bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran …€¦ · tentang jaring – jaring kubus dan...
TRANSCRIPT
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 05
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan subyek penelitian siswa kelas IV
sebanyak 41 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 05 berada di
wilayah Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Dilihat dari letak geografisnya SD ini terletak di lingkungan pedesaan
yang strategis untuk pembelajaran di lingkungan desa Bancaan Timur. Letak
SD ini berdekatan dengan SD Negeri Sidorejo Lor 01 dan sangat mudah untuk
mendapatkan kendaraan angkot karena terletak dekat dengan jalan raya.
4.2 Deskripsi Kondisi Awal (Pemberian pretest)
Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 05
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 41 siswa pada
pembelajaran Matematika. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
bisa terlihat dari nilai hasil pretest peserta didik pada mata pelajaran
matematika topic bangun ruang yang telah dilakukan dimana sebagian besar
peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
≥66). Pretest adalah tes yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh peserta didik diperoleh data hasil nilai pretest yang
dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel dan deskripsi, serta
dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:
33
Tabel 4.1 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Nilai Pretest Kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 0 – 20 0 0% Rendah 21 – 40 8 20% Sedang 41 – 60 20 48% Tinggi 61 – 80 13 32%
Sangat Tinggi 81 – 100 0 0% Jumlah 41 100%
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil nilai pretest dapat dilihat pada gambar
4.1 di bawah ini :
0
8
20
13
00
5
10
15
20
25
Rentang Nilai
Frek
uens
i
Frekuensi
Frekuensi 0 8 20 13 0
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Gambar 4.1
Diagram Hasil Nilai Pretest Kelas IV SD N Sidorejo Lor 05 Mata pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun
Ajaran 2011/2012
Sedangkan Ketuntasan Hasil Nilai Pretest dapat dilihat pada table 4.2
berikut
34
Tabel 4.2 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Pretest Kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase < 66 28 Tidak Tuntas 68% ≥ 66 13 Tuntas 32%
Jumlah 41 100% Rata – rata 53.37
Keterangan :
KKM : 66
Dari hasil analisis nilai pretest, masih ada 28 siswa yang belum
tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 66. Secara
lebih rinci, ketuntasan hasil pretest dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Pretest Kelas IV SD N Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika
Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Dari tabel analisis dan rekapitulasi hasil pretest dan diagram di atas
dapat disimpulkan bahwa dari 41 siswa SD Negeri Sidorejo Lor 05 hanya 13
siswa (32%) yang tuntas (yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
35
yaitu 66) dan 28 siswa (68%) yang tidak tuntas (yang belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal) serta nilai rata-rata yang masih sangat rendah
yaitu 53,37. Berdasarkan hasil pretest dapat disimpulkan bahwa siswa belum
mempelajari materi yang akan diajarkan dan tujuan dilakukannya pretest ini
adalah untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh peserta didik. Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan
tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa,
khususnya siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga pada mata
pelajaran Matematika topic bangun ruang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April, dan terdiri dari
dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua dua pertemuan.
Siklus pertama membahas tentang sifat – sifat bangun ruang dan siklus kedua
tentang jaring – jaring kubus dan balok.
Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus – siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam
penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana
pemaparan berikut ini.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Kegiatan Pembelajaran Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari tiga tindakan, yang mana ada empat tahap,
yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, seperti berikut ini.
a. Perencanaan
Pada siklus pertama, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1) Membuat scenario pembelajaran sesuai tindakan dalam bentuk
RPP lengkap.
2) Membuat lembar observasi.
3) Membentuk dan menyiapkan tim.
36
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama tindakan/ pertemuan 1, 2,
dan 3 dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan matematika realistic. Materi yang dibahas pada
tindakan/pertemuan pertama adalah mengenai “Menentukan Sifat – sifat
Kubus”, tindakan/pertemuan kedua materi yang dibahas adalah
“Menentukan Sifat – sifat Balok”, sedangkan tindakan/pertemuan ketiga
adalah mengenai “Menentukan Sifat – sifat Tabung dan Kerucut”.
Dalam pembelajarannya guru menggunakan pendekatan matematika
realistic. Yang mana dalam pembelajarannya guru harus menggunakan
permasalahan/soal yang menyangkut ke dalam kehidupan sehari – hari
dengan pengalaman siswa, juga guru menggunakan alat pembelajaran
yang real (nyata) supaya memudahkan siswa dalam menemukan informasi
baru dan mendapatkan suatu pengertian tentang sifat – sifat bangun ruang
yang akan dipelajarinya.
Agar pembelajaran berlangsung interaktif maka guru memilih
menggunakan metode kerja kelompok agar terlihat adanya interaktif
dalam suatu kelompok. Tahapan paling awal dalam pembelajaran yang
menggunakan matematika realistic adalah guru mengelompokkan siswa ke
dalam 6 kelompok yang mana nama kelompok pertama adalah Pangeran
Diponegoro, kelompok kedua adalah Pattimura, kelompok ketiga adalah
Jenderal Soedirman, kelompok keempat adalah R.A. Kartini, kelompok
kelima aadalah Mohammad Hatta, dan kelompok keenam adalah Ir.
Soekarno. Dalam satu kelompoknya terdiri dari 6 – 7 orang siswa yang
heterogen baik dalam jenis kelamin maupun kemampuannya.
