyarakat.

Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah masyarakat Wotay masa kini yang

telah berbaur dengan warga pendatang. Pengaruh lingkungan masyarakat dapat digolongkan

atas pengaruh eksternal yang berasal dari masyarakat pendatang, dan pengaruh internal yang

berasal dari masyarakat asli Wotay sendiri.

Dari sisi eksternal, keterlibatan masyarakat pendatang dalam aktivitas moritari dapat

memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap eksistensi budaya ini. Secara positif

kehadiran para pendatang dalam aktivitas moritari dilihat sebagai bentuk keikutsertaan

mereka terhadap tradisi masyarakat setempat. Keterlibatan tersebut merupakan bentuk

penghargaan masyarakat pendatang terhadap budaya masyarakat sekitar. Di samping itu,

kehadiran mereka menjadi bukti tidak adanya pembedaan di antara golongan pendatang

Page 18: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

91

dengan golongan masyarakat asli Wotay sekalipun keduanya berasal dari latar belakang

historis yang berbeda.

Dari sisi lain, kehadiran para pendatang dalam aktivitas moritari memiliki dampak

negatif karena keterbatasan pengetahuan dan pemaknaan mereka tentang moritari yang

dianggap berbeda dari masyarakat asli. Di samping itu, adanya perbedaan sentimen karena

perbedaan latar belakang kultural dan historis juga menjadi pemicu perbedaan sikap dalam

pelaksanaan moritari.

Secara internal, masyarakat asli Wotay sebagai pemangku moritari memberi pengaruh

yang sangat besar bagi eksistensi budaya ini. Salah satu indikasi melemahnya eksistensi

moritari ditandai dengan makin terkikisnya pemahaman masyarakat Wotay terhadap nilai-

nilai moritari. Salah satu unsur negatif yang seringkali melemahkan moritari yaitu adanya

konsumerisme yang berlebihan dari anggota masyarakat pada saat berlangsungnya aktivitas

moritari, misalnya dalam pesta adat maupun hajatan keluarga. Konsumerisme yang kurang

terkontrol itu bahkan tidak jarang mengurangi partisipasi masyarakat Wotay di bidang lain.

Selain membawa dampak yang dapat melemahkan sistem hidup masyarakat setempat,

sikap penerimaan masyarakat Wotay terhadap golongan pendatang merupakan salah satu segi

yang menguatkan eksistensi moritari. Masyarakat pendatang dianggap sebagai saudara yang

harus dihimpun dalam persekutuan hidup orang basudara masyarakat Wotay. Aktualisasi

dari pemahaman tersebut adalah keikutsertaan masyarakat Wotay dalam menopang hidup

anggota masyarakat pendatang, merangkum masyarakat pendatang dalam soa/matarumah

asli Wotay, serta mengikutsertakan golongan pendatang dalam pembangunan desa dan

berbagai bentuk aktivitas moritari.

Page 19: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

92

4.3.4.Faktor Pemuda.

Bertahannya moritari juga ditopang oleh pemahaman generasi muda masyarakat

Wotay. Apalagi generasi muda pada dasarnya merupakan aset berharga bagi pembangunan

masyarakat setempat. Kurangnya pemaknaan generasi muda terhadap moritari menjadi salah

satu penghambat terlaksananya pembangunan masyarakat di berbagai lini. Fenomena tersebut

jelas terlihat dari sikap generasi muda yang hanya mengutamakan hura-hura dalam aktivitas

moritari. Akibatnya generasi muda masyarakat Wotay dinilai kurang produktif dalam

menyikapi berbagai aktivitas yang berdasar atas semangat kekeluargaan dan persaudaraan.

Kondisi ini menyebabkan melemahnya eksistensi moritari.

4.3.5.Faktor Kurangnya Sosialisasi dalam Keluarga.

Pemahaman generasi muda masyarakat Wotay sangat dipengaruhi oleh tingkat

sosialisasi nilai-nilai moritari dari generasi tua kepada generasi muda. Menurut Stephen

K.Sanderson, secara sederhana sosialisasi yaitu proses di mana manusia berusaha menyerap

isi kebudayaan yang berkembang di tempat kelahirannya.22

Dalam konteks moritari sosialisasi budaya dari satu generasi ke generasi yang lain

penting untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. Sementara itu, kebudayaan sendiri

berproses dalam suatu mekanisme dimana budaya diterima dan diteruskan melalui proses

pembelajaran yang disadari maupun yang tidak disadari. Pola perilaku yang mencakup aspek-

aspek biologis, sosial, transendental dan menghasilkan kebudayaan tersebut sebagian besar

diajarkan atau dipelajari baik melalui proses yang disengaja maupun yang tidak disadari.

Sosialisasi moritari dapat berlangsung dalam paradigma ini, dan melaluinya generasi tua

masyarakat Wotay dapat mengajarkan nilai-nilai moritari lewat penuturan dan sikap/teladan

22Stephen K.Sanderson, Makro Sosiologi; Suatu Pendekatan Terhadap Realitas Sosial Edisi Kedua (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2003), 46.

