bab iii sejarah dalem kepangeranan di surakarta · dalem ageng di dalem purwadiningratan (photo:...
TRANSCRIPT
55
BAB III
SEJARAH DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA
Pada bab sebelumnya, dijelaskan tentang latar belakang kehidupan sosial,
politik, dan budaya para bangsawan Jawa di Surakarta. Gaya hidup dari para
bangsawan Jawa sebagai orang yang memiliki hubungan keluarga dengan penguasa,
diungkapkan melalui gelar, gaya berbicara, gaya berpakaian, tata cara berperilaku,
dan bentuk rumah, yaitu Dalem Kepangeranan. Dalam bab ini akan dijelaskan lebih
detail tentang pangeran pemilik Dalem Kepangeranan dan bentuk bangunan Dalem
Kepangeranan pada saat masih menjadi kediaman keluarga pangeran tersebut.
Dalem Kepangeranan mulai didirikan di Surakarta pada masa pemerintahan
Sunan Paku Buwana IV (1788-1820). Dalem Kepangeranan pada awalnya dibangun
dengan arsitektur tradisional Jawa dan menggunakan bahan bangunan dari kayu. Pada
masa Sunan Paku Buwana X, Dalem Kepangeranan dibangun dengan campuran
arsitektur Jawa dan Indisch dan mulai menggunakan bahan bangunan dari semen dan
besi, serta desain interior dari Barat dan hiasan-hiasan dari China.
Kepemilikan Dalem Kepangeranan ditentukan oleh raja yang berkuasa. Raja
berhak mengambil Dalem Kepangeranan dari pemiliknya dan memberikan Dalem
Kepangeranan kepada pangeran lainnya, dengan ganti rugi. Namun juga terdapat
Dalem Kepangeranan yang pemiliknya adalah keturunan pangeran penghuni pertama.
Dalem Kepangeranan pada awalnya dibangun di dalam tembok Baluwarti. Pada masa
Sunan Paku Buwana X, banyak putranya yang membangun Dalem Kepangeranan di
56
luar tembok Baluwarti. Di Surakarta terdapat sekitar dua puluh Dalem Kepangeranan,
baik yang kondisinya masih terawat maupun yang tidak terawat, atau bahkan sudah
hancur. Nama Dalem Kepangeranan disesuaikan pangeran yang tinggal di dalem
tersebut. Dalem Kepangeranan di Surakarta antara lain Dalem Purwadiningratan,
yang disebut sebagai Dalem Kepangeranan tertua, Dalem Suryahamijayan, Dalem
Sasana Mulya, dan Dalem Jayakusuman.
A. Dalem Purwadiningratan
Gambar 1. Dalem Purwadiningratan (photo: Dokumen Pribadi)
1. Sejarah Dalem Purwadiningratan
Dalem Purwadiningratan berdiri pada tahun 1805 pada masa Sunan Paku
Buwana IV (1788-1820).1 Awalnya Dalem Purwadiningratan digunakan untuk
1Purnomo et.al., Interior Dalem Sasono Mulyo dan Purwodiningratan
Surakarta Dikaji dalam Konteks Konservasi, dalam Pendhapa, Vol. 1, No. 1 2009
(Surakarta: ISI, 2009), hlm. 13.
57
pemerintahan sementara karena keraton baru setengah jadi.2 Fungsi awal Dalem
Purwadingratan sebagai pusat pemerintahan sementara, pendapa dan pringgitan
Dalem Purwadiningratan yang terbesar di antara Dalem Kepangeranan lainnya.
Selain itu, Dalem Purwadiningratan memiliki tembok pembatas paling tinggi di
antara Dalem Kepangeranan lainnya di dalam tembok Baluwarti.
Dalem Purwadiningratan diberikan kepada R.Ay. Sekar Kedhaton atau G.K.R.
Pembayun, putri Sunan Paku Buwana IV dengan permaisuri G.K.R. Kencana II,
dengan suaminya K.G.P.H. Mangkubumi II, putra K.G.P.H. Mangkubumi I dengan
R.Ay. Mangkubumi. K.G.P.H. Mangkubumi I adalah putra Sunan Paku Buwana III
dengan permaisuri G.K.R. Kencana Beruk. Dalem Purwadiningratan selanjutnya
diwariskan kepada keturunan dari G.K.R. Pembayun dan K.G.P.H. Mangkubumi II.
Mereka memiliki putra bernama K.P.H. Riyahatmadja dan menikah dengan R.A.
Samaniyah, yang kemudian menjadi R.Ay. Riyahatmadja, putri Paku Buwana V
dengan selir R.Ay. Ranggakusuma. K.P.H. Riyahatmadja dan R.A.y. Riyahatmadja
memiliki putra bernama K.R.M.H. Purwadiningrat V. Beliau menikah dengan R.A.
Umikaltum, yang kemudian R.Ay. Purwadiningrat, putri Sunan Paku Buwana IX
dengan selir R.Ay. Rediningrum. K.R.M.H. Purwadiningrat V memiliki jabatan
sebagai bupati kaparak tengen.3 4
2 Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.
3 Ibid.
4 Padmasoesastra, Sejarah Dalem Pangiwa lan Panengen (Semarang: Van
Dorp, 1902), hlm. 71, 73, 78, 82.
58
Gambar 2. K.R.M.H. Purwadiningrat V (sumber: KITLV)
Sejak menjadi kediaman oleh K.R.M.H. Purwadiningrat V, dalem ini
dinamakan Dalem Purwadiningratan hingga saat ini. K.R.M.H. Purwadiningrat V
dengan R.Ay. Purwadiningrat memiliki putra bernama K.R.M.T.H. Purwadiningrat
VI yang lahir pada tanggal 6 Mei 1881. K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI menjabat
sebagai Bupati Bumi Kliwon ing Nayaka Jawi atau Bupati nayaka jawi. K.R.M.T.H.
