bab iii ritual mangejing dalam masyarakat waiwunga … · 2017. 12. 18. · bab iii. ritual...

37
BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA 3.1. Gambaran Umum 3.1.1. Desa Makamenggit Desa Makamenggit merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten Sumba Timur, kecamatan Nggaha Ori Angu. Luas wilayah Kecamatan Nggaha Ori Angu adalah 286,4 Km2 (28,640 Ha) atau 4,09% dari luas wilayah Kabupaten Sumba Timur (7000,5 Km2) dan jumlah Penduduk 9,272 jiwa atau 3,84% dari total penduduk Sumba Timur (241,416). Gambar 1. Peta Propinsi NTT Gambar 2. Kampung Waiwunga di Desa Makamenggit Kabupaten Sumba Timur Letak desa Makamenggit berjarak 40 km dari Ibu Kota Waingapu, dan sangat strategis karena merupakan jalur utama lintas antar kabupaten Sumba Timur dengan kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Luas wilayah desa Makamenggit adalah 30,03 km 2 (3000 Ha) atau 10,47% dari luas wilayah Kecamatan Nggaha Ori Angu, dengan jumlah penduduk sebanyak 2662 jiwa 1 . Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Sedangkan yang menjadi pegawai negeri hanya 29 kepala keluarga. 1 Sumba Timur Dalam Angka tahun 2014 37

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

BAB III

RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA

3.1. Gambaran Umum

3.1.1. Desa Makamenggit

Desa Makamenggit merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten

Sumba Timur, kecamatan Nggaha Ori Angu. Luas wilayah Kecamatan Nggaha

Ori Angu adalah 286,4 Km2 (28,640 Ha) atau 4,09% dari luas wilayah Kabupaten

Sumba Timur (7000,5 Km2) dan jumlah Penduduk 9,272 jiwa atau 3,84% dari

total penduduk Sumba Timur (241,416).

Gambar 1. Peta Propinsi NTT Gambar 2. Kampung Waiwunga di Desa Makamenggit Kabupaten Sumba Timur

Letak desa Makamenggit berjarak 40 km dari Ibu Kota Waingapu, dan

sangat strategis karena merupakan jalur utama lintas antar kabupaten Sumba

Timur dengan kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.

Luas wilayah desa Makamenggit adalah 30,03 km2 (3000 Ha) atau 10,47% dari

luas wilayah Kecamatan Nggaha Ori Angu, dengan jumlah penduduk sebanyak

2662 jiwa1. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan

peternak. Sedangkan yang menjadi pegawai negeri hanya 29 kepala keluarga.

1 Sumba Timur Dalam Angka tahun 2014

37

Page 2: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Dalam kehidupan keagamaan, terdapat 3 aliran keagamaan yang dianut,

yaitu agama suku asli Marapu, Kristen Protestan (Gereja Kristen Sumba serta

sejumlah denominasi Bethel, Pentakosta, Gereja Misi Injili Indonesia) dan

Katholik Roma. Secara kuantitas jumlah penduduk desa Makamenggit dapat

dilihat pada tabel ini:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Makamenggit berdasarkan Dusun2

No

DUSUN PENDUDUK

JUMLAH

KET L P

1 Tundu Nyai Pareta 183 158 341

2 Pada Njara Hamu 176 168 344

3 Matawai Pandengi 141 157 298

4 Matawai Panamung/Waiwunga

130

132

262

TOTAL PENDUDUK 630 615 1245

Disamping data kependudukan diatas, terdapat pula tipologi masyarakat

berdasarkan sistem sosial yang merupakan bentukan asli masyarakat tersebut,

yaitu pembagian masyarakat berdasarkan klan (kabihu). Pembagian masyarakat

berdasarkan pengelompokan kabihu sekaligus menunjuk pula pada marapu (ilahi)

yang diyakini, disembah, dipuja dan dihormati dalam oleh masing-masing kabihu.

Marapu adalah entitas tertinggi dalam keyakinan religius orang Sumba.

Secara leksikal Marapu berasal dari dua kata yaitu “Ma” yang berarti “yang”, dan

“rapu” yang berarti “dipuja, dihormati, disembah, atau didewakan”. Dalam

pengertian lain, marapu dapat juga diartikan sebagai “yang tersembunyi”.3

Pemahaman umum masyarakat Sumba bahwa yang dipuja, disembah, didewakan,

serta tersembunyi tersebut adalah roh-roh nenek moyang, kekuatan supranatural,

dan hal-hal yang transenden dan melampaui kemampuan manusia. Marapu inilah

2 Sumber : Data Desa Makamenggit Tahun 2016. Diambil Tanggal 19 September 2016 3 Wellem, Injil dan Marapu, 41-42.

38

Page 3: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

yang memiliki peran sebagai perantara manusia dengan Tuhan atau ilahi tertinggi

“Na Ndapa Tiki Tamu, Ndapa Nyura Ngara”. Ilahi tertinggi tersebut tidak

terjangkau oleh manusia, tidak boleh disebut dan dipanggil namaNya, oleh karena

itu melalui Marapu, manusia dapat berkomunikasi kepada Yang Ilahi. Konsepsi

tentang Yang Ilahi sering diungkapkan pula dengan menggunakan kata Marappu.

Huruf p menjadi pembeda Marapu sebagai pengantara dan Marappu sebagai Ilahi

tertinggi.4 Pembagian kabihu dan marapu di Desa Makamenggit dapat dilihat

pada tabel dibawah.

Tabel 2. Nama Kabihu dan Marapu di Desa Makamenggit5

No Nama Kabihu Nama Marapu

1 Ratu Umbu Halaya – Rambu Mbitu

2 Hudu Njara Nggiku, Njara Ngopa, Kamburu Mbana Malau Nganja

3 Karita Ndatar Nggadi – Malowa Mahuka.

4 Payeti Kabira Kalawu – Kabal Mataurang

5 Mbarapapa Lauki Mayi

6 Lebakaruku Mbora Mbay, Dai Hamba Panduka Patihina.

7 Marapeti Nyamba Hawongu, Dendi Uhu, Dendi watar

8 Katinnah Leming Kapu Mbaji, Huhu Kahili Kadu.

Kabihu-kabihu ini secara teritorial hidup dan menempati wilayah tertentu

secara berkelompok dengan kabihu-kabihu lain yang memiliki ikatan kekerabatan.

Tempat-tempat tinggal secara berkelompok inilah yang disebut kampung atau

praingu. Salah satu kampung yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kampung

Waiwunga.

4 Bnd. Marthen Menggeng, Ibadah dalam Agama Suku, Edisi khusus (Makassar:Jurnal

STT Intim Makassar, 2004), 68 5 Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Makamenggit, Julius Turu Njurumbaha, serta

Tokoh Adat Bapak Nggau Behar,pada tanggal 19 September 2016; hasil FGD di Kampung

Waiwunga pada 24 September 2016

39

Page 4: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

3.1.2. Kampung Waiwunga

Identitas komunal Waiwunga dapat diamati berdasarkan lokasi tempat

tinggal mereka yaitu kampung atau praingu. Pada umumnya masyarakat Sumba

memiliki lokasi perumahan ditempat tinggi dan terletak diatas bukit yang disebut

kampung atau Praingu. Praingu merupakan pusat pelaksanaan semua tradisi adat

istiadat dan aktivitas religius Marapu. Praingu (kampung dapat dikatakan sebagai

simbol dari adat, tradisi dan kepercayaan masyarakat. Ciri utama sebuah kampung

Sumba adalah rumah-rumah yang dibangun berdekatan satu sama lainnya dan

membentuk lingkaran serta terdapat kuburan ditengah-tengah kampung.

Gambar 3. Foto Kampung Waiwunga diambil tanggal 19 September 2016

Kampung Waiwunga adalah salah satu kampung tradisional di Desa

Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur. Kampung

ini terletak di bukit yaitu lokasi perumahan paling tinggi, dan berjarak 8 km dari

pusat Desa Makamenggit ke arah selatan. Secara leksikal Waiwunga berarti mata

air gala-gala atau mata air pohon turi. Dinamai demikian oleh masyarakat

setempat karena dibawah sebatang pohon gala-gala atau pohon turi yang tumbuh

diwilayah Kampung Waiwunga, mengalir keluar mata air kecil yang menjadi

sumber air bagi masyarakat setempat hingga sekarang ini. Mata air tersebut

merupakan air resapan (kulup) dalam lubang alami sedalam 1 meter dan menjadi

40

Page 5: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

sumber air masyarakat. Akses sumber air bersih bagi masyarakat terletak di

sungai yang berjarak 5 km dari pemukiman.

Secara teritorial wilayah administratif, masyarakat Waiwunga masuk

dalam wilayah dusun Matawai Panamung. Untuk lebih memahami tentang

Kampung Waiwunga, akan digambarkan beberapa hal berikut terkait dengan

demografi, geografi, iklim, kekeraban serta kosmologi.

