bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kota Tidore Kepulauan Kota Tidore Kepulauan di resmikan pada tanggal 31 Mei 2003 menjadi sebuah daerah otonom yang berdiri sendiri lepas diri dari Kabupaten Halmahera Tengah berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 tentang pemkaran wilayah Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat 112036' 112054' Bujur Timur dan garis 709' 7021' Lintang Selatan. Secara geografis Kota Tidore Kepulauan berbatasan di Utara dengan Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah dan Kabupaten Halmahera Timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan dan Kota Ternate. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku. Tidore merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut. Kota Tidore Kepulauan merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari pulau Tidore dan beberapa pulau kecil dan sebagian daratan pulau Halmahera bagian barat. Pulau Tidore tergolong besar di samping sebagian di daratan pulau Halmahera dan pulau-pulau kecil seperti pulau Maitara, pulau Mare, pulau Filonga, pulau Woda, pulau Raja, pulau Tamen dan pulau Joji.

Upload: ngomien

Post on 04-Jul-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Tidore Kepulauan

Kota Tidore Kepulauan di resmikan pada tanggal 31 Mei 2003 menjadi

sebuah daerah otonom yang berdiri sendiri lepas diri dari Kabupaten Halmahera

Tengah berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 tentang pemkaran wilayah

Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat 112036' – 112054' Bujur

Timur dan garis 709' – 7021' Lintang Selatan. Secara geografis Kota Tidore

Kepulauan berbatasan di Utara dengan Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera

Barat. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah dan

Kabupaten Halmahera Timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Halmahera Selatan dan Kota Ternate. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan

Laut Maluku. Tidore merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter di atas

permukaan laut.

Kota Tidore Kepulauan merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari pulau

Tidore dan beberapa pulau kecil dan sebagian daratan pulau Halmahera bagian barat.

Pulau Tidore tergolong besar di samping sebagian di daratan pulau Halmahera dan

pulau-pulau kecil seperti pulau Maitara, pulau Mare, pulau Filonga, pulau Woda,

pulau Raja, pulau Tamen dan pulau Joji.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Secara Administratif, Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan

dan 20 kelurahan serta 21 desa, yang memiliki luas wilayah daratan 9.564,7 KM2

(69,03 %) dan luas lautan 4.293,2 KM2 (30,47 %), yaitu :

1) Kecamatan Tidore terdiri dari 2 Desa dan 8 Kelurahan

2) Kecamatan Tidore Selatan terdiri dari 2 Desa dan 6 Kelurahan

3) Kecamatan Tidore Utara terdiri dari 2 Desa dan 6 Kelurahan

4) Kecamatan Oba 7 Desa

5) Kecamatan Oba Utara 8 Desa

Pada bagian selatan membujur dari barat ke timur dua bukit landai, yaitu

Lidah dan Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter dpl. Sebagian areal tanah Tidore

terdiri atas tanah alluvial, hasil endapan sungai atau pantai. Di bagian barat kota

terdapat perbukitan yang mengandung kadar kapur tinggi.

Kondisi keseluruhan, wilayah Tidore terdiri dari 10 (sepuluh) buah pulau

kecil yang didiami oleh penduduk dan yang tidak didiami oleh penduduk yaitu

sebagai berikut :

1. Pulau Filonga dengan luas 1,10 km2.

2. Pulau Mare dengan luas 19 km2.

3. Pulau Maitara dengan luas 14 km2.

4. Pulau Woda dengan luas 9,30 km2.

5. Pualu Raja dengan luas 1,50 km2.

6. Pulau Joji dengan luas 2,80 km2.

7. Pulau Guratu dengan luas 1,80 km2.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

8. Pulau Tamong dengan luas 1 km2.

9. Pulau Tawang dengan luas 1,70 km2.

10. Pulau Sibu dengan luas 1,30 km2.

Topografi Kota Tidore Kepulauan adalah daerah yang berbukit-bukit dengan

sedikit dataran kepulaun sedikit bergunung, datar dan datarannya sedikit berbukiit,

tanahnya banyak batu-batu besar, juga mempunyai tanah yang berwarna hitam

dengan subur, cocok untuk bertani.

Di pulau Tidore ada sebuah gunung yang paling tinggi, oleh masyarakat

Tidore disebut Gunung Kie Matubu. Kie artinya Gunung dan Matubu artinya

puncak/paling tinggi dengan kata lain Kie Matubu artinya Gunung yang paling tinggi.

Masyarakat setempat mengatakan bahwa pada waktu dahulu kala gunung Kie Matubu

menyeburkan lahar berupa air panas, untuk itu mereka menyebut juga gunung

tersebut adalah gunung air panas.

4.1.2 Kondisi Demografis Kota Tidore Kepulauan

Berdasarkan registrasi pada periode juni 2013, jumlah penduduk Kota

Tidore Kepulauan sebanyak 105, 911 jiwa, terdiri dari laki-laki 53, 830 jiwa dan

perempuan 51,911 jiwa dengan kepadatan rata-rata 51 jiwa KM2, di mana konsentrasi

penduduk hampir merata disemua kecamatan. Kepadatan rata-rata penduduk tertinggi

berada di Pulau Tidore sebesar 105,741 jiwa, lebih besar dari rata-rata penduduk Kota

Tidore Kepulauan. Umumnya penyebaran penduduk jarang pada pulau-pulau besar

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

dengan potensi sumber daya alam yang tinggi, seperti dibagian tengah pulau

Halmahera.

Penduduk Kota Tidore Kepulauan sangat heterogen hal ini disebabkan

karena daerah ini selain dihuni oleh etnis asli yaitu Tidore juga di huni etnis

pendatang seperti Gorontalo, Bugis-Makasar, Buton, Jawa. Selanjutnya untuk

mengetahui jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat pada tabel

berikut ini. Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Tahun 2013

Tabel 2 Data Penduduk Perkecamatan Kota Tidore Kepulauan

KECAMATAN JUMLAH

DESA.KEL DAK LK DAK PR DAK

DAK

LRG

Kec.Tidore 11 12,224 11,856 24,080 6,250

Kec. Tidore Selatan 8 7,537 7,553 15,090 806

Kec. Oba 9 12,224 11,856 24, 080 6,250

Kec. Oba Selatan 7 3,084 2,912 5,996 1,440

Kec. Oba Utara 12 7,439 17,028 14,467 3,645

Kec. Tidore Utara 13 8,526 8,379 16,905 4,219

Kec. Oba Tenggara 9 4,665 4,349 4,014 2,129

Kec. Tidore Timur 4 4,322 4,184 8,506 2,062

Kec. Oba Tengah 9 4,665 4,349 9,014 2,129

Total Penduduk Kota Tidore

Kepulauan 53, 830 51,911 105,741 26,402

SUMBER: SIAK KEPENDUDUKAN & PENCATATAN SIPIL TIDORE

KEPULAUAN, 2013 (DIOLAH)

4.1.3 Agama dan Sosial Budaya Masyarakat Kota Tidore Kepulauan

a. Agama

Penduduk Kota Tidore Kepulauan yang pribumi semuanya beragama Islam

dan sebagian penduduk yang berstatus sebagai etnis pendatang beragama Kristen

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha. Kondisi ini berubah setelah terjadi

konflik horizontal pada tahun 1999 sehingga Kerukunan hidup antar umat beragama

di Kota Tidore Kepulauan saat itu yang cukup harmonis dengan adanya toleransi

antar umat beragama yang sangat tinggi diakhiri dengan pecahnya konflik horizontal

tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik horisontal yang bernuansa SARA di

Maluku dan Maluku Utara pada umumnya dan Kota Tidore Kepulauan khususnya

pada beberapa tahun yang lalu telah merombak sendi-sendi kehidupan umat

beragama yang telah dibina bertahun-tahun lamanya.

Menyadari akan pentingnya persatuan dan kesatuan serta kerukunan antar

umat beragama, maka Pemerintah Daerah Kota Tidore Kepulauan bersama tokoh-

tokoh agama, dan tokoh-tokoh adat selalu berusaha untuk melakukan kegiatan

pembinaan keagamaan baik secara interen maupun ekstern melalui BKKHAGA

(Badan Konsultasi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama), PGI (Persatuan Gereja

Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia). Dalam rangka untuk mendukung

kegiatan pembinaan umat beragama di Kota Tidore Kepulauan, Pemerintah Daerah

juga mengalokasikan dana pada APBD untuk kegiatan pembinaan keagamaan

maupun pembangunan sarana dan prasarana keagamaan, seperti pembangunan Mesjid

dan Gereja.

b. Kebudayaan

Kebudayaan kota Tidore Kepulauan yang dikenal dengan Kesultanan Tidore

atau termasuk salah satu kerajaan Moloku Kie Raha mempunyai latar belakang

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

historis yang panjang dan berpengaruh terhadap budaya dan adat istiadat di daerah

ini. Kerajaan Moloku Kie Raha (Tidore, Ternate, Bacan dan Jailolo) pada dasarnya

mempunyai budaya yang sama yang sering dikenal dengan budaya Moluku Kie

Raha, hal ini karena empat kerajaan yang dipimpin oleh Sultan yang mempunyai

satu garis keturunan atau kakak beradik dalam sejarah mempunyai satu garis

keturunan bangsa Arab, berbarengan dengan hal tersebut masuknya agama Islam di

Maluku juga turut mempengaruhi budaya serta adat istiadat di daerah ini sehingga

sering kita dengar satu bahasa kiasan “Adat bersendikan sara dan agama

bersendikan kitabullah”. Sehingga dampak dalam kehidupan masyarakat di Kota

Tidore Kepulauan ini adalah budaya dipengaruhi oleh adat.