Purwadiningrat VI memiliki tiga orang istri dan 11 orang anak. Dari ketiga orang
istrinya, hanya istri pertama dan ketiga yang memiliki anak. Anak dari istri pertama
adalah R.M. Purwasewaya, R.Ay. Natasaputra, R.Ay. Purwamartana, R.M.
Purwasuripto, R.M. Purwasuparta, R.Ay. Sumarman, R.Ay. Purwadipura, dan R.M.
Purwasutrisna. Anak dari istri ketiga adalah K.R.Ay. Katamdipraja, R.Ay. Sujana
Humardani, dan K.R.M.H. Surana Purwadiningrat.5 K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI
wafat pada tanggal 2 Juli 1962.
5 Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
59
Gambar 3. Lukisan K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI di Dalem Purwadiningratan
(photo: Dokumen Pribadi)
2. Bangunan Dalem Purwadiningratan
Dalem Purwadingratan berdiri di atas tanah seluas 8744 m2 dengan panjang
104,9 m dan lebar 88,2 m6 yang terdiri dari pendapa, pringgitan, dalem ageng,
senthong kiwa, krobongan atau petanen, senthong tengen, dan gandhok. Dalem
Purwadiningratan dibangun dari kayu yang berasal dari Alas Danalaya dan dibawa
sampai ke Solo melalui Sungai Bengawan Solo. Atap bangunan berupa kayu sirap,
karena sudah lapuk dimakan usia, atap bangunan diganti dengan seng.7 Pendapa di
Dalem Purwadiningratan berbentuk Joglo Mangkurat yang atapnya bersusun tiga
merenggang, atas brunjung, tengah penanggap, bawah penitih. Atap-atapnya
6 Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.
7 Ibid.
60
dihubungkan dengan balok yang disebut lambangsari.8 Perbedaan pendapa Dalem
Purwadiningratan dengan pendapa Dalem Kepangeranan lainnya adalah tidak
memiliki kuncungan, yaitu bagian yang menonjol yang terletak di depan pendapa
yang berfungsi sebagai pintu masuk dan tempat pemberhentian kereta kuda. Pendapa
Dalem Purwadiningratan memiliki 32 saka dan empat saka guru.
Gambar 4. Pendapa Dalem Purwadiningratan (photo: Dokumen Pribadi)
Bagian dalem ageng beratap joglo dan memiliki delapan saka dan empat saka
guru. Dalem Ageng terdiri senthong kiwa, krobongan, dan senthong tengen. Bagian
krobongan atau petanen Dalem Purwadiningratan dihiasi dengan ukiran terawang
yang menggambarkan pepohonan, bunga, buah, dan burung. Di bagian atas
krobongan atau petanen terdapat ukiran inisial pemilik dalem yaitu ”PN” yang berarti
Purwadiningrat. Di depan krobongan atau petanen terdapat meja kecil yang terdapat
8 H.J. Wibowo, et.al., Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta,
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 55.
61
paidon 9
10 yang terbuat dari kuningan yang berisi bunga wewangian. Wewangian
tersebut harus diganti setiap hari Kamis atau malam Jumat, setiap tanggal 1 Sura, dan
setiap bulan Sapar untuk memperingati berdirinya Dalem Purwadiningratan.11
Gambar 5. Dalem Ageng di Dalem Purwadiningratan (photo: Dokumen Pribadi)
Gandhok dibagi menjadi dua, gandhok kulon dan gandhok wetan. Gandhok
kulon dibagi menjadi dua yaitu Gedong Wedang, yang berfungsi sebagai ruang
makan atau perjamuan dan Paviliun Kilen, tempat menginap tamu. Diantara dalem
ageng dan gandhok terdapat pintu gerbang yang disebut seketheng, yang membatasi
halaman luar dengan dalem atau omah njero. Seketheng dibangun pada tahun 1913.
Di belakang dalem ageng dibangun paviliun wingking yang berarsitektur campuran
9 Paidon pada awalnya digunakan untuk buang ludah sesudah makan sirih,
kemudian digunakan sebagai tempat rangkaian kembar mayang atau sesajen untuk
pengantin.
10 H.J. Wibowo, et.al., op.cit., hlm. 63
11 Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.
62
Jawa dan Eropa. Saat ini bagian gandhok sudah disekat-sekat menjadi beberapa
kamar yang dihuni oleh keturunan dan kerabat K.R.M.T.H Purwadiningrat VI.12
Tahun 1845 dibangun dua buah regol yang besar dibangun sebelah barat dan
timur bagian depan Dalem Purwadiningratan.13
Tahun 1905 dibangun paviliun
dengan arsitektur Eropa dan lojen yang dibangun kanan dan kiri pendapa. Lojen
berfungsi untuk kantor dan juga ruang penerimaan tamu. Saat ini, lojen yang tersisa
tinggal di sebelah barat dan berfungsi sebagai tempat tinggal.14
Pelataran depan pendapa dahulu ditutupi pasir dan berfungsi sebagai tempat
duduk abdi dalem yang akan sowan atau memberi penghormatan kepada keluarga
bangsawan. Saat Dalem Purwadiningratan mengadakan suatu acara atau hajatan para
abdi dalem duduk bersila di depan pendapa di atas pasir, sementara tamu undangan
dan anggota keluarga duduk bersila di pendapa. Saat ini tempat tersebut menjadi
lapangan badminton yang digunakan oleh para penghuni Dalem Purwadiningratan.15
Dalem Purwadiningratan dahulu dihiasi dengan patung-patung bergaya Eropa,
yang terletak pelataran depan pendapa, depan kuncungan yang berada di gandhok
kiwa, dan di taman-taman. Selain itu depan pendapa juga dihiasi sepasang patung
singa di sisi dan kanan tangga masuk pendapa. Saat ini patung- patung tersebut telah
12
Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.