3.1.2.1. Demografi

Berdasarkan kependudukan Kampung Waiwunga terdiri dari 262 jiwa

(L:130, P:132), dengan mayoritas latar belakang mata pencaharian adalah petani

dan peternak. Jumlah Kepala Keluarga yaitu 89 KK. Pertambahan dan penurunan

jumlah penduduk di Kampung Waiwunga disebabkan oleh kematian, kelahiran,

perkawinan, serta perpindahan dari kampung ke tempat lain diluar kampung

Waiwunga. Mayoritas keyakinan keagamaan penduduk Waiwunga adalah

penganut agama suku Marapu. Walaupun secara kenyataan banyak generasi

mudanya telah menjadi simpatisan6 (terlibat) dalam kelompok keagamaan Kristen

Protestan dalam hal ini Gereja Kristen Sumba, Bethel, dan Gereja Misi Injili

Indonesia. Hal ini nampak dalam tabel berikut:

Tabel 3. Penduduk Kampung Waiwunga Berdasarkan Kepercayaan yang Dianut (N=262)

No

(1)

Kepercayaan Jumlah

Penduduk (2)

N (3)

% (4)

1 Marapu 236 90

2 Gereja Kristen Sumba 17 6

3 Gereja Misi Injii Indonesia 9 4

Jumlah Total 262 100

6 Simpatisan adalah terminologi yang digunakan oleh Gereja Kristen Sumba untuk

menunjuk identitas keanggotaan seseorang yang masih beragama Marapu namun telah aktif atau

terlibat dalam persekutuan Gereja.

41

Page 6: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dikatakan bahwa Agama Marapu

masih dominan dianut masyarakat Kampung Waiwunga.7 Pengaruh Agama

Marapu pada kehidupan mereka nampak jelas dalam kehidupan bertani dan

beternak. Seluruh aktivitas bertani maupun beternak selalu diwarnai dengan ritual

keagamaan Marapu.

Terdapat 14 rumah di dalam Kampung Waiwunga serta beberapa rumah

lain di kebun atau sawah, maupun lokasi lain di luar kompleks kampung. Dalam

setiap rumah di kampung Waiwunga, ditempati oleh lebih dari satu kepala

keluarga.8 Secara umum rumah-rumah di kampung (praingu) ini baik yang

berukuran besar maupun kecil, memiliki kesamaan bentuk. Dalam tradisi setiap

rumah seharusnya beratapkan alang. Namun karena keterbatasan sumber daya

alam (alang) pada masa kini akibat seringnya terjadi kebakaran padang serta

berkembang biaknya sejenis rumput (dalam bahasa lokal dinamai taikabala) yang

mendesak pertumbuhan alang sehingga nyaris punah, maka kebanyakan rumah di

kampung Waiwunga menggunakan atap seng, kecuali 3 rumah yang masih

menggunakan atap alang, tanpa merubah konstruksi rumah yang kental dengan

7 Penjelasan Bapak Diki Takanjanji sebagai Rato (Imam) dari kabihu Leba Karuku pada

FGD tanggal 24 September 2016. Menurutnya bahwa generasi muda yang menjadi simpatisan di

gereja baik Gereja Kristen Sumba (GKS) maupun Gereja Misi Injii Indonesia (GMII) karena

kebanyakan mereka berada diluar kampung untuk mengikuti pendidikan atau mencari pekerjaan.

Mereka juga tidak dilarang jikalau itu keputusan dan pilihannya. 8 Dalam tradisi kawin-mawin masyarakat Sumba juga Waiwunga, apabila terdapat pihak

keluarga laki-laki belum dapat menyelesaikan kewajiban adat kawin mawin (belis) terhadap keluarga perempuan, dalam bentuk hewan atau ternak besar (kuda, kerbau), maka mempelai perempuan belum dapat sepenuhnya beralih tempat tinggal atau pindah rumah apalagi marga. Perempuan tersebut bersama suaminya tetap tinggal di rumah keluarga perempuan (hangera).

Sekalipun secara faktual, keluarga perempuan tidak melarang pula bagi mereka apabila

berkeinginan membuat rumah sndiri, namun seringkali pula bahwa keinginan tinggal bersama

dilatarbelakangi ikatan emosional dan perasaan nyaman. Itulah sebabnya dengan tinggal bersama

mereka dapat kerja bersama disawah, kebun, maupun beternak. Demikian juga ada perasaan aman,

serta dapat saling mendukung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. (Wawancara dengan Pura

Tanya: Ketua Agama Marapu Desa Makamenggit,), Waiwunga, 24 September 2016.

42

Page 7: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

makna dan filosofi sosio-religiusnya. Rumah bagi masyarakat Waiwunga (Sumba

pada Umumnya) merupakan pusat dari segala aktivitas sosial maupun religiusnya

karena dirumahlah segala aktivitas dan relasi dilakukan.

Gambar 4. Model Rumah Adat Sumba Secara

Umum

Gambar 5. Model Rumah Adat di Kampung

Waiwunga

Secara umum klasifikasi rumah bagi orang Sumba (Waiwunga) terbagi

atas dua fungsi yaitu rumah kampung (uma praingu) dan rumah kebun (uma

woka). Uma praingu memiliki nilai sakral karena merupakan rumah yang

dibangun di dalam kampung dan berfungsi sebagai tempat ritual (Hamayang) dan

penyimpanan benda-benda suci marapu. Uma Praingu berfungsi sosial yaitu

sebagai tempat hidup keluarga serta interaksi dengan sesama, berfungsi ekonomi

yaitu sebagai tempat penyimpanan makanan, dan berfungsi politik yaitu sebagai

tempat terjadinya perundingan, pengambilan keputusan maupun pusat praktek

kepemimpinan keluarga, kabihu, dan kampung. Setiap kabihu memiliki Uma

praingu untuk melaksanakan fungsi-fungsinya diatas. Dalam fungsi yang seperti

ini, uma praingu seringkali disebut uma bakul atau rumah besar/bersama karena

menjadi pusat dari kekerabatan dan aktivitas sosial-religius. Penghargaan sosial,

kenyamanan bathin, serta penjelasan identitas akan diperoleh dalam bobot yang

tinggi ketika pelaksanaan berbagai kegiatan adat istiadat maupun religius untuk

kawin mawin, kematian, serta ritual-ritual inti pertanian, dilaksanakan di uma

43

Page 8: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

praingu atau uma bakul. Sedangkan uma woka merupakan rumah yang dibangun

di dataran lebih rendah dari kampung dan berfungsi untuk kegiatan pertanian

maupun peternakan.

3.1.2.2. Geografi dan Iklim

Secara geografis dan iklim, lingkungan alam disekitar kampung

Waiwunga termasuk wilayah kering dan jauh dari sumber air. Dikelilingi oleh

padang savana yang hijau saat musim penghujan, namun coklat dan kering disaat

musim kemarau. Hal ini tidaklah mengherankan karena kampung Waiwunga

berada pada daratan Pulau Sumba bagian tengah yang wilayahnya terdapat

singkapan batu-batuan berkadar kapur tinggi.9 Kekeringan menjadi salah satu

penyebab kekurangan air bersih dan krisis pangan. Kekeringan ini disebabkan

oleh rendahnya curah hujan di kabupaten Sumba Timur yang mana setiap

tahunnya berkisar 1162.8 milimeter/tahun.10 Artinya bahwa hujan di wilayah

Sumba Timur hanya terjadi sekitar tiga bulan dalam setahun. Kesulitan air bersih,

serta kebakaran padang yang sering terjadi secara rutin, menjadi ancaman

tersendiri bagi masyarakat Sumba Timur termasuk masyarakat Waiwunga. Hal ini

diperparah dengan perubahan iklim yang ekstrim sehingga sulit untuk memastikan

musim secara tepat. Masyarakat Waiwunga masih menggunakan penanggalan

musim berdasarkan gejala-gejala alam sebagai arahan dan pedoman aktivitas

hidupnya. Penanggalan musim itu sendiri menunjukkan sikap masyarakat

9 Mubyarto dkk, Etos Kerja Dan Kohesi Sosial, (Jogyakarta: P3PK UGM, 1991), 7;

Daerah yang memiliki porositas lapisan tanah gampingan, secara keseluruhan mengalami

kekurangan air yang serius. 10 Sumber: Stasiun Meteorologi Kelas III Mau Hau, Waingapu, 2013; Sumba Timur

Dalam Angka, 2014

44

Page 9: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Waiwunga yang menyatu dengan alam beserta semua makluk penghuninya, serta

menunjukkan eratnya hubungan manusia dengan Penciptanya.

Tabel 4. Kalender Musim Masyarakat Sumba Timur Wilayah Desa Makamenggit-Kampung Wawunga11

Bapak Diki Takanjanji sebagai salah satu tokoh adat Kabihu Leba

Karuku, mengatakan bahwa sangat sulit untuk menggunakan tanda-tanda alam12

seperti tahun 1990-an untuk memastikan musim hujan yang tepat pada masa

sekarang serta memulai masa kerja pada setiap musim bercocok tanam. Karena

11 Sumber data: FGD Waiwunga 24 September 2016 12 Tanda-tanda alam yang dimaksud adalah kalender musim bercocok tanam berdasarkan

gejala alam tumbuh-tumbuhan, perilaku binatang liar, serta tanda-tanda bintang dilangit

(terlampir)

45

Page 10: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

itu, banyak pula masyarakat Waiwunga yang tidak mendapatkan hasil secara

maksimal.13 Menyikapi kondisi ini, masyarakat Waiwunga seringkali

melaksanakan ritual hamayang (sembahyang) di Katoda Kawindu yang ada

disekitar rumah atau hamayang-hamayang khusus di katoda woka (altar

persembahan kebun) dilokasi mata air atau kebun untuk meminta hujan.

