bab iv hasil penelitian 4.1 hasil penelitian prasurvai penelitian
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian Prasurvai
Penelitian prasurvai dilakukan untuk mengetahui kondisi pembelajaran
sejarah di SMP Negeri kota Banjarmasin saat ini, temuan dari kondisi pembelajaran
tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan model pembelajaran
sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa.
Aspek-aspek yang diteliti dalam prasurvai ini meliputi kondisi guru, siswa
dan sekolah. Kondisi guru yang menjadi fokus penelitian prasurvai ini adalah : latar
belakang guru, kemampuan dan kinerja guru, kemampuan guru merencanakan
pengajaran, kegiatan guru dalam belajar mengajar, materi pembelajaran sejarah,
metode, media pembelajaran sejarah, dan evaluasi pembelajaran sejarah. Kondisi
siswa yang menjadi fokus penelitian ini adalah : kesan-kesan selama mengikuti
pelajaran sejarah, pendapat siswa tentang guru sejarah, pendapat siswa tentang
pelajaran sejarah, dan kesadaran sejarah siswa.
4.1.1 L atar Belakang Responden
Guru yang menjadi responden penelitian prasurvai adalah sebelas orang
diambil dari sebelas SMP Negeri di Banjarmasin. Latar belakang guru terdapat pada
tabel 4.1 di bawah ini:
146
Tabel 4.1.
Latar Belakang Responden
Guru Pendidikan Pengalaman Pengalaman Mengajar di Mengajar di SLTP SLTP Kelas II
1 Sl-Pend. Sejarah 11 tahun 8 tahun 2 SI-FISIP/Akta IV-IPS 5 tahun 5 tahun 3 S2-Pend. IPS/Sejarah 10 tahun 2 tahun 4 Sl-Pend. Sejarah 19 tahun 7 tahun 5 Sl-Pend. Sejarah 14 tahun 14 tahun 6 Sl-Pend. Sejarah 14 tahun 14 tahun 7 Sl-Pend. Sejarah 10 tahun 10 tahun 8 Sl-Pend. Sejarah 12 tahun 5 tahun 9 D-3-Pend. Sejarah 23 tahun 23 tahun 10 Sl-Pend. Sejarah 6 tahun 3 tahun 11 Sl-Pend. Sejarah 25 tahun 20 tahun
Tabel 4.1 menggambarkan bahwa guru sejarah SMP Negeri di Kota
Banjarmasin dalam hal ini yang menjadi responden mempunyai latar belakang
pendidikan sejarah, sepuluh orang lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Seorang sudah lulus S2 pendidikan
IPS dengan konsentrasi Pendidikan Sejarah dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Tujuh orang bergelar saijana pendidikan sejarah, dan satu orang bergelar D3
pendidikan sejarah. Terdapat satu orang mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik memiliki Akta IV-IPS dari FKIP Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa pengajar mata pelajaran sejarah di SMP
Negeri kota Banjarmasin adalah guru yang mempunyai latar belakang sesuai dengan
bidangnya yaitu pendidikan sejarah.
Pengalaman mengajar guru sejarah di SMP Negeri Kota Banjarmasin
beraneka ragam, tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pengalaman mengajar guru sejarah
147
sudah lebih dari lima tahun, bahkan ada yang sudah mengajar selama dua puluh lima
tahun. Kurun waktu mengajar yang sudah cukup lama memberikan gambaran bahwa
guru sejarah di kota Banjarmasin sudah berpengalaman dalam mengajar sejarah.
Seluruh responden memiliki pengalaman kegiatan ilmiah baik di daerah
maupun nasional. Kegiatan ilmiah yang diikuti sebagian besar adalah peningkatan
pembelajaran IPS Sejarah dan Kurikulum berbasis Kompetensi. Aktivitas responden
dalam kegitan ilmiah di daerah maupun di pusat memberikan indikasi bahwa guru
sejarah SMP di kota Banjarmasin selalu mengikuti perkembangan pembelajaran.
Seluruh responden juga telah mengunjungi tempat-tempat bersejarah di
daerah seperti: museum, makam Suriansyah, dan Masjid Suriansyah. Tempat-tempat
bersejarah di Jawa juga telah dikunjungi sebagian besar responden seperti :
peninggalan Hindu dan Islam di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Pengalaman responden mengunjungi tempat-tempat bersejarah dapat membantu
dalam kegiatan pembelajaran, terutama pengetahuan tentang sumber-sumber sejarah,
gambaran tentang masa lalu dan kebudayaannya.
4.1.2 Kemampuan dan Kinerja Guru
Tabel 4.2 ini menampilkan kemampuan dan kineija guru yang terdiri dari :
(1) tujuan guru mengajar sejarah, (2) sosok guru sejarah, (3) keterampilan guru
mengajar sejarah, (4) pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah, (5) keluhan
dalam pembelajaran sejarah, (6) pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran
sejarah, (7) persepsi guru terhadap sejarah daerah, dan (8) Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK).
148
4.1.2.1 Tujuan Guru Mengajar Sejarah
Berdasarkan angket tertutup diperoleh gambaran dari tujuan responden
mengajarkan sejarah pada siswa, yaitu :
Tabel 4.2 Tujuan Guru Mengajar Sejarah
Jawaban Frekuensi % Kewajiban sebagai guru sejarah 1 9,09 Memberikan pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah pada siswa 3 27,27 Mengembangkan sikap dan prilaku kesejarahan pada siswa 7 63,64 Agar nilai mata pelajaran sejarah siswa baik 0 0
Tabel 4.2 menggambarkan bahwa guru sejarah memberikan pelajaran sejarah
kepada siswa sebagian besar (63,64%) bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
prilaku kesejarahan pada siswa. Sedangkan tiga orang guru sejarah (27,27%)
berpandangan bahwa tujuan mengajarkan sejarah untuk memberikan pengetahuan
tentang fakta-fakta sejarah pada siswa, dan satu orang beranggapan mengajar sejarah
hanyalah sebagai suatu kewajiban. Pendapat guru ini menunjukkan bahwa pelajaran
sejarah selain untuk memberikan peengetahuan juga dapat untuk mengembangkan
sikap dan prilaku kesejarahan siswa. Seorang responden (9.09%) beranggapan bahwa
tujuan mengajarkan sejarah pada siswa adalah untuk melestarikan budaya bangsa.
4.1.2.2 Sosok Guru Sejarah
Responden sebagai guru sejarah memiliki sosok yang mencerminkan
profesinya, tabel 4.3 memberikan gambaran sosok guru sejarah SMP Negeri di Kota
Banjarmasin.
149
Tabel 4.3 Sosok Guru Sejarah
Komponen Jawaban Frek % 1 Mewariskan nilai-nilai Ya 11 100
dan sikap kebangsaan Tidak 0 2 Memiliki pengetahuan Pelajaran sejarah berhubungan dengan .5 45,45
luas tentang kebudayaan kebudayaan Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari 2 18,18
kehidupan manusia Guru sejarah bertanggung jawab terhadap 1 9,09 pewarisan budaya Manusia makhluk yang berbudaya 3 27,27
Tabel 4.3 menggambarkan bahwa responden (100%) bertanggung jawab
terhadap pewarisan nilai-nilai kebangsaan. Alasan responden agar siswa dapat
mengembangkan kesejarahannya, menghargai perjuangan pendahulunya, menghargai
pahlawan bangsa, materi sejarah mengandung nilai-nilai kebangsaan, sebagai
generasi penerus diharapkan melestarikan budaya bangsa, memiliki rasa kebanggaan
terhadap nilai-nilai sejarah, pelajaran sejarah dapat menyadarkan siswa sebagai
bagian dari sejarah, dan guru sejarah adalah agen pewarisan sejarah bangsa.. .
Lima responden (45,45%) beranggapan bahwa sosok guru sejarah hendaknya
memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan, karena pelajaran sejarah
berhubungan dengan kebudayaan. Tiga responden (27,27%) mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang berbudaya. Dua responden (18,18%) beralasan bahwa
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan seorang responden
(9,09%) mengatakan bahwa guru sejarah bertanggung jawab terhadap pewarisan
budaya. Alasan lain yang diberikan responden adalah agar siswa bertanggung jawab
untuk mengembangkan sejarah bangsanya sesuai dengan kemajauan jaman.
150
4.1.2.3 Keterampilan Mengajar Sejarah
Guru sejarah memiliki tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar,
tabel 4.4 di bawah ini menggambarkan pandangan guru sejarah di SMP Negeri Kota
Banjarmasin terhadap keterampilan mengajar sejarah
Tr-^el 4.4 Keterampilan Mengajar Sejarah
Komponen Jawaban Frek % I Diperlukan berbagai model mengajar Ya 11 100
sejarah Tidak 0 2 Keterampilan mengajar sejarah saat ini Cukup untuk mengajar 2 18,18
siswa kelas II Harus ditingkatkan 9 81,82
3 Diperlukan metode khusus mengajar Tidak setuju 5 45,45 sejarah dibandingkan mata pelajaran lain Setuju 6 54,55
4 Peningkatan metode adalah tanggung Guru 11 100 jawab Kepala Sekolah 0
Pengawas 0 5 Sering mendapat kendala mengembangkan Ya 11 100
metode mengajar Tidak 0 6 Mempunyai pengalaman mengajar dengan Ya 9 81,82
metode menarik meningkatkan kesadaran Tidak 2 18,18 sejarah
7 Mengenal pendekatan untuk mengaktifkan Ya 11 100 siswa Tidak 0
9 Keterampilan intelektual siswa perlu Ya 11 100 dikembangkan dalam mengajar sejarah Tidak 0
10 Perlu dikembangkan masalah, hipotesis, Ya 9 81,82 pengumpulan data, pengujian hipotesis, Tidak 2 18,18 kesimpulan dalam pembelajaran sejarah
11 Mengenal model-model pembelajaran dari Buku/literatur 1 9,09 Perkuliahan 0 Pelatihan 5 45,45 MGMP 5 45,45
12 Mengalami kesulitan dalam mengelola Ya 6 54,55 kelas Tidak 5 45,45
Seluruh responden (100%) pada tabe! 4.4 beranggapan bahwa dalam
mengajarkan sejarah diperlukan berbagai model pemebelajaran. Alasan
151
diperlukannnya berbagai model dalam pembelajaran sejarah supaya : pembelajaran
tidak membosankan, siswa tertarik, mudah diserap, siswa dapat mengaplikasikan
nilai dalam kehidupan sehari-hari serta menyenangi pelajaran sejarah, pembelajaran
sejarah mengenai sasaran, dan sejarah berbicara terntang fakta.
Tanggapan responden pada tabel 4.4 di atrr menggambarkan bahwa berbagai
model pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran sejarah, hal ini mempunyai
pengertian bahwa guru sejarah dituntut mengaplikasikan berbagai model dalam
pembelajaran sejarah, tidak hanya menggunakan metode ceramah.
Sembilan responden (81,82%) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4
merasa keterampilan mengajar yang dimiliki saat ini perlu ditingkatkan, alasan
responden tersebut adalah : kurangnya pemahaman tentang cara mengajar tuntas
dalam sejarah, prilaku setiap siswa berbeda, sejarah selalu berubah sesuai dengan
fakta yang ditemukan, harus ada kesesuaian dengan perkembangan sekarang,
tuntutan perkembangan pengajaran selalu berkembang, agar lebih profesional dalam
mengajar, agar tidak ketinggalan informasi, dan agar pesan atau informasi yang
disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Enam orang responden (54,45%) seperti yang terlihat pada tabel 4.4 setuju
bila pada pembelajaran sejarah diperlukan keterampilan khusus, hal ini didasarkan
pada alasan : pelajaran sejarah berkaitan dengan rekonstruksi masa lampau dan
memaknainya, sejarah begitu komplek sehingga perlu metode khusus agar tujuan
pembelajarannya tercapai, agar siswa tidak bosan, mudah memahami materi, agar
siswa aktif dan kreatif serta termotivasi mempelajari sejarah, sejarah memiliki
dimensi waktu (masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang), agar dapat
152
menarik perhatian siswa terhadap pelajaran sejarah. Responden yang tidak setuju
diperlukannya metode khusus dalam pembelajaran sejarah beralasan bahwa semua
metode yang digunakan dalam pelajaran sejarah juga digunakan oleh pelajaran lain
(ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan), pelajaran sejarah berhubungan
dengan pengetahuan lain.
Semua responden setuju (100%) bila peningkatan metode pembelajaran
sejarah adalah tanggung jawab guru alasannya : berhasil tidaknya pembelajaran
sejarah tergantung pada metode yang dipergunakan oleh guru, selain itu peningkatan
metode memerlukan dukungan berbagai pihak yang terkait daiam PBM.
Guru sejarah sering mendapat kendala dalam pembelajaran sejarah, hal ini
diakui seluruh responden (100%). Alasan responden adalah : tidak semua siswa
terlibat dalam metode pembelajaran (dalam metode diskusi siswa kebanyakan pasif),
materi terlalu luas, hasil mengajar tidak sesuai dengan harapan, metode terkait
dengan kemampuan siswa yang tidak sama, kurangnya sarana-prasarana, lokasi
sejarah jauh sedangkan dana terbatas, situasi dan kondisi tidak memadai,
keterbatasan alokasi waktu dan media pembelajaran, dan keterbatasan buku teks.
Sembilan responden (81,82%) memiliki pengalaman menggunakan metode
menarik yaitu : kelas dengan input yang baik dengan sarana memadai, diskusi
kelompok, membuat portofolio, role play, penugasan, dan metode sosiodrama atau
karyawisata. Responden yang tidak memiliki pengalaman menggunakan metode
menarik disebabkan oleh keterbatasan waktu dan ketidak tahuan metode yang efektif
dan efisien dalam pembelajaran sejarah, agar waktu yang tersedia mampu memenuhi
harapan, dan tidak mempunyai kelompok untuk merumuskan metode baru.
153
Seluruh responden (100%) mengenal pendekatan siswa aktif, seperti :
pendekatan inkuiri di mana siswa lebih aktif sementara guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator dan pengelola yang memberi pengantar dengan peragaan singkat,
kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, cara belajar siswa aktif, keterampilan
proses, tugas pekerjaan rumah diadakan tanya jawab dan dinilai, tanya jawab dan
pengkajian telaah buku paket serta diskusi disertai bermain dengan LKS, problem
based learning inquiry, contekstual teaching and learning (CTL), dialog direct
communication teaching (DDCT), cooperative learning, dan model portofolio.