13 Berdasarkan angka tahun yang tertulis di bagian atas regol.
14 Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.
15 Ibid.
63
hilang, banyak yang hancur atau diambil oleh kerabat, hanya tersisa satu yang terletak
di taman di sebelah barat dalem ageng.16
Gambar 6. Patung bergaya Eropa di Taman Dalem Purwadiningratan
(photo: Dokumen Pribadi)
Taman di Dalem Purwadiningratan terletak di sebelah barat pringgitan dan
dalem ageng. Taman yang terletak di sebelah barat pringgitan disebut Taman Ujung,
yang dihiasi air mancur.17
Saat ini Taman Ujung sudah tidak ada, beralih fungsi
menjadi tempat tinggal. Taman yang tersisa tinggal di sebelah barat dalem ageng. Di
tengah taman berdiri patung bergaya Eropa dan di utara taman terdapat sumur.
Setelah K.R.M.T.H. Purwadiningrat VI meninggal pada tahun 1962, Dalem
Purwadiningratan diwariskan kepada anak-anaknya. Anak-Anak K.R.M.T.H.
Purwadiningrat VI mendiami bagian gandhok dan lojen Dalem Purwadiningratan.
16
Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016 17
Ibid.
64
Saat ini Dalem Purwadiningratan dihuni oleh cucu-cucu dan keturunan K.R.M.T.H.
Purwadiningrat VI, serta keturunan para abdi dalem.18
B. Dalem Suryahamijayan
Gambar 7. Dalem Suryahamijayan (photo: Dokumen Pribadi)
1. Sejarah Dalem Suryahamijayan
Dalem Suryahamijayan didirikan pada tahun 1810 pada masa Sunan Paku
Buwana IV. Bagian dari dalem yang pertama kali dibangun adalah pendapa,
pringgitan dan dalem ageng. Penghuni pertama dalem adalah K.G.P.A. Purbaya,
putra Sunan Paku Buwana IV 19
dengan permaisuri G.K.R. Kencana II, putri
Panembahan Cakraningrat Pamelengan atau Panembahan Cakraningrat VI dari
Madura. K.G.P.A. Purbaya memiliki tiga orang istri dan lima anak. Istri pertama
adalah R.A. Sarijah, yang bergelar G.K.R. Paku Buwana VII, putri dari Panembahan
18
Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016
19 Wawancara dengan Bapak Suratman, 24 Mei 2016.
65
Cakraningrat VII atau Sultan Cakraadiningrat dari Bangkalan, Madura. Istri kedua
adalah R.Ay. Purbaya, putri K.G.P.H. Mangkubumi I, putra Sunan Paku Buwana III,
yang bergelar G.K.R. Kencana dan memiliki tiga orang anak yaitu R.M. Budiman
(meninggal saat masih kecil), R.A. Andawiyah, kemudian menjadi G.R.Ay. Sekar
Kedhaton, kemudian menjadi G.K.R. Pembayun, dan R.A. Isbandiyah (meninggal
saat masih kecil). Istri ketiga adalah R.Ay. Retnadiluwih, memiliki dua orang anak,
yaitu R.A. Maknawiyah, setelah menikah bernama R.Ay. Panji Suryaningrat dan
R.M. Sarjana (meninggal saat masih kecil). 20
K.G.P.A. Purbaya menghuni dalem
hingga tahun 1830, ketika dia naik tahta menjadi Sunan Paku Buwana VII.
Gambar 8. K.G.P.A. Purbaya atau Sunan Paku Buwana VII
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Pakubuwana_VII, diunduh 31 Agustus
2016)
Pada masa Sunan Paku Buwana X, dalem diberikan kepada G.P.H.
Suryahamijaya, putra Sunan Paku Buwana X yang lahir dari selir R.Ay.
Pradaparukmi, sehingga dalem tersebut dinamakan Dalem Suryahamijayan. G.P.H.
20
Padmasoesastra, op.cit., hlm. 74
66
Suryahamijaya mulai menempati dalem pada usia sekitar 21 tahun dan sudah
berkeluarga. G.P.H. Suryahamijaya memiliki satu istri permaisuri dan tiga garwa
ampil. Istri permaisuri G.P.H. Suryahamijaya adalah B.R.Ay. Suharti, putri dari patih
Keraton Yogyakarta, K.R.A. Danureja VII dan memiliki tiga orang anak, yaitu B.P.H.
Suryahamijaya, K.P.H. Baswahamijaya, S.H., dan B.R.M. Suryarosena. Selain itu,
G.P.H. Suryahamijaya juga memiliki tiga garwa ampil, yang pertama adalah R..Ay.
Retnaningsih dan memiliki lima orang anak yaitu K.P.H. Hamijaya Sri Suwirta,
K.P.H. Hamijaya Pujindra, B.R.Ay. Adimertiyana Jarot Parmadi, K.P.H. Hamijaya
Suryahawendra, dan B.R.Ay. Rambahidarni. Garwa ampil kedua adalah R.Ay,
Pradapaningsih dan memiliki empat orang anak yaitu K.P.H. Hamijaya Surendra,
K.B.R.Ay. Supati Sujita, B.R.Ay. Koesmiyati Suryanta, Brigjend. TNI K.P.H.
Hawindra Hamijaya, dan B.R.Ay. Murhadining Ciptayuwana. Garwa ampil ketiga
adalah seorang wanita Belanda dan memiliki dua putra dan seorang putri, saat ini
keturunannya tinggal di Jerman dan Italia.21
G.P.H. Suryahamijaya adalah salah satu orang kepercayaan Sunan Paku
Buwana X dan salah satu pangeran Surakarta yang berpengaruh. G.P.H
Suryahamijaya menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School atau ELS
(setingkat Sekolah Dasar) tahun 1919, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO
(setingkat Sekolah Menengah) tahun 192322
, dan Koninklijke Militaire Academie atau
21
Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
22 Luthfi Widagdo Eddyono, “Pangeran Soerjahamidjaja Penggagas nama
“Indonesia” menjadi “Nusantara”, Konstitusi, No.91, September 2014, hlm. 59.