37
a) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19
Maret 2012 dengan menentukan sifat – sifat kubus. Alokasi waktu
yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan
proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu berdo’a
dilanjutkan mengabsen siswa, setelah dilakukan pengabsenan
diketahui bahwa siswa hadir semua yang berjumlah 41 siswa.
Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan permasalahan
yang menyangkut kehidupan sehari – hari siswa seperti “Anak – anak,
sekarang bapak membawa benda apa (guru membawa sebuah benda
yang menyerupai kubus yaitu rubrik atau puzzle)? Benda ini berbentuk
apa?”, secara serempak anak – anak menjawab “kubus pak, iya betul
bagus jawaban kalian semuanya. Itu semua agar siswa memberikan
respons dari stimulus guru dan membangun pengetahuannya sendiri
untuk siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar siswa. Setelah itu
guru menyampaikan tujuan dan langkah – langkah pembelajaran.
Alat pembelajaran pun dibagikan kepada setiap kelompok yaitu
sebuah rangka kubus dari kayu yang diselimuti mika. Setelah alat
pembelajaran diberikan kepada setiap kelompok maka guru
memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan dengan cara
berdiskusi. Pada saat kelompok belajar siswa sedang mengerjakan
lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru, maka guru berkeliling
untuk melihat aktivitas siswa dalam kelompok dan juga memberikan
pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator bagi siswa.
Setelah selesai mengerjakan LKS, maka guru memberikan waktu
dan membimbing siswa dalam melakukan presentasi tentang hasil
38
kerja kelompok siswa. Kemudian guru menyikapi hasil presentasi
dengan melakukan tanya jawab. Dalam proses ini terjadinya interaksi
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Setelah itu masing –
masing kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk
dikoreksi.
Dan yang terakhir guru dan siswa menyimpulkan bersama –
sama hasil pembelajaran dan guru memberikan evaluasi kepada siswa
tentang sifat – sifat kubus.
b) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22
Maret 2012 dengan menentukan sifat – sifat balok. Alokasi waktu
yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan
proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu berdo’a
dilanjutkan mengabsen siswa, setelah dilakukan pengabsenan
diketahui bahwa siswa hadir semua yang berjumlah 41 siswa.
Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan permasalahan
yang menyangkut kehidupan sehari – hari siswa seperti “Anak – anak,
sekarang bapak membawa benda apa (guru membawa sebuah benda
yang menyerupai balok yaitu kardus handphone)? Benda ini berbentuk
apa?”, secara serempak anak – anak menjawab “balok pak, iya betul
bagus jawaban kalian semuanya. Itu semua agar siswa memberikan
respons dari stimulus guru dan membangun pengetahuannya sendiri
untuk siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar siswa. Setelah itu
guru menyampaikan tujuan dan langkah – langkah pembelajaran.
Alat pembelajaran pun dibagikan kepada setiap kelompok yaitu
sebuah rangka balok dari kayu yang diselimuti mika serta kardus.
Setelah alat pembelajaran diberikan kepada setiap kelompok maka
guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan dengan cara
39
berdiskusi. Pada saat kelompok belajar siswa sedang mengerjakan
lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru, maka guru berkeliling
untuk melihat aktivitas siswa dalam kelompok dan juga memberikan
pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator bagi siswa.
Setelah selesai mengerjakan LKS, maka guru memberikan waktu
dan membimbing siswa dalam melakukan presentasi tentang hasil
kerja kelompok siswa. Kemudian guru menyikapi hasil presentasi
dengan melakukan tanya jawab. Dalam proses ini terjadinya interaksi
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Setelah itu masing –
masing kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk
dikoreksi.
Dan yang terakhir guru dan siswa menyimpulkan bersama –
sama hasil pembelajaran dan guru memberikan evaluasi kepada siswa
tentang sifat – sifat balok.
c) Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret
2012 dengan menentukan sifat – sifat tabung dan kerucut. Alokasi
waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam
kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan
yaitu berdo’a dilanjutkan mengabsen siswa, setelah dilakukan
pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua yang berjumlah 41
siswa.
Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan permasalahan
yang menyangkut kehidupan sehari – hari siswa seperti “Anak – anak,
sekarang bapak membawa benda apa? (guru membawa sebuah benda
yang menyerupai tabung dan kerucut yaitu gelas aqua dan corong air)
40
Benda ini berbentuk apa?”, secara serempak anak – anak menjawab
“tabung dan kerucut pak, iya betul bagus jawaban kalian semuanya.
Itu semua agar siswa memberikan respons dari stimulus guru dan
membangun pengetahuannya sendiri untuk siap melaksanakan
kegiatan belajar mengajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan
tujuan dan langkah – langkah pembelajaran.
Alat pembelajaran pun dibagikan kepada setiap kelompok yaitu
sebuah tabung yang dibuat dari pralon dan kerucut yang dibuat dari
kertas. Setelah alat pembelajaran diberikan kepada setiap kelompok
maka guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan dengan
cara berdiskusi. Pada saat kelompok belajar siswa sedang mengerjakan
lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru, maka guru berkeliling
untuk melihat aktivitas siswa dalam kelompok dan juga memberikan
pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator bagi siswa.