Page 20: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

93

hidup. Sebaliknya generasi muda masyarakat Wotay dapat belajar, mengetahui, dan

memaknai nilai-nilai moritari dari generasi tua.

Dalam konteks sosialisasi moritari dewasa ini menunjukan kurangnya pewarisan

nilai-nilai moritari dari generasi tua kepada generasi muda bahkan dalam lingkungan kecil

sekalipun semisal lingkungan keluarga. Padahal, dalam proses sosialisasi agen terpenting

yang berpengaruh bagi pewarisan nilai-nilai budaya adalah orang-orang terdekat yaitu

lingkungan keluarga. Kondisi ini secara perlahan tetapi pasti dapat melemahkan eksistensi

moritari.

4.3.6. Faktor Religius.

Faktor religius merupakan salah satu faktor yang dapat melestarikan serta menguatkan

moritari. Kenyataan ini didukung oleh adanya pemahaman masyarakat Wotay tentang nilai-

nilai kepercayaan kepada Tuhan pencipta alam semesta (Upler’ Lapna Manyapi) yang juga

terkandung dalam moritari. Masyarakat Wotay percaya bahwa melalui moritari, masyarakat

Wotay sebagai masyarakat adat sekaligus Jemaat Kristen telah mengamalkan nilai-nilai Injil.

Meskipun nilai-nilai moritari tidak bertentangan dengan nilai-nilai religius

(Kekristenan), namun ada segi-segi tertentu dalam aktivitas moritari di masa kini yang perlu

dikurangi. Hal ini tampak dari adanya sedikit peringatan yang diberikan oleh gereja untuk

mengurangi konsumsi miras secara berlebih dalam setiap pelaksaan moritari. Di samping

dapat memicu segregasi, mengonsumsi miras secara berlebih dapat mengganggu

ketenteraman hidup bersama, sehingga melemahkan nilai-nilai religius yang terkandung di

dalam moritari.

Page 21: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

94

4.3.7. Faktor Perbedaan Sikap Antar Generasi.

Kurangnya pewarisan moritari dari generasi tua kepada generasi muda yang

berdampak pada kurangnya pemaknaan menyebabkan terganggunya aktivitas moritari.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan fakta bahwa terjadinya konflik pada saat

berlangsungnya aktivitas moritari tidak selalu disebabkan adanya pengaruh para pendatang.

Seringkali konflik malah disebabkan oleh kurangnya kontrol masyarakat asli Wotay sendiri

terhadap emosi mereka yang berlebih saat berlangsungnya aktivitas moritari. Kebanyakan

kekacauan terjadi karena adanya perbedaan sikap antara generasi tua dan generasi muda

dalam memandang moritari.23

Keadaaan tersebut dapat mempengaruhi melemahnya nilai-

nilai moritari.

4.5. Kesimpulan

Integrasi sosial masyarakat Wotay yang berlangsung di dalam bingkai moritari

memerlukan adanya penyatuan unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat Wotay. Karena

moritari dalam dirinya mengandung nilai-nilai penting yang bermanfaat bagi interaksi

masyarakat setempat, maka moritari memainkan peran penting dalam proses interaksi antara

masyarakat asli Wotay dan masyarakat pendatang. Di mana melalui interaksi itu, terjadi

proses pembauran antara unsur-unsur masyarakat yang berbeda sehingga menjadi satu

kesatuan sosial yang dikenal sebagai masyarakat Wotay.

Integrasi masyarakat Wotay tidak dapat dipisahkan dari pengaruh perubahan sosial

sebagai sebuah kemajuan sekaligus kemunduran. Karena integrasi sosial masyarakat Wotay

mengharuskan adanya interaksi antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang, maka

dengan adanya perubahan sosial sebagai sebuah kemunduran, proses integrasi itu sendiri

dapat mengalami tantangan. Adapun tantangan integrasi sosial selain dipandang sebagai segi

23Lih.hlm.62.

Page 22: BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. · BAB IV INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT WOTAY 4.1. Pengantar. Integrasi masyarakat Wotay perlu dipahami dalam perspektif integrasi

95

melemahkan moritari, namun bila disikapi secara bijak dapat menjadi segi menguatkan

moritari. Salah satu unsur masyarakat yang sangat mempengaruhi eksistensi moritari secara

internal adalah generasi muda. Namun karena generasi muda Wotay telah tersentuh dengan

nilai-nilai baru yang diperoleh lewat perubahan sosial masyarakat setempat, maka

tradisionalisme yang terkandung dalam moritari mulai terkikis.

Terciptanya integrasi sosial masyarakat Wotay berkaitan dengan adanya kerjasama.

karena itulah, moritari menjadi ideologi yang mendorong terjadinya kerjasama demi tujuan

objektif bersama yaitu pembangunan secara holistik.