Selain dari pada itu Kota Tidore Kepulauan cukup kaya berbagai ragam

bahasa, daerah yang terdiri dari beberapa Suku Bangsa, sesuai dengan seminar I

Kebudayaan Maluku di Ambon pada tahun 1969 Halmahera Tengah dan Maluku

Utara dibagi dalam 5 (lima) wilayah dengan 28 suku dan 29 bahasa daerah. Dari

beragam suku bangsa dan bahasa, budaya dan adat istiadat serta kebiasaanya, yang

sangat menonjol dalam tata pergaulan masyarakat kota Tidore Kepulauan adalah

tolong menolong atau gotong royong yang merupakan satu sikap mental yang

hidup dan terpelihara sampai masa kini, adat kebiasaan yang bersifat sosial antara

lain: a. Mayae, adalah bentuk tolong menolong dalam hal pembersihan kebun dan

membangun rumah, b. Bari dan Morong, mempunyai arti sama dengan Mayae dan

mempunyai bentuk kegiatan yang sama dengan gotong-royong.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kota Tidore

Kepulauan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh

karena itu, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan telah berupaya untuk meningkatkan

mutu pendidikan baik peningkatan tenaga pengajar maupun sarana penunjang seperti

gedung-gedung sekolah maupun penambahan tenaga pengajar. Upaya ini dilakukan

agar dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak usia

sekolah sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan mulai dari SD sampai ke

lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

4.1.4 Pemukiman dan Interaksi Sosial Kota Tidore Kepulauan

a) Pemukiman

Meningkatnya perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkeh berimbas pula

pada aspek perkembangan pemukiman. Pemukiman merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari keberadaan kesultanan Tidore, baik yang ada pegunungan dan

dipesisir pantai. Kedatangan pedang asing memicu makin maraknya pelabuhan,

diduga secara sporadis pusat-pusat transaksi juga mulai berkembang di sepanjang

pantai Tidore yang letaknya di pantai barat pulau. Lokasi pasar yang ada ditepi

mempunyai peranan adanya perdagangan dan ekonomi masyarakat. Hal ini

merupakan kegiatan dan kebutuhan masyarakat yang menggambarkan kondisi aktual

aktivitas masyarakat yang bercirikan kota. Hanya saja tidak semuanya berkembang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

dengan baik tergantung situasi geografis yang lebih menguntungkan. Teluk yang

dalam dan lebar biasanya lebih mempunyai potensi berkembang.

Pencarian letak yang lebih strategis berdasarkan potensi situasi alam turut

mempengaruhi proses perpindahan pusat-pusat kekuasaan Tidore. Berdasarkan

sumber sejarah dapat menyebutkan adanya lokasi-lokasi yang menjadi pusat

pemukiman Tidore; lokasi kraton sebagai tempat tinggalnya Sultan, konsepnya tentu

dibangun dengan ramah yang dapat mempertimbangkan aspek Religi, aspek Sosial,

aspek Politik, aspek strategis dan adaptif. Begitupun lokasi Benteng, Masjid, dan

tempat penting lain di lingkungan dipusat kekuasaan. Penguasa Tidore telah

memanfaatkan ruang-ruang disisi barat pulau untuk menempatkan rencana pusat

pemerintahannya. Oleh karena itu dikenal dengan bekasnya kadaton Rum, yang

sangat mungkin masih dipimpin oleh seorang Kolano. Kemudian pusat pemerintahan

dipindahkan ke Kadaton Mareku yang pernah kedatangan bangsa Spanyol, dan lokasi

selanjutnya di kadaton Biji Negara yang terletaknya di Toloa. Laiman Saleh dan

Amien Faroek (2006:4)

Perpindahan kekuasaan yang terakhir yang dilakukan oleh Sultan Syaifudin

atau disebut sebagai Jou Kota, perpindahannya ke posisi arah timur pulau Tidore di

kampung Soasio. Lokasi ini dikenal dengan nama Limau Timore (Kota Matahari

Terbit). Pada masa itu Portugis sudah membangun pemukiman di beberapa lokasi.

Ketika Belanda mengusir Portugis dari Tidore, maka lokasi Soasio dijadikan lokasi

tidak terbatas. Hal ini dapat dilihat sisa pagar-pagar batu yang sangat kokoh untuk

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

perlindungan rumah dan punghuninya. Perubahan yang menonjol ketika terjadinya

kedatangan bangsa Belanda dan VOC. Pada masa itu terdapat bangunan-bangunan

rumah untuk kebutuhan Belanda, posisi pemukiman dengan pagar-pagar batu alam

seperti tembok benteng itu sendiri.

Perkembangan pemukiman juga terkait juga dengan prasarana akses dari pusat

ekonomi ke pusat Pemerintahan, pemelihan pemukiman yang berada dibukit yang

merupakan masyarakat, petani penghasil Cengkeh, Pala, dan Tanaman lainnya yang

tampak juga dengan pertimbangan kelayakan lingkungannya. Begitupun posisi yang

disebuah lembah yang memungkinkan akses menunjukan lokasi ini lebih mudah.

Citra kesultanan Tidore tidak hanya dibentuk oleh lingkungan Pulau, Gunung, dan

Rempah-rempah, tetapi ada juga sejumlah unsur pemanfaatan ruang yang masih

digambarkan tentang adanya Benteng-benteng, Bukit-bukit, Tanjung, Pelabuhan,

Kraton dan Mesjid. Benteng-benteng tersebut yang lokasinya di bagian perbukitan

yang menghadap kearah lautan dan benteng dibangun oleh orang Spanyol dan

Portugis itu sendiri.

Kedatangan bangsa Belanda tidak membangun Benteng tetapi hanya

menggunakan benteng yang telah ada, sedangkan dilihat sisa bangunan kolonial

Belanda hanyalah sebuah Rumah Batu yang bercirikan bagunan Indisch dengan ciri

tiang pilar. Secara peninggalan fisik yang jelas dapat membuktikan bahwa kejayaan

masa lalu Tidore masih dapat dilihat hingga saat skarang. Lokasi bangunan Istana,

Masjid Kesultanan, Perkampungan, Perbentengan, hingga rumah-rumah bergaya

Eropa masih tersisa di Kota Soasio.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Dokumen-dokumen VOC dan Hindia Belanda yang mengungkapkan

pemukiman-pemukiman di Maluku Utara dibedakan antara “Negeri” dan dan bagian-

bagianya yang disebut sebagai “Kampung”. Negeri yang utama di Tidore adalah

Rum dan yang terakhir sampai sekarang adalah di Soasio M. Amin Faroek (2005:6).

Negeri Soasio terdiri dari 18 kampung yang tersebar di luar tembok Kadaton,

termasuk dua kampung dari penduduk asli yaitu kampung Cina dan Jawa, masih

terdapat empat negeri lainnya di pulau Tidore dengan sejumlah kampung dengan

sensus yang dibuat pada tanggal 12 Mei 1807, setelah kolonial Belanda menguasai

Soasio (setelah Sultan Nuku meninggal dunia). Ke empat Negeri ini masing-masing:

Negeri jongan jili (Rum) dengan 18 kampung, Negeri Marieko dengan 2 kampung,

Negeri Toloa dengan 8 kampung, Negeri Gurabati 9 kampung.

Leirissa (dalam Amin Faroek 2005:5) sensus pada tanggal 12 Mei 1807, saat

itu ke lima Negeri tersebut dihuni sekitar 6.332 jiwa. Jumlah terbesar terdapat di:

(1) Negeri Gurabati 2.221 jiwa (2) Negeri Marieko 943 jiwa, (3) Negeri Soasio 861

jiwa, (4) Negeri Toloa 798 jiwa, (5) Negeri Jongan Jili 474 jiwa.

Penduduk Tidore pada dasarnya berkebun dan berdusun untuk mendapatkan

bahan makanan meskipun sebagian besar bahan makanan harus didatangkan dari luar

pulau Tidore. Selain bertani pada setiap negeri mengerjakan kegiatan ekonomi yang

berbeda-beda seperti Negeri Soasio tenunan, Negeri Gurabati melakukan penyedian

bahan pangan, Negeri Jongan Jili melakukan perniagaan, Negeri Marieko melakukan

kegiatan nelayan, Negeri Toloa melakukan kegiatan pandai besi.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

b) Interaksi Sosial

Melalui kegiaan ekonomi terjadi interaksi sosial baik antara penduduk setiap

negeri, akibat penyediaan kebutuhan yang berbeda-beda maupun interaksi dengan

penduduk diluar pulau Tidore. Negeri Toloa misalnya, secara rombongan membeli

besi dari pedagang Cina kemmudian membuat berbagai keperluan rumah tangga

seperti parang, cangkul, kapak, pisau dan lain-lain. Lalu mengembara ke berbagai

Negeri untuk di jual atau di barter. Negeri Marieko menagkap ikan dan menyiapkan

dalam bentuk mentah atau telah diawatkan di bbeli oleh negeri Jongan Jili dan

menjajakan ke berbagai negeri bahkan membawa dengan perahu-perahu disekitar

pulau Tidore. Kepandaian orang Marieko dalam melaut dan menangkap ika, bisa

mencapai pulau-pulau yang lebih jauh seperti: pulau Obi, Tobelo, Sanana, bahkan

bisa mencapai Selawesi Utara selama berbulan-bulan baru kembali ke Tidore.

Tidore terutama penduduk Marieko sempat membangun pemukiman

diberbagai daerah lain setelah terjadi kawinann, sehingganya ada orang Marieko,

Tobelo, Obi, dan Sanana ada di Kema Sulawesi Utara. Interaksi melalui kegiatan

ekonomi ini maka proses pembaharuan dan perubahan sosial masyarakat Tidore

nampaknya sangat tinggi, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya dalam

wilayah kerajaan Tidore.

Bunyamin Marasabessy (2003: 8) menyatakan bahwa interaksi sosial melalui

perdagangan ini tidak terbatas pada penduduk antara negeri di Tidore maupun antara

sesama warga kerajaan Tidore akan tetapi mencangkup keseluruhan aktivitas perdaga

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

ngan yang dilakukan baik melakukan perdagangan Nusantara maupun pedangang-

pedagang Belanda di seluruh wilayah kerajaan Tidore yang membentang melalui dari

Irian, Kepulauan Raja Ampat sampai dengan Seram Utara dan Seram Timur.