Setelah selesai mengerjakan LKS, maka guru memberikan waktu
dan membimbing siswa dalam melakukan presentasi tentang hasil
kerja kelompok siswa. Kemudian guru menyikapi hasil presentasi
dengan melakukan tanya jawab. Dalam proses ini terjadinya interaksi
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Setelah itu masing –
masing kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk
dikoreksi.
Dan yang terakhir guru dan siswa menyimpulkan bersama –
sama hasil pembelajaran dan guru memberikan evaluasi kepada siswa
tentang sifat – sifat tabung dan kerucut.
41
c. Pengamatan
a) Pertemuan I
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 1 pertemuan I,
yaitu ketika guru memberi pertanyaan pada siswa, siswa selalu
menjawab secara bersama-sama, tapi ketika guru menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab, siswa cenderung malu dan takut karena pada
saat siswa menjawab dengan jawaban salah, sebagian besar siswa
mengejek dan mengolok-olok jawaban siswa, sehingga siswa
cenderung malu dan takut dalam menjawab. Sehingga guru perlu
memberi pengertian pada siswa lain untuk menghargai jawaban dari
teman-teman mereka, salah atau pun benar.
Saat guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari ada
sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri, mereka ada yang
memainkan bolpoin, buku atau penggaris, dan ada juga antar siswa
yang saling melempar dengan kertas sobekan. Untuk mengantisipasi
pada pertemuan berikutnya guru membuat peraturan yaitu seperti
halnya kalau melanggar dalam sepakbola, disini ditujukan kepada
siswa yang membuat ramai atau membuat kelas tidak kondusif dan
memerintahkan seluruh siswa untuk memasukkan semua alat tulis
yang ada di atas meja siswa masing-masing.
Ketika kegiatan kerja kelompok dilakukan para siswa terlihat
antusias dalam belajar, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
dari guru meskipun beberapa siswa ada yang berbicara kepada
temannya untuk meminjam sesuatu. Dalam pembagian tugas
kelompok terlihat bahwa anggota dari kelompok R.A. Kartini belum
terbiasa dan berada dalam tugas kelompok karena masih sebagian
besar siswa yang melakukannya.
42
Dan dalam pengerjaan LKS, beberapa anggota kelompok seperti
Ir. Soekarno dan Pangeran Diponegoro terlihat tidak sungguh –
sungguh dalam mengerjakan LKS yang menggunakan benda – benda
riil yang ada karena terdapat siswa yang melamun, mengganggu siswa
yang lain dan coret – coret kertas. Sedangkan kelompok yang lain
seperti Jenderal Soedirman, Mohammad Hatta, dan Pattimura sedang
berdiskusi dalam mengerjakan LKS tetapi ada juga dari beberapa
anggota kelompok tersebut yang ramai sendiri dengan anggota
kelompok yang lain.
Saat presentasi berlangsung hanya dua kelompok yang
mempresentasikan hasil kerja kelompok dikarenakan siswa yang lain
masih malu – malu untuk maju ke depan kelas, jadi kelompok lain
hanya mendengarkan, ketika guru meminta siswa untuk bertanya dan
memberi pendapat atau tanggapan hanya sebagian siswa yang mau
bertanya dan memberi pendapat atau tanggapan, sehingga guru perlu
memberikan pancingan pertanyaan dan motivasi kepada siswa.
b) Pertemuan II
Pada siklus 1 pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah
mulai berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan saat guru memberi
pertanyaan, sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru
menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa
sudah berani menjawab walaupun ada juga siswa yang masih malu,
karena sebagian besar siswa sudah mulai menghargai pendapat atau
jawaban yang dikemukakan oleh siswa yang lain. Walaupun masih ada
siswa yang malu dan takut dalam menjawab, guru memberikan
pengertian kepada siswa bahwa tak ada jawaban yang salah tapi yang
ada hanya jawaban yang kurang tepat.
43
Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah
memperhatikan dengan baik tetapi masih terdapat beberapa siswa yang
membuat suasana tidak kondusif dalam pembelajaran, karena pada
awal pembelajaran guru meminta kepada seluruh siswa untuk
memasukkan seluruh peralatan tulis ke dalam tas dan memberlakukan
peraturan yang sudah disepakati dengan siswa pada awal
pembelajaran, hal ini terbukti dapat memfokuskan siswa kepada
penjelasan guru.
Ketika kegiatan kerja kelompok (kelompok masih sama seperti
pertemuan I) dilakukan para siswa terlihat antusias dalam belajar,
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru meskipun
beberapa siswa masih ada yang berbicara kepada temannya untuk
meminjam sesuatu ataupun tidak memperhatikan arahan dari guru.
Dalam mengerjakan tugas kelompok, masing – masing kelompok
sudah dapat mengerjakan LKS dengan baik dikarenakan sudah
terbiasa dalam kerja kelompok pada pertemuan I, walaupun masih
terdapat kelompok yang membuat ramai sendiri yang menggangu
kelompok yang lain.