Seluruh responden (100%) setuju bila keterampilan intelektual siswa
dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, alasan mereka : untuk memahami
peristiwa di masa lampau dan memahami maknanya untuk kepentingan masa kini
dan masa yang akan datang, memotivasi siswa untuk belajar dan memahami materi
sejarah, untuk mempertajam daya analisis siswa terhadap masalah, segi kognitif-
afektif-psikomotor siswa berkembang, siswa dapat berpikir kritis, siswa tidak hanya
berpikir masa lalu saja tetapi diajak berpikir yang akan teijadi pada masa yang akan
datang, siswa dapat mendalami masalah, siswa memahami bukti-bukti sejarah, dan
supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Sembilan responden (82,82%) setuju bila pada pelajaran sejaran
dikembangkan masalah, hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan
kesimpulan. Alasan responden : agar siswa tergugah mengunjungi tempat-tempat
bersejarah, hasil belajar maksimal, supaya siswa memahami kronologis dalam
sejarah, agar siswa dapat mengetahui makna peristiwa sejarah bagi kehidupan, untuk
membuktikan bahwa peristiwa sejarah benar-benar terjadi, untuk mengetahui hasil
154
JI < 'v
belajar atau kemampuan siswa dan guru, untuk mengajar siswa berpikiijjdqjig|
untuk meningkatkan perkembangan berpikir siswa, dan menumbi
siswa. Dua responden (18,18%) tidak setuju karena jika diaplikasikan dala
pembelajaran terkendala oleh kemampuan siswa
Enam responden (54,55%) pernah kesulitan mengelola kelas sebab : siswanya
terlaiu banyak, siswa tidak tertarik pelajaran sejarah, kurang persiapan mengajar,
diskusi kelas dengan jumlah siswa lebih dari 40 orang, dan jam terakhir anak-anak
sudah lesu dan mengantuk. Lima responden (45,45%) tidak pernah kesulitan
mengelola kelas disebabkan guru memiliki sikap tanggap terhadap situasi belajar di
kelas, sebelum masuk guru sudah membuat rencana dan mengenal karakter siswa,
siswa menghargai guru yang mengajar baik dan disiplin.
4.1.2.4 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah
Tabel 4.5 menggambarkan pandangan guru sejarah SMP Negeri Banjarmasin
terhadap pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah.
Tabel 4.5 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah
Komponen Jawaban Frekuensi % 1 Pendekatan inkuiri penting Penting 10 90,91
dalam pembelajaran sejarah Tidak Penting 1 9,09 2 Setuju jika dikembangkan Setuju 10 90,91
pendekatan inkuiri dalam Tidak Setuju 1 9,09 pembelajaran sejarah
3 Persiapan yang perlu dalam Metode mengajar 2 18,18 pengembangan pendekatan Materi pelajaran 1 9,09 inkuiri Keterampilan 5 45,45
Media/sumber 3 27,27 4 Pernah menggunakan Pernah 8 72,73
pendekatan pemecahan masalah Tidak pernah 3 27,27
155
Sepuluh responden (90,91%) pada tabel 4.5 berpandangan bahwa pendekatan
inkuiri penting dalam pembelajaran sejarah karena kurikulum baru sejarah
menetapkan metode inkuiri sebagai metode dalam pembelajaran sejarah. Responden
berpandangan dengan pendekatan inkuiri siswa terlatih berpikir kritis, aktif, trampil
menganalisis masalah, trampil berargumentasi, trampil menganalisis fakta,
keingintahuan siswa berkembang, dan pembelajaran sejarah menjadi bermakna.
Sepuluh orang responden (90,91%) setuju jika dilakukan pengembangan
pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah, hal ini berdasarkan, alasan :
persiapan menghadapi kurikulum baru, memudahkan mengajar sejarah, siswa dapat
lebih memahami peristiwa sejarah, mempermudah untuk mencapai tujuan
pembelajaran, melatih siswa belajar menemukan sendiri materi yang akan
dikembangkan dalam KBM, menggatikan model konvensional, lebih memotivasi
siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, dan siswa tidak hanya mengandalkan
ceramah guru tetapi terlibat aktif berpikir dan menemukan sendiri. Satu orang
responden (9,09 %) yang tidak setuju beralasan bahwa siswa tingkat SMP belum
mampu untuk mencari fakta dan sumber sejarah.
Lima orang responden (45,45%) menekankan pentingnya mempersiapkan
keterampilan guru untuk pengembangan pendekatan inkuiri agar dapat membimbing
siswa dan mengarahkan siswa dalam setiap tahapan dan dapat memotivasi siswa
dalam KBM. Tiga orang responden (27,27%) menekankan pentingnya media atau
sumber sehingga dapat menggali apa yang diinginkan dan menunjang pembelajaran.
Dua orang responden (18,18%) melihat persiapan metode mengajar untuk
mengarahkan siswa dan sebagai fasilitator serta pendekatan inkuiri menekankan
156
aktivitas siswa sehingga metode mangajar perlu disiapkan (diskusi dan penugasan).
Satu orang responden (9,09%) menekankan pada arti penting menyiapkan materi
pelajaran sesuai dengan karakteristik metode inkuiri.
Delapan orang responden (72,73%) pemah menggunakan pendekatan
pemecahan masalah sebab pendekatan ini - mendorong siswa lebih kreatif dalam
memecahkan masalah, agar aspek kognitif-afektif-psiko motor tercapai, siswa
berpikir kritis, dan mendorong kreatifitas siswa.
Tiga orang responden (27,27%) tidak pemah menggunakan pendekatan
pemecahan masalah karena siswa pasif, tidak terbiasa tanya jawab, keterbatasan
kemampuan siswa dan buku yang dimiliki siswa.
4.1.2.5 Mendengar Keluhan dalam Pembelajaran Sejarah :
Tabel 4.6 menunjukkan adanya responden yang pernah mendapat keluhan
dalam pembelajaran sejarah.
Tabel 4.6 Keluhan dalam Pembelajaran Sejarah
Jawaban Frekuensi % Pernah Tidak Pernah
11 0
100 0
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa seluruh responden (100%) pernah
mendapat keluhan tentang pelajaran sejarah. Keluhan tentang pelajaran sejarah
tersebut berhubungan pemahaman bahwa pelajaran sejarah hanya berupa
data/fakta/yang tertulis pada buku-buku IPS, pelajaran sejarah terlalu luas materinya
sedangkan waktunya sedikit, kesukaran untuk mengajak anak melihat fakta sejarah
seperti candi dan kraton, pelajaran sejarah sulit untuk diterapkan dalam kehidupan
157
sehari-hari, pelajaran sejarah materinya banyak berhubungan dengan nama dan
kejadian yang sukar diingat, pada pelajaran sejarah materinya terlalu banyak dan jam
pelajaran pada siang hari, pada pelajaran sejarah metode mengajar tidak efektif dan
tidak menarik, pada pelajaran sejarah materi banyak dan membosankan, pelajaran
sejarah merupakan pelajaran yang monoton hanya berisikan cerita-cerita.
4.1.2.6 Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah
Pembelajaran sejarah di sekolah salah satu tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesadaran sejarah, tabel 4.7 di bawah ini pandangan responden
sebagai guru sejarah di SMP Negeri Banjarmasin terhadap kesadaran sejarah.
Tabel 4.7 Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah
Komponen Jawaban Frek % } Peningkatan kesadaran sejarah tanggung jawab guru Setuju
Tidak setuju 11 0
100
2 Kesadaran sejarah siswa terlihat dari peningkatan motivasi belajar
Setuju Tidak setuju
9 2
82,82 16,16
•> j Kesadaran sejarah siswa dapat ditingkatkan dengan mengajarkan angka tahun, tokoh, dan tempat kejadian
Setuju Tidak setuju
2 9
16,16 82,82
4 Guru sejarah hendaknya dapat mengembangkan pemahaman siswa tentang perubahan dan kontinuitas
Setuju Tidak setuju
11 0
100
5 Pembelajaran sejarah perlu diarahkan pada kemampuan membedakan dan menghubungkan dimensi waktu (masa lalu, kini, dan mendatang)
Setuju Tidak setuju
11 0
100
6 Tujuan pembelajaran sejarah selain aspek kognitif juga aspek afektif dan psikomotorik
Setuju Tidak setuju
11 0
100
7 Rasa nasionalisme siswa dikembangkan pada setiap pembelajaran sejarah.
ya tidak
10 1
90,91 9,09
8 Setiap akhir pembelajaran selalu menjelaskan makna dari peristiwa sejarah yang telah dipelajari
ya tidak
8 3
72,73 27,27
9 Peristiwa sejarah itu dinamis dalam ruang dan waktu Setuju Tidak setuju
11 0
100
158
Tabel 4.7 menggambarkan bahwa peningkatan kesadaran sejarah siswa
merupakan tanggung jawab guru sejarah, seluruh responden (100%) setuju. Alasan
guru sejarah tersebut : dari gurulah siswa dapat mengetahui dan memahami peristiwa
sejarah, guru sebagai pembaharu pendidikan dan kebudayaan, mengajarkan sejarah
berarti meningkatkan wawasan kebangsaan siswa, kesadaran s e j a r i dapat
meningkatkan prilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan, melalui pengajaran
sejarah guru sejarah memberikan pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah sikap dan
perilaku, siswa dengan mempelajari sejarah dapat mencontoh dan bercermin
menatap masa datang, guru sejarah paling banyak berperan menyampaikan
pengetahuan sejarah kepada siswa, pembelajaran sejarah bukan hanya mencari
prestasi belajar tetapi penghayatan terhadap sejarah, melalui pembelajaran sejarah
siswa memahami nilai-nilai luhur perjuangan bangsa, dan siswa tidak terikat pada
prestasi tetapi memahami makna sejarah.
Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pendapat guru tentang peningkatan
motivasi belajar siswa sebagai bentuk kesadaran sejarah, sembilan responden
(82,82%) setuju dan dua responden (27,27%) tidak setuju pendapat ini. Responden
yang setuju didasari oleh alasan bahwa mengetahui sejarah masa lampau bangsanya
berarti mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu, dengan
mempelajari sejarah siswa akan dapat mengetahui makna peristiwa tersebut dan
dapat menarik hikmahnya untuk kehidupan, kesadaran sejarah siswa terlihat dari
pandangannya yang positif, meningkatnya motivasi belajar sesuai dengan makna
pelajaran sejarah, dengan pembelajaran sejarah siswa mengalami peningkatan pola
pikirnya, pandangan yang positif mencerminkan kesadaran sejarah pada siswa.
159
Responden yang tidak setuju beralasan bahwa kesadaran sejarah ku bersifat semu
tidak hanya dari meningkatnya motivasi siswa, tetapi juga belajar mengambil hikmah
dari setiap peristiwa sejarah.
Tabel 4.7 di atas juga memperlihatkan pandangan sembilan orang (82,82%)
gum yang tidak setuju terhadap peningkatan kesadaran sejarah siswa bila dilakukan „
dengan cara mengajarkan angka tahun, tokoh, dan tempat kejadian dengan alasan
bahwa pada pembelajaran sejarah juga perlu diberikan nilai-nilai, tidak sesuai dengan
tujuan pembelajaran sejarah, dalam pembelajaran sejarah siswa memiliki perspektif
masa lalu-masa kini-dan masa yang akan datang, aspek dalam pembelajaran sejarah
bukan hanya kognitif tetapi segi afektif dan psikomotor, pembelajaran sejarah yang
berorientasi pada angka tahun dan tokoh-tokoh dapat membosankan dan mematikan
kreatifitas siswa, pada peristiwa sejarah angka tahun sudah berlalu dan tokoh sudah
mati dan tempat yang sudah tidak ada, siswa akan bisa bosan (tidak tertarik), sejarah
bukan hanya mengenal angka tahun dan tokoh, pada pembelajaran sejarah banyak
hal yang harus disampaikan misalnya latar belakang dan tujuan. Dua orang
responden (16,16%) yang setuju mengatakan bahwa fakta sejarah pentingdan siswa
menjadi tidak aktif.
Tabel 4.7 menunjukkan pandangan guru sejarah tentang pengembangan
pemahaman siswa tentang perubahan dan kontinuitas. Seluruh responden (100%)
setuju dengan alasan : maju mundurnya suatu negara terlihat dari fakta sejarahnya,
supaya mudah menyampaikan kepada siswa, sejarah bersifat dinamis dan
berkembang, sejarah selalu berkembang seiring dengan penemuan-penemuan fakta
atau sumber sejarah, supaya siswa memandang sejarah dengan seimbang, dalam
160
pembelajaran sejarah materi perlu dikembangkan sesuai dengan kemajauan jaman
(mengkaitkan dengan situasi sekarang), guru merupakan pembaharu pendidikan dan
pengajaran, agar siswa lebih jelas dan mampu memaknai dan memahami perubahan
dan kontinuitas sejarah.
Tabel 4.7 juga menggambarkan pandangan guru tentang pembelajaran sejarah
perlu diarahkan pada kemampuan membedakan dan menghubungkan dimensi waktu
(masa lalu, masa kini, masa yang akan datang). Seluruh responden <100%) setuju
dengan alasan bahwa peristiwa masa lalu dapat dijadikan pijakan untuk masa kini
dan masa yang akan datang, sejarah menggambarkan perubahan dari waktu ke waktu
yang saling berkaitan, untuk melatih siswa menganalisis masalah, ketiga masa
tersebut saling berkaitan sehingga terlihat manfaatnya, supaya tidak salah paham
memahami sejarah, dengan menghubungkan dimensi waktu dapat menggugah
semangat siswa mempelajari sejarah, agar pembelajaran sejarah menjadi bermakna,
sejarah terkait dengan ruang dan waktu, dan supaya siswa dapat belajar dari sejarah.
Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pandangan seluruh responden (100 %)
terhadap tujuan pembelajaran sejarah selain aspek kognitif juga aspek afektif dan
psikomotorik. Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran, tidak dapat
dipisahkan, untuk mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa, agar nilai dan
kepribadian siswa dapat berubah dan kemampuan keterampilan menghargai orang
lain dapat dikembangkan, bukan hanya prestasi belajar tetapi sikap dan perilaku,
ketiga aspek terdapat pada kemampuan siswa yang perlu dikembangkan dan
dihargai, kesadaran sejarah dapat dicapai memalui tiga aspek tersebut, pelajaran
sejarah mengembangkan pemahaman dan keterampilan mengaplikasikan nilai-nilai.
161
Pada Tabel 4.7 menunjukkan sepuluh responden (90,91%) yang mengatakan
pentingnya pengembangan rasa nasionalisme siswa pada setiap pembelajaran sejarah
nasional, alasannya : agar mereka bisa mengisi dan menjaga kemerdekaan dan cinta
tanah air, pembelajaran sejarah membuat siswa dapat memahami bangsanya,
pembelajaran sejarah dapat membangkitkan semangat kecintaan pada bangsa dan
negara, dengan pembelajaran sejarah nilai-nilai nasionalisme tidak luntur, siswa
bangga menjunjung tinggi dan mencintai bangsanya, dan siswa memiliki cinta pada
tanah air dan bangsanya serta pada para pahlawan. Satu responden (9,09%) yang
tidak setuju beralasan bahwa tidak semua materi pelajaran sejarah dapat
mengembangkan nasionalisme pada diri siswa.
Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa pada setiap akhir
pembelajaran selalu menjelaskan makna peristiwa sejarah yang telah dipelajari
supaya siswa mengerti sejarah, lebih memahami peristiwa sejarah yang diajarkan,
dapat menarik hikmahnya, dapat mengambil pengalaman dari perstiwa masa lalu,
meningkatkan pemahaman pentingnya sejarah, dan dapat memahami makna dibalik
peristiwa sejarah. Tiga responden (27,27%) mengatakan bahwa pada setiap akhir
pembelajaran tidak selalu menjelaskan makna peristiwa sejarah yang telah dipelajari
siswa dengan alasan . pada akhir pelajaran digunakan untuk menyimpulkan materi
pelajaran dan evaluasi, makna peristiwa sejarah dapat dijelaskan pada saat pelajaran
berlangsung, dan tidak sempat karena waktu terbatas dan target yang harus dicapai.
Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pandangan responden (100%) bahwa
peristiwa sejarah itu dinamis dalam ruang dan waktu, alasannya bahwa sejarah selalu
mengalami perkembangan, aejarah sebagai bagian masa lampau dapat untuk
162
memaknai masa kini dan memprediksi masa depan, peristiwa yang teijadi pada masa
lalu menjadi pelajaran berharga, sejarah berkembang, tempat (ruang) dan waktu
menentukan peristiwa sejarah, sejarah bisa terulang tetapi dalam ruang dan waktu
berbeda sesuai dengan kemajuan jaman
4.1.2.7 Pandangan Responden Tentang Sejarah daerah
Peristiwa sejarah terjadi di daerah-daerah di Indonesia, Tabel 4.8 di bawah ini
menggambarkan pandangan responden tentang sejarah daerah dalam hubungannya
dengan pembelajaran sejarah.
Tabel 4.8 Pandangan Responden Tentang Sejarah Daerah
! Komponen Jawaban Frek 0 % 1 Sejarah daerah penting dalam Setuju 11 100
pembelajaran Tidak setuju 0 2 Sejarah Banjar penting Setuju 11 100
diperkenalkan, meskipun Tidak setuju 0
tidak termuat dalam GBPP j Cara memperkenalkan sejarah Selingan mengajar 1 9,09
Banjar pada siswa Sebagai contoh sejarah 4 ' 36,36 Kunjungan ke peninggalan 2 18,18 sejarah Banjar Menghubungkan materi bahasan 4 36,36
4 Konflik yang teijadi di Setuju 9 81.82 Kalimantan perlu dikaitkan Tidak setuju 2 18.18 dalam pembelajaran sejarah
Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa 100% responden setuju bila sejarah daerah
diajarkan meskipun tidak termuat dalam GBPP, supaya siswa mengetahui sejarah
daerahnya, mengetahui peristiwa sejarah di daerah-daerah, menambah wawasan
kesejarahan siswa, menimbulkan nasionalisme, menambah wawasan siswa tentang
daerahnya, agar guru maupun siswa tidak hanya tahu sejarah dan tokoh daerah lain.
163
Seluruh responden setuju (100%) sejarah Banjar penting diperkenalkan pada
siswa, meskipun tidak terdapat dalam GBPP dengan alasan siswa harus memahami
dan mengetahui sejarah daerahnya, untuk melestarikan nilai-nilai budaya daerah,
orang Banjar harus kenal budayanya, dan agar sejarah daerah tidak tenggelam.
Pada Tabel 4.8 diketahui cara guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin
memperkenalkan sejarah Banjar pada siswa. Empat responden (36,36%)
menempatkan sejarah Banjar sebagai contoh untuk memahami peristiwa sejarah yang
jauh dari siswa dengan alasan di daerahnya sendiri juga pernah terjadi peristiwa
sejarah. Empat responden (36,36%) menghubungkan sejarah Banjar dengan pokok
bahasan agar siswa dapat lebih memahami sejarah daerahnya, supaya tidak lepas
dengan materi saat itu, karena ada beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan
sejarah Banjar. Dua responden (18,18%) memperkenalkan sejarah Banjar dengan
cara kunjungan ke peninggalan sejarah Banjar dengan alasan : supaya dapat melihat
bukti sejarah, fakta sejarah memudahkan memberi gambaran pada siswa, agar siswa
termotivasi untuk mempelajarinya. Satu orang reponden (9,09%) menjadikan sejarah
Banjar sebagai selingan dalam mengajar karena menghubungkan dengan pokok
bahasan harus memperhatikan tuntutan waktu yang telah direncanakan dari GBPP.
Tabel 4.8 menggambarkan pandangan guru bahwa konflik di Kalimantan
perlu dikaitkan dalam pembelajaran sejarah. Sembilan responden (81,82%) setuju
agar siswa paham sejarah daerahnya untuk pedoman masa kini dan mendatang,
sebagai bagian dari peristiwa sejarah yang bermakna, agar siswa dimasa datang dapat
mencegah konflik, agar akibat konflik menjadi pelajaran dan tidak terulang lagi, agar
konflik dapat diminimalkan pada masa datang, agar siswa dapat menghindari
164
penyebab konflik sehingga tidak menimbulkan kerugian. Dua responden (18,18%)
tidak setuju karena dapat mengurangi nasionalisme dan menghambat persatuan.
4.1.2.8 Pemahaman Guru Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan kurikulum baru yang
dilaksanakan pada tahun ajaran 2004/2005, tabel 4.9 di bawah ini memberikan
gambaran pemahaman guru tentang KBK.
Tabel 4 9 Pemahaman Guru Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Komponen Jawaban Frekuensi % • ] Mengenal KBK Ya 11 100
Tidak 0 ; 2 Informasi tentang KBK Kepala Sekolah 2 18,18
Pelatihan 3 27,27 i MGMP 6 54,55 • 3 Persamaan KBK dengan Tujuan 3 27,27
Kurikulum 1994/suplemen 1999, Metode mengajar 1 9,09 pada : Strategi megajar 2 18,18
Pokok bahasan 5 45,45 ; 4 Perbedaan KBK dengan Tujuan -i
J 27,27 Kurikulum 1994/suplemen 1999, Metode mengajar -»
j 27,27 pada : Strategi megajar 4 36,36
Pokok bahasan 1 9,09
Tabel 4.9 menggambarkan pemahaman responden tentang Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). 100% responden mengenal KBK. Enam Responden
(54.55%) mendapat informasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dari
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), tiga responden (27,27%) dari pelatihan
dan dua responden (18,18%) dari Kepala Sekolah.
Lima responden (45,45%) melihat persamaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dengan Kurikulum 1994/Suplemen 1999 pada pokok bahasan, tiga
165
responden (27,27%) melihat persamaan pada tujuannya, sedangkan dua responden
(18,18%) melihat persamaan pada strategi mengajarnya, sisanya satu responden
(9,09%) melihat persamaan pada metode mengajarnya.
Tabel 4.9 menggambarkan pandangan responden tentang perbedaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum 1994/Suplemen 1999. Empat
responden (36,36%) melihat perbedaan pada strategi mengajarnya, tiga responden
(27,27%) mengatakan perbedaan pada tujuannya, tiga responden (27,27%)
mengatakan perbedaan pada strategi mengajarnya, sisanya seorang responden
(9,09%) mengatakan perbedaan pada pokok bahasannya.
4.1.2.9 Kemampuan Guru Merencanakan Pengajaran
Guru sejarah dituntut memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran agar
proses belajar mengajar dapat berjalan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
Tabel 4.10 menggambarkan kemampuan responden merencanakan pengajaran.
Tabel 4. 10 Kemampuan Guru Merencanakan Pengajaran
Komponen Jawaban Frek % i 1 Merencanakan pembelajaran Setuju 11 100
sebelum pelajaran Tidak setuju 0 ! 2 Kesukaran merencanakan Setuju 9 81,82 i pembelajaran Tidak setuju 2 18,18 ; J Mengembangkan rumusan Berdasar buku pegangan siswa I 9,09
tujuan dalam rencana Mencontoh TPK yang ada 3 27,27 i pembelajaran dengan cara: Menjabarkan tujuan dalam GBPP 7 63,64
4 Tujuan guru Kenaikan pangkat 0 ; mengembangkan rencana Laporan ke kepala sekolah 0 i pengajaran untuk : Pedoman pembelajaran 10 90,91
Evaluasi pada setiap akhir 1 9,09 •' kegiatan belajar mengajar
5 Cara memilih dan Diskusi bersama teman sejawat 1 9,09 i menentukan model Mencoba model baru yang 6 54,55
166
pembelajaran sejarah adalah diperoleh dalam pelatihan Berdasarkan buku petunjuk guru 4 36,36
6 Cara mengembangkan materi pembelajaran sejarah adalah:
Berdasarkan GBPP Menyesuaikan dengan materi dalam buku pegangan siswa Mengambil dari buku lain selain dari buku pegangan murid Mengembangkan dahulu AMP
4
3
4
0
36,36 27,27
27,27
7 Mengembangkan strategi belajar mengajar sejarah
Menggunakan strateg.-yang benar-benar sudah dikuasai Menyesuaikan dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan Mencoba strategi-strategi baru Sesuai dengan kondisi kelas
1
5
2 4
9,09
45,45
18,18 36,36
8 Mengembangkan alat evaluasi dalam pembelajaran sejarah
Berdasarkan materi yang diajarkan Sesuai buku pegangan siswa Berdasar tujuan pembelajaran
2 0 9
18,18
81,82 9 Selalu terbuka menerima
pembaharuan pembelajaran Ya Tidak
11 0
100
Tabel 4.10 memperlihatkan 100% responden setuju bila rencana
pembelajaran disusun sebelum pelajaran sejarah dilaksanakan alasan responden :
supaya pelajaran terarah, untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin, sebagai
persiapan, tepat waktu dan tujuan tercapai, supaya lebih kronologis dalam
menyampaikan, agar KBM lancar, agar tujuan yang akan dicapai jelas, sebagai
pedoman pembelajaran, dan agar memudahkan dalam pembelajaran.
Tabel 4 10 juga memperlihatkan sembilan responden (81,82%) merasa
kesukaran merencanakan pembelajaran. Kesukaran mereka adalah menentukan
model pembelajaran, menentukan metode yang akan dipakai dalam setiap pokok
bahasan, tidak berpedoman pada GBPP, dan tidak ada waktu. 18,18% responden
tidak mengalami kesukaran merencanakan pembelajaran karena sudah ada persiapan,
167
sudah terbiasa sebagai tugas guru, sudah dibuat oleh MGMP, dan sudah ada panduan
membuat perencanaan pembelajaran seperti kurikulum dan materi pelajaran.
Tujuh responden (63,64%) merumuskan tujuan pembelajaran dengan cara
menjabarkan tujuan dalam GBPP, tiga responden (27,27%) merumuskan tujuan
dengan cara mencontoh TPK yang sudah ada, dan satu responden (9,09%)
merumuskan tujuan berdasarkan materi dalam buku pegangan siswa.
Sepuluh responden (90,91%) pada Tabel 4.10 mengembangkan rencana
pembelajaran : sebagai pedoman pembelajaran, untuk memilih materi yang esensial,
untuk evaluasi pada akhir pembelajaran, untuk refleksi kegiatan belajar mengajar,
mengetahui perkembangan dan kemampuan siswa baik segi keterampilan dan
perilaku, supaya mencapai hasil maksimal, supaya pembelajaran lebih terarah.
Enam responden (54,55%) menentukan model pembelajaran dengan mencoba
model baru dari pelatihan alasannya untuk mengetahui bahwa model tersebut dapat
dioperasionalkan, agar pelajaran disenangi siswa, untuk memperoleh hasil maksimal,
agar siswa tidak bosan. Empat orang responden (36,36%) menentukan model
pembelajaran berdasarkan saran dalam buku petunjuk guru. Seorang responden
(909%) menentukan model pembelajaran sejarah berdiskusi dengan teman sejawat.
Tabel 4.10 menggambarkan empat responden (36,36%) mengembangkan
materi pembelajaran berdasarkan GBPP dengan alasan bahwa GBPP merupakan
petunjuk pembelajaran, dan sebagai tujuan pembelajaran. Empat responden (36,36%)
mengembangkan materi pembelajaran dari buku lain di luar buku pegangan siswa
agar siswa tidak tergantung pada buku pegangan. Tiga responden (27,27%)
mengembangkan materi pembelajaran dari buku pegangan siswa.
168
Lima responden (45,45%) mengembangkan strategi pembelajaran sejarah
berdasarkan tujuan dan materi yang diajarkan alasannya tujuan dan materi
menentukan pengembangan strategi pembelajaran Empat responden (27,27%)
mengembangkan strategi pembelajaran dengan menyesuaikan kondisi kelas karena
siswa setiap kelas berbeda, kecerdasan siswa setiap kelas berbeda, dan prilaku siswa
pada setiap kelas terutama pada jam terakhir menurun. Dua responden (18,18%)
mengembangkan strategi pembelajaran dengan mencoba strategi baru alasannya agar
minat siswa berkembang. Satu orang responden (9,09%) mengembangkan strategi
pembelajaran dengan strategi yang dikuasainya agar berhasil baik.
Sembilan responden (81,82%) pada tabel 4.10 mengembangkan evaluasi
pembelajaran sejarah berdasarkan tujuan pembelajaran, alasannya untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, sebagai
tolok ukur keberhasilan pembelajaran, dan mengetahui keberhasilan segi
pengetahuan dan tanggung jawab siswa dalam kehidupan berbangsa. Dua responden
(18,18%) mengembangkan evaluasi pembelajaran sejarah dengan mengembangkan
pertanyaan berdasarkan materi yang diajarkan supaya dapat dijawab siswa.
Tabel 4.10 menggambarkan bahwa 100% responden selalu terbuka menerima
pembaharuan pembelajaran sejarah alasannya : agar siswa selalu aktif dan sarana-
prasarana pembelajaran selalu berkembang, sifat peristiwa sejarah dinamis,
pembelajaran sejarah berkembang dan tidak membosankan sesuat perkembangan
jaman, tuntutan pendidikan selalu berkembang, pembelajaran sejarah lebih hidup.
169
4.1.2.10 Kegiatan Belajar Mengajar Sejarah
Tabel 4.11 menggambarkan kegiatan pembelajaran. Kriteria didasarkan skala
: 1- jarang sekali dilakukan (antara 0 ~ 20%), 2 = jarang dilakukan (antara 20 -
40%), 3 ~ kadang-kadang dilakukan (antara 40 - 60%), 4 = sering dilakukan
(antara 60 - 80%), dan 5 = sering sekali dilakukan (antara 80 -100%).
Tabel 4.11 Kegiatan Belajar Mengajar
No Komponen I 2 3 4 5 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran sebelum pembelajaran 1 6 4 2 Menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan awal
siswa 1 3 6 1
3 Setiap awal pembelajaran mengemukakan masalah untuk melatih keterampilan bepikir siswa.
4 6 1
4 Siswa lebih aktif waktu diskusi dibandingkan Bapak/Ibu. 1 4 4 5 M endahulukan masalah daripada menjelaskan 10 1 6 Merumuskan kembali pertanyaan didasarkan pendapat siswa 1 2 5 3 7 Merumuskan kembali pertanyaan siswa untuk mendorong
mengemukakan jawaban sendiri 4 6 1
8 Permasalahan dari Bapak/Ibu untuk membimbing agar dapat menggali, menerangkan, dan membuat kesimpulan
1 5 4 1
9 Siswa mengerti pokok bahasan dengan prosedur logis dan ilmiah 6 4 1 10 Mendorong siswa menemukan konsep khusus ke arah luas. 1 4 6 11 Menekankan belajar dan makna sejarah daripada hasil ulangan 4 7 12 Memberi kesempatan mengemukakan hasil studi pustaka 3 7 1 13 Siswa terlibat dalam memelihara suasana akademis. I 2 8 14 Memelihara keseimbangan dalam kelas agar semua siswa aktif r. 11 15 Menfokuskan generalisasi, teori dan masalah yang bisa diselidiki 3 5 3 16 Mempersiapkan konsep yang mendorong siswa menghubungkan
dengan generalisasi, teori yang menjadi pokok bahasan. 4 5 2
17 Mendorong siswa menyelidiki 3 5 3 18 Menyediakan berbagai bahan pelajaran secukupnya. 3 6 2 19 Pembelajaran yang berhubungann dengan generalisasi. 1 9 1 20 Mendorong pertukaran dan pengujian ide 2 5 4 21 Menganggap ide/pemikiran siswa adalah penting. 3 7 1 22 Penilaian tidak hanya dari ulangan, juga pengalaman belajar 3 7 1 23 Menekankan bahwa generalisasi, teori, dan isu-isu kontroversial
terbuka untuk didiskusikan. 6 4 1
24 Semua konsep dan teori dikaji secara kritis, tidak diajarkan tertutup dengan jawaban satu-satunya yang benar
2 4 4 1
25 Mengusahakan agar siswa sadar adanya perbedaan sikap dan pendapat dalam menghadapi masalah sosial
2 5 4
170
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa aspek pengembangan pemecahan
permasalahan sering dilakukan seluruh responden. Setiap awal pembelajaran
responden sering mengemukakan masalah, pertanyaan, dan pengetahuan untuk
melatih keterampilan berpikir siswa.