Dari innteraksi melalui mata rantai perdagangann ini tidak menutup

kemungkinan terjadinya pembaharuan baik sosial maupun kultural sebagai layaknya.

Akan tetapi hal ini sulit di temukan di kedua kerajaan yaitu Tidore dan Ternate.

Kebudayaan yang terpelihara hinngga saat ini adalah benar-benar kebudayaan

asli dari leluhur yang tidak teradopsi sedikitpun dari kebudayaan barat terutama

kesenian daerah. Demikian pula dalam hal pembauran sosial baik di Tidore maupun

di Ternate tidak ditemukan adanya keturunan dari orang-orang Spanyol, portugis,

maupun Belanda, walaupun bangsa asing ini hidup berabad-abad di kerajaan ini.

Berbeda dengan Ambon atau di pulau Halmahera dapat di dijumpai keturunan-

keturunan orang Eropa sebagai hasil perkawinan dengan penduduk asli, demukian

juga aspek budayanya.

4.1.5 Sejarah Singkat Kerajaan Tidore

Jauh sebelum Islam membumi di Nusantara, Tidore dikenal dengan sebutan

Kie Duko. Artinya pulau bergunung api. Gunung berapi tersebut terdapat dipuncak

Marijang yang merupakan puncak tertinggi di Propinsi Maluku dan Maluku Utara.

Gunung berapi Marijang saat ini tidak lagi termasuk gunung berapi yang aktif.

Era ini, pemimpin tertinggi satu komunitas masyarakat dinamai momole.

Momole berasal dari bahasa daerah setempat, artinya pria perkasa “Satria”. Ada

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

beberapa orang momole yang memimpin komunitas-komunitas tertentu, diantaranya;

Momole Rabu Hale, Momole Jagarora, Momole Rato, dll.

Kekuasaan para Momole hanya sebatas wilayah suku pendukung atau

komunitas tertentu maka kadang kala, dalam pencarian legitimasi wilayah yang lebih

besar, pertikaian antar Momole tidak dapat terelakkan. Berkali-kali pertumpahan

darah dicoba ditengarai sesama mereka, namun selalu saja gagal, seperti rekonsiliasi

Ake Saragi, dan rekonsiliasi Gumira Mabuku. Pertikaian diselesaikan melalui

perundingan Togorebo yang difasilitasi Syeh Yakub, salah satu anggota rombongan

ibnu Chardazabah (khalifa Al–Mutawakkil Alallah dari Bani Abbasiyah) dari Irak

yang diperkirakan tiba di Tidore pada tahun 232 H, 846 M. Pertemuan Togorebo atau

menjaga haluan ini, selain dapat menghentikan pertikaian antar komunitas, juga

melahirkan kesepakatan monumental, peralihan nama Kie Duko menjadi Tidore.

Tidore dimaknai dari rangkaian kata To ado re “Aku telah sampai” dan bahasa

Arab dialek Irak Anta Thadore yang berarti “engkau datang”. Dikisahkan, tempat

pertemuan disepakati terletak di atas sebuah batu besar di kaki bukit Marijang. Para

Momole mempertaruhkan kehebatan dan kelihaian. Siapa lebih dahulu tiba di tempat

pertemuan pada purnama keempat belas, dialah yang bertugas sebagai pempimpin

pertemuan. Tidak ada yang menang, dan tidak ada yang kalah dalam pertarungan

ilmu mandraguna.

Di saat satu Momole mengira dialah yang lebih dahulu tiba di Togorebo sambil

berteriak To ado re, momole lainpun besahutan berteriak dengan kalimat yang sama,

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

To ado re “Aku Telah Sampai”. Beberapa saat kemudian tiba Syeh Yakub di tempat

pertemuan, serta merta beliau berujar dengan bahasa Arab dialek Irak Anta Thadore

“Kau datang” sambil menunjuk ke masing-masing Momole. Tidak ada yang

memenangkan pertarungan, maka disepakati Syeh Yakub sebagai pemimpin

pertemuan. Sejak itu, nama Kie Duko berangsur-angsur hilang dari penggunaan

masyarakat berganti dengan sebutan Tidore. Perpaduan antara bahasa daerah ‘To ado

re’ dan bahasa Arab dialek Irak “Thadore“. Laiman Saleh dan M. Amin Faroek

(2006:2)

Keadaan Tidore mulai terkuat sejak Sultan Ciriliyati naik tahta 1495.

(penguasa Tidore pertama yang menggunakan gelar Sultan) bersemayam di Gam

Tina “Kelurahan Tongowai”. Pada tahun 1512 Sultan Mangsur naik tahta, Ia

membuka perkampungan baru sebagai Ibu Kota Kesultanan Tidore di Rum, letak

Rum selain berdekatan dengan Ternate, juga diapit oleh tanjung Mafugogo dan pulau

Maitara.

Tahun 1600, Sultan Mole Majimo alias Alauddin Syah naik tahta, karena

alasan Rum sangat berdekatan dengan Ternate yang waktu itu adalah musuh

babuyutan Tidore, Dipindah ibu Kota Kesultanan Tidore dari Rum ke Toloa. Alasan

kedua, di pedalaman Toloa masih bermukim Kolano Tomabanga (Raja Belantara)

atau Kolano Jin (Raja Jin) yang masih Animis sehingga diperlukan pendekatan

khusus dalam penyebaran dakwah Islam. Dalam tataran penyebaran Islam Sultan

Alauddin berhasil mengislamkan komunitas Kolano Tomabanga dengan mempersunti

ng salah satu putranya dengan Boki Bola putri Kolano Tomabanga.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Sepeninggalannya Sultan Alauddin Syah, Kesultanan Tidore di pimpin oleh

Sultan Saifuddin alias Jou Kota naik tahta, memindahkan Ibu Kota Tahun 1600 M.

Sultan Saifuddin Memindahkan Ibu Kota kesultanan ke limau Timore “Kawasan

Timur”. Perpindahan kesultanan ini dengan alasan pertahanan keamanan. Perseteruan

Tidore dengan Belanda-Ternate mulai menghangat soal perebutan pulau Makian. Di

samping itu pemukiman yang dianggap layak, sebaiknya berhadapan dengan matahari

terbit, atau kawasan timur “Limau Timore” Limau Timore kemudian berganti nama

menjadi Soa-sio sampai sekarang.

Pada tahun 1600 M. Ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo (Alauddin

Syah) ke Toloa di selatan Tidore. Perpindahan ini disebabkan meruncingnya hubung

an dengan Ternate, sementara posisi ibukota sangat dekat dengan Ternate, sehingga

sangat rawan mendapat serangan. Pendapat lain menambahkan bahwa, perpindahan

didorong oleh keinginan untuk berdakwah membina komunitas Kolano Toma Banga

(masyarakat Tidore yang masih animis) agar memeluk Islam. Perpindahan ibukota

yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan Saifuddin (Jou Kota). Limau

Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio.Lisna Sarjun (2008:26)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dari Tarekat Lahirnya Seni Badabus (Taji Besi)

Kata Tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu dari kata benda thoriqoh yang

secara etimologis berarti jalan, metode atau tata cara. Dengan bahasa yang lebih

mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa bis, kapal laut atau pesawat

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah punya izin mengemudi dan

berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan beberapa penumpang di

dalamnya untuk mencapai tujuan.

Tarekat berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan

cara menyucikan diri, atau perjalanan yana ditempuh oleh seseorang untuk

mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus

dibimbing oleh guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau

mursyid inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan

lahiriah serta rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara

(washilah) antara murid dan Tuhan dalam beribadah

Ritual Badabus (Taji Besi) di kalangan masyarakat Tidore, merupakan kebuda

yaan Islam yang masuk bersamaan dengan agama Islam. Badabus merupakan media

yang di gunakan para mubaliqh dalam menyiarkan Islam di Tidore. Badabus

merupakan ritual kekabalan yang di padukan dengan unsur Rebana, ritual ini sering

juga disebut dengan Ratip Rabana.

Dalam pelaksanaan ritual Badabus, konteks yang tidak dapat dipisahkan dari

pelaksanaanya adalah ilmu tarekat. Ritual ini syarat dengan unsur-unsur tarekat dan

terkadang mempertontokan kebenaran dari tarekat menurut pengikut dari kelompok

tarekat tertentu. Persaingan antara ilmu terekat ini menjadi fenomena yang umum dari

setiap ritual Badabus. Kondisi lahirnya persaingan antara tarekat dalam masyarakat

Tidore ini, terjadi karena adanya kepercayaan atau keyakinan dari ajaran tarekat oleh

setiap pengikut tarekat. Di kalangan pengikut tarekat tertentu ada semacam euforia

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

kebanggaan di dalam kebenaran ilmu terekat yang dianutnya, dan karna ini sangat

kondisional maka sering persoalan-persoalan tarekat ini menjadi masalah sosial di

luar ke agamaan.

Dalam beberapa kasus terekat yang terjadi di Tidore, karna persaingan dalam

meyakini kebenaran ilmu tarekat dan menjadi euforia kebanggaan dari pengikutnya,

sering antara pengikut tarekat terjadi tragedi saling menudu dangan isi tarekat sesat.

Hal ini pada ahirnya di selesaikan pada jalur hukum.

Masyarakat Maluku Utara di kenal sebagai masyarakat yang memperdalam

ajaran tarekat dalam ajaran Islam. Hal ini terjadi karena secara historis di pengaruhi

oleh konfederasi Moti Tahun 1322 yang di ikuti oleh 4 kesultanan yaitu Ternate,

Tidore, Bacan dan Jailolo. Dalam konfederasi ini di samping adanya kesepakatan

untuk menjadi satu kesatuan dalam wadah Negara Maluku Kie Raha, Tidore diberi

kepercayaan untuk lebih memperdalam ajaran tarekat. Hal itulah apabila ada ritual-

ritual ke agamaan hingga dewasa ini maka Tidorelah yang paling tertip dalam

menonjolkan unsur tarekat.