Sembahyang khusus tersebut dikenal dengan hamayang karai wai urang

(sembahyang meminta air hujan) seperti yang dilaksanakan oleh masyarakat

Kampung Waiwunga pada tanggal 29 Desember 2016. Hamayang ini

dilaksanakan karena tidak adanya curah hujan bagi tanaman jagung, padi, maupun

ubi-ubian yang sudah ditanam dan terancam rusak karena kekeringan.

3.1.2.3. Kekerabatan Sebagai Pengorganisasian Sosial

Masyarakat Waiwunga bercorakkan masyarakat komunal yang terikat

erat dengan klan (kabihu). Sebagaimana telah disinggung pada bab satu, Kabihu

adalah ikatan kelompok atau kekerabatan yang terbentuk karena pertalian darah

atau turunan. Jumlah kabihu yang terdapat dalam masyarakat Waiwunga yaitu 4

Kabihu: Pertama, Kabihu Leba Karuku dengan nama Marapu Mbora Mbay, Dai

Hamba Panduka Patihina. Kedua, Kabihu Marapeti dengan Marapu Nyamba

Hawongu, Dendi Uhu, Dendi watar; Ketiga, Kabihu Hudu dengan Marapu Njara

Nggiku, Njara Ngopa, Kamburu Mbana Malau Nganja. Keempat, Kabihu Katina,

Leming Kapu Mbaji, Huhu Kahili Kadu. Secara khusus Marapu Kabihu Leba

Karuku dianggap sebagai Marapu Ratu (Imam). Marapu Kabihu Marapeti,

berperan sebagai Marapu makanan. Marapu Kabihu Hudu, berperan sebagai dewa

13 FGD Waiwunga, 24 September 2016

46

Page 11: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

hewan sekaligus makanan. Sedangkan Marapu Kabihu Katina berperan sebagai

Marapu kilat/halilintar atau Marapu yang menjadi pertanda alam.

Pola kekerabatan ini menjadi acuan dalam pembagian hak kepemilikan

dan pengolahan tanah. Status kepemilikan dan hak pengolahan tanah dilakukan

berdasarkan jumlah kabihu atau marga yang ada. Tanah-tanah tersebut terdiri atas

tanah sawah tadahan atau sawah yang dikerjakan pada saat musim hujan saja,

kebun, serta padang penggembalaan.

3.1.2.4. Perilaku Sosial-Religius

Tipikalisasi kehidupan sosio-religius dan kemasyarakatan masyarakat

Waiwunga terdiri dari tiga jenis kelompok adat yaitu: Pertama, adat kawin

mawin; kedua, adat kematian; Ketiga, adat bercocok tanam. Penggunaan istilah

adat disini terkait erat dengan prinsip keutuhan sikap sosial dan religius serta

kemasyarakatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Manakala

adat kawin mawin dilaksanakan, pada saat yang sama juga dilaksanakan ritual-

ritual pendukung dalam setiap tahapan adat tersebut. Demikian juga bagi jenis

adat kematian dan bercocok tanam. Ritual-ritual yang dilaksanakan baik skala

kecil maupun besar14 selalu menjadi bagian dari setiap penyelenggaraan even

tersebut. Perilaku dan tata cara yang mewarnai setiap ritual mencerminkan nilai,

norma dan keyakinan yang berasal dari religiusitas Marapu.

14 Ritual berskala kecil yaitu ritual yang dilaksanakan oleh sang Rato (imam) saja dengan

bersembahyang di kado (altar) dan mengorbankan ayam sebagai media sembahyang. Sedangkan

ritual berskala besar selalu melibatkan orang banyak atau anggota kabihu dan korban

persembahannya selain ayam juga babi. Korban persembahan tersebut dilakukan diatas katoda

(altar), dalam rumah besar (tempat pertemuan bersama) atau dihalaman rumah besar dan

disaksikan oleh semua yang hadir.

47

Page 12: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

3.1.2.5. Fisik dan Ekonomi

Sekalipun alam gersang dan tandus serta cenderung tidak bersahabat,

masyarakat Waiwunga tetap bertahan hidup dilokasi kampungnya dan

mengusahakan pertanian lahan kering serta kebun jagung, kacang tanah, ubi-ubian

dilahan-lahan kering yang terdapat disekitar kampungnya. Umumnya masa panen

hasil pertaniannya dilaksanakan pada sekitar bulan Juni-Agustus. jagung yang

dipanen diikat setiap buahnya sepanjang sekitar 1 meter, kemudian disimpan di

atas loteng rumah dan dikeringkan dengan pola pengasapan. Sedangkan hasil

panen padi, setelah dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari,

padi disimpan. Khusus masyarakat Waiwunga, padi awal yang dipanen dan

dianggap paling baik kualitasnya, tidak boleh dikonsumsi sebelum dilaksanakan

hamayang (sembahyang) kepada Marapu. Padi inilah yang disebut Uhu

Kawungang (Padi Awal), dan Hamayang atau sembahyang yang dimaksud adalah

Mangejing yang akan dibahas tersendiri dalam bagian tulisan ini.

Setiap kepala keluarga atau marga memiliki lokasi bercocok tanam

sawah tadahan dan juga kebun jagung rata-rata 1ha. Berdasarkan wawancara

dengan Bapak Diki Takanjanji selaku tokoh adat dari kabihu Lebakaruku, tanah-

tanah ini merupakan pembagian dan warisan turun temurun oleh setiap marga

dalam kabihu. Oleh karena itu, mengupayakan tanah adalah untuk menjaga

hubungan yang harmonis dengan leluhur dan Marapu.15 Dalam Agama Marapu

orang Sumba bekerja keras bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, namun lebih dari itu adalah untuk memenuhi tuntutan atau ajaran

15 FGD Waiwunga tanggal 24 September 2016.

48

Page 13: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Marapu.16 Tantangan alam yang kering dan tandus justru memotivasi untuk tetap

mengolahnya dalam kebersamaan baik intra kabihu maupun antar kabihu.

Semuanya dilakukan secara bersama-sama, karena kebersamaan itulah yang

menjadi kekuatan dalam menyikapi alam yang keras.

Dalam perkembangannya seiring dengan kebijakan pembangunan

ekonomi oleh pihak pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Pemerintah Desa

Makamenggit juga membentuk kelompok-kelompok tani dan usaha ekonomi

masyarakat. Terdapat 10 kelompok tani di tengah-tengah masyarakat Waiwunga

yang dibentuk berdasarkan teritorial wilayah RT/RW, untuk menjalankan

program-program pembangunan ekonomi masyarakat. Dua kelompok tani yang

secara fomal telah dikukuhkan sebagai kelompok tani resmi bentukan Pemerintah

Desa Makamenggit adalah kelompok Ray Ruping (19 anggota) dan Matawai

Pataku (20 anggota). Kelompok-kelompok ini memiliki agenda kerja baik rapat,

pelatihan, maupun jadwal-jadwal kegiatan bertani yang telah disepakati sebagai

program kelompok. Pelaksanaan kegiatan kelompok berada dalam koordinasi dan

pengawasan pemerintah Desa Makamenggit.

Disamping bertani, masyarakat Waiwunga juga beternak sapi, kuda,

kerbau, babi maupun ayam. Ternak-ternak peliharaan ini tidak hanya

dimaksudkan untuk kepentingan ekonomis sebagai sumber makanan ataupun

mengerjakan sawah dan kebun, namun juga berfungsi sosial-religius dan budaya.

Fungsi sosialnya adalah untuk kepentingan hewan adat atau dapat disumbangkan

kepada sesama anggota kabihu atau kabihu lain yang membutuhkan untuk urusan-

16 Mubyarto, Etos Kerja Dan Kohesi Sosial, 45.

49

Page 14: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

urusan adat istiadat tertentu. Sedangkan fungsi religiusnya yaitu menjadi korban

persembahan dalam ritual-ritual yang dilakukan. Organ-organ tubuh bagian dalam

(hati dan empedal) dari ternak tertentu seperti babi dan ayam, memiliki fungsi

religius pula sebagai sarana petunjuk atau tanda tertentu yang diberikan oleh

Marapu atau juga menjadi pertanda terjadinya peristiwa atau kejadian tertentu

(baik maupun buruk) dalam kehidupan kabihu atau kampung. Dengan melihat

bentuk dan tanda-tanda tertentu, seorang Rato dapat meramalkan masa depan

kehidupan yang dihadapi.

3.1.2.6. Simbol Religi

Berbagai aktivitas pertanian yang dilakukan senantiasa disertai dengan

praktek-praktek ritual yang menggunakan berbagai media simbol religi atau

disebut Tanggu Marapu (benda-benda suci Marapu). Beberapa simbol fisik yang

dominan dalam praktek ritual pertanian bagi masyarakat Waiwunga adalah

Katoda Praingu (altar persembahan umum/kampung), Katoda Kawindu (altar

persembahan kabihu), Katoda woka (altar persembahan di kebun atau sawah),

Mbola (tempat penyimpanan makanan) dan Wurung Tana (periuk tana).