Pada Tabel 4.11 juga terlihat bahwa guru sejarah sering mengusahakan siswa
agar dapat mengerti setiap pokok bahasan dengan prosedur dan ilmiah. Guru sejarah
lebih menekankan untuk belajar dan memahami makna sejarah ketimbang hasil
ulangan. Seluruhan responden sering memelihara keseimbangan dalam kelas agar
semua siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Tabel 4.11 menunjukkan kadang-kadang responden menjelaskan tujuan
pembelajaran terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Selain itu responden
sering menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan awal siswa.
4.1.2.11 Materi Pembelajaran Sejarah
Tabel 4.12 merupakan pandangan responden sebagai guru sejarah terhadap
materi sejarah.
Tabel 4. 12 Pandangan Responden Tentang Materi Pembelajaran Sejarah
Komponen Jawaban Frek. % 1 Bahan pelajaran sejarah yang terdapat dalam GBPP
sejarah ada manfaatnya bagi siswa Ya Tidak
10 1
90,91 9,09
2 Materi pelajaran sejarah dalam GBPP sejarah mencerminkan hubungan dengan kondisi masa kini
Ya Tidak
9 -i J
81,82 27,27
3 Alokasi waktu sesuai karaktersitik materi pelajaran Ya Tidak
n 9
18,18 81,82
4 Guru selalu menghubungkan dengan permasalahan yang ada di masyarakat pada waktu pembelajaran.
Ya Tidak
10 1
90,91 9,09
5 Guru selalu memberi contoh peristiwa sejarah di sekitar sekolah atau di daerah pada pembelajaran sejarah
Ya Tidak
10 0
90,91
171
Sepuluh responden (90,91%) setuju bahan pelajaran sejarah dalam GBPP
sejarah bermanfaat, alasannya bahan pelajaran sejarah berguna untuk kehidupan
siswa, menunjang siswa belajar sejarah, memuat dimensi sejarah yang mengkaji
masa laiu-masa kini-masa datang, disusun secara kronologis, pembelajaran sejarah
dapat mengembangkan pengetahauan dan kemampuan siswa, dan siswa dapat
mengetahui kejadian masa lampau dan peninggalan sejarah.
Sembilan responden (81,82%) beranggapan bahwa materi pelajaran sejarah
dalam GBPP teiah mencerminkan adanya hubungan dengan kondisi masyarakat
masa kini, didasarkan alasan bahwa kejadian masa lampau dan masa kini sebagai
bahan perbandingan untuk memperbaiki jati diri bangsa (masa lalu, masa kini dan
akan datang). Tiga responden (27,27%) tidak setuju beranggapan GBPP umumnya
masih luas harus dirumuskan batas-batasnya sesuai situasi dan kondisi..
Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa alokasi waktu tidak sesuai
dengan materi sejarah, karena materi pembelajaran sejarah luas meliputi berbagai
aspek kehidupan manusia pada tingkat lokal hingga dunia.
Sepuluh responden (90,91%) selalu menghubungkan permasalahan-
permasalahan di masyarakat pada saat mengajar sejarah. Pandangan responden ini
sebagai bahan perbandingan, mengembangkan pembelajaran kontekstual, agar siswa
mengetahui makna pelajaran sejarah, siswa kurang tertarik bila hanya membicarakan
peristiwa masa lalu, supaya siswa dapat memahami, menumbuhkan kesadaran
sejarah, agar dapat menghubungkan peristiwa masa lalu dengan sekarang.
Sepuluh responden (90,91%) menggunakan contoh peristiwa sejarah di
daerah waktu mengajar sejarah agar siswa memahami sejarah daerahnya, mengetahui
172
fakta sejarah terdekat sehingga menumbuhkan nasionalisme, supa)
lebih dikenal siswa, dapat mengambarkan secara kongkrit, agar pelajL^.-^v,».^
berkaitan dengan lingkungan siswa, mengerti dan memahami materi yang diajartfarr—
4.1.2.12 Metode dan Media Pembelajaran Sejarah
Pandangan guru sejarah tentang metode dan media sebagai alat bantu
mengajar pembelajaran sejarah terlihat pada tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Metode dan Media Pembelajaran Sejarah
Komponen Jawaban Frek. % 1 Sarana dan prasarana di sekolah mendukung
keberhasilan pembelajaran sejarah Ya Tidak
5 6
45,45 54,55
2 Lingkungan dan masyarakat di tempat mengajar dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah
Ya Tidak
8 4
72,73 36,36
3 Terdapat sumber sejarah (bangunan sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah
Ya Tidak
11 0
100
4 Sumber sejarah (bangunan searah, situs sejarah, sumber tertulis) dapat menunjang pembelajaran sejarah
Ya Tidak
U 0
100
5 Media cetak daerah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah
Ya Tidak
8 •3
72,73 27,27
6 Kurikulum dan GBPP sejarah memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah
Ya Tidak
9 2
81,82 18,18
7 Konsep-konsep sejarah perlu diajarkan pada siswa Ya Tidak
11 0
100
8 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu merumuskan dan menguji hipotesa terhadap peristiwa sejarah
Ya Tidak
9 2
81,82 18,18
9 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak mencari dan mengumpulkan data dan informasi
Ya Tidak
9 2
81,82 18,18
10 Siswa perlu diajak menarik kesimpulan Ya Tidak
10 1
90,91 9,09
11 Dalam pembelajaran sejarah diperlukan media Ya Tidak
11 0
100
12 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak untuk memahami karakter ilmu sejarah
Ya Tidak
8 3
72,73 27,27
13 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak memahami cara keija sejarawan (meskipun sederhana)
Ya Tidak
8 J
72,73 27,27
173
Pada tabel 4.13 lima responden (45,45%) mengatakan sarana dan prasarana di
sekolah mendukung keberhasilan pembelajaran sejarah. Pendapat responden tersebut
dengan alasan : supaya pembelajaran lebih berkesan, siswa dapat lebih mengetahui
tokoh dan lokasi dengan menggunakan sarana dan prasarana di sekolah, dengan
sarana dan prasarana yang ada dapat mendukung pembelajaran, TV dan perpustakaan
serta komputer dapat dimanfaatkan. Lima responden (45,45%) mengatakan bahwa
sarana dan prasarana di sekolah tidak mendukung keberhasilan pembelajaran
sejarah, karena tidak semua yang diperlukan ada di sekolah, terbatasnya sarana dan
dana, kondisi sekolah dipinggiran, kondisi ekonomi siswa rendah.
Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa lingkungan sekolah dan
masyarakat di tempat mengajar dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah
dengan alasan : letaknya berdekatan dengan lokasi sekolah, walaupun dalam keadaan
yang terbatas, untuk memeperkenalkan dan menegaskan materi pelajaran yang ada
kaitannya dengan lingkungan, dapat membantu pembelajaran sejarah misal musium,
sebagai pengenalan dari lingkungan siswa, dan karena ada peninggalan sejarah.
Empat responden (36,36%) mengatakan bahwa lingkungan sekolah dan masyarakat
di tempat mengajar tidak dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah dengan
alasan Lingkungan sekolah berupa persawahan dan masyarakatnya biasa-biasa saja
atau cenderung kolot kebanyakan tidak berpendidikan, masyarakatnya tidak mengerti
sejarah, dan tidak mendukung pembelajaran sejarah.
Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa terdapat sumber sejarah
(bangunan sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah. Sumber sejarah tersebut:
Makam Pangeran Antasari, Makam Ratu Zaleha, Museum Perjuangan, Makam dan
174
Masjid Suriansyah, Makam Pahlawan, Candi Agung, Taman Budaya, Tugu 9
Nopember, dan Cerita Sejarah Banjar.
Sepuluh responden (90,91%) mengatakan bahwa sumber sejarah (bangunan
sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah menunjang pembelajaran sejarah.
Responden mengatakan siswa dapat mengetahui setelah belajar sejarah bahwa di
daerah mereka ada peninggalan sejarah, dapat dijadikan sumber belajar secara
langsung, sebagai bukti (fakta), walaupun dalam keadaan terbatas, ada sebagian
pokok bahasan yang berkenaan misalnya tentang kerajaan Islam dan peijuangan
menghadapi kolonial Belanda, dapat memperjelas dan membuktikan peristiwa
sejarah pada siswa sehingga pelajaran lebih bermakna, dan dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. Seorang responden mengatakan sumber sejarah (bangunan sejarah,
situs sejarah, sumber tertulis) di daerah kurang menunjang pembelajaran sejarah
karena lokasinya jauh dari sekolah.
Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa media cetak di daerah dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah. Alasan responden adalah : dapat
membaca dari media tersebut, siswa diberi tugas-tugas membuat kliping atau meliput
peristiwa sejarah di media cetak, dapat dikumpulkan sebagai informasi peristiwa
sejarah, artikel-artikel yang bernuansa sejarah memperjelas siswa yang membaca,
dapat digunakan untuk mempelajari sejarah dan mengkaitkan dengan masa kini,
media cetak dapat mamaknai peristiwa-peristiwa masa kini, ada beberapa media
cetak memuat tulisan dan photo tentang sejarah lokal. Tiga orang responden
(27,27%) mengatakan bahwa media cetak di daerah tidak dapat dimanfaatkan dalam
175
pembelajaran sejarah karena media cetak memuat berita kriminal dan pembangunan
jarang memuat sejarah.
Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa kurikulum dan GBPP
sejarah memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah.
Pendapat responden tersebut dengan alasan kurikulum dan GBPP tidak
mengharuskan menggunakan satu metode, GBPP dapat mengembangkan ide
memilih metode, dalam GBPP guru diberi keleluasaan memilih metode, GBPP
memberi kesempatan pada guru menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan
kondisi sekolah. Dua orang responden mengatakan kurikulum dan GBPP sejarah
tidak memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah.
Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa konsep sejarah perlu diajarkan
agar siswa mengetahui bahan yang dipelajari, mendorong siswa untuk lebih
memahami, mampu berpikir induktif, mengembangkan analisis konsep sejarah, lebih
meningkatkan pemahaman tentang peristiwa sejarah dalam kaitannya dengan kondisi
sekarang, konsep dapat menumbuhkan kesadaran sejarah, konsep dapat membentuk
pemahaman tentang gambaran sejarah, siswa lebih mengetahui pembelajaran sejarah.
Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa dalam pembelajaran
sejarah siswa perlu diajak merumuskan dan menguji hipotesis terhadap suatu
peristiwa sejarah. Alasan responden tersebut agar mereka menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan dan membuat mereka berpikir kritis, tetapi dapat teijadi
kalau siswanya punya kemampuan, agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, ingin mencari jawaban (peristiwa sebenarnya), agar siswa dapat lebih
memahami dan mendalami pelajaran sejarah, mendorong siswa menemukan dan
176
mengorganisasikan informasi serta merumuskan dan menguji hipotesis dan
merekonstruksi hubungan antar data. Dua orang responden (18,18%) mengatakan
bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa tidak perlu dilibatkan merumuskan dan
menguji hipotesis karena kemampuan siswa SMP belum sampai ke arah tersebut.
Sembilan responden (81,82%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran
sejarah perlu pendekatan discovery, mengumpulkan data dan informasi. Alasan
responden hal ini mengembangkan pemikiran siswa, mencari kebenaran fakta dari
peristiwa sejarah, memperjelas pelajaran sejarah, siswa dapat lebih menghayati,
siswa dapat memaknai peristiwa-peristiwa sejarah. Dua responden (18,18%)
berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah tidak perlu pendekatan discovery,
mengumpulkan data dan informasi karena kurangnya data dan iformasi sementara
pokok bahasan banyak berada di luar Kalimantan (Jawa), kurikulum tidak bisa
terlaksana karena materi yang banyak dan harus mencapai target.
Sepuluh responden (90,91%) berpendapat siswa perlu diajak menarik
kesimpulan, agar siswa dapat menentukan materi yang esensial pada setiap pokok
bahasan, untuk mengembangkan daya pikir kritis mereka, agar siswa mengetahui
hasil sendiri, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah, melatih daya pikir siswa. Seorang responden yang
mengatakan siswa tidak perlu dilibatkan dalam menarik kesimpulan dengan alasan
siswa kebanyakan malu dan segan untuk diajak menarik kesimpulan.
Seluruh responden (100%) berpendapat bahwa diperlukan media dalam
pembelajaran sejarah, supaya pelajaran sejarah tidak verbalisme, sejarah objeknya
adalah peristiwa unik yang tidak mungkin dihadirkan kembali untuk itu digunakan
177
pengamatan pengganti, mempertegas dan memperjelas materi pembelajaran, menarik
minat siswa, membantu proses KBM, penting sebagai alat bantu, media merupakan
penghubung dalam pembelajaran sejarah antara masa kini dan masa lalu, media
dapat memberi gambaran atau penjelasan lebih konkrit.
Delapan responden (72,73%) berpendapat dalam pembelajaran sejarah siswa
perlu diajak memahami karakter ilmu sejarah. Pendapat responden ini dengan alasan
agar siswa mengenal lebih mendalam keistimewahan dan keunikan ilmu sejarah, agar
siswa mengetahui bahwa sejarah itu sebagai suatu disiplin ilmu, sejarah berdasarkan
bukti-bukti, dan siswa adalah generasi penerus dan pewaris budaya bangsa. Tiga
responden (27,27%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa tidak
perlu diajak memahami karakter ilmu sejarah karena siswa SMP masih sulit untuk
diajak memahami ilmu sejarah dan siswa SMP belum bisa diajak berpikir sejarah.
Delapan responden (72,73%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah
siswa perlu memahami keija sejarawan (meskipun sederhana) agar siswa tahu cara
sejarawan menganalisis fakta serta mengumpulkan fakta, mengajak siswa berpikir
kritis, siswa memahami bahwa sejarah adalah ilmu, dan siswa tidak jenuh dalam
pembelajaran sejarah. Tiga responden berpendapat bahwa dalam pembelajaran
sejarah kurang perlu memahami kerja sejarawan karena tidak sesuai kurikulum
4.1.2.13 Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran selalu diakhiri dengan evaluasi bertujuan untuk mengetahui
daya serap siswa dan keberhasilan pembelajaran. Tabel 4.14 di bawah ini
menggambarkan pendapat responden tentang evaluasi pembelajaran sejarah.