67
Akademi Militer Kerajaan Belanda di kota Breda, Belanda.23
Beliau menjabat sebagai
ajudan Sunan 24
. G.P.H. Suryahamijaya sering berkunjung ke Belanda dan bergaul
dengan orang Belanda, beliau menjadi mengenal kebudayaan Barat.25
Selain itu dia
juga sering berhubungan dengan orang-orang Jepang. Mereka sering bertemu dan
bermain di lapangan tenis milik G.P.H. Suryahamijaya.26
Gambar 9. G.P.H. Suryahamijaya dan istrinya (sumber: KITLV)
23
Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
24 Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939,
(Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000), hlm. 66.
25 Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
26 George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan
Politik di Surakarta 1912-1942, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990)
hlm. 283.
68
G.P.H. Suryahamijaya merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional.
Beliau menjadi anggota Budi Utomo pada tahun 1935 sampai 1938 27
, kemudian
menjadi anggota Partai Indonesia Raya atau Parindra. G.P.H. Suryahamijaya
dikatakan bahwa beliau diharapkan akan menjadi “Raja Indonesia” di masa depan.
Raden Panji Mr. Singgih, mengatakan bahwa tujuan akhir dari Parindra adalah
pembentukan “Keraton Indonesia”.28
Selain itu G.P.H. Suryahamijaya juga aktif
dalam berbagai perkumpulan seperti Perkumpulan Pegawai Keraton dan Negeri
Surakarta (1933-1936) dan Kesenian Tari Keraton (1938-1939). Beliau juga ikut
mendirikan Siaran Radio Indonesia pada tahun 1934-1937.29
Pada masa revolusi,
Dalem Suryahamijayan pernah menjadi tempat siaran RRI sementara, karena stasiun
RRI diduduki oleh tentara Belanda.30
Sebelum kemerdekaan Indonesia, G.P.H. Suryahamijaya menjadi anggota
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI. Dalam
Rapat Besar BPUPKI tanggal 15 Juli 1945, di Gedung Tyuoo Sang-In (sekarang
Gedung Kementerian Luar Negeri), G.P.H. Suryahamijaya mengusulkan agar
mengubah nama Indonesia menjadi Nusantara. Menurut beliau, nama Indonesia harus
diganti karena berasal dari Bahasa Belanda, yaitu Indonesie. Beliau berkata bahwa
nama Nusantara, yang berarti negara dengan banyak kepulauan, lebih tepat untuk
27
Luthfi Widagdo Eddyono, loc.cit.
28 George D. Larson, op.cit., hlm. 285-286
29 Luthfi Widagdo Eddyono, loc.cit.
30 Wawancara dengan Bapak Suratman, 24 Mei 2016.
69
menjadi nama negara.31
Dalem Suryahamijayan juga pernah digunakan rapat tentang
bentuk negara bagi Indonesia setelah merdeka.32
Selain sebagai tokoh pergerakan nasional, G.P.H. Suryahamijaya juga
merupakan seorang seniman dan budayawan. Beliau bersama dengan Jenderal TNI-
AD. G.P.H. Jatikusuma adalah pencipta dari Sendratari Ramayana pada tahun 1961
dan Dalem Suryahamijayan menjadi tempat latihan Sendratari Ramayana pertama.33
Beliau juga memprakarsai berdirinya sekolah karawitan di Surakarta yang bernama
Konservatori Karawitan Indonesia (KOKAR) pada 17 Juli 1950. Tahun 1976,
Konservatori Karawitan Indonesia diganti namanya menjadi Sekolah Menengah
Karawitan Indonesia (SMKI) yang mengajarkan seni karawitan, seni tari, dan seni
pedalangan. Tahun 1997, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) diganti
namanya menjadi SMK Negeri 8 Surakarta dengan bidang keahlian seni pertunjukan,
yang terdiri dari seni karawitan, seni tari, seni pedalangan dan seni musik.34
G.P.H.
Suryahamijaya meninggal pada tahun 1971 di Rumah Sakit Panti Kosala, Surakarta.35
Pada 12 Agustus 1992, G.P.H. Suryahamijaya mendapat penghargaan Bintang
Mahaputra Utama berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 048/TK/Tahun 1992.36
31
Luthfi Widagdo Eddyono, op.cit. hlm 58.
32 George D. Larson, op.cit., hlm. 309-310.
33 Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
34 http://smkn8solo.sch.id/latar-belakang/, diakses pada tanggal 27 Agustus
2016, pukul 14.56.
35 Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.
36 Luthfi Widagdo Eddyono, loc.cit.
70
2. Bangunan Dalem Suryahamijayan
Dalem Suryahamijayan mulai berdiri sekitar tahun 1810 dan pada tahun 1919,
Dalem Suryahamijayan diperluas dengan membangun kamar-kamar, kamar mandi,
gandhok, lojen, dan paviliun dengan arsitektur Indisch. Gandhok dibagi menjadi dua,
gandhok kulon, yang dibangun dengan arsitektur campuran Jawa dan Eropa dan
gandhok wetan atau paviliun, yang dibangun dengan arsitektur Indisch. Gandhok
kulon dihuni dua garwa ampil G.P.H. Suryahamijaya yaitu R.Ay. Retnaningsih dan
R.Ay. Pradapaningsih. Keduanya tinggal di gandhok kulon, sebelah barat pendapa.
R.Ay. Retnaningsih tinggal di gandhok kulon yang menghadap ke luar dan R.Ay.