Gambar 6: Katoda Kabunggur Gambar 7:Katoda Kawindu Gambar 8:Rato dan Hamayang

Katoda Praingu dipergunakan sebagai tempat untuk melaksanakan ritual

bagi kepentingan umum kampung Waiwunga. Rato atau imam agama Marapu

50

Page 15: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

akan melaksanakan hamayang diatas Katoda Praingu, dan mempersembahkan

korban seekor ayam (manu) untuk menyampaikan permohonan kabunggur (warga

kampung) kepada Marapu serta mencari tahu kehendak Marapu dengan

memeriksa hati ayam. Katoda Praingu terletak di tengah kampung. Sedangkan

Katoda Kawindu tidak jauh berbeda dengan Katoda Praingu sebagai tempat

menyampaikan permohonan dan mencari tahu kehendak Marapu. Perbedaannya

adalah Katoda Kawindu merupakan altar hamayang dan persembahan khusus bagi

masing-masing kabihu yang letaknya pada bagian timur dari setiap rumah adat

kabihu-kabihu, dan oleh karena itu dapat saja terletak di depan, samping atau

belakang rumah adat setiap kabihu. Katoda Woka (altar kebun/sawah), yaitu altar

persembahan yang terletak di kebun atau sawah. Ritual sembahyang khusus

dilaksanakan oleh Rato untuk kepentingan keberhasilan kegiatan pertanian yang

dilaksanakan dan dihindarkan dari segala hambatan dan bencana alam.17

Simbol fisik berikutnya adalah Mbola yaitu anyaman daun pandan, daun

lontar, atau rotan (iwi) yang berbentuk bulat dan dipergunakan sebagai tempat

menyimpan padi, beras, atau makanan matang seperti nasi dan lauk pauk.

Gambar9: Tanggu Marapu yang terdiri dari Mbola, Wurung Tana, Kaba Rii, Huru, dan Tanga Wahil.

Gambar 10: Tokoh Adat Habaita Hikir dari Kabihu Ratu

17 Terdapat sejumlah katoda lain yang menjadi tempat pelaksanaan sembahyang

(hamayang) sesuai kebutuhan seperti katoda padang (padang), katoda karambua (katoda

kerbau/hewan) dan sebagainya. Namun rinciandiatas adalah jenis-jenis katoda utama dan umum

yang dipergunakan oleh masyarakat Kampung Waiwunga.

51

Page 16: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Terdapat pula Wurung Tana (periuk tanah) yang terbuat dari tanah

(tempayan) dan dipergunakan untuk tempat air minum. Bagi masyarakat

Waiwunga, setiap kabihu memiliki sejumlah Mbola dan Wurung Tana yang sudah

dikhususkan secara turun temurun dan menjadi tanggu marapu (benda suci

marapu). Mbola dan Wurung Tana menjadi simbol keterwakilan setiap marga

dalam kabihu. Sebelum pelaksanaan ritual pasca panen mangejing, maka Mbola

dan Wurung tana milik marga-marga dalam kabihu akan diturunkan dari tempat

suci diatas bubungan rumah melalui suatu ritual khusus. Kedua tanggu Marapu

inilah yang menjadi bahasa undangan kepada setiap marga dalam kabihu untuk

menghadiri prosesi ritual mangejing yang akan dilaksanakan sesuai pahamang

(kesepakatan para tetua kabihu). Setiap marga wajib menghadiri dan memiliki

tanggungjawab masing-masing untuk warganya dengan membawa bahan

makanan dan lauk pauk, baik berupa padi atau beras untuk nasi, serta lauk pauk

berupa ayam atau babi. Demikian juga Wurung Tana harus diisi dengan air.

Semua pembawaan dan aktivitasnya merupakan sumbangan bagi kabihu akan

diletakkan dalam Mbola dan Wurung Tana, serta menjadi wujud kehadirannya

dan kesatuannya sebagai bagian dari kabihu. Menurut Bapak Pura Tanya dan

Bapak Diki Takanjanji, Mbola dan Wurung Tana ini adalah ikatan bagi setiap

marga dalam kabihu untuk hadir dalam hamayang mangejing. Kehadirannya akan

membuat pelaksanaan ritual pasca panen mangejing menjadi sempurna. Namun

ketidakhadiran akan menjadikan kekurangan terutama dalam hal kebersamaan

(Kahaung).18 Melengkapi kedua simbol Mbola dan Wurung Tana diatas, terdapat

18 FGD Waiwunga 24 September 2016

52

Page 17: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

pula beberapa benda suci atau tanggu marapu seperti kaba-ri (mangkok sayur),

yang terbuat dari tempurung kelapa, Hurru (sendok) yang terbuat dari kayu, dan

tanga-wahil (tempat sirih pinang). Prinsipnya bahwa kehadiran marga dalam

kabihu adalah suatu keharusan untuk mengisi, memanfaatkan benda-benda suci

tersebut sesuai tanggungjawab religius dan wujud kebersamaan sebagai bagian

dari kabihu.

3.1.2.7. Kosmologi

1). Tanah Sebagai Pusat Bumi

Berdasarkan FGD terungkap bahwa mengolah tanah merupakan

kewajiban bagi masyarakat Waiwunga untuk mengucapkan terimakasih pada Sang

Ilahi-Na Ndapa Tiki Tamu, Ndapa Nyura Ngara (Yang tidak dapat disebut dan

dipanggil namanya). Tanah (tana) dipahami sebagai daratan yang mereka injak,

tempat mereka dilahirkan, dan meneruskan kehidupan ini. Disamping itu Tana

bukan hanya daratan, juga merupakan totalitas ekosistem yang berisi makluk-

makluk dan benda-benda yang yang berada di atasnya.19

Pemahaman tentang tana ini terkait dengan keyakinan bahwa Marapu

telah berupaya mencari tanah dan memberikannya kepada mereka. Di tana inilah

sejak jaman leluhur tersebut, mereka menggantungkan kehidupan dan dapat

berkomunikasi melalui Marapu kepada Ndapa Tiki Tamu, Ndapa Nyura Ngara.

Segala sesuatu yang dilakukan dalam kaitan dengan mengolah tanah, akan diawali

dengan menyampaikan permohonan melalui sembahyang (hamayang) di atas altar

persembahan (Katoda). Tana menjadi pusat dari relasi dengan Marapu dan Yang

19 FGD Waiwunga.....2016

53

Page 18: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Ilahi serta alam semesta, atau dengan kata lain Tana menjadi proyeksi interaksi

sosial religius bagi masyarakat Waiwunga.

2). Kampung Sebagai Praingu Marapu

Kampung atau praingu menjadi simbol dari sistem kepercayaan, adat,

ekonomi, dan politik. Di dalam kampunglah sistim-sistim tersebut dijaga dan

direproduksi melalui interaksi mereka satu sama lainnya ketika berhadapan

dengan adat dan realitas sehari-hari yang menawarkan hal-hal yang baru. Hal-hal

dari alam mendapat penyesuaian dalam adat dan kepercayaan sehingga

membentuk pandangan mereka dalam membentuk kampung. Posisi rumah,

kuburan, bentuk rumah, dan aktivitas sehari-hari mengikuti arti dan makna yang

mereka temukan di alam dan menjadi proyeksi dari makna religius yang dianut.20

Gambar 11. Rumah Adat Sumba Dalam Keutuhan Fungsinya

Konstruksi rumah orang Sumba secara umum dan khususnya di kampung

Waiwunga, menggambarkan fenomena mikrokosmis dalam hal mana manusia,

makluk lainnya (ternak atau hewan) serta Marapu memiliki tempatnya masing-

masing. Dunia manusia menempati posisi tengah tepatnya di balai-balai. Dibawah

balai-balai merupakan dunia binatang. Sedangkan diatas balai-balai atau loteng

20 Jimmy Marcos Immanuel, Marapu Dalam Bencana Alam: Pemaknaan Dan Respons

Masyarakat Wunga Sumba Timur (Yogyakarta:CRCS, 2013), 139-143.

54

Page 19: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

menjadi tempat makanan. Bubungan rumah yang berada di atas loteng,

merupakan tempat Marapu yang kehadirannya ditandai oleh tanggu marapu

(benda-benda suci).

Masyarakat Waiwunga memahami kampung sebagai gambaran dari

Praingu Marapu (Kampung Marapu). Praingu Marapu merupakan tujuan akhir

perjalanan jiwa (ndewa) 21 manusia setelah meninggal. Dalam pemahaman orang

Sumba, di Praingu Marapu, jiwa (ndewa) orang yang telah meninggal melakukan

aktivitas yang sama dengan manusia yang masih hidup. Itulah sebabnya kampung

menjadi proyeksi dari kehidupan di Praingu Marapu yang dengannya manusia

yang hidup berupaya meniru kehidupan pola hidup marapu sekaligus melalui

kampung, manusia yang hidup masih terus dapat berhubungan dengan para arwah

leluhurnya di Praingu Marapu.

3.2. Ritual Pertanian Dalam Masyarakat Waiwunga

3.2.2. Jenis-jenis Ritual Pertanian Satu Musim Berocok Tanam

Jenis-jenis ritual pertanian dalam satu musim bercocok tanam dalam

masyarakat Waiwunga dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3: Ritus Pertanian Dalam Satu Musim Bercocok Tanam

21 Penyebutan jiwa bagi orang Sumba Timur dalam bentuk dua kata Ndewa-Hamangu.

ndewa adalah jiwa yang pergi ke praingu marapu, sedangkan hamangu merupakan roh yang

tinggal menetap di kampung atau dalam rumah. Sekalipun memiliki pengertian yang berbeda,

namun dalam pengucapannya seringkali digunakan bersama-sama yaitu ndewa-hamangu; Bnd.