Dan dalam pengerjaan LKS, beberapa anggota kelompok seperti
Ir. Soekarno dan Pangeran Diponegoro terlihat sungguh – sungguh
dalam mengerjakan LKS yang menggunakan benda – benda riil yang
ada dikarenakan siswa memperhatikan arahan dari guru tetapi masih
terdapat siswa yang melamun, mengganggu siswa yang lain dan coret
– coret kertas. Dibandingkan dengan pertemuan I saat mengerjakan
tugas kelompok pertemuan II lebih baik dikarenakan kesadaran dari
siswa yang mendapat motivasi dari guru pada awal pembelajaran.
Saat presentasi berlangsung, guru hanya meminta dua kelompok
yang mempresentasikan hasil kerja kelompok dikarenakan lebih
44
efisien dalam waktu, jadi kelompok lain hanya mendengarkan, ketika
guru meminta siswa untuk bertanya dan memberi pendapat atau
tanggapan hanya sebagian siswa yang mau bertanya dan memberi
pendapat atau tanggapan.
c) Pertemuan III
Pada siklus 1 pertemuan III ini kegiatan pembelajaran sudah
mulai berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan saat guru memberi
pertanyaan, sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru
menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa
sudah berani menjawab, karena sebagian besar siswa sudah mulai
menghargai pendapat atau jawaban yang dikemukakan oleh siswa yang
lain. Walaupun masih ada siswa yang malu dan takut dalam menjawab,
guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa tak ada jawaban
yang salah tapi yang ada hanya jawaban yang kurang tepat.
Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah
memperhatikan dengan baik tetapi masih terdapat beberapa siswa yang
membuat suasana tidak kondusif dalam pembelajaran, karena pada
awal pembelajaran guru meminta kepada seluruh siswa untuk
memasukkan seluruh peralatan tulis ke dalam tas dan memberlakukan
peraturan yang sudah disepakati dengan siswa pada awal
pembelajaran, hal ini terbukti dapat memfokuskan siswa kepada
penjelasan guru.
Ketika kegiatan kerja kelompok (kelompok masih sama seperti
pertemuan I dan II) dilakukan para siswa terlihat antusias dalam
belajar, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru
meskipun beberapa siswa masih ada yang berbicara kepada temannya
untuk meminjam sesuatu ataupun tidak memperhatikan arahan dari
guru. Dalam mengerjakan tugas kelompok, masing – masing kelompok
45
sudah dapat mengerjakan LKS dengan baik dikarenakan sudah terbiasa
dalam kerja kelompok pada pertemuan I dan II, walaupun masih
terdapat kelompok yang membuat ramai sendiri yang menggangu
kelompok yang lain.
Dan dalam pengerjaan LKS, beberapa anggota kelompok
terlihat sungguh – sungguh dalam mengerjakan LKS yang
menggunakan benda – benda riil yang ada dikarenakan siswa
memperhatikan arahan dari guru tetapi masih terdapat siswa yang
melamun, mengganggu siswa yang lain dan coret – coret kertas.
Dibandingkan dengan pertemuan sebelumya saat mengerjakan tugas
kelompok pertemuan III lebih baik dikarenakan kesadaran dari siswa
yang mendapat motivasi dari guru pada awal pembelajaran.
Saat presentasi berlangsung, guru hanya meminta dua
kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompok dikarenakan
lebih efisien dalam waktu, jadi kelompok lain hanya mendengarkan,
ketika guru meminta siswa untuk bertanya dan memberi pendapat atau
tanggapan hanya sebagian siswa yang mau bertanya dan memberi
pendapat atau tanggapan, sehingga guru perlu memberikan pancingan
pertanyaan.
4.3.2 Analisis Hasil Tindakan Siklus 1
a) Pertemuan I
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan I pada
kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk
mengukur keberhasilan penerapan pendekatan matematika realistik
dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang
diambil dari indikator dalam strategi pendekatan matematika realistik
dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.
46
Adapun lembar observasi ditujukan untuk aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik.
Dari hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV),
hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi siklus 1 memperoleh skor dengan rata-rata dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran pada pertemuan I memperoleh
skor rata-rata 3,78. Peneliti memberikakan patokan dalam pelaksanaan
pembelajaran rata – rata ≥4 dan individu ≥3. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklusi 1 pertemuan I
penerapan pendekatan matematika realistik belum mencapai patokan
dalam pelaksanaan pembelajaran rata – rata ≥4 atau indikator yang
ditentukan peneliti tetapi sudah mencapai indicator individu ≥3. Hasil
observasi dapat dilihat pada lampiran (Lampiran13.).
b) Pertemuan II
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan II pada
kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk
mengukur keberhasilan penerapan pendekatan matematika realistik
dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang
diambil dari indikator dalam strategi pendekatan matematika realistik
dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.
Adapun lembar observasi ditujukan untuk aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik.
Dari hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV),
hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi siklus 1 memperoleh skor dengan rata-rata dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II memperoleh
skor rata-rata 3,86. Peneliti memberikakan patokan dalam pelaksanaan
pembelajaran rata – rata ≥4 dan individu ≥3. Oleh karena itu,
47
berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklusi 1 pertemuan II
penerapan pendekatan matematika realistik belum mencapai patokan
dalam pelaksanaan pembelajaran rata – rata ≥4 atau indikator yang
ditentukan peneliti tetapi sudah mencapai indikator individu ≥3. Hasil
observasi dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 14.)
c) Pertemuan III
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan III
pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk
mengukur keberhasilan penerapan pendekatan matematika realistik
dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang
diambil dari indikator dalam strategi pendekatan matematika realistik
dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.