Secara umum, masyarakat Tidore dalam mempelajari dan mengamalkan

tarekat dalam ajaran Islam, di lakukan sejak masa kecil. Anak-anak setelah bisa

melakukan sholat, sudah di tanamkan dengan ajaran tarekat, hal dalam prinsip mereka

agar mereka mampu memahami jati diri sebagai manusia yang lahir ke dunia dan

tanggung jawap yang harus di laksanakanya dalam ajaran Islam.

Pada ritual badabus, ajaran tarekat yang di ajarkan pada masyarakat tebagi

menjadi beberapa macam sesuwai dengan syeh yang membawakan ajaran tersebut

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

sebagai mana yang di ketahui, ajaran-ajaran tarekat tersebut terdiri dari, ajaran tarekat

Nakshabandiyah, tarekat Rifa’iya dan tarekat Tuniasah dari ke tiga ilmu tarekat

tersebut yang sangat di populer dikalangan kesultanan maupun masyarakat yaitu

Nakshabandiyah dan Rifa’iya.

Tarekat dalam dinamika di ciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf akidah. Ada

juga terkat-tarekat yang merupakan perpecahan dari pada tarekat induk, yaitu tarekat

yang sudah di pengaruhi oleh pendapat syeikh-syeikh tarekat yang mengamalkan di

belakangnya atau keadan setempat, (keadan bangsa yang menganut tarekat itu)

banyak di antara perpecahan tarekat-tarekat itu disusun atau di beri istilah-istilah yang

sesuwai dengan tempat perkembangannya

Ritual Badabus dalam pelaksaanya secara pasti setiap pengikunya akan

mengikuti salah satu dari ajaran tarekat. Konteks nyata dari konsepsi ini dapat di lihat

dari pelaksanaan ritual Badabus di Tidore.

Dalam menguraikan sacara mendetail mengenai prosesi ritual Badabus pada

masyarakat pelaku Badabus di Tidore akan di dahului oleh uraian-uraian mengenai

perkembangan tarekat higga jenis terekat yang di anut oleh pelaku Badabus di Tidore.

4.2.3 Lahinya Ritual Badabus (Taji Besi).

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Debus atau taji besi di Indonesia

sangat popular di dua daerah Aceh dan Banten, untuk wilaya Maluku Utara terutama

Tidore, sejarah lahirnya Debus atau taji besi belum banyak di ketahui karna riset-riset

sejarah masuknya Islam di Maluku utara belum banyak di lakukan, pada hal kitap

Lontara atau manuskip kuno yang di kramatkan cukup banyak tersimpan atau di

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

miliki oleh penduduk setempat terutama yang berhubungan dengan masuknya Islam

di Tidore.

Nama dari pertunjukan badabus ini pada awalnya di kenal masyarakat dengan

sebutan Taji Besi atau Ratip Rabana. Sedangkan nama badabus dalam masyarakat

Tidore merupakan istila baru yang di populerkan oleh generasi baru para pelaku

badabus dan menjadi bahasa moderen pada masyarakat Tidore.

Dalam falsafah masyarakat Tidore badabus merupakan ritual yang di

pengaruhi oleh tradisi Arab sesuwai dengan proses pelaksaan ritual tersebut. Selain

itu filosofi dari ritual badabus adalah kepasraan kepada sang pencipta (Allah SWT)

dengan keyakinan bahwa apapun yang terjadi pada pelaksanaan pertunjukan tersebut

mereka siap untuk menerima resikonya dalam menghadapi bahaya dalam pelaksanaan

ritual tersebut.

Dalam wawancara dengan beberapa syech Badabus (taji besi) di Tidore di

ketahui bahwa hadirnya Badabus (taji besi) di Tidore di bawa oleh syech Jafar sadek,

seorang mubalik Islam yang merupakan imam syiah ke empat. Selain Jafar Sadek,

Syech Al-banjari juga memperkenalkan Badabus (taji besi) bagi masyarakat Tidore

terutama di daerah Tomalou dari ke dua syech inilah yang memperkenalkan Badabus

(taji besi) pada masyarakat Tidore ini merujuk pada sumber-sumber kesultanan.

4.2.3 Badabus (Taji Besi)

Badabus merupakan permainan (pertunjukan) kekabalan terhadap senjata

tajam atau api dengan menyiksa diri (dengan menusuk, menyayat, atau membakar

bagian tubuh) taji besi atau lajim di sebut Badabus berasal dari bahas arap yaitu

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

sepotong besi tajam yang berukuran minimal 30 cm dengan lingkaran inci di

sesuaikan.

Badabus adalah fungsi kinerja manifest yaitu memberikan bukti kekabalan.

Para peserta adalah seh taji besi, atau pemimpin dari kelompok Badabus (taji besi)

dan sejumlah (pemain taji besi) alat yang di gunakan sebenarnnya adalah seperti

belati penusuk terdiri dari gagang kayu dengan paku besi berjalan melewatinya, yang

berahir pada titik yang tajam.

Pandangan mengenai Badabus atau taji besi dari Amien faroek selalu

menghubungkan dengan tharekat rafai’iya menurut beliau ini adalah hasil dari fiksi

yang saleh yang berasal dari berbagai macam perbuatan keajaiban pendiri tharekat

ini, dan dalam hubungan ini adorasi (mukjizat) pada bagian dari pelaku badabus atau

taji besi.

Sehubungan dengan pelaksanaan ritual Badabus atau taji besi Amien Faroek

menyatakan bahwa ketika itu persaudaraan mistik semakin meningkatkan jumlah

pengikut mereka tetapi mereka tidak saling bersaing. Namun demikian, di wilayah di

mana kelompok-kelompok Badabus berada ada juga tharekat lain, bernama

Nakshabandiyah, akan terekat-tarekat itu satu sama lain tidak saling bersaing untuk

mendapatkan pengaruh demi mendapatkan pengikut. Dalam hubungan ini suatu

penyataan oleh salah satu syeh bertarekat, yang menjelaskan kepatuhan angota lain

terhadap ritual Badabus penjelasan ini melukiskan bahwa sesungguhnya Badabus

dalam pelaksanaanya selalu berhubugan dengan tarekat dalam tingkatan ajaran Islam

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

atau dapat di katakana bahwa dalam ritual Badabus sarat dengan persoalan tarekat.

(wawancara 19 April 2013)

4.4 Jalur-Jalur Penyebaran Islam dengan Ritual Badabus

Badabus adalah media yang di gunakan oleh para syech atau mubalik ketika

menyebarkan Islam di Tidore ritual ini sangat berperan penting dalam proses

Islamisasi di Tidore. Berikut ini penjelasan mengenai jalur-jalur penyebaran Islam

dengan menggunakan pelantara media badabus.

Setelah masuknya agama Islam di daerah-daerah Maluku Kie Raha, Islam

mulai menyebar secara bertahap di seluruh wilayah Maluku Utara. Penyebaran agama

Islam di Tidore pertama kali di kenal di masa kesultanan Tidore. Namun belum

menyebar di seluruh wilayah yang ada di Tidore seperti Tomalou.

Masyarakat Tidore di Tomalou mulai mengenal agama Islam sejak kedatangan

seorang Syech yang berasal dari Bonjonegoro (Kalimantan) yakni Syech Al-

Mukarram Al-Banjari, yang dikenal saat ini dengan nama Albanjar. Menurut Udin

Wahid Al. Banjar (wawancara:21, April) yang juga turunan Albanjar menjelaskan

bahwa kelurahan Tomalou pada abad ke 17 belum ada yang memeluk agama Islam.

Di Tomalou ketika itu dihuni oleh kelompok marga seperti marga Sero-Sero,

Marsaoly, Konoras, Wadah. Marga-marga ini seluruhnya belum memeluk agama

Islam. Perkenalan dengan Islam mulai terjadi setelah kedatangan Syech Almukkaram

Albanjari. Kedatangan Syech Al-Banjari dan mediasi yang dilakukan terhadap

penduduk setempat dengan santun serta menggunakan media tertentu berupa

membaca ayat-ayat suci Al-Quran menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Tidore yang bermukim di Tomalou. Salah satu strategi yang dipakai untuk semakin

menambah daya pikat bagi masyarakat untuk memeluk Islam di samping perilaku

santun juga media adalah tarian badabus (taji besi).

Hal ini sesuai yang di tuturkan oleh Udin Wahid Albanjar (wawancara, 21

April). Ia menerangkan bahwa Syech Almukarram Albanjari di kenal sebagai seorang

Syech yang memiliki ilmu agama yang paling tinggi, ini karena ia mampu untuk

menunjukan syariat-syariat Islam sesuai dengan tuntutan ajaran agama, seperti mengu

capkan salam saat bertemu dengan setiap warga. Selain itu, Syech Almukarram

Albanjari juga mampu membacakan ayat suci Al Qur’an dengan suara yang merdu

sehingga menarik simpatik bagi masyarakat untuk mengikuti ajaran Islam. Syech Al-

Banjari juga di kenal sebgai seorang imam mesjid yang baik menurut kepada

penduduk Tomalou.

Syech Al-Banjari dalam menyebarkan syiar Islam kepada masyarakat Tidore

terutama di Tomalou pada langka awalnya menggunakan cara kekerasan, yaitu

bertarung dengan kepala-kepala suku, dengan syarat yang sudah di sepakati yang

kalah harus tunduk kepada yang menang. Hal ini dilakukan karena sebagian besar

penduduk Tidore di Tomalou bermukim di hutan dan tersebar di beberapa tempat,

dan mereka sangat sulit untuk diajak keluar dari pemukimannya. Al-Banjari dengan

sedikit bersusah payah akhirnya berhasil menggiring penduduk Tidore di Tomalou

untuk bermukim di dekat tepi pantai. Sesudah di giring dalam satu daerah

pemukiman maka langkah-langkah dakwah dilakukan kepada penduduk dengan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

menggunakan media penarik berupa pertunjukan badabus dan membacakan ayat-ayat

suci Al-Quran dengan suara merdu.