Harun Hadiwijono, Religi Suku Murga di Indonesia, Cet.3 (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2013), 29.

55

Page 20: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa ritual-ritual pertanian

terdiri dari: Pertama, Kangguruk Handakang, Katuba Rupanjara (Bunyi guntur

dan kilat pertama kali diawal musim hujan). Ritual ini dilaksanakan sesaat setelah

mendengarkan guntur dan kilat pada awal musim hujan dengan melaksanakan

sembahyang khusus untuk mempersiapkan bibit padi dan jagung (Papuru winni

uhu, winni watar); Kedua, Katoda Ukurungu: sembahyang yang dilaksanakan di

atas katoda pada saat membawa semua bibit padi dan jagung, perlengkapan

makan dan minum serta ayam korban persembahan ke lokasi kebun atau sawah;

Ketiga, Putu Tana (mengambil tanah). Ritual ini dimaksudkan untuk membuang

jauh segala bentuk hama ditanah, hama tikus atau segala jenis binatang yang dapat

merusakkan tanaman; Keempat, Padira Wai-kombu Kandara (membatasi air dan

penyakit tanaman), merupakan ritual yang dilaksanakan untuk kesuburan tanaman

dan agar hama penyakit tanaman tidak menjadi hambatan kesuburan tanaman

tersebut; Kelima, Katoda Woka-Katiku Woka (Sembahyang di kepala kebun dan

sawah) : ritual untuk melindungi kebun atau sawah secara menyeluruh; Keenam,

Homba Pola, Hemi Kau (Seleksi) : merupakan ritual yang dilaksanakan untuk

melakukan seleksi terhadap tanaman padi atau jagung yang kurang berbuah atau

produktif. Dalam hal ini, setiap tanaman yang tidak berbuah atau kurang produktif

akan dipotong dan dibuang; Ketujuh, Pakabba (menghalalkan atau mengijinkan):

Ritual yang dibuat untuk menghalalkan tanaman jagung atau padi yang sudah bisa

dimakan. Terutama untuk tanaman jagung, tanpa ritual ini maka sekalipun jagung

muda sudah bisa dimakan, tidak diperbolehkan atau pamali untuk dimakan;

Kedelapan, Liku Mamalai, Ai Lama Jangga (tali ikat yang panjang, dan tiang

56

Page 21: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

kayu yang tinggi): ritual yang dilaksanakan untuk mengawali memetik jagung

atau memanen padi; Kedelapan, Kau Uhu Kawungang (Panen padi awal), ritual

panen padi atau jagung terbaik dari sawah dan kebun yang dipanen paling awal,

dikhususkan buat marapu (ilahi); Kesembilan, Kanjeku Kaheli (Membersihkan

balai-balai): Ritual yang dilaksanakan untuk mempersiapkan balai-balai tempat

penampungan jagung atau padi; Kesepuluh, Pamangu atau Mangejing

(Sembahyang Umum/Perjamuan) merupakan ritual puncak dari seluruh rangkaian

ritual bercocok tanam.

3.2.3. Ritus Mangejing

Berdasarkan kategorisasi ritual sesuai musim, ritus mangejing merupakan

ritual musiman masyarakat Suku Sumba yang beragama Marapu. Bagi

masyarakat Waiwunga, mangejing dilaksanakan setahun sekali pada pasca panen

untuk berterimakasih kepada Marapu karena musim bercocok tanam telah dilalui.

Mangejing juga merupakan ritual yang melegitimasi pemanfaatan uhu kawungang

(padi awal) dan menandai persiapan bekerja dalam musim bercocok tanam

berikutnya.

Berikut adalah hal-hal yang terkait dengan ritual mangejing yang

dilaksanakan oleh masyarakat Waiwunga di Desa Makamenggit, Kecamatan

Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur. 22

3.2.3.6. Pengertian Ritus Mangejing

Mangejing atau sembahyang/pemujaan merupakan ritual tahap akhir dari

seluruh rangkaian ritual keagamaan selama satu (1) tahun periode bercocok tanam

22 FGD Waiwunga ..........2016

57

Page 22: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

dalam masyarakat Sumba, untuk berterimakasih kepada Yang Ilahi atas segala

hasil yang telah diterima selama satu musim atau periode (satu tahun) bercocok

tanam maupun beternak. Mangejing merupakan salah satu ritual yang

dilaksanakan masyarakat Sumba dalam kegiatan bercocok tanam. Ritual lain yang

dilaksanakan secara periode empat (4) tahunan adalah Pamangu Langu

(Sembahyang tahun baru) yang dilaksanakan secara kolektif oleh semua kabihu

dalam satu kampung. Terdapat pula ritual Pamangu Ndewa (Penyembahan Jiwa)

yang dilaksanakan secara periode delapan (8) tahunan yang dilaksanakan dalam

skala besar oleh sejumlah kampung dan kabihu-kabihu (klan) terkait.23

Secara harafiah mangejing berarti penyembahan kepada Ilahi Tertinggi

yang disebut “Na Ndapa Tiki Tamu, Na Ndapa Nyura Ngara” (Yang tidak dapat

disebut dan dipanggil namanya). Ilahi Tertinggi “Na Ndapa Tiki Tamu, Ndapa

Nyura Ngara” sangat kudus dan suci sehingga manusia tidak layak untuk

menyebut namanya ataupun menyapa secara langsung. Oleh karena itu,

penyembahan mangejing yang dilakukan selalu menggunakan perantara dengan

Ilahi. Perantara komunikasi antara manusia dengan Ilahi Tertinggi adalah

Marapu, yang dalam pelaksanaan mangejing adalah arwah leluhur yang sudah

mati. Dengan ritual khusus, diyakini bahwa arwah leluhur akan hadir bersama-

sama dengan manusia dalam proses penyembahan kepada Ilahi.

Penyembahan ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mengadakan

pembersihan diri serta memperbaiki relasi baik relasi vertikal (dengan Ilahi)

maupun relasi horisontal dengan sesama manusia dan alam, sekaligus memohon

23 Frans Wora Hebi, Ringkiknya Sandel Harumnya Cendana, (Sumba Timur: Pemda

Kabupaten Sumba Propinsi Timur-Nusa Tenggara Timur, 2002), 54.

58

Page 23: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

perlindungan dan hasil yang semakin melimpah dari Ilahi pada periode musim

bercocok tanam yang akan dijelang. Disamping itu, mangejing juga menjadi ritual

yang menghalalkan penggunaan hasil kerja (panen) baik padi maupun jagung

yang diperoleh selama satu periode ini. Hasil kerja yang dimaksud disebut Uhu

Kawungang (padi awal) yaitu padi terbaik di sawah yang dipanen paling awal dan

dikhususkan sebagai persembahan kepada Yang Ilahi. Padi ini hanya akan

dimakan pada saat puncak pelaksanaan mangejing atau setelah pelaksanaan ritual

tersebut. Dalam beberapa penyebutan mangejing sering disebut Pamangu Kabba

(sembahyang menghalalkan) hasil panen setiap tahun, atau pamangu kawungang

(sembahyang hulu hasil) setiap tahun. Namun dalam konteks penelitian dan

tulisan ini, istilah mangejing dipakai karena merupakan istilah khusus bagi

masyarakat Kampung Waiwunga khususnya dan secara umum di wilayah Desa

Makamenggit.

3.2.2.2. Waktu Pelaksanaan Mangejing

Mangejing dilaksanakan setelah panen dan seluruh hasil panen telah

terkumpul namun belum dimasukkan ke dalam rumah besar atau Uma Bakul.

Pelaksanaannya berkisar bulan Agustus sampai September. Ketepatan waktu

pelaksanaan sangat terkait beberapa hal: Pertama, Hondu Raing (penetapan

waktu), yaitu penentuan waktu yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya

(pelaksanaan mangejing waktu yang lalu); Kedua, Gejala-gejala alam seperti

tanda bintang, atau setelah bunga pohon walakeri (dadap) bersemi; Ketiga,

Persiapan dan kesiapan pihak penyelenggara (kabihu), dalam hal pemberitahuan

59

Page 24: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

kepada anggota maupun kerabat lainnya, kesiapan dari segi ekonomi dan

perlengkapan-perlengkapan sembahyang.

Lamanya waktu pelaksanaan kurang lebih empat (4) hari. Hal ini

berkaitan erat dengan pamatu maling (malam persiapan) dalam hal mana semua

anggota kabihu dan para undangan berkumpul di tempat penyelenggaraan

mangejing atau uma bakul/uma praingu (hari pertama), penjemputan arwah

leluhur (hari kedua), pelaksanaan ritual puncak mangejing (hari ketiga), serta

pahewa (bubar) yaitu kembali ketempat tinggal masing-masing. Kampung yang

dimaksud adalah kampung utama sebagai tempat awal mula keberadaan kabihu.