178
Tabel 4.14 Pendapat Responden Tentang Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Komponen Jawaban Frek % 1 Evaluasi dalam GBPP dapat mengukur Ya 3 27,27
tercapainya tujuan belajar sejarah Tidak 8 72,73 2 Evaluasi pembelajaran sejarah selama Ya 2 18,18
ini sesuai karakter ilmu sejarah Tidak 9 81,82 - > j Bentuk alat evaluasi pembelajaran Pilihan canda 0
sejarah yang sering di gunakan Uraian 0 Lisan 0 Pilihan ganda dan uraian 11 100
4 Evaluasi pembelajaran sejarah selama Ya 9 81,82 ini perlu diperbaharui Tidak 2 18,18
5 Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah Campuran pilihan ganda, 6 54,55 menurut Guru uraian, lisan
Penilaian sejak awal 8 72,73 hingga akhir pelajaran Memperhatikan sikap dan 2 18,18 prilaku siswa sehari-hari
Pada Tabel 4.14 delapan responden (72.73%) mengatakan bahwa evaluasi
pembelajaran sejarah dalam GBPP kurang dapat mengukur tujuan belajar sejarah
karena hanya menghapal peristiwa sejarah bukan memahami makna sejarah, hanya
menilai aspek kognitif, aktivitas siswa kurang mendapat penilaian, guru selalu
memilih pilihan ganda, guru kurang memperhatikan aspek kemampuan siswa. Tiga
responden (27,27%) mengatakan evaluasi pembelajaran sejarah dalam GBPP dapat
mengukur tujuan belajar sejarah karena mengukur segi kognitif dan afektif siswa.
Evaluasi pembelajaran sejarah selama ini menurut sembilan responden
(81,82%) kurang sesuai dengan karakter ilmu sejarah, karena bersifat kognitif
(ingatan) dan pilihan ganda, perlu penyempurnaan terutama sejarah lokal, dan
menonjolkan masa lalu. Dua responden (18,18%) mengatakan evaluasi pembelajaran
sejarah selama ini sesuai dengan karakter ilmu sejarah karena tentang fakta.
179
Menurut sembilan responden (81,82%) pembaharuan evaluasi pembelajaran
sejarah perlu karena disesuaikan dengan karakteristik ilmu sejarah, evaluasi
pembelajaran tidak hanya hapalan melainkan mengetahui makna sejarah, evaluasi
pembelajaran sejarah dikaitkan masa lalu-masa kini dan mendatang, dan untuk
meningkatkan pemahaman aspek-aspek kesejarahan. Menurut dua responden
(18,18%) pembaharuan evaluasi pembelajaran sejarah tidak perlu karena sudah
sesuai kemampuan siswa.
4.1.3 Kesan Siswa Selama Mengikuti Pelajaran Sejarah
Pembelajaran menempatkan siswa sebagai bagian yang esensial, disamping
guru. Keberhasilan pembelajaran terlihat dari kesan positip siswa selama mengikuti
pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, empati
siswa, dan minat pada pelajaran sejarah. Tabel 4.15 di bawah ini menggambarkan
kesan siswa SMP Negeri Kota Banjarmasin selama mengikuti pelajaran sejarah.
Tabel 4.15 Kesan Siswa Selama Mengikuti Pelajaran Sejarah
No Komponen Jawaban Frekuensi Jlh %
1 Materi sejarah dari guru dapat Sangat Baik 35 8,97 dipahami Baik 294 75,38
Cukup 61 15,64 Kurang 0 0
2 Perasaan bila dskusi pada Senang 357 91,54 pelajaran sejarah Tidak senang 33 8,46
^ j Pada saat mengamati sumber Sangat tertarik 390 100 sejarah (gambar, foto-foto, peta) Tidak tertarik 0 dari buku atau ditunjukkan guru
4 Tanya jawab dengan teman-teman Ya 203 52,05 pada saat pelajaran sejarah Tidak 187 47,95
180
5 Guru selalu membahas kondep Ya 312 80 seperti: pahlawan, nasionalisme. Tidak 78 20
6 Pelajaran yang paling di senangi Bahasa Indonesia 73 18,72 pada waktu mengikuti pelajaran PPKN 65 16,67
Matematika 24 6,15 Sejarah 42 10,77 Ekonomi 58 14,87 Geografi 49 12,56 Bahasa Inggris 38 9,74 Bioloai 21 5,38 Fisika 20 5,13
7 Pelajaran tersebut (nomor 6) Mudah dipelajari 186 47,69 disenangi karena Dirasakan manfaatnya 35 8,97
Gaya mengajar guru 169 4J,J J 8 Tanya jawab dengan guru pada Ya 224 57,44
saat pelajaran sejarah Tidak 66 16,92 9 Pelajaran yang membosankan Bahasa Indonesia 28 7,18
adalah PPKN 57 14,62 Matematika 92 23,59 Sejarah 89 22,82 Ekonomi 32 8,21 Geografi 37 9,49 Bahasa Inggris 74 18,97 Bioloai 33 8,46 Fisika 62 15,90
10 Kliping, gambar-gambar sejarah Ya 40 10,26 digunakan dalam pembelajaran Tidak 350 89,74
11 Selalu mencari informasi tentang Ya 276 70,77 sejarah di perpustakaan Tidak 114 29,23
12 Selalu mencari informasi tentang Ya 11 2,82 sejarah di sekitar sekolah Tidak 179 97,18
13 Selalu mencari informasi sejarah Ya 276 70,77 dengan bertanya pada orang tua Tidak 114 29,23
14 Selalu membuat kesimpulan pada Ya 327 83,85 setiap akhir pelajaran Tidak 63 16,15
15 Pernah membuat karangan Ya 32 8,21 sederhana tentang sejarah Tidak 358 91,79
16 Selain mendapatkan bahan dari Ya 390 100 guru, juga membaca buku paket Tidak 0
17 Membaca buku sejarah penerbit Ya 85 21,79 lain, selain buku paket. Tidak 305 78,21
18 Sering membaca koran dan Ya 226 57,95 majalah Tidak 164 42,05
181
19 Plajaran sejarah ada manfaatnya Ya 364 93,33 bagi kehidupan sehari-hari Tidak 26 6,67
20 Pelajaran sejarah itu Ya 173 44,36 menyenangkan Tidak 217 55,64
Kesan siswa selama mengikuti pembelajaran sejarah seperti yang
diperlihatkan pada tabel 4.15 di atas terlihat 8,97% siswa pemahaman materi sejarah
yang disampaikan guru selama mengikuti pelajaran adalah sangat baik. 75,38%
pemahamannya baik, dan 15,64% cukup. 91,54% siswa senang bila pada pelajaran
sejarah diadakan diskusi, tetapi 8,46% siswa tidak senang bila diadakan diskusi.
Seluruh siswa (100%) sangat tertarik bila pada pelajaran dilakukan
pengamatan terhadap sumber-sumber sejarah seperti ; gambar, foto-foto, dan peta.
Sumber sejarah tersebut diambil dari buku atau disediakan oleh guru sejarah.
Pelajaran yang paling disenangi siswa adalah Bahasa Indonesia, sedangkan
yang kurang disenangi siswa adalah pelajaran Fisika. Siswa senang pada pelajaran
tersebut karena mudah dipelajari dan senang dengan gaya mengajar guru.
Pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang membosankan disamping
pelajaran Matematika. 57,44% siswa melakukan tanya jawab dengan guru pada
kegiatan belajar mengajar sejarah. 52,05% siswa juga melakukan tanya jawab
dengan teman-teman dalam kegiatan belajar mengajar sejarah.
80% siswa berpendapat bahwa guru sejarah pada pelajaran sejarah juga
membahas masalah sejarah kepahlawanan, penjajahan, nasionalisme, dan
perjuangan. Sebaliknya 20% siswa berpendapat guru sejarah tidak pernah membahas
masalah-masalah kepahlawanan, penjajahan, nasionalisme, dan peijuangan.
182
89,74% siswa tidak pernah membuat kliping dan mengumpulkan gambar-
gambar sejarah pada pelajaran sejarah, hanya 10,26% siswa yang pernah membuat
kliping dan mengumpulkan gambar-gambar sejarah. 70,77% siswa selalu mencari
informasi tentang sejarah di perpustakaan, tetapi 97,18% siswa tidak pernah mencari
informasi tentang sejarah di sekitar sekolah. 78,97% siswa mengatakan selalu
mencari informasi tentang sejarah dengan bertanya pada orang tua.
83,85% siswa selalu membuat kesimpulan pada setiap akhir pelajaran sejarah
bersama guru sejarah dan para siswa. Tabel 4 15 juga memperlihatkan 91,79% siswa
tidak pernah membuat karangan sederhana temang sejarah.
Seluruh siswa (100%) selalu membaca buku paket sejarah, selain
mendapatkan pelajaran sejarah dari guru sejarah. Tetapi 78,21% siswa tidak
membaca buku sejarah dari penerbit lain selain buku paket. 57,95% siswa yang
sering membaca koran dan majalah, sedangkan sisanya 42,05% tidak pernah
membaca koran atau majalah. 93,33% siswa juga mengatakan pelajaran sejarah ada
manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari, tetapi 55,64% siswa mengatakan pelajaran
sejarah itu tidak menyenangkan.
4.1.3.1 Pendapat Siswa Tentang Guru Sejarah
Guru sejarah memegang peranan fundamental dalam pembelajaran sejarah,
berhasil tidaknya tujuan pembelajaran sejarah tergatung pada cara guru mengajar.
Tabel 4.16 di bawah ini menggambarkan pendapat siswa SMP Negeri Kota
Banjarmasin tentang guru sejarah.
183
Tabel 4.16 Pendapat Siswa Tentang Guru Sejarah
No Komponen j Jawaban 1
Frekuensi No Komponen j Jawaban 1 Jlh %
1 Mengerti dan memahami pelajaran sejarah yang j Ya disampaikan oleh guru sejarah i Tidak
212 178
54,36 45,64
2 Guru sejarah sering memberikan contoh-contoh i Ya peristiwa sejarah pada saat pembelajaran i Tidak
238 152
61,03 38,97
3 Guru sejarah sering mengajak memecahkan j Ya permasalahan sejarah pada saat pembelajaran j Tidak
226 164
57,95 42,05
4 Guru sejarah menggunakan gambar, foto, dan peta ! Ya dalam pembelajaran j Tidak
197 193
50,51 49,49
5 Guru sejarah mengajak mencari informasi tentang j Ya peristiwa sejarah di perpustakaan, koran, majalah, [ Tidak dan lingkungan sekitar
103 287
26,41 73,59
6 Guru sejarah mengajak mencari informasi tentang Ya peristiwa sejarah dengan melakukan diskusi \ Tidak
229 161
58,72 41,28
7 Guru sejarah pernah mengajak menyusun [ Ya kesimpulan sementara i Tidak
119 271
30,51 69,49
8 Guru sejarah selalu memberikan kesempatan j Ya bertanya pada setiap pembelajaran i Tidak
325 65
83,33 16,67
9 Guru sejarah pernah menugaskan mengamati 1 Ya gambar-gambar sejarah pada saat pembelajaran j Tidak
214 176
54,87 45,13
10 Pada waktu pelajaran sejarah guru sejarah lebih ! Ya banyak berbicara di depan kelas I Tidak
203 187
52,05 47,95
Pada Tabel 4.16 di atas terlihat hanya 54,36% siswa mengerti dan memahami
pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru sejarah, berarti sekitar 45,64% siswa
tidak mengerti dan tidak memahami pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru
sejarah. Selain itu hanya 61,03% siswa yang mengatakan bahwa guru sejarah sering
memberikan contoh-contoh peristiwa sejarah pada saat menerangkan pelajaran
sejarah, berarti 38,97% siswa merasa guru sejarah tidak memberikan contoh-contoh
peristiwa sejarah pada saat menerangkan pelajaran sejarah.
Hanya 57,95% siswa mengatakan bahwa guru sejarah sering mengajak siswa
memecahkan permasalahan sejarah pada saat mengajar sejarah. Sisanya 42,05%
184
sejarah pada saat mengajar sejarah.
siswa mengatakan bahwa guru sejarah tidak mengajak memecahkan pei
Hanya 50,51% siswa mengatakan bahwa guru sejarah menggunakan
gambar, foto, dan peta. 49,49% mengatakan bahwa guru sejarah tidak menggunakan
gambar-gambar, foto, dan peta dalam mengajar sejarah. 73,59% siswa mengatakan
bahwa guru sejarah tidak pemah mengajak mencari informasi sejarah di
perpustakaan, koran, majalah, dan lingkungan sekitar. 58,72% siswa mengatakan
bahwa guru sejarah mengajak mencari informasi sejarah dengan melakukan diskusi.
69,49% siswa mengatakan bahwa guru sejarah tidak pernah mengajak
menyusun hipotesis pada saat pembelajaran, 83,33% siswa mengatakan guru sejarah
selalu memberikan kesempatan bertanya pada setiap pembelajaran. Guru sejarah
memberi tugas mengamati gambar-gambar sejarah saat pembelajaran menurut
54,87%, dan guru sejarah menurut 52,05% siswa lebih mendominasi pembelajaran.
4.1.3.2 Pendapat Siswa Tentang Pelajaran Sejarah
Kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, keterlibatan siswa ditunjukkan oleh partisipasinya dalam setiap
tahap pembelajaran. Bentuk keterlibatan siswa dapat berupa aktif dalam berdiskusi,
aktif dalam tanya jawab, dan merasa sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar.
Tabel 4.17 di bawah ini memperlihatkan pendapat siswa tentang pelajaran
sejarah selama mengikuti pembelajaran sejarah :
185
Tabel 4.17 Pendapat Siswa Tentang Pelajaran Sejarah
i-No | Item Jawaban Fre cuensi JIh %
11 ; Pada saat akan memulai pelajaran sejarah Sangat Setuju 65 16,67 i ! sebaiknya guru sejarah memberikan Setuju 293 75,13 j : penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan Kurang Setuju 25 0,77
• mempelajari sejarah Tidak setuju 7 1,79 i 2 Pelajaran sejarah dapat mudah dimengerti bila Sangat Setuju 52 13,33 i • guru menjelaskan terlebih dahulu beberapa Setuju 300 76,92 i • konsep yang akan disampaikan, seperti : Kurang Setuju 19 4,87 1 i pahlawan, penjajah, kerajaan, nasionalisme. Tidak setuju 19 4,87 j ! J ^ Guru sejarah hendaknya memberikan Sangat Setuju 24 6,15 f i kesempatan bertanya pada siswa Setuju 236 60,51
Kurang Setuju 13 3,33 i Tidak setuju 17 4,36 I 4 Guru sejarah selama pelajaran sejarah Sangat Setuju 37 9,49
hendaknya memberikan contoh-contoh Setuju 221 56,67 Kurang Setuju 30 7,69
i Tidak setuju 102 26,15 j 5 Guru sejarah selama pelajaran sejarah Sangat Setuju 43 11,03 1 sebaiknya menggunakan gambar-gambar, Setuju 292 74,87
foto, peta Kurang Setuju 20 5,13 i Tidak setuju 35 8,97 ! 6 Pelajaran sejarah sebaiknya tidak hanya di Sangat Setuju 13 j ruang kelas, tetapi di perpustakaan Setuju 189 48,46 j Kurang Setuju 86 22,05 i Tidak setuju 102 26,15 j i 7 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 15 3,85 i sejarah mengajak para siswa mengumpulkan Setuju 196 50,26 i ! gambar-gambar atau foto-foto sejarah Kurang Setuju 89 22,82
Tidak setuju 90 23,08 8 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 43 11,03
sejarah mengajak para siswa mengamati dan Setuju 341 87,44 mendiskusikan gambar-gambar atau foto-foto Kurang Setuju 2 0,51 sejarah Tidak setuju 4 1,03
9 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 23 5,90 sejarah mengajak para siswa membuat Setuju 186 47,69 kesimpulan Kurang Setuju 55 14,10
Tidak setuju 126 32,31 10 Pada setiap pelajaran sejarah sebaiknya guru Sangat Setuju 38 9,74
sejarah mengajak para siswa untuk Setuju 242 62,05 meyampaikan masalah-masalah sejarah dan Kurang Setuju 2 0,51 berdiskusi Tidak setuju 3 0,77
186
11 Sebaiknya dalam pelajaran sejarah guru Sangat Setuju 20 5,13 menerangkan materi pelajaran sampai Setuju 42 10.76 pelajaran selesai, sedangkan siswa cukup Kurang Setuju 125 32,31 mendengarkan dan mecatat Tidak setuju 203 52,05
Berangkat dari Tabel 4.17 pendapat siswa tentang pelajaran sejarah terlihat
bahwa 16,67% siswa sangat setuju dan 75,13% setuju bila pada saat akan memulai
pelajaran sejarah sebaiknya guru sejarah memberikan penjelasan terlebih dahulu
tentang tujuan mempelajari sejarah. 13,33% siswa sangat setuju dan 76,92% setuju
agar dapat mudah mengerti pelajaran sejatah, sebaiknya guru sejarah menjelaskan
terlebih dahulu beberapa pengertian sejarah sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, seperti: pahlawan, penjajah, raja, kerajaan, nasionalisme.