Pradapaningsih tinggal di gandhok kulon bagian dalam. 37
Gandhok wetan atau
paviliun digunakan untuk tempat tamu kehormatan atau saudara yang akan
menginap.38
Bagian depan digunakan sebagai ruang tamu, bagian dalamnya terdapat
ruang santai, ruang makan, kamar tidur, dan kamar mandi.
Gambar 10. Gandhok Kulon dan Gandhok Wetan Dalem Suryahamijayan
(photo: Dokumen Pribadi)
37
Wawancara dengan Bapak Suratman, 24 Mei 2016.
38 Ibid.
71
Dalem Suryahamijayan termasuk Dalem Kepangeranan yang cukup modern
pada masanya. Lantai Dalem Suryahamijayan bagian pendapa, pringgitan, paviliun,
dan lojen sudah dipasang tegel dan memiliki sekitar lima kamar mandi, yang dibagi
menjadi kamar mandi khusus untuk keluarga, khusus untuk abdi dalem, dan khusus
untuk tamu. Kamar mandi khusus untuk tamu adalah yang ruangannya paling luas,
yang terletak di paviliun di gandhok wetan. Bagian pendapa, pringgitan, dan dalem
ageng masih menggunakan kayu dan beratap sirap, sedangkan bagian gandhok sudah
ditembok. Saat ini bagian Dalem Suryahamijayan yang menggunakan atap sirap
tinggal bagian dalem ageng dan brunjung pendapa saja.
Gambar 11. Lapangan Tenis Dalem Suryahamijayan (photo: Dokumen Pribadi)
Dalem Suryahamijayan pernah digunakan untuk sebagai tempat Pekan
Olahraga Nasional atau PON pertama pada tahun 1948. 39
Dalem Suryahamijayan
memiliki lapangan tenis, yang terletak di timur pendapa dan area panahan, yang
terletak di belakang Dalem Suryahamijayan. Lapangan tenis Dalem Suryahamijayan
didesain oleh seorang arsitek dari Belanda. Lapangan tenis ini didesain rata, tidak
39
Wawancara dengan Bapak Suratman, 24 Mei 2016.
72
seperti lapangan tenis saat ini yang didesain bagian tengahnya lebih tinggi dan kanan
kirinya sedikit miring.40
Setelah G.P.H. Suryahamijaya meninggal pada tahun 1971,
Dalem Suryahamijayan diwariskan kepada anak-anaknya. Anak-anak G.P.H.
Suryahamijaya mendiami Dalem Suryahamijayan hingga tahun 1973.
C. Dalem Sasana Mulya
Gambar 12. Dalem Sasana Mulya (photo: Dokumen Pribadi)
1. Sejarah Dalem Sasana Mulya
Dalem Sasana Mulya berdiri pada tahun 1811, pada masa Sunan Paku
Buwana IV.41
Awal mulanya, Dalem Sasana Mulya pada mulanya bernama Dalem
Ngabean, karena digunakan sebagai tempat tinggal Pangeran Hangabehi, pangeran
tertua yang lahir dari selir. Penghuni pertama Dalem Ngabean adalah K.G.P.Ad.
Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana IV dari selir Mas Ayu Rantansari.42
K.G.P.Ad.
Hangabehi tinggal bersama istrinya, R.Ay. Hangabehi dan keempat putrinya, yaitu
40
Ibid. 41
Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.
42 Padmasoesastra, op.cit., hlm. 72.
73
pertama adalah R.A. Kussiyah, menikah dengan Sunan Paku Buwana VI dan bergelar
G.K.R. Kencana, namun kemudian bercerai dan menikah lagi dengan K.G.P.H.
Jurumartani, putra K.G.P.H. Mangkubumi I, putra Sunan Paku Buwana III, dan
bergelar G.K.R. Bendara, kemudian G.K.R. Kedhaton. Putri kedua yaitu RA.
Kusdinah, menikah dengan KPH. Hadiwijaya II, dan bergelar R.Ay. Hadiwijaya II,
kemudian G.K.R. Bendara. Putri ketiga yaitu R.A. Dableg, menikah dengan G.R.M
Mustojo, putra Sultan Hamengku Buwana IV dengan permaisuri G.K.R. Kencana,
dan bergelar R.Ay. Mangkubumi. Setelah G.R.M. Mustojo naik tahta menjadi Sultan
Hamengku Buwana VI, R.Ay. Mangkubumi bergelar G.K.R. Kencana Putri keempat
yaitu R.A. Prekis, kemudian bernama R.Ay. Jayangtilam, menikah dengan K.P.H.
Kolonel Purbanagara, dan bergelar G.K.R. Angger.43
Gambar 13. K.G.P.Ad. Hangabehi atau Sunan Paku Buwana VIII dan para
putrinya (sumber: KITLV)
43
Ibid., hlm. 72-73.
74
K.G.P.Ad. Hangabehi menghuni Dalem Ngabean hingga tahun 1858, ketika
beliau naik tahta menjadi Sunan Paku Buwana VIII. Setelah K.G.P.Ad. Hangabehi
naik tahta, Dalem Ngabean dibiarkan kosong hingga masa Sunan Paku Buwana X.
Dalem Ngabean kemudian dihuni oleh G.R.M. Hanantasena atau K.G.P.H.
Hangabehi, putra Sunan Paku Buwana X dengan selir R.Ay. Mandayaretna, yang
kelak menjadi Sunan Paku Buwana XI.44
45
Gambar 14. K.G.P.H. Hangabehi, putra tertua Sunan Paku Buwana X (Sumber:
Marleen Heins, ed., Karaton Surakarta, Marshall Cavendish Editions,
Singapura, 2006, hlm 90)
K.G.P.H. Hangabehi memiliki lima orang istri, yaitu pertama adalah R.Ay.
Hangabehi I atau G.K.R. Kencana, putri K.R.A. Sasradiningrat IV dengan R.A.
Saparrinten, putri Sunan Paku Buwana IX. Beliau wafat sebelum suaminya naik
tahta. G.K.R. Kencana memiliki empat orang anak yaitu K.G.P.Ad. Mangkubumi,
44
Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.