3.2.2.3. Latar Belakang Pelaksanaan Mangejing

Beberapa hal yang melatar-belakangi pelaksanaan mangejing adalah

sebagai berikut: Pertama, mangejing merupakan ritual yang telah mentradisi bagi

masyarakat Waiwunga sebagai warisan leluhur yang terus dipertahankan. Dengan

tetap melaksanakan ritual mangejing, hubungan dengan yang Ilahi juga tetap

terjaga terutama dengan Marapu yang adalah arwah leluhurnya.; Kedua,

Mangejing merupakan ritual keagamaan yang terakhir dari seluruh rangkaian

ritual bercocok tanam dan beternak maupun kegiatan-kegiatan keagamaan selama

musim bertani dan beternak yang telah dilewati. Dengan demikian mangejing

merupakan ekspresi semua hubungan baik dengan Marapu sebagai perantara Ilah

Tertinggi, maupun dengan sesama manusia dan alam. Dalam mangejing, kabihu-

kabihu menyampaikan harapan dan permohonannya agar mendapatkan hasil kerja

yang berlimpah dalam usaha, serta mendoakan arwah leluhur agar mendapatkan

60

Page 25: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

tempat dan ketenangan di praingu marapu (kampung marapu);24 Ketiga,

Mangejing merupakan ritual yang mempersiapkan masa kerja bercocok tanam

berikutnya. Ritual ini akan menentukan dan menetapkan waktu-waktu

pelaksanaan kegiatan bertani, serta upacara-upacara keagamaan pada periode yang

akan datang. Diyakini bahwa manusia perlu membuat jadwal bekerja yang akan

disampaikan kepada Marapu. Pengingkaran terhadap kesepakatan ini adalah juga

pengingkaran terhadap keberadaan Marapu; Keempat, Mangejing berfungsi

menyatukan bagi masyarakat Waiwunga. Secara khusus bagi anggota kabihu,

menjadi suatu kewajiban untuk menghadiri ritual mangejing karena setiap

keluarga yang merupakan anggota kabihu, memiliki kewajiban menggunakan

periuk miliknya dengan menanak nasi bagi keluarganya. Keluarga tersebut akan

membawa sumbangan beras dan ayam atau babi sebagai lauk pauk. Kehadirannya

akan menyempurnakan pelaksanaan ritual mangejing. Ketidakhadirannya akan

mengurangi kualitas ritual yang dilaksanakan dan dapat berdampak negatif dalam

berbagai aspek baik hubungan horisontal dalam kekerabatan kabihu, maupun

terganggunya hubungan kabihu dengan Yang Ilahi; Kelima, Dalam fungsi

penyatuan tersebut, ritual mangejing mempersiapkan instrumen penyucian diri

bagi setiap anggota kabihu. Berbagai persoalan keluarga maupun kekerabatan

secara lebih luas didalam ataupun luar kabihu, diupayakan penyelesaiannya dalam

rangkaian ritual mangejing

24 Bandingkan dengan konsep Surga dalam Agama Kristen.

61

Page 26: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

3.2.2.4. Aktor Ritual Mangejing

Secara kolektif aktor dalam penyelenggaraan ritual mangejing adalah

kabihu yang bersangkutan. Sedangkan pesertanya tidak terbatas bagi warga intra

kabihu saja, melainkan juga melibatkan warga masyarakat eksternal kabihu atau

warga masyarakat umum yang memiliki hubungan kekerabatan. Secara individual

beberapa aktor yang berperan secara langung dalam pelaksanaan mangejing

adalah Rato (Imam) sebagai pengarah tahapan-tahapan dan memperjelas makna-

makna hakiki dari ritual mangejing. Disamping itu terdapat Wunang (Duta

Pelaksana) yang akan menyampaikan segala permohonan dan ungkapan-

ungkapan suci dalam mangejing kepada seorang khusus yang melaksanakan

sembahyang Mahamayang. Aktor sentral ketiga adalah Mahamayang (pendoa)

yaitu yang menyampaikan seluruh doa-doa suci sebagai permohonan atau harapan

warga kabihu yang telah dirumuskan oleh Rato dan Wunang, kepada Ilahi

tertinggi dengan perantaraan Marapu. Sedangkan para anggota kabihu memiliki

fungsi dan peran menunjang kelancaran pelaksanaan mangejing dengan kehadiran

dan kerja samanya. Kehadiran anggota kabihu adalah suatu kewajiban religius

sebagai tindakan melengkapi keberadaan benda-benda suci marapu (tanggu

marapu) menurut penamaan marga atau keluarga masing-masing dalam kabihu.

Sedangkan kerja sama yang dimaksud adalah saling memberikan sumbangan

makanan dan lauk-pauk, mengolahnya, mengisi tempayan air sesuai penamaan

marga atau keluarga dalam kabihu, ataupun bekerja sama dalam menjamu para

undangan yang hadir.

62

Page 27: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

3.2.2.5. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Mangejing

Pelaksanaan ritual mangejing secara garis besar terdiri dari tiga tahap

yaitu tahap Kanjeku Kaheli (membersihkan balai-balai), Tahap Hau Maling (Satu

malam) dan tahap Mangejing (sembahyang puncak). Pada setiap tahap

dilaksanakan sembahyang khusus sesuai dengan pokok-pokok pemujaan atau

permohonan yang ditandai dengan persembahan seekor ayam.

Gambar 12: Pemeriksaan hati ayam persembahan oleh Rato (Imam agama Marapu)

Hati ayam persembahan diperiksa oleh Rato untuk mengetahui petunjuk

Marapu tentang apakah permohonannya diterima, apakah masih terdapat

hambatan yang harus diatasi, atau kejadian-kejadian baik atau buruk, berhasil atau

gagal dalam hidup anggota kabihu pada hari-hari yang dihadapi. Hasil ramalan

atau bacaan Rato pada hati ayam, akan diberitahukan pada semua anggota kabihu.

Selanjutnya adalah deskripsi tahapan pelaksanaan ritual mangejing yang

dilaksanakan oleh masyarakat Waiwunga.

1). Tahapan Kanjeku Kaheli

Kanjeku kaheli berarti menyapu atau membersihkan balai-balai sebagai

tempat untuk meletakkan uhu kawungang (padi awal).25 Kadangkala makna

kanjeku kaheli juga dipahami sebagai pembersihan diri. Sedangkan yang

25 Padi awal yaitu padi pilihan dan terbaik yang dipanen pertama-tama.. Padi ini menjadi

padi khusus untuk dipersembahkan kepada Ilahi, dan sebelum padi ini ditumbuk, dimasak

kemudian dimakan ketika acara puncak mangejing, maka padi-padi lain yang dipanen kemudian

belum boleh dimakan.

63

Page 28: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

dimaksudkan dengan uhu kawungang adalah padi pilihan dan terbaik yang

dipanen pertama-tama. Padi ini khusus untuk dipersembahkan kepada Ilahi.

Sebelum uhu kawungang ditumbuk, dimasak kemudian dimakan pada acara

puncak mangejing, padi-padi lain yang dipanen belakangan belum boleh dimakan.

Mengawali hamayang kanjeku kaheli, terdapat tiga tahapan awal yang

harus ditempuh yaitu: Pertama, Kau Uhu Kawungang (panen padi awal)

dilakukan dan padi awal tersebut dibawa ke balai-balai rumah besar (Uma Bakul);

Kedua, Pauhing (pertemuan atau perundingan), merupakan langkah penyamaan

persepsi oleh kabihu yang bersangkutan untuk menyiapkan segala sesuatu bagi

kelancaran pelaksanaan upacara. Dalam tahap ini para tetua kabihu akan

mengutus orang untuk menyampaikan undangan kepada seluruh anggota kabihu

yang jauh maupun dekat, yang berdomisil di kampung ataupun yang dikebun dan

tempat-tempat lainnya guna menghadiri ritual mangejing yang akan dilaksanakan.

Pada saat inilah Rato (Imam) akan melaksanakan hamayang (sembahyang)

khusus untuk menurunkan semua tanggu marapu (Mbola dan periuk serta benda-

benda suci lainnya) yang merupakan milik keluarga-keluarga kabihu sebagai

perangkat memasak. Tanggu Marapu tersebut hanya boleh dipergunakan oleh

yang namanya disebut sebagai pemilik; Ketiga, tahap hawari (pembersihan diri),

yaitu tahap bagi seluruh anggota kabihu yang bersangkutan untuk mengakui

segala kesalahan atau penyimpangan dalam kehidupannya yang telah dilakukan.

Tahap hawari inilah yang melayakkan seseorang untuk terlibat secara langsung

dalam upacara yang suci ini.

64

Page 29: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Setelah keseluruhan langkah ini ditempuh, barulah upacara penyembahan

pertama atau Hamayang Kanjeku Kaheli dilaksanakan. Dalam penyembahan

pertama ini, dikurbankanlah dua (2) ekor ayam sebagai kurban persembahan yang

mengaminkan dua (2) pokok doa yang dinaikkan. Pertama, Manu Waimaringu

(ayam penyucian), yaitu ayam persembahan sebagai tanda syukur atas semua hasil

yang sudah didapat, dan untuk menolak bala atas makanan serta hasil kerja yang

telah didapat selama satu musim bercocok tanam; Kedua, Manu Kanjeku Kaheli

(ayam pembersih balai-balai), diperuntukkan agar makanan yang telah didapat

menjadi suci, sehingga layak ditempatkan di tempat yang bersih (balai-balai), dan

juga simbol pengakuan salah bagi warga kabihu agar layak mengikuti keseluruhan

proses mangejing.