Salah satu media yang pernah ditakuti oleh masyarakat pada tahap awal akan

tetapi ini menjadi daya pikat dikemudian hari, adalah budaya mengaji dengan

menggunakan besi dan di tusuk ke kedua dada, akan tetapi besi yang runcing tidak

pernah menembus dada itulah badabus (taji besi). Media ini punya daya tarik, karena

kekebalan bagi masyarakat setempat di anggap sebagai pertahanan diri yang cukup

efektif terutama jika terjadi peperangan antar suku.

Ketika itu di wilayah Maluku utara umumnya, termasuk juga di Tidore,

kehidupan penduduknya masih cukup liar, di mana peperangan antar suku kerap

terjadi. Fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan suku-suku di wilayah Maluku

utara yang sering berperang antar suku memungkinkan seluruh suku mencari

pertahanan diri termasuk ilmu kekebalan demi mewujudkan eksistensinya. Olehnya

itu pertunjukan kekebalan senjata tajam dalam pengajian menjadi magnet yang kuat

bagi masyarakat untuk mempelajarinya dan sudah tentu akan memudahkan Islam di

peluk oleh penduduk setempat, termasuk yang ada di Tomalou.

Agama Islam yang mulai di kenal oleh masyarakat Tomalou baik dikalangan

marga Sero-sero, Konoras, dan Wadah, lewat dakwah dan permainan taji besi ini,

akan tetapi perkembangan pemeluknya yang kafah sangat lamban sekalipun mediasi

yang telah dilakukan berjalan efektif. Hal ini disebabkan karena adanya keengganan

dari sebagian marga untuk melepaskan keyakinan mereka yang lama yakni keyakinan

terhadap konsep Jin Semomole. Oleh karena itu langkah lebih lanjut yang di lakukan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

oleh Al-Banjari yakni dengan melakukan perkawinan dengan wanita setempat. Dalam

strategi ini, Al-Banjari memilih marga yang berpengaruh secara struktur sosial

terutama populasi yang banyak di antara semua marga. Wanita yang dipilih oleh Al-

Banjari yakni wanita yang berasal dari marga Sero-sero yang bernama Halima.

Perkawinan yang terjadi dengan wanita dari marga Sero-sero ini membawa

perubahan sosial bagi marga-marga lainnya. Islam pada akhirnya diterima secara

masal dan prosesi untuk menggiring masyarakat menuju pemeluk Islam yang kafah

berjalan denga baik.

Dalam perkawinannya juga di tuturkan oleh Udin Wahid Al-Banjar bahwa

setelah menikah, Syech Al-Banjari meninggalkan isterinya yang telah mengandung

selama tiga bulan, ini dilakukan karena syech Al-Banjari hendak kembali ke

Kalimantan. Ketika Al-Banjari berangkat ia memberikan amanah kepada isterinya

bahwa jika ia berangkat maka istrinya harus segera ke bukit yang tinggi untuk bisa

melihat kepergiannya, karenanya istrinya pun mengikuti apa yang disampaikan oleh

syech Al-Banjari. Bukit di mana istri Al-Banjari berdiri hingga kini tetap di abadikan

dengan nama bukit Salillah yang artinya melihat. Selain itu amanah yang di

sampaikan oleh syech Al-Banjari bahwa ketika anak itu di lahirkan ke dunia, maka

akan dikirimi kitab suci Al-Quran dan nantinya disaat kitab suci ini di buka pada

suatu ketika maka ia akan menjadi seorang anak yang pandai mengaji.

Wujud dalam kemampuan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dari keturunan

syech Al-Banjari sampai saat ini masih tetap terjaga secara baik. Tradisi membaca Al

Qur’an diwariskan secara turun temurun.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.4 Prosesi Pelaksanaan Ritual Badabus

4.4.1 Panji Kebesaran Para Wali Ahli Tarekat

Panji kebesaran para wali ahli Tarekat dalam melaksanakan ritual sala satu

kelengkapanya yakni panji atau bendera yang merupakan lambang kebesaran

kelompok badabus (Taji Besi) sekaligus sebagai gambaran dari Tarekat yang di anut

oleh kelompok badabus (Taji Besi) . panji kelengkapan Badabus (Taji Besi) dari

kelompok Tarekat naksyabaniah pada masyarakat Tidore terdiri dari dua panji, yang

satu panji berwarna puti dan satunya lagi berwarna merah. Panji-panji ini bertuliskan

kalimat-kalimat dan merupakan puji-pujian akan keagungan Allah sang pencipta alam

semesta.

Kedua panji ini di tempatkan berdampingan di dapan ke dua sisi dari Syech

Badabus (Taji Besi) maksud penetapan ini agar setiap peserta yang akan mengunakan

Badabus (Taji Besi) selalau dalam lindungan Allah, sesuwai kalimat-kalimat yang

tercantum dalam ke dua panji. Dalam konteks makna, ke dua panji yang berwarna

puti ini sebagai perlambangan kebersihan jiwa dan keberanian jiwa dari para pelaku

Badabus (Taji Besi). Posisi Syech Badabus (Taji Besi) dalam ritual ini di apait oleh

ke dua panji ini. Apa maksud dari syech yang berada di tengah ke dua panji ini tidak

di jelskan para pengikut Badabus (Taji Besi) kelompok Naksyabaniah. Akan tetapi

dari hasil pengamatan terhadap posisi duduk syech yang di apit oleh dua panji

menyiratkan ada hubungan antara doa yang di lafalkan dengan kalimat-kalimat yang

tertuliskan pada panji.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Pada mulanya panji-panji ini melambangkan kelompok Tarekat tertentu,

misalnya Rifa’iya atau Naksyabania akan tetapi ini kemudian berubah, panji-panji ini

tidak lagi menggambarkan Tarekat atau keolompok Badabus (Taji Besi) tertentu akan

tetapi telah menjadi simbol kekuwatan bagi pelaku Thareqat.

Simbol dalam bentuk apapun, tetap di butukan untuk member kepercayaan

bagi pelaku ritual simbol yang terpasang di dekat syech Badabus (Taji Besi) akan

memberi kekuatan spiritual bagi setiap pelaksanaan Badabus (Taji Besi). Setidaknya

simbol akan memberi rangsangan keberanian bagi pelaku Badabus (Taji Besi) dan

simbol-simbol ini akan memberi kekuatan ataupun melindung mereka dari bahaya

dalam pelaksanaan ritual.Untuk jelasnya bagaimana posisi panji dapat di lihat pada

gambar 1

Para pemain Badabus (Taji Besi) ketiaka akan memulai aksinya, bersimpuh di

hadapan ke dua syech dan di apit oleh panji Badabus (Taji Besi). Tujuan dari

bersimpuh atau bersujud pada syech yang kemudian di apit oleh ke dua panji ini

untuk mendapatkan restu dan kekuatan dalam melaksanakan ritual. Kekuatan yang di

peroleh dari restu ini nantinya ia tidak akan tertembus oleh senjata tajam yakni

Badabus (Taji Besi) yang di pakai ketika menusuk bagian-bagian tubuhnya. Untuk

menjelaskan mengenai posisi ketika pelaku melakukan sujut dangan di apit oleh

bendera lihat ganbar ke dua.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.4.2 Badabus/ Taji Besi

Jika pada awal munculnya, ritual badabus di gunakan oleh setiap kelompok

debus cukup berfariasi, ada yang mengunakan pisau, pedang dan jenis senjata lainya,

maka dalam perkembangan kemudian, yang di gunakan hanyalah sepotong besi tajam

yang ukuranya di sesuwaikan dan pada salah satu ujungnya di pasang kayu dan rantai

untuk pemberat.

Setiap unjung besi nantinya di gunakan untuk menusuk dada para pemain

debus akan di asah setajam mungkin. Pemberat dari kayu dan rantai besi ini akan

berfungsi untuk memberi kekuatan dorongan di saat besi di ayunkan ke dada. Lihat

gambar 3 Lampiran.

4.4.3 Tempat Pembakaran Dupa

Dupa atau kemenyan merupakan kelengkapan ritual. Dupa ini memberikan

keharuman dalam ruangan acara. Dupa ini dalam konsep keyakinan masyarakat

setempat sebagai penghantar tahlilan untuk menghadirkan kekuwatan terutama

kekebalan yang nantinya di miliki oleh setiap peserta ritual. Asap yang di keluarkan

menjadi penghatar mantra untuk mendapatkan kekabalan tubuh sehingga senjata

tajam tidak akan melukai para pelaku taji besi. Gambar 4. Dupa atau kemenyan

sebagai kelengkapan rituwal badabus(taji besi). Lammpiran

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.4.4 Air pada Mangkuk Putih.

Mangkuk putih yang berisi air merupakan kelengkapan rituwal. Makna

simbolis dari air pada mangkuk putih ini sebagai kebersihan jiwa atau keteduhan hati

yang akan mendinginkan sikap emosioal yang meluap-luap sebagai pelembang api.

Api melambangkan kekuatan dan kemurkaan dan akan di netlarisir oleh air sebagai

pelambang kesucian dan kebersihan jiwa.

4.4.5 Bantal dan Lefo (Kitap Amalan)

Bantal yang di pakai pada ritual semata-mata berfungsi untuk menempatkan

kitap amalan yang biyasa di sebut Lefo. Kitab lefo yang di tempatkan diatas bantal

sebagai lambang sakralnya kitap, dan untuk menjaga agar isi kitabnya tetap bertuah

maka ia harus di hormati atau dijaga termasuk dalam hal tempat di mana kitap itu di

letakan untuk dibaca.