Adapun lembar observasi ditujukan untuk aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik.
Dari hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV),
hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi siklus 1 memperoleh skor dengan rata-rata dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II memperoleh
skor rata-rata 4,01. Peneliti memberikakan patokan dalam pelaksanaan
pembelajaran rata – rata ≥4 dan individu ≥3. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklusi 1 pertemuan III
penerapan pendekatan matematika realistik sudah mencapai patokan
dalam pelaksanaan pembelajaran rata – rata ≥4 atau indikator yang
ditentukan peneliti dan sudah mencapai indikator individu ≥3. Hasil
observasi dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 15.)
48
4.3.3 Analisis Hasil Belajar Siklus 1
Dari hasil pengamatan pelaksanaan siklus 1, diketahui bahwa
pelaksanaan siklus 1 dengan penerapan matematika realistik dan
menggunakan metode kerja kelompok itu dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2011/2012. Itu dibuktikan setelah
selesai pembelajaran pertemuan I, II, dan III maka dilaksanakan evaluasi
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi dan untuk
mendapatkan hasil belajar siklus 1 peneliti merata – rata hasil dari evaluasi
pertemuan I, II, dan III.
Hasil nilai post test siklus 1 yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat
dalam tabel dan deskripsi, serta dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:
Tabel 4.3 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Nilai Siklus 1 Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika
Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 0 – 20 0 0% Rendah 21 – 40 0 0% Sedang 41 – 60 4 10% Tinggi 61 – 80 21 51%
Sangat Tinggi 81 – 100 16 39% Jumlah 41 100%
49
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil nilai tes siklus 1 dapat dilihat pada
gambar 4.3 di bawah ini :
Gambar 4.3
Diagram Hasil Nilai Siklus 1 Kelas IV SD N Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II
Tahun Ajaran 2011/2012 Sedangkan ketuntasan hasil nilai siklus 1 dapat dilihat pada table
4.4 berikut:
Tabel 4.4 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Nilai Siklus 1 Kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase < 66 4 Tidak Tuntas 10% ≥ 66 37 Tuntas 90%
Jumlah 41 100% Rata – rata 75,2
Dari tabel analisis dan rekapitulasi ketuntasan hasil nilai
diatas diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai KKM
(≤66) maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 41
siswa dalam belajarnya sebanyak 4 siswa belum mencapai
50
ketuntasan belajar dengan mendapat nilai masih dibawah KKM
dengan presentase 10%, dan sebanyak 37 siswa mencapai
ketuntasan belajar dengan mendapat nilai ≥66 dengan presentase
jumlah keseluruhan 90%. Berdasarkan indikator kinerja yang telah
ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa
penulis memberikan patokan 75% , jadi dapat diambil kesimpulan
hasil belajar siswa meningkat dari yang semula hanya 32% yang
mencapai ketuntasan belajar kini setelah pelaksanaan siklus 1
meningkat menjadi 90% mencapai ketuntasan belajar itu berarti
sudah berhasil melebihi indikator kinerja yang telah ditentukan
yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa dimana peneliti
memberikan patokan 75% . Berdasarkan sebaran hasil belajar siswa
pada siklus 1, bila dituangkan dalam bentuk diagram (pada gambar
4.4) maka akan tampak pencapaian hasil belajar siswa sebagai
berikut :
Gambar 4.4
Diagram Ketuntasan Hasil Nilai Siklus 1 SD N Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika
Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
51
d. Refleksi
Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus 1 terdapat
37 siswa yang tuntas dan 4 siswa belum tuntas belajar, sehingga perlu
diadakan perbaikan dan pemantapan dalam pembelajaran. Dari hasil
pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada
pembelajaran siklus 1 siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat
keaktifannya masih kurang serta masih ada 10% siswa belum tuntas
belajar. Akan tetapi telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari rata –
rata nilai pretest 53.37 menjadi 75,2 pada hasil post test siklus 1.
Berdasarkan hasil siklus 1, masih ada siswa yang nilainya belum
mencapai KKM (66) maka peneliti perlu memperbaiki dan memantapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 agar hasil belajar siswa tercapai
secara optimal.
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus
pertama adalah sebagai berikut :
1. Belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah
kepada pendekatan matematika realistic hal ini diperoleh dari
observasi terhadap guru dan siswa dalam siklus pertama pada
pertemuan I hanya mencapai rata – rata 3,775, pertemuan I hanya
mencapai rata – rata II 3,86 dan pertemuan III mencapai 4,01, tetapi
dalam siklus pertama pertemuan III sudah mencapai indicator
keberhasilan.
2. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
pendekatan matematika realistic. Mereka merasa antusias dan
senang tetapi kurang dapat berinteraksi dengan anggota
kelompoknya dalam metode kerja kelompok yang mana harus
adanya interaksi antar guru dengan siswa kemudian siswa dengan
siswa.
52
3. Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas pada
waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan terdapat anggota
kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
4. Siswa masih kurang mampu dalam presentasi dikarenakan siswa
belum terbiasa dan masih baru dalam pendekatan matematika
realistic.
Untuk memperbaiki dan mempertahankan keberhasilan yang telah
tercapai pada siklus pertama, maka pada siklus yang kedua dibuat
perencanaan sebagai berikut.