6,15% siswa sangat setuju dan 60,51% setuju guru sejarah memberi
kesempatan bertanya pada siswa. 9,49% siswa sangat setuju dan 56,67% setuju bila
guru sejarah selama pembelajaran sejarah memberikan contoh-contoh. 11,03%
sangat setuju dan 74,87% setuju guru sejarah selama pelajaran sejarah sebaiknya
menggunakan gambar-gambar, foto, peta. 3,33% sangat setuju dan 48,46% setuju
pelajaran sejarah sebaiknya tidak hanya di ruang kelas, tetapi di perpustakaan.
3,85% siswa sangat setuju dan 50,26% setuju bahwa pelajaran sejarah akan
menarik bila guru mengajak siswa mengumpulkan gambar-gambar sejarah. 11,03%
sangat setuju dan 87,44% setuju bahwa pelajaran sejarah akan menarik bila guru
mengajak siswa mengamati dan mendiskusikan gambar-gambar sejarah.
Pembelajaran sejarah lebih menarik bila guru sejarah mengajak membuat
kesimpulan 5,90% siswa sangat setuju dan 47,69% siswa setuju. 9,74% siswa sangat
setuju dan 62,05% setuju bila pada pembelajaran sejarah guru sejarah mengajak
187
siswa meyampaikan masalah-masalah sejarah dan berdiskusi. 32,31% siswa sangat
setuju dan 52,05% setuju sebaiknya dalam pelajaran sejarah guru menjelaskan materi
pelajaran sampai pelajaran selesai, siswa mendengarkan dan mecatat.
4,1.4 Hasil Observasi Tentang Rencana Pembelajaran
Rencana Pembelajaran seperti kemampuan mendisain bangunan bagi seorang
arsitektur (Sudjana, 1989 : 20). Seorang arsitektur tidak hanya membuat gambar
yang baik dan memiliki estetika, tetapi juga mengetahui makna dan tujuan dari disain
yang dibuatnya, demikian halnya guru dalam membuat rencana pembelajaran.
Komponen desain pembelajaran yang diobservasi adalah : rumusan tujuan
pembelajaran, analisis dan penyusunan materi pelajaran, sumber pembelajaran,
model pembelajaran/strategi pembelajaran, media pembelajaran, kesesuaian alokasi
waktu dengan materi pelajaran, dan pengembangan evaluasi. Wawancara dilakukan
terhadap beberapa temuan-temuan. Tabel 4.18 memperlihatkan rentang nilai hasil
pengamatan tentang rencana pembelajaran.
Tabel 4.18 Hasil Observasi Rencana Pembelajaran
No Komponen Rentang Nilai 1 2 J 4
1 Rumusan tujuan pembelajaran 1 5 4 2 Analisis Materi Pelajaran 3 7 j Penyusunan materi pelajaran dan sumber 1 8 1 4 Pemilihan model pembelajaran/strategi pembelajaran 1 6 3 5 Pengembangan media pembelajaran 2 2 5 1 6 Kesesuaian alokasi waktu dengan materi pelajaran 10 7 Pengembangan alat evaluasi 6 1 3
Keterangan : I = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = baik sekali
188
Tabel 4.18 di atas memperlihatkan responden umumnya merumuskan tujuan
pembelajaran dengan baik, satu orang cukup. Responden telah merumuskan tujuan
sesuai Taxonomy Bloom (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor), meskipun ada
sebagian guru kurang sitematis menyusun rumusan tujuan pembelajaran.
Tabel 4.18 memperlihatkan umumnya guru sejarah menganalisis pelajaran
dengan rentang nilai baik. Analisis pelajaran dilakukan satu kesatuan dengan rencana
pembelajaran dan ada juga di luar rencana pembelajaran berbentuk kolom.
Materi pelajaran disusun dengan baik oleh sebagian besar guru sejarah di
Kota Banjarmasin sesuai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Materi pelajaran
disusun secara kronologis maupun tematis. Sumber pustaka diambil dari buku
pegangan wajib siswa maupun buku pegangan guru dan buku-buku penunjang,
beberapa guru sejarah ada yang menggunakan buku babon sejarah Indonesia dan
buku khusus seperti sejarah Amerika.
Model pembelajaran sebagian besar guru sejarah sudah mengarah pada
keterampilan berpikir siswa, yaitu : metode tanya jawab, diskusi, ketrampilan proses,
bahkan ada yang menggunakan metode inkuiri dan portofolio.
Guru sejarah di Kota Banjarmasin umumnya mengembangkan media
pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran berdasarkan tujuan dan metode
pembelajaran. Media umumnya berupa gambar-gambar, peta, dan skema dipajang
pada papan tulis. Seluruh guru sejarah telah menyesuaikan alokasi waktu dengan
materi pembelajaran, terlihat dari pembagian pada tiap tahap pembelajaran.
Sebagian besar guru sejarah di Kota Banjarmasin tidak mengembangkan
evaluasi, karena evaluasi berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diambil dari :
189
LKS sejarah-C.V. Harapan Baru, LKS sejarah Progresif-CV. Aneka Ilmu Semarang,
LKS Sejarah Kejar-Pabelan Solo. Alasan guru menggunakan LKS karena soal-soal
dalam LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagian besar siswa memiliki
LKS.
Format desain pembelajaran umumnya sama, dibuat oleh responden dengan
memanjang ke bawah. Komponen desain pembelajaran yang digunakan oleh guru
sejarah di kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Format Rencana Pembelajaran Responden
Sekolah/Kelas Mata Pelajaran: Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Hari/Tanggal/Jam
Tujuan Kegiatan No Pembelajaran Materi Belajar Alat/Media Evaluasi Kunci
Khusus Mengajar Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
4.1.5 Hasil Observasi Kegiatan Kelas
Observasi pembelajaran dilakukan pada tahap prainstruksional atau
apersepsi, tahap instruksional, dan tahap penilaian atau timbal balik. Aktivitas
pembelajaran yang diamati pada tahap prainstruksional : pengajuan pertanyaan,
pemberian kesempatan bertanya, dan mengulang pelajaran yang sudah dipelajari
yang dirasa kurang jelas. Aktivitas pembelajaran yang diamati pada tahap
instruksional : menjelaskan tujuan, membahas pokok materi, memberikan contoh
konkrit, penggunaan alat bantu, dan penyusunan kesimpulan.
190
Aktivitas guru yang diamati pada tahap penilaian atau tahap timbal balik :
mengajukan pertanyaan, mengulang materi yang belum dikuasai, memecahkan
masalah, pemberian tugas, dan memberikan informasi materi berikutnya yang harus
dipersiapkan.
Pada tahap prainstruksional umumnya guru inemberikan pertanyaan, tetapi
tidak meberikan kesempatan bertanya pada siswa. Pelajaran yang lalu dijelaskan
kembali oleh guru secara singkat. Temuan pada tahap prainstruksional adalah :
Tabel 4.20 Temuan Pada Tahap Prainstruksional
• Aktivitas pembelajaran selalu diawali guru dengan mengontrol kehadiran siswa • Apersepsi kurang dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan • Konsep-konsep sejarah pada pokok bahasan tidak dibahas • Pertanyaan pada awal pembelajaran terkesan memaksa siswa untuk diam,
mengakibatkan suasana pada awal pembelajaran kurang menarik perhatian siswa • Garis besar materi untuk memotivasi siswa tida dikembangkan guru • Suasana demokrasi pada awal pembelajaran kurang dikembangkan guru • Contoh yang ada di sekitar siswa kurang digunakan guru pada awal pembelajaran • Skema dan media pembelajaran kurang digunakan guru pada awal pembelajaran • Penumbuhan motivasi kurang dikembangkan pada awal pembelajaran • Guru pada awal pembelajaran hanya membuat siswa tenang bukan memotivasi,
akibatnya siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran
Pada tahap instruksional sebagian besar guru tidak menjelaskan tujuan
pembelajaran. Sebagian besar guru menuliskan dan membahas pokok materi. Contoh
materi tidak diberikan guru, akibatnya pelajaran kurang terasa manfaatnya. Sebagian
besar guni tidak menggunakan alat bantu, terdapat beberapa guru menggunakan peta
dan gambar-gambar. Sebagian besar guru tidak menyimpulkan penjelasan yang telah
diberikan. Temuan pada tahap instruksional adalah sebagai berikut:
191
Tabel 4 21 Temuan Observasi Kelas Tahap Instruksional
• Buku teks wajib membantu penjelasan dan contoh peristiwa sejarah • Materi pada buku teks sebaiknya dibaca sebelum pelajaran • Pertanyaan dari siswa dan guru dari tingkat rendah dan tingkat tinggi • Siswa mencari bahan dan konsep dengan diskusi dan membaca buku paket • Telah terjadi dialog dan interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa. • Kesimpulan dibuat bersaina-sama antara guru dan siswa. • Tujuan dan pokok-pokok materi dijelaskan dapat untuk membuka wawasan siswa
terhadap manfaat dari materi yang akan dipelajari. • Gambar-gambar yang di tempel guru pada papan tulis dapat menggugah dan
menarik perhatian siswa. Gambar tersebut lebih menarik jika karya siswa sendiri. • Terdapat seorang guru mengembangkan pembelajaran portofolio. • Terdapat seorang guru mengembangkan metode inkuiri. • Imajinasi siswa tentang masa lalu dapat dibantu dengan gambar yang dipajang
pada papan tulis. • Motivasi siswa dapat dibangun dengan memberi penguatan. • Komentar dan pertanyaan yang disampaikan siswa dapat memotivasi teman-
teman yang lain untuk terlibat untuk aktif dalam pembelajaran. • Kesimpulan yang dibuat bersama-sama dapat mengembangkan rasa percaya diri. • Penilaian dapat dilihat dari proses membuat kesimpulan • Pemberitahuan materi selanjutnya dapat membantu siswa mempersiapkan diri. • Meskipun terjadi interaksi guru siswa, guru terlihat dominan dalam pembelajaran • Tanya jawab dimulai dari pertanyaan yang mudah dan sederhana terlebih dahulu • Guru tidak hanya memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, tetapi dituntut
mendorong siswa agar berani menyampaikan pandangan dan permasalahannya • Menganalisis permasalahan sejarah diperlukan pemahaman konsep dan teori • Guru terlibat aktif membimbing siswa melakukan analisis • Belum terlihat adanya intepretasi dalam kegiatan pembelajaran
Pada tahap penilaian jarang dilakukan tanya jawab dengan siswa, guru
memberi tugas mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang diterbitkan penerbit lain,
mengulangi materi yang dirasa kurang dikuasai siswa, dan mencoba memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang kurang jelas. Beberapa
orang guru memberitahukan informasi tentang materi yang akan datang. Tabel 4.21
di bawah ini memperlihatkan temuan pada tahap akhir pembelajaran.
192
Tabel 4.22
Temuan Observasi Kelas Tahap Penilaian atau Tindak Lanjut
• LKS dari penerbit perlu dikaji kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran • LKS tidak dikembangkan oleh guru sendiri • Guru tergantung pada LKS, tidak dalam bentuk tanya jawab • Sebaiknya LKS untuk tugas di rumah • LKS digunakan untuk mengetahui keberhasilan daya serap siswa • Guru mengajak siswa bersama-sama memecahkan masalah, seperti : migrasi,
revolusi • Penilaian tidak dilakukan pada saat proses membuat kesimpulan • Materi yang akan datang penting diinformasikan agar siswa mempersiapkan diri • Makna sejarah yang telah dipelajari perlu disampaikan pada akhir pelajaran • Pertanyaan hendaknya untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran • Mengulang materi yang kurang jelas dapat berpangkal pada pertanyaan siswa.
4.2 Model Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah
Pembelajaran sejarah dituntut untuk selalu mempergunakan berbagai variasi
model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, salah satunya kesadaran
sejarah. Gagasan model pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah
pada bagian ini didasarkan pada hasil prasurvai, kajian teori, dan pengkajian
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Sejarah.
4.2.1 Dasar Gagasan Model Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah
4.2.1.1 Hasil Prasurvai
Hasil prasurvai yang meliputi : latar belakang guru, kemampuan dan kinerja
guru, kemampuan guru merencanakan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, materi
pembelajaran sejarah, metode dan media pembelajaran sejarah, dan evaluasi
pembelajaran sejarah digunakan sebagai dasar menggagas model pembelajaran
193
sejarah dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa SMP Negeri di Kota
Banjarmasin.
Pengalaman mengajar guru sejarah digunakan sebagai dasar untuk
menggagas model pembelajaran sejarah, karena berhubungan dengan keterampilan
dan pemahaman guru dengan pembelajaran. Guru sejarah di Kota Banjarmasin..yang
menjadi objek penelitian mempunyai pengalaman mengajar cukup lama minimal 5
(lima) tahun bahkan ada yang sudah berpengalaman mengajar sejarah selama 25 (dua
puluh lima) tahun. Pengalaman mengajar yang cukup iama ini merupakan kualitas
kemampuan guru mengajarkan sejarah, dari pengalaman mengajar inilah guru
sejarah semakin trampil mengajar dan semakin bertambah pengetahuan
kesejarahannya serta kesadaran sejarahnya.
Gagasan model untuk meningkatkan kesadaran sejarah didukung oleh
pandangan guru tentang tujuan mengajarkan sejarah, guru sejarah berpandangan
bahwa pembelajaran sejarah untuk mengembangkan sikap dan prilaku kesejarahan
pada siswa. Sikap dan prilaku kesejarahan yang diharapkan dari pembelajaran
sejarah sebagai kesadaran sejarah dari hasil penelitian prasurvai terlihat telah dimiliki
sebagian besar guru sejarah.