Lefo merupakan kitap yang berisi ajaran tarekat dan lefo ini biyasanya akan

selalu di jaga, dipelajari oleh parah syehk, dari lofo inilah kauum syehk di Tidore

mewariskan ajaran-ajaran tarekat dari generasi ke generasi.

Lefol merupakan manuskrip yang di tulis dengan tangan kebanyakan berisi

ajaran Islam dalam tingkatan syariat, tharikat, hakikat, dan marifat, sebagian

besar masyarakat menjadikan manuskip-manuskrip ini sebagai pedoman

dalam melaksanakan ajaran Islam. Dalam tingkat tarekat. Hal ini demikian

karna manuskip-manuskip Islam di tulis oleh para mubalik yang datang

menyiarkan Islam di Tidore. Akan tetapi dari pemeriksaan Lefo, di ketahui

bahwa ada juga yang di tulis oleh sesepuh –sesepuh Islam Tidore yang bias

di sebut Sara. Lefo-lefo ini sangat di sakralakan, hal ini pada prisipnya untuk

melanggengkan ajaran-ajaran Islam yang di tuangkan dalam manuskip.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Bahan-bahan unttuk menulis manuskip adalah kertas dari kulit kayu dan

kertas (Wawancara. Ishak Naser. 21 April 2012 )

4.4.6 Minuman Sarbat (sarabati)

Minuman sarbat atau sarbati merupakan minuman yang terbuat dari jeruk

nipis,jahe,dan gula merah. Sarabati menjadi menimunan yang dinikmati pada saat

akhir ritual. Minuman ini menrut pengakuan dari Masmin faroek, seorang syehk taji

besi merupakan minuman yang diwariskan oleh mubaligh yang datang menyiarkan

islam di Tidore.

Menurut para peserta ritual, setelah meneguk sarbati, rasa letih akan segera

hilang karna diyakini menimun ini mempunyai kekuatan untuk menghilangkan lelah

dan letih sehabis beraktifitas yang menguras tenaga.

4.4.7 Rabana.

Rabana yakni gedang berukuran kecil dan pipih yang biasanya di tabuh secara

beirama untuk mengeringi untuk mengiringi prosesi ritual. Rebana ukuranya antara

satu dengan lainya tidak terpaut jauh.

4.4.8 Musik penggiring.

Dalam pelaksanaan pementasan badabus (taji besi) setiap peserta memegang

rebana. Rebana-rebana ini akan di tabuh secaa berirama mengiringi zikir.

Alunan rebana ini terkadang lambat dan juga cepat, seakan mengikuti

lantunan zikir yang di bicarakan oleh syehk dan di ikuti oleh peserta rituwal. Jadi di

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

saat menabuh rebana, peserta jugamelantunkan bait-bait zikir yang merupakan

kalimat tarekat. Dengan iringan music berirama dari rebana ini ,lantunan zikir

bersahut sahutan mengiringi para pemain badabus (taji besi). Irama rebana ini akan

semakin gencar di tabuh apabila para pemain debus mulai beraksi. Lantunan zikir

yang di iringi dengan music rebana menjadi tren dalam setiap permainan badabus

(taji besi)

4.4.9 Pertunjukan Badabus (Taji Besi)

Sesudah semua intrumen ritual disiapkan mulai dari panji kebesaran ritual,

badabus (taji besi), bantal, lefo, dupa, mangkuk berisi air putih, bantal tempat

meletakan lefo, minuman sarbati dan rebana. Langka-langka selanjudnya yakni

dengan meletakan semua instrument ritual sesuwai tatacara ritual.

Ketika ritual di mulai, seluruh tamu undangan yang datang dari berbagai

kalangan tarekat di persilakan untuk mengambil posisi sesuwai yang sudah di atur

oleh pelaksana ritual atau keluwarga yang melakukan hajatan ini harus sesuwai

dengan petunjuk dari syech badabus.

Pada permulaan pertunjukan, syech mengambil tempat duduk di

maqam.kemudian syech membuka lefo atau kitab tarekat dan di tepatkan di atas

bantal yang telah disiapkan. Sesudah membuka kitap syech kemudian membakar

dupa lalu sejenak bertafakur untuk kemudian membaca secara berturut-turut surat Al-

Fatiha kepada Rasulullah S.A.W serta para wali-wali tertentu seperti para syech

Abdulkadir Jaelan, Ahmadul Kabi Rurerfai, Ahmad Ibnu Alwan, Zunaed Al Bugdadi,

Abdullah Ibnu Abubakar Al Idrus, serta para masyaih-masyaih dan guru-guru ahli

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

thareqat yang lain. Kemudian secara berurutan membacakan suratul Al-Iklas, Al-

falaq, An-Nas , Al- Fatiha, Al- Baqarah dan ayat kursi sesuwai dengan tata cara atau

petunjuk kemudian panji-panji kebesaran ritual yang terdiri dari warna merah dan

putih di asapi dan diikuti kemudian dengan mengasapi taji besi dengan doa-doa

khusus pengasapan dengan dupa ini juga menurut pengakuan dari syech badabus

untuk mensterilkan unjung besi runcing yang sudah di asah dari keratin yang dapat

mendatangkan infeksi bagi peserta ritual. (di sterilkan dengan ayat-ayat suci Al-

Qur’an).

Dao-doa yang dilafalkan pada saat mengasapi panji-panji dan badabus tidak

di perdengarkan dan ini merupakan rahasia dari suatu doa. Doa yang di

bacakan bukan merupakan mantra seperti halnya di Aceh maupun Banten.

Menurut pengakuan syech badabus, bahwa ritual badabus di Benten dan di

Aceh sangat berbeda. Aceh mengandung hal-hal yang mistis seperti Banten

sedangkan Tidore menghilangkan unsur mistis. Pengakuan ini juga pernah di

sampaikan dalam pementasan debus di Jakarta dimana dengan penuh

keyakinana di nyatakan oleh Masmin Faruk bahwa debus kami tidak

mengunakan mantra seperti Aceh dan Banten. (Wawancara. Yusup

Muhammad Saleh, 23 April 2013)

Pada saat taji besi di asapi oleh Syech, senjata ini di gerakan tiga kali di depan

Zikir. Kemudian debus di letakan di atas bantal, sesudah itu syech memegang rebana

seraya melantungkan zikir/rasidahan dengan tabuhan rebana di ikuti oleh seluruh

jamaah atau peserta ritual.

Ketika memainkan badabus (taji besi), para pelaku mengambil dua taji besi

yang ada di hadapan syech yang apit oleh dua panji. Sebelum mengambil taji besi,

tafakur sejenak kemudian taji besi di angkat dan di panggul di bahu kanan lalu kiri

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

seterusnya pelaku mulai memainkan dengan menggoyang-goyang taji besi lalu

dengan penuh tenaga di tikam kedada berulang-ulang.

Tikaman demi tikaman ini terjadi berulang-ulang, sehabis peserta yang satu di

lanjutkan dengan lainnya atau secara serempat dua atau tiga orang melakukan aksi

dengan penuh sadar tanpa kesurupan. Aksi-aksi pertunjukan ini seakan tanpa rasa

lelah dan enak di tonton. Dalam aksi-aksinya sering ada beberapa peserta yang sedikit

mengeluarkan darah tetapi ini sangat sedikit dan tidak membahayakan pelaku ritual

karena besi yang menancap ke dada tidak dalam.

Adanya darah yang keluar di antara para peserta di saat pertunjukan bagi kita

yang kurang memahaminya mungkin ini di benak kita sangat membahayakan diri

peserta, akan tetapi sesungguhnya tidak demikian karena pada kulit yang tertembus

tidak mencapai satu inchi dan akan segera hilang bersamaan dengan berakhirnya

ritual. Bekas-bekas hantaman badabus di bagian dada peserta akan terlihat

menyembul untuk beberapa kasus, tetapi hal ini ketika berjalan beberapa waktu, kulit

akan pulih seperti sedia kala. Bukan halangan bagi setiap peserta yang mengalami

kasus adanya bekas hantaman taji besi di dada untuk kembali melakukan aksi-aksinya

setiap kali ada hajatan kemudian taji besi atau Badabus dipertunjukan. Mereka

dengan penuh semangat kembali akan beraksi seakan tanpa memikirkan bekas

hantaman taji besi sebelumnya. Gambar 10. Peserta taji besi memulai aksi dengan

mengangkat dua badabus (taji besi)

Dalam pengamatan yang dilakukan terhadap pelaksanaan ritual taji besi,

Nampak nyata bahwa dalam aksi-aksinya, peserta terlihat sadar tidak seperti orang

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

kesurupan. Zikir dan ratib rebana yang mengiringi jalannya ritual menjadi

penyemangat para peserta untuk melakukan aksi-aksinya dengan berbagai macam

gaya yang eksentrik. Ayunan taji besi yang penuh tenaga di arahkan ke dada seakan

membentur tembok tebal dan kemudian terpukul kembali dan seterusnya di ulangi

berkali-kali. Menurut mereka aksi-aksi ini sungguh mengasyikan, seakan tidak

berbeda di bawah bayang-bayang yang membahayakan nyawa para peserta.Gambar

11. Para peserta hendak berdiri untuk memulai aksinya.

Banyaknya peserta yang tampil dalam pertunjukan, tergantung dari luasnya

ruangan. Semakin luas ruangan maka yang tampil semakin banyak. Aksi-aksi atau

gerakan yang dilakukan oleh setiap peserta terjadi secara bervariasi. Ada yang tidak

terlalu banyak meliukan badan untuk menggerakkan tangan untuk melahirkan tenaga

yang kuat tetapi ada yang dengan penuh semangat melenggang dan meliukan badan

dan tidak sekedar untuk memperoleh kekuatan penuh guna mengayunkan badabus

tetapi juga untuk melahirkan aksi-aksi yang menapjukan.