Pertama peneliti harus memberikan motivasi dan arahan kepada
kelompok agar memahami metode kerja kelompok dan harus ada interaksi
dalam diskusi. Peneliti juga harus lebih intensif membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Memberikan lebih banyak
penguatan kepada siswa dan penghargaan dalam presentasi agar siswa
termotivasi dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
4.3.4 Kegiatan Pembelajaran Siklus 2
Siklus kedua terdiri dari dua tindakan, yang mana tindakan yang
pertama ada empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi, serta tindakan yang kedua hanya pemberian tes evaluasi dari
tindakan pertama, seperti berikut ini.
a. Perencanaan
Setelah diperoleh informasi pada tahap siklus pertama, maka
dilakukan perbaikan dan pemantapan pada siklus kedua, serta diskusi
dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum
mengajar pada siklus kedua, maka praktikan menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya yaitu:
53
1. Membuat scenario pembelajaran sesuai tindakan dalam bentuk
RPP lengkap.
2. Membuat lembar observasi.
3. Membentuk dan menyiapkan tim.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama tindakan/ pertemuan I
dan II dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang
menerapkan pendekatan matematika realistic. Materi yang dibahas
pada tindakan/ pertemuan pertama adalah mengenai “Menentukan
jaring – jaring kubus dan balok” dan tindakan/pertemuan II hanya
pemberian tes evaluasi dari pertemuan I.
Dalam pembelajarannya guru menggunakan pendekatan
matematika realistic. Yang mana dalam pembelajarannya guru harus
menggunakan permasalahan/soal yang menyangkut ke dalam
kehidupan sehari – hari dengan pengalaman siswa, juga guru
menggunakan alat pembelajaran yang real (nyata) supaya
memudahkan siswa dalam menemukan informasi baru dan
mendapatkan suatu pengertian tentang jaring – jaring kubus dan balok
yang akan dipelajarinya.
Agar pembelajaran berlangsung interaktif maka guru memilih
menggunakan metode kerja kelompok agar terlihat adanya interaktif
dalam suatu kelompok. Tahapan paling awal dalam pembelajaran
yang menggunakan matematika realistic adalah guru mengelompokkan
siswa ke dalam 6 kelompok (kelompok masih sama seperti kegiatan
pembelajaran siklus 1) yang mana nama kelompok pertama adalah
Pangeran Diponegoro, kelompok kedua adalah Pattimura, kelompok
ketiga adalah Jenderal Soedirman, kelompok keempat adalah R.A.
Kartini, kelompok kelima aadalah Mohammad Hatta, dan kelompok
54
keenam adalah Ir. Soekarno. Dalam satu kelompoknya terdiri dari 6 –
7 orang siswa yang heterogen baik dalam jenis kelamin maupun
kemampuannya.
a) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13
April 2012 dengan menentukan jaring - jaring kubus dan balok.
Alokasi waktu yang digunakan yaitu 3 jam pelajaran (3 x 35 menit).
Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario
kegiatan yaitu berdo’a dilanjutkan mengabsen siswa, setelah dilakukan
pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua yang berjumlah 41
siswa.
Setelah mengkondisikan siswa, guru bertanya jawab tentang
pelajaran sebelumnya yaitu tentang sifat – sifat kubus dan balok. Guru
menyampaikan tujuan dan langkah – langkah pembelajaran. Setelah
itu guru memberikan permasalahan yang menyangkut kehidupan
sehari – hari siswa seperti “Anak – anak, sekarang bapak membawa
benda apa? secara serempak anak – anak menjawab “kardus pak, iya
betul bagus jawaban kalian semuanya. Itu semua agar siswa
memberikan respons dari stimulus guru dan membangun
pengetahuannya sendiri untuk siap melaksanakan kegiatan belajar
mengajar siswa. Setelah itu guru menyuruh beberapa siswa 2 – 3 orang
maju ke depan untuk menggunting rusuk pada kardus supaya menjadi
jaring – jaring kardus (kubus dan balok)
Alat pembelajaran pun dibagikan kepada setiap kelompok yaitu
sebuah karton, gunting dan penggaris. Setelah alat pembelajaran
diberikan kepada setiap kelompok maka guru memberikan lembar
kerja siswa untuk dikerjakan dengan cara kerja kelompok. Pada saat
kelompok belajar siswa sedang mengerjakan lembar kerja siswa yang
55
diberikan oleh guru, maka guru berkeliling untuk melihat aktivitas
siswa dalam kelompok dan juga memberikan pengarahan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Dalam
proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
Setelah selesai mengerjakan LKS, maka guru memberikan waktu
dan membimbing siswa untuk menunjukkan hasil buatan jaring –
jaring kubus dan balok kepada siswa yang lain. Kemudian guru
menyikapi hasil buatan jaring – jaring tersebut dengan melakukan
tanya jawab. Dalam proses ini terjadinya interaksi guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa. Setelah itu masing – masing kelompok
mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
Dan yang terakhir guru dan siswa menyimpulkan bersama –
sama hasil pembelajaran dan guru memberikan penguatan pada akhir
pembelajaran, serta siswa diminta untuk membawa penggaris dan
belajar tentang jaring – jaring kubus dan balok.
b) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 April
2012. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 1 jam pelajaran (1 x 35
menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat
skenario kegiatan yaitu berdo’a dilanjutkan mengabsen siswa, setelah
dilakukan pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua yang
berjumlah 41 siswa.