Bersamaan dengan dikurbankannya dua ekor ayam persembahan

di dalam rumah besar (Uma Bakul), di halaman depan rumah besar juga

dikorbankan dua (2) ekor babi. Babi pertama dimaksudkan sebagai kurban

persembahan yang akan merangkum dan menghantar seluruh permohonan

manusia (kabihu) kepada Ilahi Tertinggi. Sedangkan yang seekor lagi adalah

untuk makan bersama bagi semua warga yang hadir.

2). Tahap Hau Maling

Hau Maling berarti satu malam. Satu malam yang dimaksudkan adalah

hitungan malam sesudah uhu kawungang (padi awal) diletakkan di balai-balai

Uma Bakul, dan satu malam arwah leluhur diyakini telah berada di Uma Bakul.

Pelaksanaan sembahyang Hau Maling dilakukan setelah beberapa tahap awal:

Pertama, Bai Uhu Kawungang (Menumbuk Padi Awal). Padi awal diyakini belum

65

Page 30: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

tercemar serta telah disucikan, ditumbuk dan akan dimasak untuk persembahan

kepada Ilahi lewat Marapu arwah orang mati. Padi ini ditumbuk oleh para

perempuan yang masih gadis (suci) sejumlah delapan (8) orang sesuai dengan

jumlah Marapu arwah orang mati yang akan dibangkitkan, serta permohonan-

permohonan suci yang akan disampaikan nanti.

Kedua, Pahadang Ndewa Mameti (Membangkitkan arwah orang Mati).

Setelah padi awal ditumbuk sebagai persiapan sesajian, maka arwah leluhur yang

sudah mati (Marapu) harus dibangkitkan dan dijemput masuk ke dalam rumah

besar (uma bakul). Dengan terlebih dahulu melakukan sembahyang, maka Rato

dan Wunang akhirnya menghantar para penjemput sejumlah delapan (8) orang

yang menunggang kuda untuk melakukan penjemputan arwah. Para penjemput

pergi ke kuburan leluhur dan menaburkan sirih-pinang di atas kuburan/lokasi

kuburan. Sesudah itu para penjemput kembali ke rumah besar dengan membawa

arwah leluhur yang dalam keyakinan mereka telah mengikuti ke kampung adat

atau uma bakul (rumah besar). Ketika para penjemput tiba di kampung, seluruh

warga kampung menjemput arwah leluhurnya dengan cara mengisi dan

menyajikan sirih pinang pada delapan (8) tempat sirih pinang milik leluhurnya.

Peristiwa penjemputan ini menandakan bahwa arwah leluhur yang sudah mati

diyakini telah berada dalam rumah besar bersama-sama dengan warga kabihu

untuk melakukan sembahyang puncak dari pengucapan syukur ini.26

Ketiga, Hamayang Katoda Kawindu (Sembahyang di Altar Pengusir Bala

dan Hambatan). Sembahyang ini dimaksudkan untuk mengusir seluruh hambatan

26 Angka delapan (8) dalam jumlah penjemput dan tempat sirih pinang adalah simbol

keepercayaan kepada para leluhur yang melelui delapan (8) lapis langit seperti digambarkan pada

bagian berikutnya dalam Bab IV.

66

Page 31: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

dan tantangan yang menyertai para Marapu maupun hambatan-hambatan bagi

kelancaran tahapan ritual selanjutnya.

Setelah ketiga langkah ini dilaksanakan, tibalah pada puncak acara dari

tahap ini yaitu Hamayang Hau Maling. Hamayang Hau Maling dilaksanakan

dengan urutan-urutan yang sama dengan Hamayang Kanjeku Kaheli, namun

memiliki pokok-pokok doa yang berbeda. Dalam Hamayang Hau Maling,

terdapat empat (4) pokok doa yang mana setiap doa selalu diaminkan dengan

penyembelihan atau pengurbanan seekor ayam. Penyebutan nama ayam pada

tahap ini sekaligus penyebutan pokok doa atau permohonan:

Pertama, Manu Waimangiru (Ayam Ucap Syukur) adalah ayam kurban

yang menjadi simbol dari ucapan terimakasih dan permohonan masyarakat kabihu

agar segala yang dilakukannya disucikan atau dilayakkan oleh Na Ndapa Tiki

Tamu, Na Ndapa Nyura Ngara.

Kedua, Manu Hau Maling (Ayam Satu Malam), merupakan ayam kurban

sebagai simbol bahwa pelaksanaan hamayang mangejing telah melalui satu

malam, yang juga berarti bahwa arwah para leluhur dan Uhu Kawungang (padi

awal) telah berada satu malam ditengah-tengah masyarakat kabihu.

Ketiga, Manu Pari Njoru Muru, Winu Mbata Dita (Ayam untuk padi

yang mati muda, dan pinang mudah yang patah pucuk). Ayam ini merupakan

simbol doa yang dinaikkan oleh masyarakat kabihu bagi sanak saudaranya kaum

kerabatnya yang telah meninggal dunia pada usia muda

Keempat, Manu Meti Madangu (Ayam untuk kematian umum).

Merupakan ayam kurban bagi semua keluarganya, ataupun yang memiliki kaitan

67

Page 32: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

keluarga yang telah meninggal tetapi sudah tidak diketahui lagi namanya dan

lokasi kuburannya.

3). Tahap Puncak Mangejing

Tahapan ini adalah tahapan penutupan dari keseluruhan ritual

keagamaan dalam bidang pertanian selama satu musim bercocok tananam atau

dalam satu tahun. Dengan dipimpin oleh Rato (Imam), Wunang (Duta Pelaksana)

Mahamayang (pendoa), serta dihadiri oleh seluruh anggota kabihu, hamayang

Mangejing dilaksanakan. Dibawah arahan Rato, Wunang menyampaikan seluruh

permohonannya kepada Mahamayang, untuk selanjutnya oleh Mahamayang

seluruh permohonan dan doa (Kalarat Marapu) dinaikkan kepada Ilahi dengan

perantara Marapu. Permohonan yang dinaikkan dalam tahap ini dapat dilihat

dalam jumlah ayam sekaligus penanda dari pokok-pokok permohonan itu:

Pertama, Ina Manu (Ayam utama), adalah seekor ayam kecil yang

diyakini masih suci dan menjadi ayam kurban utama yang menuntun seluruh

permohonan kepada Ilahi.

Kedua, Manu Hondu Raing (Ayam Pengikat/Penentu Waktu). Ayam ini

merupakan simbol dari perjanjian manusia untuk melaksanakan segala titah Ilahi

dalam kehidupannya selama ia bekerja, serta permohonan manusia untuk

ketepatan waktu kerja dan musim untuk masa bercocok tanam berikutnya.

Ketiga, Manu Ndewa Njara (Ayam untuk Harta Benda dan Kekayaan),

ayam ini merupakan simbol permohonan kesejahteraan ekonomi kepada Ilahi.

Keempat, Manu Luku La Mananga (Ayam Bagi Arwah Banyak Orang),

adalah ayam simbol bagi arwah banyak orang yang telah meninggal di laut atapun

68

Page 33: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

di sungai, danau serta tempat-tempat berair, agar dilapangkan jalannya menuju ke

negeri Marapu sehingga dapat tiba tanpa hambatan.

Kelima, Manu Papa Uhu (Ayam sebagai lauk atau pendamping nasi),

merupakan ayam kurban yang diharapkan mendapat berkat dari Ilahi agar dapat

menjadi lauk pauk dalam kehidupan masyarakat Kabihu.

Seluruh permohonan ini disampaikan kepada Ilahi Tertinggi melalui

Marapu dan dirangkum menjadi satu dengan kurban dua ekor babi sebagai

penghantar permohonan doa-doanya. Setelah sembahyang mangejing ini selesai,

barulah uhu kawungang (padi awal) dimasak untuk dimakan. Hal ini merupakan

pertanda bahwa segala makanan yang didapat selama satu musim periode bekerja

telah dapat dimanfaatkan dengan bebas. Berakhirnya mangejing merupakan

langkah awal bagi periode kerja yang baru, sebab seluruh tatanan waktu telah

diatur, dan siap untuk melaksanakan kerja dimusim bercocok yang baru.

3.2.2.6. Cuplikan Doa Suci: Kalarat Marapu

Doa suci atau Kalarat Marapu yang dinaikkan oleh masyarakat Kabihu

melalui Rato dan Wunang dalam rangkaian ritus mangejing, disesuaikan dengan

tahapan masing-masing ritual mangejing ini. Namun dalam kepentingan untuk

mengetahui muatan doa suci dalam acara mangejing, penulis hanya melakukan

terjemahan yang bersifat umum. Artinya bahwa tidak menterjemahkan setiap kata

atau kalimat dalam alur dan alunan doa suci, tetapi hanya cuplikan inti secara

substansial saja. Hal ini dilakukan disamping kesulitan tempat untuk menampung

semua kalimat doa yang diucapkan, tetapi juga mengingat bahwa doa-doa yang

dilakukan pada setiap tahap selalu mengandung beberapa pengulangan dari doa

69

Page 34: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

yang dinaikkan pada tahapan sebelumnya. Berikut ini adalah muatan doa yang

dapat dipaparkan dalam bentuk terjemahan umum:

Doa Suci Kanjeku Kaheli

Mahamayang o..o! (Yang akan berdoa o..o..!)..sebanyak 4 kali.