Perlu saya jelaskan juga di sini bahwa gerakan permulaan tidak selamanya di

mulai dari duduk tatapi langsung berdiri sambil memegang badabus kemudian

bertafakur sejenak lalu mulai menggerakan kedua taji besi untuk memulai aksi

menikam dada secara berulang-ulang dengan tetap di bawa iringan rabana dan zikir

yang bersahut-sahutan. Para peserta yang memainkan badabus setiap kali dilakukan

yang dapat dirasakan hanyalah rasa gatal setiap kali besi menancap di dada. Semakin

dilakukan berulang-ulang rasa gatal itu kian bertambah dan seakan semakin memacu

semangat peserta untuk terus mengayunkan badabus tanpa henti.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Pada waktu peserta memainkan badabus, iringan zikir bersahut-sahutan

mengiringi jalannya pertunjukan. Alunan zikir pengantar yang dibacakan yakni;

Lailaha Illallah-Lailaha Illalla- Daim-Lailaha Illallah Yuhyil Qalbi-Bidzikirulah.

Kiasanya : Tiada tuhan selain allah-tiada tuhan selain allah yang bersembunyi, tiada

tuhan selain allah yang hidup di hati kami hanya dengan menyebut namamu ya allah.

Setelah lantunan zikir ini selesai syech membacakan syair-syair yang mengandung

nasihat seperti :

Hukumun adzimun fiddunya sarafun wagatuha,…Al-mautu harakun wal-kabaru

muadzbun.

Kiasannya : Apalah arti bersenag-senang di atas dunia ini padahal maut akan

menjemput kita dan mengantarkan kita ke alam kubur dan di sana pasti ada adzab.

Gambar 12. Para peserta mulai mengankat badabus (taji besi) dan di arahkan ke

dada . Langka ini merupakan persiapan untuk berdiri dan memulai aksinya

Lantunan zikir debuspun demikian sesuai peminat. Setelah selesai berzikir

dan sebagainya, syech dan para jamaah berdiri dan syech bermunajjah kepada auliya

yang bersangkutan sesuai dengan niat dan hajatan. Selesai bermunajjah syech

mengucapkan kalimat dzikir di sertai dengan lantunan rabana yang di sebut

mengantar syech karena pada awal upacara menghadirkan roh para syech, maka pada

akhir kegiatan mengantarkan kembali. Kemudian syech membacakan ayat Qur’an

untuk mendapatkan dari sang Khalid. Contoh : surat Al-khafi ayat 28 dan ayat 107

s/d ayat 110. Selesai syech membacakan ayat-ayat pilihan tersebut syech dan para

jamaah duduk kembali kemudian syech membacakan surat Al-Fatiha kepada

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Rasullullah S.A.W, kepada para waliyullah dan guru-guru. Setelah itu baru sang

syech membacakan dan terutama niat dan hajatan kemudian dilanjutkan dengan doa

ungkapan syukur dan terima kasih. Selesai maka syech dan para jamaah saling

bersalaman dengan ucapan “ Sallallah alaa Muhammad, Sallallah alaihi Wasllam “

di akhiri dengan “Wa alaa Alihi Wa-ashabihi Saa’datiddunnya Wamulikil uhra

alfattihah”.

Kiasannya : Kesejaterahaan dan keselamatan atas diri Muhammad bersama para

keluarga dan sahabatnya sesungguhnya dialah raja di dunia dan dia pula yang raja di

hari kemudian. Seraya secara ramai-ramai membacakan Surat Al-Fatiha maka usailah

sudah acara tahlilan dengan memakai rabana dan debus.

Di lihat dari prosesi awal hingga akhir pertunjukan, untuk kasus debus Tidore

terlihat cukup sederhana dan tidak memiliki instrument yang banyak untuk

pelaksanaan ritual. Terlihat sederhana instrumennya, tetapi dibawah lantunan rabana

dan bacaan zikir seakan ritual ini terlihat sebagai pertunjukan mega. Aksi-aksi para

peserta yang penuh tenaga sesungguhnyalah yang menyulap kondisi kesederhanaan

menjadi sesuatu yang mega dalam pertunjukan. Rasa takjub dari setiap orang yang

menonton telah menjadikan pertunjukan ini dibawah instrumen yang cukup sederhana

menjadi pertunjukan akbar.

Para peserta sesudah akhir pertunjukan punya kebanggaan tersendiri. Bahkan

sebagian membuat pengakuan bahwa ritual seakan mengembalikan kestabilan atau

mengembalikan kekuatan dari tenaga yang terkuras akibat aktivitas keseharian yang

dilakukan. Bagi setiap orang yang melakukan ritual ini mereka sangat bangga karena

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

bias tampil, apalagi jika aksi-aksi yang dilakukan terbilang berani dan penuh dengan

aksi-aksi yang eksenrtik, ini bagi mereka akan membangun rasa percaya diri yang

tinggi.

Pada akhir pertunjukan para peserta yang meneguk sarbati mampu

mengembalikan stamina atau menstabilkan kembali tenaga yang terkuras selama

pertujukan. Minuman akan dinikmati oleh seluruh peserta dengan kesungguhan dan

penuh harapan untuk memulihkan tenaga pasca pertunjukan.

4.4.10 Pelaku dan kelompok Badabus (taji besi).

a) Pelaku Badabus (taji besi)

Seni pertunjukan Badabus (taji besi) di pimpin oleh seorang guru mursid atau

syech sebagai penaggaung jawap. Untuk permainan Badabus (taji besi) adalah para

jamaah/orang islam yang sudah akil balik atau bersunat jadi para pelaku taji besi bagi

masyarakat Tidore patokan utamanya adalah orang sudah akil balik.

Syech atau guru mursid sebagai pemimpin utama Badabus (taji besi)

merupakan tokoh yang memeliki kemampuan dalam bidang ilmu-ilmu agama

terutama tingkat penguasaan ilmu Thariqat yang sempurna. Tokoh-tokoh yang seperti

dalam masyarakat Tidore sengat di segani karna memiliki kewibawaan yang luar

biyasa sejak zaman dahulu para mursid selalu mendapatkan tempat istimewa di dalam

masyarakat.

Para syech Badabus (taji besi) dalam penilaian pengikutnya merupakan

seseorang yang menguasai dengan sempurna ilmu thariqat. Sufisme yang

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

berkembang di Tidore cukup popular dalam tataran sufisme/sinkristesme. Sufisme/sik

ristisme ini merupakan fenomena yang banyak kita temui di kalangan pengikut

tharikat tertentu.

Syech atau guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam tharekat.

Ia tidak saja merupakan pemimpin seorang pemimpin yang mengawasi murid-

murinya dalam kehidupan lahir dan pergaulan sehari-hari, agar tidak

menyimpang dari ajaran-ajaran Islam dan terjerumus ke dalam ma’siat,

berbuat dosa besar atau dosa kecil, yang segera harus di tegurnya, tetapi ia

merupakan pemimpin kerohanian yang tinggi sekali dalam tharekat itu ia

merupakn perantara ibadat anatara mururi dan tuhan oleh karna itu jambatan

ini tidaklah dapat di pangkuh oleh sembarang orang, meskipun ia mempunyai

pengetahuan tentang suatu tharekat, tetapi yang penting adalah ia harus

mempunyai kebersiahan rohani dan kehidupan batin yang murni. Syech yang

berperan penting dan selaku jabatan dalam organisasi tharekat dan ritual

Badabus secara personal merukan jabatan yang penuh kharismatik dalam

konteks ritual.

Makna Syech ialah orang sudah mencapai maqam rijalul kamal, seorang yang

sudah sempurna seluknya dalam ilmu syari’at dan hakikat menurut Qur’an,

sunah, dan ijama,dan yang demikian itu baru terjadi sesudah sempurna

pelajaranya dari seorang musrid, yang sudah sampai kepada maqam yang

tinggi itu, dari tinggkat-ke tinggkat hingga kepada nabi kita Muhamad SAW

dan kepada Allah SWT dengan melakukan kesungguhan, ikatan-ikatan janji

dan wasiat, dan memperoleh ijin dan ijazah, untuk menyampaikan ajaran-

ajaran seluk itu pada orang lain (Wawancara M.Saleh Yasin,25 April 2013)

b) Kelompok Ritual Badabus (taji besi)

Sejarah pertumbuhan Badabus (taji besi) di tidore pada permulaa n terdiri

atas empat kelompok besar pelaku Badabus (taji besi). Ke empat kelompok taji besi

itu adalah Ikapita, Doyodo, Jawa turu, dan Fabanyo. Thareqat yang di anut oleh ke

empat kelopok taji besi awal ini yakni: Doyado dan Kapita menganut tarekat,

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

Nasabadiah, Jawanuru, dan Fabanyo menganut Tharekat rifa’iyah. Akan tetapi dalam

perkembangan selanjutnya Badabus (taji besi) melebur ke berbagai marga dan saa’at

inilah thareqat taji besi menjadai variatif termaksuk yang dominaan tharekat lokal

yang merupakan sufisme-sinkristisme

Keempat kelompok Badabus (taji besi) yang terbentuk pertama kali ini

memeliki panji sendiri-sendiri akan tetapi karna taji besi telah melebur ke dalam

rakyat Tidore, kelompok - kelompok Badabus (taji besi) tidak memilihara lagi panji-

panji kelompok Badabus (taji besi) masing-masing.