Setelah itu guru menyampaikan bahwa pembelajaran hari ini
hanya pemberian soal/tes tentang jaring – jaring kubus dan balok.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 2 pertemuan I,
yaitu ketika guru memberi pertanyaan, siswa sudah dapat menjawab
dengan berani. Pada siklus kedua ini terlihat bahwa setiap kelompok
56
sudah mulai untuk berbagi tugas, tidak egois untuk mengerjakan
sendiri. Sebagian kecil siswa memang masih terlihat ada yang
melamun dan berisik tetapi hal itu cepat direspon oleh teman yang
dekat dengan siswa yang melamun dan berisik. Terlihat bahwa
aktivitas siswa meningkat baik pada siklus kedua ini. Dalam
memberikan pendapat dan bertanya kepada guru, siswa sudah
mengalami kemajuan waluapun hanya beberapa saja.
4.3.5 Analisis Hasil Tindakan Siklus 2
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan I pada
kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur
keberhasilan penerapan pendekatan matematika realistik dalam kegiatan
pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator
dalam strategi pendekatan matematika realistik dengan menyesuaikan
standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Adapun lembar observasi
ditujukan untuk aktivitas guru dan aktivitas peserta didik.
Dari hasil observasi yang dilakukan observer (guru kelas IV), hasil
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil
observasi siklus 2 memperoleh skor dengan rata-rata dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran pada pertemuan I memperoleh skor rata-rata 4,1.
Peneliti memberikakan patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata – rata
≥4 dan individu ≥3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata
observasi pada siklusi 2 pertemuan I penerapan pendekatan matematika
realistik sudah mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata –
rata ≥4 atau indikator yang ditentukan peneliti dan sudah mencapai indicator
individu ≥3. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 16.).
57
4.3.6`Analisis Hasil Belajar Siklus 2
Dari hasil pengamatan pelaksanaan siklus 2, diketahui bahwa
pelaksanaan siklus 2 dengan penerapan matematika realistik dan
menggunakan metode kerja kelompok itu dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2011/2012. Itu dibuktikan setelah
selesai pembelajaran pertemuan I dan II maka dilaksanakan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi sebagai berikut.
Hasil nilai post test siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat
dalam tabel dan deskripsi, serta dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:
Tabel 4.5 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Nilai Siklus 2 Kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase Sangat Rendah 0 – 20 0 0
Rendah 21 – 40 0 0 Sedang 41 – 60 0 0 Tinggi 61 – 80 23 56%
Sangat Tinggi 81 – 100 18 44% Jumlah 41 100%
Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil nilai tes siklus 2 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
58
0 0 0
23
18
0
5
10
15
20
25
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
SangatRendah
Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi
Rentang Nilai
Frek
uens
i
Frekuensi
Gambar 4.5
Diagram Hasil Nilai Siklus 2 Kelas IV SD N Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang
Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Sedangkan ketuntasan hasil nilai siklus 2 dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Nilai Siklus 2 Kelas IV SD
Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase < 66 0 Tidak Tuntas 0% ≥ 66 41 Tuntas 100%
Jumlah 41 100% Rata – rata 76,9
Dari tabel analisis dan rekapitulasi ketuntasan hasil nilai
diatas diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai KKM
(≤66) maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 41
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai
≥66 dengan persentase jumlah keseluruhan 100%. Berdasarkan
59
indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian
KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan patokan 75% ,
jadi dapat diambil kesimpulan hasil belajar siswa meningkat dari
yang semula pada pelaksanaan pra siklus (pemberian pretest) hanya
32% dan pelaksanaan siklus 1 meningkat menjadi 90%, serta pada
pelaksanaan siklus 2 meningkat menjadi 100% mencapai ketuntasan
belajar itu berarti sudah berhasil melebihi indikator keberhasilan
yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar
siswa dimana peneliti memberikan patokan 75% dari jumlah
keseluruhan siswa mencapai kentuntasan belajar siswa dengan
memperoleh nilai ≥66 sesuai dengan KKM. Berdasarkan sebaran
hasil belajar siswa pada siklus 2, bila dituangkan dalam bentuk
diagram maka akan tampak pencapaian hasil belajar siswa sebagai
berikut :
0%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tidak Tuntas Tuntas
0 41
< 66 ≥ 66
Ketuntasan
Pers
enta
se
Persentase
Gambar 4.6
Diagram Ketuntasan Hasil Nilai Siklus 2 SD N Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran Matematika
Topik Bangun Ruang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
60
d. Refleksi
Bardasarkan observasi dari pelaksanaan siklus kedua adalah
sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah mampu
membangun kerjasama dalam kelompok untuk tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa mulai mampu berpatisipasi dalam
kegiatan dan tepat waktu dalam pelaksanaan. Siswa mulai
mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan
kelas dengan baik meskipun hanya beberapa orang saja.
2. Selain itu juga siswa yang pada saat siklus 1 kurang
mendengarkan arahan dari guru pada siklus 2 ini sudah dapat
memperhatikan dengan baik. Berdasarkan hasil analisis tes
pada siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100%.