45 Padmasoesastra, op.cit., hlm. 90
75
G.K.R. Ayu, G.K.R. Bendara, dan G.K.R. Candrakirana. Istri kedua adalah R.Ay.
Hangabehi II, putri Bupati Nayaka K.R.M.H. Puspadiningrat. Setelah naik tahta
menjadi Sunan Paku Buwana XI, R.Ay. Hangabehi II diangkat menjadi permaisuri
bergelar G.K.R. Paku Buwana XI dan memiliki dua orang anak yaitu G.R.M. Surya
Guritna, yang kelak menjadi Sunan Paku Buwana XII dan G.K.R. Kedhaton. Istri
ketiga yaitu selir R.Ay. Dayasari memiliki seorang anak bernama K.G.P.H.
Hangabehi. Istri keempat yaitu selir R.Ay. Dayaningsih memiliki dua orang anak
yaitu G.R.Ay. Kusumadartaya dan K.G.P.H. Prabuwijaya. Istri kelima yaitu selir
R.Ay. Dayaasmara memiliki dua orang anak yaitu G.P.H. Bintara dan G.P.H.
Natapura.46
K.G.P.H. Hangabehi merupakan putra tertua dari Sunan Paku Buwana X dan
salah satu pangeran yang berpengaruh di Surakarta. Pada tahun 1912, K.G.P.H.
Hangabehi menjadi anggota Sarekat Islam atau SI dan diangkat menjadi Pelindung
Centraal Comite Sarekat Islam yang berjumlah sembilan orang yang diketuai Haji
Samanhudi dan H.O.S. Tjokroaminoto sebagai wakil ketua. Namun pada 24 Mei
1913, Residen Van Wijk melaporkan bahwa K.G.P.H. Hangabehi menyerahkan
jabatannya sebagai Pelindung SI atas perintah ayahnya. Pengunduran K.G.P.H.
Hangabehi tidak mengurangi pengaruhnya di SI. Banyak pendukung SI Solo
menganggap K.G.P.H. Hangabehi sebagai Ratu Adil. Tidak hanya di Solo, SI
46
K.P.H. S. Puspaningrat, Putra Putri Dalem Karaton Surakarta (Sukoharjo:
CV. Cendrawasih, 2006), hlm. 54-57.
76
Yogyakarta juga menganggap K.G.P.H. Hangabehi sebagai pewaris takhta
Kasunanan Surakarta yang sah dan siap membantu jika terjadi peristiwa besar.47
Dalam persaingan sebagai pewaris takhta yang sah, K.G.P.H. Hangabehi
memiliki saingan yaitu adiknya, K.G.P.H. Kusumayuda, yang 40 hari lebih muda dari
K.G.P.H. Hangabehi. Sunan Paku Buwana X lebih menyukai K.G.P.H. Kusumayuda
sebagai pewaris takhta Kasunanan Surakarta. Alasan pertama karena K.G.P.H.
Kusumayuda adalah anak dari selir kesayangan Sunan Paku Buwana X, R.Ay.
Retnapurnama, yang juga ibu dari R.A. Retnapuwasa atau G.R.Ay. Paku Alam VII,
istri K.G.P.A.A. Paku Alam VII. Alasan kedua adalah K.G.P.H. Kusumayuda
memilih istri lebih baik daripada K.G.P.H. Hangabehi. Para istri K.G.P.H. Hangabehi
merupakan putri bangsawan yang kurang berpengaruh, sementara K.G.P.H.
Kusumuyuda mengambil G.K.R. Angger, putri Sultan Hamengku Buwana VII
sebagai istri permaisuri. Alasan ketiga adalah K.G.P.H. Kusumuyuda dianggap
memiliki putra-putra yang pintar dan memberi harapan baik, sedangkan K.G.P.H.
Hangabehi dianggap memiliki putra-putra yang biasa saja.48
Walau demikian, banyak kelompok bangsawan di keraton yang menentang
hal tersebut, termasuk pangeran yang berpengaruh, yaitu K.R.M.H. Wuryaningrat,
menantu Sunan Paku Buwana X dan Kanjeng Gusti Panembahan Hadiwijaya, putra
Sunan Paku Buwana X dari selir RAy. Sitarukmi. Di mata orang Belanda pun,
K.G.P.H. Kusumayuda memiliki kepribadian yang lebih baik daripada K.G.P.H.
47
George D. Larson, op.cit., hlm. 283.
48 Ibid, hlm. 291.
77
Hangabehi.49
Namun demikian, karena memiliki dukungan yang kuat dari kalangan
bangsawan keraton, akhirnya K.G.P.H. Hangabehi naik takhta menjadi Sunan Paku
Buwana XI setelah ayahnya, Sunan Paku Buwana X wafat. K.G.P.H. Hangabehi
tinggal di Dalem Ngabean hingga tahun 1939, ketika dia naik tahta menjadi Sunan
Paku Buwana XI.
Pada masa Sunan Paku Buwana XI, Dalem Ngabean difungsikan sebagai
Sasana pahargyan atau tempat acara keluarga keraton. Pada masa Paku Buwana XII,
Dalem Ngabean diubah namanya menjadi Dalem Sasana Mulya hingga saat ini.
Dalem Sasana Mulya berfungsi sebagai tempat acara pernikahan keluarga keraton
dan tempat upacara pemakaman keluarga keraton. Bagian Dalem Sasana Mulya yang
masih berfungsi sebagai tempat tinggal adalah bagian paviliun dan gandhok.50
2. Bangunan Dalem Sasana Mulya
Gambar 15. Pendapa Dalem Sasana Mulya (photo: Dokumen Pribadi)
49
Ibid., hlm. 288-297.
50 Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.