Kelompok-kelompok Badabus (taji besi) yang terbentuk pertam kali dalam

ritual tidak hanya Badabus (taji besi) yang di pakai untuk menusuk-nusuk bagian

tubuhnya akan tetapi juga benda lainya seperti batu yang di pakai untuk memukul-

mukul, pedang (peda) untuk mengiris-iris lida atau memotong-motong angota tubuh,

belati untuk menikam badan dan api untuk injak dalam ritual. Jenis benda-benda

ritual ini lambat laun hilang dan di tinggal hanyalah Badabus (taji besi)

Badabus (taji besi) yang telah merakyat memungkinkan hilangnya kelompok-

kelompok Badabus (taji besi). Hampir di setiap hajatan pementasan Badabus (taji

besi) seiring di lakukan tampa lagi di bawa kendali kelompok. Kelompok-kelompok

Badabus (taji besi) dapat di katakana hilang. Panji-panji kelompok yang pada tahap

awal seiring ada sudah tidak tampak lagi di hampir seluruh pertunjukan Badabus (taji

besi). Panji yang ada hanyalah lambang-lambang kesultan dan lambang umum yang

di gunakan dalam pementasan Badabus (taji besi).

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.5 Makna, Tujuan ,Perangkat,dan Pelaku dalam Rituwal Badabus (taji besi)

4.5.1 Makna Badabus (taji besi)

Taji besi atau lajim di sebut Badabus berasal dari bahasa arap yaitu sepotong

besi tajam yang berukuran panjang minimal 30 cm dengan lingkaran inci di. Konsep

pengertian Badabus tidak mengalami perubahan makna dan konteksnya tetap sama

dengan istila Taji besi yaitu nama salah satu benda tajam yang di gunakan dengan

pertunjukan kekabalan tubuh. Benda tajam tersebut terbuat dari besi dan di gunakan

untuk melukai diri sendiri. Oleh karna itu, kata taji besi di sini di artikan juga sebagai

debus.

Filosofi dari tradisi Badabus (taji besi) pada masyarakat tidore adalah

kepasraan kepada sang pencipta Allah Swt. Menyebabkan mereka memeliki kekuatan

untuk menghadapi bahaya seperti yang di lakukan dengan benda-benda tajam dan

panas yang di gunakan dalam tradisi.

4.5.2 Tujuan Pelaksanaan Badabus (taji besi)

Di semua daerah yang ada di Indonesia dan pada sebagian besar waktu, seni

pertunjukan adalah lebih dari pada hanyalah hiburan. Sebagai tambahan dalam

menyediakan kenikmatan estetis, pembebasan emosional lewat respon yang tegas,

dan bahkan satu alat untuk melengkapi perayaan komunal bagi peristiwa-peristiwa

rituwal, seni pertunjuan juga berfungsi sebagai satu saluran komunikasi

Berpijak dari konsep di atas mengenai tujuan pelaksaan barbagai pegelaran di

setiap daerah merupakan fakta universal. Berbagai petunjuk yang di selenggarakan

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

oleh suku-suku bangsa tak terkecuwali masyarakat Tidore yang juga memeliki

persamaan dan kesamaan dalam tujuan.

Dalam pentas Badabus tujuan dari pelaksanaannya semata-mata untuk

menambah serta meningkatkan kenyakinan akan ajaran-ajaran Islam yang di bawakan

oleh para pendahulu terutama para Wali, sekaligus sebagai siar Islam. Membuktikan

Islam adalah agama yang benar dan di ridhai Allah. Sehingga lewat sebuh atraksi

besi yang tajam di tikam pada diri manusia yang beriman tidak termakan. Dan ini di

praktekan sejak dahulu kala oleh para wali-wali dalam menyiarkan agama Islam,

yang kemudian di Maluku Utara. Upacara Badabus (taji besi) di sesuwaikan dengan

Najar/niat lewat amalan Thariqat. Tujuan Badabus (taji besi) ini jelas merupakan

suatu respon komunal dalam rituwal ke agamaan.

Kembali pada sejarah tumbuhnya empat kerajaan di Maluku Utara yang kita

kenal Tidore, Ternate, Bacan, dan Jailolo kempat kerajaan ini menjalankan empat

pilar agama yakni Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat. Dengan pembagian tugas

masing-masing maka kesultanan/kerajaan Tidore menegakan dan menyebar luaskan

pendidikan ilmu Thariqat, namut secara harafiah ke empat Kesultanan ini menegakan

empat pilar agama tersebut dan menyebarluaskan kepada semua warga masyarakat

khusus yang beragama Islam.

Waktu pelaksanaan upacara di sesuwaikan dengan niat dari seseorang yang

melakukan hajatan, ini dapat di laksankan kapan saja namun lazim di laksankan pada

tahlilan hari kematian yakni hari ke 10, hari ke 40, hari ke 100, hari ke 300 dan hari

ke 360. Selain dina kematian acara ini juga di laksankan pada memasuki rumah baru.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.5.3 Perangkat Ritual Badabus (taji besi)

Dalam pelaksanaan Badabus (taji besi) benda-benda upacara yang di butukan

meliputi;

1. Panji kebesaran para wali ahli Thariqat

2. Badabus (taji besi)

3. Tempat pembakaran dupa

4. Tempat Air pada mangkuk puti

5. Bantal dan levo (kitap amalan)

6. Minumanan sarbat (sarabati)

4.5.4 Fungsi Dari Setiap Perangkat Ritual

Fungsi dari setiap benda yang di gunakan ritual Badabus (taji besi) adalah

masing-masing sebagai berikut;

1.) Panji-panji kebesaran adalah salah satu persyaratan pelengkap upacara.

Panji-panji ini merupakan lambang kebesaran keagamaan sekaligus

lambang kelompok Badabus (taji besi) tertentu.

2.) Badabus (taji besi) sebagai pelengkap rituwal merupakan sejanta tarian

yang di gunakan oleh pelaku rituwal untuk di tusu-tusuk ke dada pada saat

ritual berlangsung.

3.) Tempat pembakatan dupa sebagai alat pelengkap memberikan

pengharuman dalam ruangan acara. Dupa ini dalam konsep keyakinan

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

masyrakat setempat sebagai penghantar tahlilan untuk menghasilkan

kekuatan terutama kekabalan terhadap senjata tajam Badabus (taji besi)

4.) Air pada mangkuk puti sebagai pelengkap api : makna simbolis dari panas

dan dingin api lawanya harus air. Air melambangakan kekuatan dan

kemurkaan dan akan di netralisir oleh air sebgai pelambang kesucian dan

kebersihan jiwa.

5.) Bantal dan lefo (kitap amal) membaca riwayat para auliya dan silsilahnya.

Merupakan pegangan utama yang berisi doa

6.) Minuman sarbat no 1 s/d 7 semua isi sebagai syarat dalam pelaksanaan

acara tahlilan dengan mempergunakan rebana dengan taji besi

4.5.5 Musik pengiring

Selama pertunjukan, isntrumen pengiring yang di gunakan adalah beberapa

rabana besar dan kecil. Rebana ini sebagai intrumen pengiring zikir yang di sesuaikan

dengan irama atau lagu.

Dengan iringan musik berirama dari rebana ini, lantunan zikir bersahut-

sahutan beriiringi para pemain Badabus (taji besi). Irama rebana ini akan semakin

gencar di tabuh apabila para pemain Badabus (taji besi) mulai beraksi lantunan zikir

yang di iringi dengan music rebana menjadi tren dalam setiap pemain Badabus (taji

besi).

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

4.6. Perkembangan dan keyakinan Ritual Badabus

Ritual Badabus di Tidore mulai menyeluruh di laksanakan pada masa

pemerintahan Orde Baru. Ritual Badabus yang pada mulanya hanya di laksanakan

dalam kelompok-kelompok sesuwai tarekat dan juga di kalangangan prajurit-prajurit

kesultanan, pada ahinya secara bebas di laksanakan tampa melihat waktu dan

kelompok tharekat tertentu.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, kebebasan menjalankan berbagai ritual

keagamaan yang di berikan seluas-luasnya sejauh tidak menggangu eksistensi

pemerintahan, telah mendorong lahinya pelaksanaan ritual Badabus secara masal di

kalangan masyarakat Tidore dengan membongkar sekat-sekat ritual yang terbangun

secara kelompok.

Kondisi pelaksanaan ritual Badabus di Tidore sepanjang kekuasaan

pemerintah Orde baru dan dan kemudian era reformasi di lakukan hampir setiap

hajatan dan tampa melalui sarat-sarat yang khusus. Setiap kali hendak di lakukan

cukup meminta restu dan kehadiran dari sala seorang syech, kemudian ritual ini biasa

dilakukan.

Jika pada masa VOC ritual ini dilakukan dalam kelompok-kelompok

tharekat dan masing-masing kelompok memeliki syech tersendiri maka di era Orde

Baru dan Reformasi, syech ini sangat banyak dan tidak berdasarkan atas tharekat

tertentu.

Pelaksanaan ritual Badabus pada masa Orde Baru hingga Reformasi menurut

penyampaian para informan, dilaksanakan secara merata di setiap desa atau

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/7355/9/2013-2-87201-231409104-bab4-09012014122436.pdf · Letak geografis Kota Tidore berada pada titik koordinat

kelurahan. Para syech sudah tidak lagi menonjolkan aspek tharekatnya, sehingga

dalam pelaksanaan kita tidak lagi melihat adanya cirri yang menonjol dari ajaran

tharekat tertentu.

Para pengikut ritual lebih banyak di dominasi oleh generasi muda, dengan

terlebih dahulu di dahului oleh kelompok tua. Para pemuda ini sangat bersemangat

dalam melaksanakan ritual, dan mereka biyasanya selalu mengharapkan agar setipkali

ada acara syukuran harus di pentaskan ritual Badabus.

Dalam penulusuran pelaksanaan ritual Badabus. Di hampir setiap kelurahan di

ketahui bahwa seluruh laki-laki baik generasi tua maupun muda menjadi peserta ritual

asalkan ada syech yang memandu jalanya Badabus. Selain itu yang cukup menonjol

dalam pelaksanaan ritual Badabus di era Orde Baru dan Reformasi, waktu

pelaksanaanya tidak lagi pada kondisi yang spesifik akan tetapi setiap ada sukuran

dan niat dari keluwarga yang hendak melakukan ritual Badabus dapat di laksanakan.

Setiap orang boleh melaksankan ritual ini asalkan punya niat.