Sosok guru sejarah menurut pandangan guru sejarah sebagai pewaris nilai-
nilai kebangsaan dan menyadari bahwa pembelajaran sejarah memiliki peran
fundamental untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. Pandangan ini menuntut
guru untuk selalu meningkatkan model pembelajarannya, agar tujuan pembelajaran
sejarah dapat tercapai secara maksimal. Keterampilan berpikir kesejarahan perlu
dikembangkan dalam bentuk pembelajaran dengan masalah, hipotesis, pengumpulan
194
data, pengujian hipotesis, dan kesimpulan. Pandangan guru tersebut memeriukan
pengembangan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran sejarah atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakter keilmuan.
Hasil prasurvai memberikan indikasi menarik tentang pandangan guru sejarah
pentingnya gagasan model dalam pembelajaran sejarah. Pandangan responden ini
sebagai bukti bahwa guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin memiliki
pemikiran inovatif untuk mengembangkan model pembelajaran. Pemikiran inovatif
guru sejarah ini salah satunya juga disebabkan sering timbulnya keluhan dalam
pembelajaran sejarah yang dianggap kurang menarik dan membosankan. Responden
sebagai guru sejarah menyadari tanggung jawabnya untuk meningkatkan kesadaran
sejarah siswa-siswinya.
Gagasan model pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa
didukung pandangan guru bahwa peningkatan kesadaran sejarah siswa itu menjadi
tanggung jawab guru. Pelajaran Sejarah diajarkan bukan tentang angka tahun, tokoh,
dan tempat kejadian melainkan pemahaman tentang pembahan, perspektif sejarah,
dan berpikir kesejarahan. Alasan guru sejarah tersebut didukung pandangan guru
sejarah bahwa dalam pembelajaran sejarah harus mencakup semua aspek (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
Guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin seluruhnya sudah mengenal
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru sejarah telah melihat persamaan KBK
dengan kurikulum 1994/suplemen 1999 terletak pada pokok bahasannya, sedangkan
perbedaannya pada strategi mengajarnya. Pandangan guru ini dapat digunakan
195
sebagai dasar untuk menggagas model dalam pembelajaran sejarah, selain itu metode
inkuiri merupakan salah satu yang disarankan dalam KBK.
Kemampuan guru sejarah SMP Negeri Kota Banjarmasin merencanakan
pengajaran dapat digunakan sebagai pendukung menggagas model pembelajaran,
guru melalu mencoba model baru, dan selalu terbuka menerima dan
mengimplementasikan pembaharuan dalam pembelajaran sejarah.
Responden dalam kegiatan pembelajaran selalu mengemukakan
permasalahan dan melatih intelektual siswa, meskipun metode ceramah mendominasi
kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan memperlihatkan guru sudah terbiasa
melakukan tanya jawab dan diskusi. Penggunaan media berupa gambar-gambar
sejarah dan peta sejarah digunakan hampir semua responden. Sumber sejarah yang
digunakan guru sejarah berasal dari berbagai sumber dan menggunakan buku babon.
Sarana prasarana di sekolah menurut responden kurang mendukung
keberhasilan pembelajaran, hal ini dapat diantisipasi dengan kemauan guru
menyediakan gambar-gambar maupun peta. Setiap siswa SMP di Kota Banjarmasin
mendapat bantuan Buku Teks sejarah, setiap siswa juga memiliki buku sejarah (buku
paket) terbitan Balai Pustaka dan terbitan Aneka Ilmu. Setiap SMP Negeri memiliki
perpustakaan sekolah yang menyediakan buku-buku sejarah maupun Ensiklopedi.
Beberapa sumber sejarah terdapat di Kota Banjarmasin seperti : Makam Suriansyah,
Masjid Suriansyah, dan Museum Perjuangan. Kondisi sekolah dan lingkungannya ini
dapat membantu untuk menggagas model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah.
Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah juga melihat sisi
siswa yang berharap dalam pembelajaran sejarah diadakan diskusi dan tanya jawab.
196
\
Siswa tertarik pada pelajaran sejarah bila guru menggunakan gambar-gambar
sejarah. Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat
mengurangi kebosanan siswa.
Informasi di perpustakaan dan di lingkungan siswa jarang dipergunakan
untuk pembelajaran sejarah. Gagasan model pembelajaran diharapkan dapat melatih
siswa memanfaatkan informasi yang pada gilirannya dapat mengurangi kebosanan
siswa selama mengikuti pelajaran sejarah.
Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah didasari keinginan
siswa agar guru sejarah memberi kesempatan bertanya, memberikan contoh-contoh,
menggunakan gambar-gambar sejarah, dan mengajak siswa menarik kesimpulan
4.2.1.2 Pembelajaran Sejarah dengan Model Inkuiri
Berdasarkan hasil prasurvai terlihat keadaan pembelajaran sejarah saat ini di
kota Banjarmasin. Pada dasarnya guru memiliki fondasi yang berguna untuk
mengembangkan atau menggagas model pembelajaran, terutama latar belakang
pendidikan yang berasal dari LPTK sesuai dengan mata pelajaran sejarah yang
diajarkan. Aspek penting untuk pengembangan model adalah pengetahuan yang
dimiliki guru tentang pendekatan dan metode pembelajaran sejarah. Berdasarkan
temuan hasil prasurvai di atas peningkatan kesadaran sejarah dalam pembelajaran
sejarah dapat dilakukan dengan mengembangkan mode! inkuiri.
Gagasan model pembelajaran berupa model inkuiri selain berdasarkan pada
hasil prasurvai juga didasarkan dari kajian teori tentang model-model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Filosofis berbagai
197
model pembelajaran seperti kooperatif, kontekstual, dan berbagai model
pembelajaran tercakup secara kesatuan dalam model inkuiri. Selain itu model inkuiri
daiam pembelajaran sejarah sesuai dengan karakteristik keilmuan dan karakteristik
ilmu sejarah, karena pembelajaran sejarah dengan model inkuiri mengajak siswa
memahami prosedur ilr.-.iah dari suatu ilmu dan prosedur dari penelitian ilmu sejarah.
Kasus kontroversial tentang sejarah nasional akhir-akhir ini salah satunya
disebabkan lemahnya pemahaman keilmuan sejarah dan kesadaran sejarah, bukan
mempermasalahkan eksistensi ilmu sejarah dan pembelajaran sejarah. Pemahaman
keilmuan dan karakteristik ilmu sejarah dapat untuk menujukkan bahwa ilmu
pengetahuan berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia dan
temuan sumber baru. Pengembangan model inkuiri untuk pembelajaran diharapkan
dapat membantu siswa memahami hakekat ilmu pengetahuan dengan melakukan
aktivitas proses berpikir keilmuan dan kesejarahan, yaitu berpikir ilmiah dengan
metode ilmiah. Aktivitas belajar dalam bentuk inkuiri dapat menggugah siswa
sehingga berkembang kesadaran sejarahnya.
Berbagai peristiwa di daerah-daerah yang terjadi juga menunjukkan
kurangnya pemahaman dan penghayatan terhadap sejarah serta kesadaran sejarah,
sehingga jatidiri bangsa dan rasa nasionalisme kurang diperhatikan, bahkan ada
kecenderungan memudar.
Materi pembelajaran sejarah meliputi peristiwa masa lalu kehidupan manusia,
dalam lingkup dunia, regional, nasional dan lokal yang berupa peristiwa politik,
kebudayaan, ekonomi, sosial, bahkan teknologi. Guru dituntut menyampaikan
peristiwa masa lalu manusia tersebut kepada siswa, sehingga siswa memahami,
198
X
menghayati dan dapat mengambil manfaat dari peristiwa masa lalu kehidupan
manusia tersebut. Model pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran sedarah di
dalam kelas untuk untuk menarik minat dan mengembangkan semangat belajar
sejarah tentang kehidupan manusia tersebut.
Pembelajaran sejarah berani menyentuh proses belajar. Berpikir analitik yang
Jebih bersifat konkrit seperti belajar science atau berpikir intuitif yang bersifat
abstrak perlu dikembangkan (Sukmadinata, 1997: 132-341). Ausubel (dalam
Sukmadinata, 1997: 135-139) menggambarkan belajar bermakna, yang mungkin
cocok dipakai belajar sejarah. Siswa memiliki konsep-konsep yang dipelajarinya
terlebih dahulu. Pada pengetahuan baru, siswa menghubungkannya dengan konsep-
konsep yang telah dimilikinya, dan terbentuklah kebermaknaan logis.
Berpikir abstrak diperlukan dalam belajar sejarah, karena kejadian masa lalu
sudah berlangsung dan jauh dari dari siswa (waktu maupun tempat). Nilai-nilai
nasionalisme, kepahlawanan, dan keuletan dalam pembelajaran sejarah adalah
fenomena abstrak yang dapat difahami dari bentuk-bentuk nyata peninggalan sejarah
yang kemudian diabstrakkan. Siswa dituntut berpikir abstrak dan berimaginasi agar
dapat memahami peristiwa masa lampau (Hasan, 1966: 81).
Tujuan secara umum pembelajaran sejarah menurut Gunning (1978: 178-180)
adalah: membentuk warga negara yang baik, menyadarkan para siswa untuk
mengenal dirinya sebagai orang yang baik, memberikan suatu perspektif sejarah
kepada anak didik, dan untuk mempersiapkan sebagai ahli sejarah setelah masuk
perguruan tinggi. Sedangkan tujuan khusus dari pembelajaran sejarah adalah: (1)
199
mengajarkan konsep, (2) mengajarkan keterampilan intelektual, dan (3) memberikan
informasi kepada anak didik.
Konsep adalah ide-ide, yang biasanya dinyatakan dengan kata-kata untuk
menggambarkan kelas atau kelompok benda, orang, perasaan, tindakan, atau ide-ide
yang memiliki suatu keumuman, seperti perang, perlawanan, penjajahan, pahlawan.
Konsep dapat merupakan ide-ide yang menggambarkan obyek nyata yang konkrit,
biasanya konsep adalah abstrak; tidak selalu berupa kata kerja tetapi dapat juga
berbentuk kata keadaan (Gunning, 1978: 14-15 ).
Pembelajaran sejarah dapat dengan menggunakan pendekatan yang berangkat
dari lingkup loka! ke lingkup nasional dan dunia, atau dari lungkup sempit ke
lingkup luas. Pengenalan peristiwa-peristiwa sejarah dapat diawali dari lingkup lokal,
sehingga siswa mendapatkan pemahaman tentang konsep-konsep sejarah dan
gambaran dari peristiwa sejarah. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat bergairah
dan berminat dalam belajar sejarah, karena lingkungan sekitarnya juga mengandung
nilai-nilai sejarah. Selain itu pembelajaran diawali dari fakta-fakta ditingkatkan pada
intepretasi dan generalisasi.
Model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat membantu kesulitan guru dan
mengembangkan kepribadian siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah dan
pendidikan nasional. Siswa berpikir secara kritis, memiliki minat belajar tinggi,
mempunyai pemahaman dan penghayatan terhadap peristiwa sejarah, dan
mempunyai kesadaran sejarah tinggi; berguna untuk menghadapi situasi bangsa dan
perkembangan iptek sekarang dan masa yang akan datang.
200
Gagasan model inkuiri memperhatikan kaidah-kaidah keilmuan, karakteristik
ilmu sejarah, peserta didik dan bahan kajian seperti dalam kurikulum sejarah. Sejarah
sebagai ilmu pengetahuan terlihat dari karakteristik sejarah yang empiris,
mempunyai objek, mempunyai teori, dan mempunyai metode (Kuntowijoyo, 1995).
Terdapat enam langkah dalam penelitian sejarah yaitu : (1) memilih topik
yang sesuai, (2) mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, (3)
mencatat temuan sesuai topik pada waktu penelitian, (4) melakukan kritik sumber,
(5) menyusun hasil penelitian sesuai sistematika, (6) menyajikan dan
mengkomunikasikan (Gray dalam Sjamsuddin, 1996: 89).
Belajar sejarah adalah pencarian dan penemuan akan makna sejarah sehingga
terjadi perubahan dalam diri siswa yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan
atau pengalamannya. Kedudukan guru dalam proses belajar adalah mengorganisir,
mengelola, dan fasilitator sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik. Ini sesuai dengan definisi mengajar menurut Mursell (1954: 18): "Teaching
may be defined as the organization of learning so ihe problem of succesful teaching
is to organize learning for authentic result." (Belajar didefinisikan sebagai
organisasi mengenai belajar permasalahan mengenai keberhasilan belajar yang mana
mengorganisir belajar untuk usaha yang autentik). Mengajar dapat diartikan sebagai
kegiatan untuk mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
siswa sehingga teijadi proses belajar (Nasution, 1982: 8). Dari kedua pengertian
tentang belajar dan mengajar tersebut, belajar harus diorganisir di dalam kegiatan-
kegiatan yang bersifat nyata, menarik dan berguna bagi diri siswa.
201
Model pembelajaran sangat penting karena keberhasilan belajar mengajar
tergantung pada strategi yang direncanakan, sebagai cara-cara di dalam melakukan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik atau
perencanaan dari seorang guru tentang bagaimana pembelajarannya akan
dilaksanakannya (Djahiri dan Somara, 1978: 7-9).
Dewasa ini diperlukan model baru dalam pembelajaran sejarah, sehingga
murid lebih bergairah, berminat belajar sejarah, dan dapat mengambil manfaatnya.
Pembelajaran sejarah bukan penguasaan fakta-fakta sejarah, guru bukan membiarkan
siswa terpaku terorientasi pada masa lampau. Pembelajaran sejarah membuat siswa
dinamis/aktif mengamati perkembangan masa lampau dan menemukan konsep atau
ide-ide dasar dari peristiwa masa lampau tersebut yang nantinya diharapkan sebagai
bekal untuk menilai perkembangan masa kini dan masa yang akan datang.
Soedjatmoko (1976: 15) memberikan solusi agar siswa lebih aktif dan tertarik pada
pembelajaran sejarah, yaitu dengan kegiatan pembelajaran bersama dalam bentuk
penemuan atau advonturir. Guru dan siswa melakukan aktivitas yang memungkinkan
teijadinya tantangan intelektual sebagai ciri khas keilmuan sejarah, dan kondisi saat
ini, serta penemuan jati diri bangsa.
Pendapat Soedjatmoko di atas ditambahkan oleh Douch (dalam Ballard,
1970: 109): "Children need to be involved in history, to see it, not as a film which
they simply watch, but as a continuing play in which they themselves are actors
(Siswa dalam pembelajaran sejarah memerlukan seuatu yang konkrit bukan abstrak
seperti bentuk peristiwa sejarah. Dengan terlibat mengamati dan menyusun bentuk
202
yang konkrit berupa gambar-gambar atau foto sejarah mereka dapat mengembangkan
imajinasinya dan menjadi aktor dan pemain, bukan penonton film yang diam).
Pembelajaran sejarah diarahkan kepada peran aktif siswa untuk
meningkatkan kegairahan siswa belajar sejarah, salah satunya berpikir kesejarahan.
Pembelajaran sejarah dengan berpikir" kesejarahan mampu menerobos batas antara
dunia sekolah dan dunia nyata di sekitar siswa, secara sosiologis dan psikologis akan
membawa siswa mengenal dan dapat menghayati informasi kesejarahan dan
lingkungan masyarakatnya (Douch, 1970: 7-8).