Adalah benar bahwa semalam telah disepakati, dan pada siang hari ini kita

mulai menjalankan sembahyang. Karena itulah kita telah menjalankan

undangan sejak kemarin dan waktu-waktu lalu untuk menyamakan tekad

dalam melaksanakan sembahyang. Sehingga dengannya kuda tidak dapat

melewati, dan anjing tidak dapat melompati. Biarlah kami membersihkan

balai-balai hingga beras yang segenggam, dan pinang yang sedikit dapat

dipersembahkan dengan sebenarnya. Karena itulah kita menjalankan

sembahyang...wahai yang akan berdoa..!

Doa Suci Hau Maling

Ma Hamayang o...o...! (sebanyak 4 kali)

Adalah benar, setelah masuk dalam perundingan bersama, dan telah

mengetahui maksud dan tujuan, biarlah semua berlalu satu malam dulu

sebelum kita melaksanakan sembahyang. Biarlah agar Yang Ilahi

mengetahui waktunya, bahwa sesudah malam berselang, dan tiba pada siang

hari, itulah saatnya untuk melaksanakan sembahyang. Karena itulah kita

bersepakat semalam wahai Yang akan berdoa!

Doa Suci Mangejing (Sembahyang Puncak)

Ma Hamayang o...o (4 kali)

Sungguh benar bahwa kita telah berada di pagi hari sesudah diselangi

malam yang telah kita sepakati bersama. Kini kita telah menyiapkan ayam

kurban, dan sirih pinang di loteng untuk Marapu, serta sirih pinang di balai-

balai untuk manusia. Apabila kita mengatakan bahwa ayam dan sirih pinang

telah siap, itu merupakan seruan pemberitahuan kepada Ilahi Tertinggi (Na

Ndapa Tiki Tamu, Na Ndapa Nyura Ngara) melalui cermin di air dan

bayangan di darat.

Ma Hamayang o...o..!

Walaupun tidak sesuai dengan tata cara sebenarnya, namun kami buat

sekedarnya. Kami sudah menyiapkan kawadak hawala (keratan emas murni)

sebagai tanda syukur, dan induk ayam yang akan meneruskan kepada Ilahi

Tertinggi. Karena itulah kami membiarkan kuda melanggar dan anjing

melompati pada waktu sirih bertunas muda dan pinang yang telah dapat

dibelah dua. Dengan demikian tidak bisa dilanggar lagi kesepakatan bersama, ibarat jagung yang diikat satu, serta bulirnya tidak terpisah dari barisan butir dan tongkolnya. Kiranya maksud dan tujuan ini sampai kepada Puncak Yang Tertinggi, wahai Yang akan berdoa!

70

Page 35: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

Doa Suci Mangejing (Sembahyang puncak)

Ma Hamayang o..o..!

Ketahuilah Yang berdoa! Ayam telah siap dan nasi telah matang. Juga

pahapa (sirih pinang) di loteng dan balai-balai telah siap. Kini nyatakanlah

kepada Ilahi Tertinggi, ketika tiba bulan memakan nasi dan tahun makan

sirih, yang segenggam dan yang setempurung biarlah sampai kepada Yang

Ilahi.Untuk itu kami mengikat satu harapan agar tahun mendatang sama

dengan sekarang ini, agar di tahun yang akan datang apabila saya menanam

di kebun, tabur di ladang, di tempat nasi dan tempat minum, saya

mendapatkan yang sama dengan sekarang ini; yaitu jagung yang besasr dan

padi yang bermayang panjang, yang tidak merana baik di pinggir maupun di

tengah, sehingga dengan demikian kami tidak lupa bulan makan nasi, dan

tahun makan sirih pinang. Untuk itulah kami melakukan sembahyang ini.

Ho....Ma Hamayang o...o...!

Sungguh benar ayam penentu waktu, sehingga dengan pasti kami

menentukan, biarlah supaya tepat ketika kami menabur di depan maupun di

belakang, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Untuk itulah

kami mempersembahkan satu keratan emas murni dan satu ekor ayam agar

mendapatkan curahan berkat dan menjadi sejahtera. Kami

mempersembahkan satu ekor ayam khusus untuk perkembangbiakkan kuda

(Manu Ndewa Njara), agar Yang Tertinggi melambaikan tanganNya, dan

memberikan mas, perak, kuda, keturunan dan kejayaan.

Biarlah ayam yang seekor ini, dan keratan emas menjadi makanan dan

minumanNya. Untuk itulah kami berjanji dengan pasti untuk menjaga tidak

seperti pintal tali yang dilanggar kuda, dan dilompati anjing, agar baik di

sungai dan di laut, dan embun gunung akan menyuburkan tanaman,

mengembangbiakkan ternak kita. Walaupun tatacara ini tidak beraturan,

biarlah dijelaskan oleh orang yang disewa – Kataka Pakahewa-

Mahamayang (Yang berdoa), sehingga Ilahi membenarkan urutan-

urutannya.

Ma Hamayang o..o..!

Telah ada keratan emas! Biarlah arwah-arwah yang telah mati mendapatkan

tidur yang nyaman untuk tempat berbaringnya. Untuk itu kami menyiapkan

keratan emas dan 1 ekor babi untuk makan nasi dan minum air bagi Yang

Ilahi.

Kini tibalah kita memberikan makan keratan emas dan 1 ekor babi kepada

arwah leluhur Mbiara Mbahu yang belum pernah diberi makanan sehingga

hidupnya merana. Kami memberi makanan sekarang ini agar arwah si mati

tidak merana, dan dapat tiba di negeri Marapu tanpa hambatan serta dapat

melihat yang ditinggalkannya (cucu, cicit, semua keluarganya) baik yang

susah maupun yang senang. Babi dan keratan emas juga untuk semua cucu,

cicit yang telah mati, jangan ditangisi, biarlah arwah si mati dalam

pangkuan nenek dapat makan bersama dan tidak menjadi beban bagi yang

hidup.Juga bagi orang di rumah lain (kerabat) yang mati muda, supaya

dengan tata cara ini mereka dapat bersatu dan makan bersama. Biarlah

71

Page 36: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

didengar oleh Marapu bahwa kita sudah bersepakat tentang 5 ekor ayam dan

1 ekor babi serta keratan emas murni.

Oleh karena Yang Berdoa (Kataka Pakahewa-Mahamayang) dapat saja

melakukan kesalahan dalam tata cara Marapu ini, maka tanda mohon maaf

kami adalah keratan emas. Kiranya Marapu membenarkannya!

Ma Hamayang o...o...4 kali!

3.3. Hambatan Pelaksanaan Ritual Mangejing Tahun 2016

Perlu pula dikemukakan bahwa berdasarkan FGD 24 September 2016,

para tokoh adat kampung Waiwunga mengatakan bahwa pelaksanaan ritual

mangejing untuk tahun 2016 sedang dirundingkan. Terdapat keraguan apakah

dapat dilaksanakan atau tidak. Beberapa persoalan yang menjadi hambatan

adalah: Pertama, pekerjaan pembangunan uma bakul (rumah besar) sebagai pusat

kegiatan adat istiadat dan keagamaan masih dalam proses. Rampungnya pekerjaan

ini terkait dengan belum cukupnya ketersediaan bahan-bahan rumah terutama

bahan lokal kayu. Kedua, kurangnya kesiapan secara ekonomis yaitu bahan

makan dan minum, terutama diakibatkan gagal panen yang sudah terjadi dalam

beberapa tahun terakhir. Kegagalan panen terjadi akibat curah hujan yang tidak

menentu serta perubahan iklim yang ekstrim. Jikalau mangejing yang

dilaksanakan berskala besar, konsekwensinya jumlah orang yang berkumpul pasti

banyak karena bukan hanya dari kalangan kabihu atau warga kampung Waiwunga

saja, namun juga melibatkan kabihu-kabihu lain diluar kampung Waiwunga.

Ketiga, kondisi musim hujan yang tidak pasti sehingga kebanyakan masyarakat

Waiwunga sebagai petani perlu mengantisipasi musim dengan sedini mungkin

mempersiapkan lahan kebun maupun sawah. Pekerjaan persiapan tersebut

sekarang terintegrasi dengan jadwal kerja kelompok-kelompok tani yang

dikoordinir oleh Pemerintahan Desa Makamenggit. Sementara kegiatan

72

Page 37: BAB III RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA … · 2017. 12. 18. · BAB III. RITUAL MANGEJING DALAM MASYARAKAT WAIWUNGA. 3.1. Gambaran Umum. 3.1.1. Desa Makamenggit. Desa

kelompok-kelompok tani tidak sebatas hanya bekerja di sawah atau kebun saja,

namun juga berisi agenda-agenda rapat, pertemuan, dan pelatihan berkenaan

dengan berbagai implementasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Konfirmasi terakhir yang dilakukan kepada Bapak Pura Tanya selaku

tokoh adat,27 memastikan bahwa ritual mangejing untuk tahun 2016 tidak

dapat dilaksanakan dengan latar belakang kendala seperti yang sudah

dicantumkan di atas. Dalam kenyataan bahwa hambatan seperti ini sudah

terjadi dalam tiga tahun terakhir diakibatkan kendala-kendala seperti tercatat

diatas.

27 Wawancara melalui Telphon pada tanggal 8 Nopember 2016

73