78
Bangunan Dalem Sasana Mulya yang berdiri tahun 1811, terdiri dari pendapa,
pringgitan, dalem ageng, gandhok, paviliun, dan lojen. Pendapa Dalem Sasana
Mulya berbentuk Joglo Sinom dengan 36 saka, termasuk empat saka guru. Pendapa
Dalem Sasana Mulya dibangun dengan konstruksi tumpang sari. Bagian langit-langit
atap brujung pendapa tersusun dari beberapa jenis balok, yaitu balok sunduk tengah,
balok takir, balok tumpang sari, balok tumpang, balok penanggap, dan balok tutup
kepuh.51
Atap Dalem Sasana Mulya awalnya berupa sirap, namun sekarang
menggunakan genteng di bagian atap brunjung dan seng di bagian panitih dan
pananggap.52
Bagian pringgitan terdiri dari 4 saka dan dindingnya dihiasi piring-
piring dari China dan cermin Florentine atau cermin kaca besar. Terdapat pintu utama
menuju dalem ageng yang dihiasi seni ukiran terawang. Selain itu terdapat empat
pintu lain, dua di sisi barat pringgitan dan dua disisi timur pringgitan. Bagian dalem
ageng terdiri dari senthong kiwa, petanen, dan senthong tengen dan disangga delapan
saka. Bagian petanen dihiasi ukirang terawang dengan warna keemasan. Dalem
ageng dihiasi dengan lukisan-lukisan raja dan bangsawan Keraton Kasunanan
Surakarta dalam bentuk mozaik.
Kuncungan pendapa Dalem Sasana Mulya dibangun dengan bahan bangunan
dari beton dan disangga empat saka. Langit-langit kuncungan terbuat dari bahan kayu
jati dengan lebar tiap papan 10 cm dan di tengah-tengahnya terdapat ukiran terawang
51
Purnomo et.al., op.cit, hlm. 11.
52 Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.
79
berbentuk flora.53
Di depan kuncungan terdapat bangunan yang disebut kopel, yang
digunakan sebagai panggung untuk pertunjukan musik orkestra yang berarsitektur
Indisch.
Gambar 16. Paviliun Dalem Sasana Mulya di Awal Abad ke-20
(sumber: KITLV)
Bangunan berarsitektur Indisch di Dalem Sasana Mulya antara lain gadri
wingking, paviliun dan lojen. Gadri wingking digunakan untuk kamar tidur para selir
pangeran penghuni Dalem Sasana Mulya. Bangunan paviliun terletak di barat
pendapa, dibangun pada masa Sunan Paku Buwana X dengan arsitektur Indisch.
Paviliun berfungsi sebagai tempat menginap para tamu. Bangunan lojen terletak di
sisi timur Dalem Sasana Mulya. Bangunan lojen dibangun dengan arsitektur Indisch
dan berlantai dua. Lojen berfungsi sebagai tempat menginap para pengiring tamu.
Setelah tahun 1945, Dalem Sasana Mulya didiami G.K.R. Bendara, putri Sunan Paku
53
Purnomo et.al., op.cit., hlm. 9.
80
Buwana XI dengan G.K.R. Kencana dan adik Sunan Paku Buwana XII, hingga tahun
1965.54
D. Dalem Jayakusuman
Gambar 17. Dalem Jayakusuman (photo: Dokumen Pribadi)
1. Sejarah Dalem Jayakusuman
Dalem Jayakusuman adalah salah satu Dalem Kepangeranan yang terletak di
luar tembok Baluwarti. Dalem Jayakusuman terletak di Kelurahan Gajahan, di selatan
tembok Baluwarti. Dalem Jayakusuman dibangun pada tahun 1849 di masa Sunan
Paku Buwana VII.55
Penghuni pertama Dalem Jayakusuman adalah G.P.H. Surya
Brata, putra Sunan Paku Buwana X dari R.Ay. Pandamrukmi I, dengan istrinya
B.R.Ay. Surya Brata.56
Setelah G.P.H. Surya Brata berpindah ke Dalem Suryabratan,
54
Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.
55 Berdasarkan angka tahun yang tertulis di pintu utama dalem ageng di
Dalem Jayakusuman.
56 Padmasoesastra, op.cit., hlm. 91.
81
dalem didiami oleh G.P.H. Jayaningrat.57
G.P.H. Jayaningrat adalah suami R.A.
Sutaji atau R.Ay. Jayaningrat, putri Sunan Paku Buwana IX dari selir R.Ay.
Mandayaprana I.58
G.P.H. Jayaningrat adalah putra K.G.P.H. Kusumabrata II dengan
R.A. Mublak atau R.Ay. Kusumabrata II. Ayahnya adalah putra dari K.G.P.H.
Kusumabrata I, putra Sunan Paku Buwana V dengan selir R.Ay. Dewakusuma dan
ibunya adalah putri Sunan Paku Buwana VI dengan selir R.Ay. Himbaningrum.59
Tahun 1953 dalem dihuni oleh K.G.P.H. Mr. Jayakusuma, putra Sunan Paku
Buwana X dari R.Ay. Pandamrukmi II yang lahir pada tahun 1909.60
Karena dihuni
oleh K.G.P.H. Mr. Jayakusuma, maka dalem tersebut dinamakan Dalem
Jayakusuman hingga saat ini. K.G.P.H. Mr. Jayakusuma adalah seorang ahli hukum
lulusan Universitas Leiden, Belanda dan mendapat gelar Meester in der Rechten.
K.G.P.H. Mr. Jayakusuma ikut berperan dalam pendirian Konservatori Karawitan
Indonesia (KOKAR), yang saat ini bernama SMK Negeri 8 Surakarta. Beliau
57
http://www.timlo.net/baca/68719656278/menilik-sejarah-ndalem-
joyokusuman/, diakses pada 7 Juni 2016, pukul 12.01.