Hasil tes siswa pada siklus 2 ini nilai rata-ratanya adalah 76,9
dengan kata lain bahwa nilai rata-rata tersebut sudah diatas
KKM (66) yang ditentukan sehingga tidak perlu diadakan
tindakan siklus berikutnya.
4.4 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
No Nilai (x) Kategori Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 x< 66 Belum Tuntas 28 68 4 10 0 0 2 x ≥66 Tuntas 13 32 37 90 41 100
Tabel 4.7 Perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2
Data perbandingan hasil evaluasi pembelajaran kondisi awal,
siklus 1, dan siklus 2 menunjukkan pada kondisi awal jumlah peserta didik
yang belum mencapai target KKM ada 28 siswa dan yang sudah mencapai
target KKM ada 13 siswa, yang berarti persentase ketuntasan sebesar
32%. Siklus 1 persentase ketuntasan meningkat dan sudah mencapai
indikator keberhasilan setelah menggunakan penerapan matematika
61
realistik sebesar 90% dengan rincian 37 siswa mencapai target KKM dan
4 siswa belum mencapai target KKM, serta siklus kedua ketercapaian
KKM sudah maksimal dengan indikator keberhasilan pembelajaran
mencapai 100%.
Data perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus pertama, dan
siklus kedua menunjukkan kenaikan nilai setelah melakukan tindakan.
Data perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2
apabila disajikan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
68%
10%0%
32%
90%100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
x< 66 Belum Tuntasx ≥66 Tuntas
Gambar 4.7
Diagram Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
Diagram perbandingan ketutasan hasil belajar pada setiap
pembelajaran menunjukkan, kondisi awal jumlah siswa yang tuntas adalah
32% peserta didik, dan 68% belum tuntas. Siklus 1 menunjukkan 90%
hasil belajar siswa sudah mengalami ketuntasan, dan 10% siswa belum
mengalami ketuntasan. Siklus 2 menunjukkan 100% hasil belajar siswa
tuntas. Secara keseluruhan apabila dilihat dari indikator keberhasilan
kondisi awal belum mencapai ketuntasan pembelajaran, sedangkan siklus
1 dan siklus 2 mengalami ketuntasan pembelajaran.
62
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri
Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ditemukan kesalahan yang
sering dilakukan guru dalam matematika khususnya dalam materi bangun
ruang adalah guru sering kali langsung memberi informasi pada siswa tentang
ciri – ciri bangun geometri bangun ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini
menunjukkan kekurangpahaman guru dalam penyampaian topik geometri
bangun ruang melalui metode dan teknik pembelajaran matematika yang
benar.
Salah satu cara untuk memecahkan masalah utama itu adalah mengubah
citra matematika, dari matematika sebagai sekumpulan konsep (definisi), sifat
(aksioma dan teorema), prosedur (rumus, algoritma), yang harus dihafalkan,
dan soal – soal rutin, menjadi matematika sebagai kegiatan siswa, untuk
memecahkan masalah – masalah dari dunia kehidupan siswa sehari – hari.
Pendidikan matematika yang berdasarkan paham “matematika sebagai
kegiatan manusia adalah RME, yang di Indonesia di adaptasi menjadi PMRI.
Adapun perubahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas
dengan menerapkan pendekatan matematika realistic adalah meningkatnya
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05. Hal ini dapat dilihat
sebagai berikut:
63
Berdasarkan hasil evaluasi dari hasil kondisi awal (pemberian pretest),
siklus 1, dan siklus 2, maka pembelajaran matematika yang menggunakan
pendekatan matematika realistic pada topic bangun ruang meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan nilai evaluasi siswa pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8 Perolehan Nilai Evaluasi Siswa
P
Pada tabel diatas perolehan nilai evaluasi pada kondisi awal (pemberian
pretest) mendapat rata – rata 53,37. Pada siklus 1 mengalami peningkatan
yaitu nilai rata – rata siswa mendapatkan 75,2. Sedangkan nilai evaluasi pada
siklus 2 terlihat peningkatan yang sangat signifikan dari siklus 1 yaitu
mendapatkan rata – rata 76,9.
Hasil dari ketuntasan siswa menunjukkan pada kondisi awal atau
pemberian pretest siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 13 siswa
(32%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 28 siswa (68%). Pada siklus
1 menggunakan pendekatan matematika realistik terjadi peningkatan cukup
signifikan yaitu terdapat 37 siswa memenuhi KKM (90%) dan 4 siswa (10%)
belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus 2 terjadi
peningkatan sangat signifikan yaitu 41 siswa atau seluruh siswa (100%) telah
memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil,
dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 66 (≥66) dan 100%
siswa tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik dengan
menerapkan pendekatan matematika realistic pada siklus 1 belum berhasil
karena mendapat rata – rata 3,88. Sedangkan pada siklus 2 dikatakan berhasil
karena mendapat rata – rata 4,1.
Pelaksanaan Rata – rata Kondisi Awal (pemberian pretest) 53,37
Siklus 1 75,2 Siklus 2 76,9
64
Pembahasan di atas membuktikan bahwa pendekatan matematika
realistik tepat untuk diterapkan dalam mata pelajaran matematika dengan
topic bangun ruang, karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.