Kesadaran sejarah sebagai aspek penting pembelajaran sejarah dapat
dikembangkan melalui pembelajaran dengan : (1) memanfaatkan sumber belajar di
daerahnya (lingkungannya), (2) mengenalkan kondisi alam dan lingkungan sosial-
budaya di daerahnya, (3) menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya,
(4) mengakrabkan siswa dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan
dengan lingkungannya sendiri.
Kesadaran sejarah dalam pembelajaran sejarah dengan materi sejarah
nasional dan sejarah dunia penting bagi siswa karena perpekstif global ditandai oleh
tiga wilayah konsesus: (1) menyadari keanekararagaman dan persamaan budaya,
perbedaan perspektif dan karagaman kesadaran; (2) kesadaran dunia sebagai satu
sistem, kesadaran akan interdependent dan interkoneksi di antara negara-negara dan
bangsa-bangsa di dunia; (3) pengambilan keputusan lokal, di mana peserta didik
dipengaruhi oleh perkembangan global dan timbal balik, keputusan lokal itu akan
mempengaruhi perkembangan global (Merrryfield, 1997: 5)
203
Pembelajaran dengan model inkuiri termasuk dalam pendekatan keterampilan
proses dengan ciri khasnya mengamati, memahami, dan terlibat dalam suatu proses
aktivitas pembelajaran. Pendekatan ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran
sejarah, karena dalam pembelajaran sejarah siswa memerlukan pengamatan terhadap
fakta -fakta sejarah, menyeleksi fakta-fakta, dan mengintepretasisi fakta-fakta. Model
inkuiri dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah sebagai suatu avonturir bersama
antara pengajar maupun yang diajar, bukan bentuk pembelajaran dengan hafalan
fakta. Dengan model inkuiri siswa diperkenalkan pada pembelajaran dengan riset
bersama antara guru dengan siswa menyerupai gaya seorang sejarawan.
Peristiwa sejarah nasional dan dunia dapat lebih menarik dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang dekat dengan siswa, dengan model inkuiri siswa
diajak berpikir, intepretasi, diskusi dan akhirnya menulis sebuah tulisan (sederhana)
tentang peristiwa sejarah di Indonesia berdasarkan fakta-fakta di daerahnya.
Guru perlu mengajak siswa memahami hakekat dari sejarah, dan proses
penulisan sejarah yang dapat diperoleh dari Historiografi di daerah, sehingga dapat
membuka wawasan berpikir siswa. Subyektivitas dalam menafsirkan sejarah dapat
dipahami siswa; yang pada gilirannya menarik minat siswa belajar sejarah.
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dengan menggunakan inkuiri
(Beyer(1979: 16):
Inquiry teaching is creating and conducting leaming experiences which require students to go through the same processes and to develop or employ the same knowledge and attitudes that they would use if they were engaged in independent rational inquiry (Pembelajaran inkuiri adalah menciptakan dan melaksanakan pengalaman belajar, siswa melakukan proses yang sama dan mengembangkan sikap dan pengetahuan yang sama di mana akan mereka gunakan jika mereka sibuk dalam kemandirian rational inguiry
204
Inkuiri merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang harus
dilakukan siswa dalam bentuk proses mental, dan proses intelektualnya (Beyer
,1979). Dalam rangka strategi dipergunakan berbagai kegiatan instruksional sesuai
dengan operasional intelektual yang telah dirancang. Penjelasan Beyer ini
menekankan bahwa dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri posisi guru sudah
tidak lagi dominan, bahkan guru dituntut mendorong dan membimbing siswa
melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan aktivitas berpikir. Unsur-unsur
pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Beyer (1979: 85) sebagai berikut:
Bagan: 4.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Inkuiri
Tujuan disusun dalam bentuk permasalahan oleh guru, siswa, dan guru
dengan siswa. Permasalahan berupa peristiwa yang menarik, konflik dan
penyelesaiannya, informasi yang kontradiksi, dan solusi permasalahan, solution
(Beyer, 1979: 89).
205
Perumusan hipotesis untuk menjawab permasalahan sifatnya tentative, berupa
dugaan sebagai usaha intelektual berdasarkan informasi yang ada (tulisan, media
visual, bahkan sumber dari ingatan siswa sendiri) (Beyer, 1979: 97). Guru
menyediakan informasi bagi siswa, demikian juga informasi yang dimiliki siswa juga
berguna karena menunjukkan pengalaman dan konsep-konsep siswa": Bimbingan
guru sangat diperlukan pada tahap ini.
Tahap ke tiga adalah pengujian hipotesis, terdiri dari tiga langkah :
pengumpulan informasi (assembling evidence), menyusun informasi (arranging
evidence), dan menganalisis informasi (analyzing evidence) (Beyer, 1979: 111).
Assembling evidence : pengumpulan informasi untuk membuktikan hipotesis,
dilakukan dengan pertanyaan oleh guru kepada siswa sehingga tercipta suasana
belajar secara inkuiri (Beyer, 1979: 113). Pertanyaan secara tertulis atau lisan,
sehingga tercipta belajar dalam kelompok atau individu. Identifikasi informasi oleh
siswa melalui gambar, bagan, diagram, surat kabar, dokumen, dan grafik. Siswa
mengindentifikasi informasi dan mengumpulkan informasi yang bermakna. Guru
menyediakan informasi yang diperlukan, siswa memilih informasi dan menilai untuk
membuktikan hipotesis.
Arranging evidence merupakan langkah persiapan analisis dengan cara
penterjemahan, penafsiran, dan pengklasifikasian informasi. Analyzing evidence
merupakan penempatan hubungan antara informasi dan hipotesis dan antara semua
bagian dari informasi. Analisis informasi bergantung pada informasi dan hipotesis
untuk menemukan sebab dan akibat, urutan, pola-pola, keteraturan dan jenis
hubungan lainnya. Analisis informasi adalah operasi intelektual {mental operations)
206
pikiran siswa untuk menemukan makna dari informasi. Contoh pertan f a a i ^ ^ u ^ ^ ^ J ^
analisis informasi : "(1) what does this evidence mean ? (2) how is ^kfo^j^^sP";
another piece of evidence ? (3) which piece of evidence came first ? (4) what is the
relationship between this evidence and the hypothesis ?" (Beyer, 1979: 123).
Pertanyaan diajukan guru atau siswa, selanjutnya siswa mereview hipotesis yang
diuji maupun informasi yang digunakan (mendukung atau menolak hipotesis). Guru
membimbing, mengajukan pertanyaan, dan petunjuk tertulis. Alat penting menguji
hipotesis adalah : pertanyaan dan informasi. Informasi yang relevan dan tidak
relevan dengan hipotesis disediakan guru agar dapat dibedakan siswa. Konklusi
dengan informasi yang lengkap maupun informasi yang kurang lengkap disusun
siswa dengan arahan guru. Pertanyaan guru atau siswa (tertulis atau lisan) diperlukan
untuk operasi intelektual (Beyer, 1979: 129), misalnya: berhubungan dengan
identifikasi, evaluasi, dan intepretasi informasi.
Develop conclusions about the accuracy of the hypothesized alternatives or
answers :. Konklusi adalah pernyataan tentang validitas hipotesis. Hipotesis yang
valid terbukti kebenarannya. Guru membimbing siswa melakukan konklusi. Apply
these conclusions to additional data : Tahap ini adalah penarikan kesimpulan, untuk
melihat apakah kesimpulan yang telah ditarik itu benar-benar tepat atau benar dalam
kenyataannya.
Pembelajaran inkuiri digambarkan dalam bentuk bagan oleh Beyer (1979:
137) sebagai berikut:
207
Bagan : 4.3 Strategi Belajar dengan Inkuiri
Model inkuiri yang dikembangkan Beyer (1979) di atas dalam
implementasinya diperlukan penyesuaian tanpa menghilangkan makna dari model
inkuiri itu sendiri. Penyesuaian model inkuiri tersebut didasarkan pada aspek jenjang
pendidikan, untuk itu di bawah ini dikaji model inkuiri yang diimplementasikan pada
jenjang SMP.
208
4.2.1.3 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah pada Jenjang SMP
Siswa SMP bila dilihat dari pandangan Piaget termasuk dalam tahap formal
operasional (usia 11-15 tahun) sudah dapat berpikir logis dan mampu mengkaitkan
obyek-obyek konkrit. Fase perkembangan berpikir terjadi dalam fase operasional
forma! (Piaget, dalam Lawson, 1995). Operasional formal merupakan sine qua non
dari kemampuan kognitif (Adam & Gullota, 1983). Siswa dalam fase operasional
formal memiliki perkembangan berpikir abstraksi, sehingga dapat terlibat (engage)
dalam berpikir kombinatorial, menyelesaikan masalah-masalah verbal dan hipotetis
(proporsional), dan mengerti proporsionalitas (Adam & Gullota, 1983).
Outcomes utama dari perkembangan logika operasi formal siswa seusia SMP
(Keating dalam Adam & Gullota, 1983) adalah : (1) kemampuan menggunakan
abstraksi meningkat sehingga siswa dapat membedakan gejala nyata (konkrit) dan
abstrak (kemungkinan), (2) siswa dengan kemampuan menguji hipotesis mampu
mengakui kemungkinan teijadi kesalahan, (3) siswa dapat berpikir tentang, masa
depan.
Pada tahap operasi formal ini siswa sudah dapat mengatasi masalah dan
memiliki kemampuan mengkoordinasikan kemampuan kognitif secara serentak dan
berurutan, yaitu : menggunakan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak
(Gredler, 1994 : 326). Kemampuan berpikir hipotesis merupakan kemampuan
berpikir pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang sesuai,
sedangkan kemampuan menggunakan prinsip-prinsip abstrak digunakan untuk
mempelajari materi pelajaran yang abstrak. Berpikir merupakan proses dinamis,
proses berpikir pada dasarnya ada tiga langkah, yaitu : (1) pembentukan pengertian,
209
(2) pembentukan pendapat, (3) penarikan kesimpulan. Berpikir adalah kejadian
abstrak, proses kesadaran menjadi kuat dan mendapat arah karena hal yang
dipikirkan (Suryabrata, 1991 : 54).
Usia SMP merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Siswa
usia SMP sudah dapat merasakan manfaat belajar sejarah, sehingga pelajaran sejarah
diharapkan dapat membuka pemikirannya tentang segala sesuatu yang terkandung di
dalamnya (Hill, 1956: 94). Cerita-cerita sejarah pada masa kecil, baru dapat
memberikan arti pada usia SMP dan dapat menjadi dasar pertumbuhan
intelektualnya. Sejarah mulai dikenalnya sebagai hubungan langsung dengan
perkembangannya selaku warga negara. Siswa usia SMP sudah dapat mempelajari
kekuatan pikiran-pikiran intelektual dan moral dalam sejarah ( Hill, 1956: 104).
Siswa usia SMP sudah dapat melakukan pembelajaran sesuai berpikir ilmiah,
karena kemampuannya sudah pada tahap formal operasional. Pembelajaran sejarah
pada usia SMP dapat diarahkan pada keterampilan : (1) mendapatkan informasi, (2)
menilai informasi, dan (3) menggunakan pengetahuan (Kasmadi, 1996: 77).
Keterampilan mendapatkan informasi dilakukan siswa pada jenjang SMP
dengan cara : mendengarkan, membaca, diskusi, dan membuat catatan (Kasmadi,
1996: 78). Mendengarkan diikuti dengan aktivitas berpikir dan diskusi bukan pasif.
Membaca sebagai keterampilan diarahkan sesuai dengan keilmuan sejarah, siswa
SMP selain diajak membaca buku teks juga dibimbing menafsirkan peristiwa
sejarah. Mendapatkan informasi dilakukan juga dalam diskusi, sehingga terjadi tukar
menukar informasi dan saling menghormati. Siswa SMP juga dibimbing menyusun
catatan dengan bahasanya sendiri yang diperoleh dari guru, buku teks, dan diskusi.
210
Keterampilan menilai informasi dalam belajar sejarah pada siswa SMP
diarahkan pada keterampilan membuat suatu menjadi relevan (Kasmadi, 1996: 79),
misalnya kaitan permasalahan dengan fakta. Siswa SMP dibimbing memberikan
argumen logis secara deduktif dan induktif dalam kegiatan diskusi. Guru melatih
siswa bertanya "mengapa" dan memupuk sikap ingin tahu. Siswa dilatih melihat
peristiwa sejarah secara multidimensional. Siswa diajak melakukan perbandingan
sejarah dan berpikir tentang waktu dan perubahan. Keterampilan menggunakan
informasi dalam bentuk penelitian sederhana, berbicara di depan kelas dan diskusi,
menyusun informasi yang diperoleh berbentuk tulisan sederhana.
Perbedaan kemampuan penalaran dalam pembelajaran sejarah siswa usia
Sekolah Dasar dan SMP : (1) Siswa Sekolah Dasar umumnya menyukai hal-hal
"romantis" , senang cerita sejarah yang bersifat imajinatif dengan membayangkan
secara tentatif gambaran sejarah masa lampau, sedangkan (2) Siswa pada jenjang
SMP sudah harus dibimbing berpikir logis, penalaran siswa sudah dikembangkan
bersikap kritis. Materi pada siswa SMP diarahkan pada pemikiran proses kejadiannya
dan dasar dari kejadian tersebut, artinya menurut sumber sejarah apa atau siapa
pelaku sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya. Siswa usia SMP diperkenalkan
dan dilatih mencari, memahami, dan menarik informasi dari sumber sejarah yang ada
di sekolah atau bacaan, buku, surat kabar, siaran radio dan televisi atau bertanya
kepada tokoh pelaku sejarah di daerahnya (Soetanto, 1997: 33).
Pembelajaran sejarah pada jenjang setingkat SMP diarahkan pada sejarah
kebangsaan dengan fokus pada peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan
masalah-masalah masa kini, sehingga siswa dapat melihat perbedaan-perbedaan dan
211
persamaan-persamaan kehidupan kebangsaan pada masa lampau dan pada masa
sekarang (Hill, 1956: 96). Siswa juga diajak memahami tentang warisan-warisan
manusia masa lalu dari berbagai negara yang istimewa yang berkaitan dengan
negaranya yang banyak memberikan kontribusi dalam perkembangan kebudayaan.
Pembelajaran sejarah kebangsaan yang berkaitan dengan negaranya bersifat
lebih mendalam, bukan materi tetapi maknanya (Hill, 1956: 97). Dengan demikian
siswa SMP dapat memahami sejarah bangsanya dengan latar belakang bangsa lain.
Peristiwa-peristiwa sejarah nasional yang dipelajari siswa SMP yang dihubungkan
dengan peristiwa sejarah bangsa lain dapat mengembangkan kesadaran pada diri
siswa tentang pengaruh luar terhadap perjalanan sejarah bangsanya (Hill, 1956: 98).
4.2.1.4 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Sejarah
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan (U.U. RI No. 20 Tahun 2003)..
Kurikulum diumpamakan organisme, memiliki susunan anatomi. Unsur anatomi
tubuh kurikulum adalah : tujuan, materi, proses atau sistem penyampaian dan media,
serta evaluasi yang berkaitan satu sama lain (Sukmadinata, 2001: 102). Sedangkan
kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2003: 37).
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa, 2003 : 39).
212