58 Menurut timlo.net G.P.H. Jayaningrat merupakan putra Sunan Paku
Buwana IX, namun dalam Sejarah Dalem Pangiwa lan Panengen karya
Padmasoesastra, nama Jayaningrat merupakan gelar R.A. Sutaji, putri Paku Buwana
IX dari selir R.Ay. Mandayaprana I, sehingga kemungkinan G.P.H. Jayaningrat
adalah menantu Sunan Paku Buwana IX.
59 Padmasoesastra, op.cit., hlm. 76,79, 83.
60 Nancy K. Florida, Javanese Literatur in Surakarta Manuscripts Volume 1,
(Ithaca, New York: Southeast Asia Program Cornell University: 1993).
82
membantu dalam hal yang berkaitan dengan masalah hukum pendirian Konservatori
Karawitan Indonesia (KOKAR).61
K.G.P.H. Mr. Jayakusuma memiliki dua garwa ampil, yaitu R.Ay.
Pandamningsih dan R.Ay. Pandamningrat. K.G.P.H. Mr. Jayakusuma dengan R.Ay.
Pandamningsih memiliki enam orang anak, yaitu B.P.H. Kusumamijaya, K.P.H.
Pringgakusuma, B.R.M. Jaka Yuwana, K.P.H. Suryautama, G.R.Ay Retna Dumilah,
dan B.R.Ay. Ambarmudikno. K.G.P.H. Mr. Jayakusuma dengan R.Ay.
Pandamningrat memiliki lima orang anak, yaitu K.B.R.Ay. Siti Barmani, B.R.Ay
Nawangsih, B.R.Ay. Siti Sumirah, K.P.H. Mertakusuma, S.H., dan B.R.M. Jaka
Nugraha. Sebagian besar anak K.G.P.H. Mr. Jayakusuma berprofesi di bidang
perbankan, kecuali G.R.Ay Retna Dumilah yang menjadi dukun di Pekalongan dan
B.R.Ay. Nawangsih yang menjadi kapten kapal.62
K.G.P.H. Mr. Jayakusuma
meninggal pada tahun 1985.63
2. Bangunan Dalem Jayakusuman
Dalem Jayakusuman memiliki luas 8071 m264
yang terdiri dari pendapa,
pringgitan, dalem ageng, senthong, dan gandhok. Pendapa Dalem Jayakusuman
berbentuk Joglo Kasepuhan65
dengan 36 saka termasuk empat saka guru dan masih
61
Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 29 Agustus 2016.
62 Ibid.
63 Nancy K. Florida, loc.cit.
64 Draft Penyusunan DED Lingkungan Ndalem Joyokusuman Tahun
Anggaran 2016, (Semarang: PT. Patra Padma, 2016), hlm. III-17.
65 Ibid., hlm. III-18.
83
menggunakan atap sirap. Di depan pendapa terdapat kuncungan yang beratap tajug
dengan empat saka. Langit-langit atap brunjung pendapa menggunakan kayu dan
dihiasi ukir-ukiran. Lantai Dalem Jayakusuman sudah diganti dengan lantai marmer
dan menggunakan tembok semen. Pringgitan Dalem Jayakusuman menggunakan
atap limasan. Di bagian pringgitan terdapat tiga pintu menuju dalem ageng. Di
bagian pintu utama dihiasi ukiran-ukiran terawang yang berwarna keemasan dan
terukir kalimat-kalimat dalam huruf Jawa dan angka tahun berdirinya Dalem
Jayakusuman. Bagian dalem ageng terdiri senthong kiwa, krobongan atau petanen,
dan sentong tengen. Berbeda dengan dalem lainnya, dinding bagian dalem ageng
Dalem Jayakusuman tidak menggunakan kayu tetapi tembok semen. Krobongan atau
petanen dihiasi dengan ukiran-ukiran flora berwarna keemasan.di bagian belakang
dalem ageng terdapat jendela-jendela menghadap halaman belakang. Pintu regol
Dalem Jayakusuman sangat besar dan beratap limasan. Selain itu juga terdapat kamar
jaga di sisinya dan disangga enam tiang dari semen yang bergaya Eropa, empat diluar
halaman dan dua di dalam halaman.
Gambar 18. Pintu Gerbang Dalem Jayakusuman (photo: Dokumen Pribadi)
84
Sebelah tenggara Dalem Jayakusuman terdapat paviliun dan pesanggrahan di
sisi selatan pendapa dan utara dalem ageng. Di sisi timur pringgitan terdapat bale
warni dan di sisi barat pringgitan terdapat bale peni yang dibangun dengan arsitektur
art deco.66
Bagian gandhok terletak di timur dalem ageng dibangun tahun 193967
dengan arsitektur art deco. Di tengah gandhok terdapat taman dengan kolam dan air
mancur ditengahnya dan sebuah sumur. Saat ini kondisi gandhok sudah tidak terawat.
Gambar 19. Gandhok Dalem Jayakusuman (photo: Dokumen Pribadi)
Halaman belakang Dalem Jayakusuman dipisahkan dengan tembok dengan
bangunan utama. Di bagian halaman belakang terdapat pohon beringin, pohon preh,
dan pohon bodi. Sebuah bangunan pesanggrahan berarsitektur art deco dibangun sisi
tenggara pohon bodi dan sebuah sumur. Halaman belakang Dalem Jayakusuman
berfungsi sebagai taman dan tempat menanam tanaman yang dibutuhkan keluarga,
66
Draft Penyusunan DED Lingkungan Ndalem Joyokusuman Tahun Anggaran
2016, (Semarang: PT. Patra Padma, 2016), hlm. III-19.
67Berdasarkan prasasti yang tertulis di tembok gandhok Dalem Jayakusuman.
85
seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat tradisional.Tahun 1965 Dalem
Jayakusuman dijual dan dibeli oleh R.Ng. Malkan Sangidoe, seorang saudagar batik.
86