bab iii metodologi penelitian a. 1. tempat penelitian 2 ... · definisi operasional variabel dari...
TRANSCRIPT
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai tanggal
19 Februari – 18 April 2013. Pelaksanaan perlakuan selama 8 minggu dengan
frekuensi 3 kali dalam seminggu. Pertemuan dilaksanakan pada hari Senin,
Rabu dan Jumat selama 90 menit tiap pertemuan dan dilaksanakan pada sore
hari jam 15.00 s.d. 16.30 WIB.
Secara keseluruhan pertemuan dilaksanakan sebanyak 24 kali
pertemuan dengan pertemuan awal untuk pelaksanaan pretes dan akhir
pertemuan untuk postes, sehingga untuk pelaksanaan program latihan sebanyak
22 kali pertemuan. Secara terperinci mengenai perencanaan waktu tersebut
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
B. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh variabel
bebas, latihan plaiometrik double leg bound, alternate leg bound, dan
incrimental vertical hop dengan menyertakan variabel rasio tinggi badan dan
panjang tungkai sebagai variabel yang ikut diteliti. Latihan plaiometrik
69
70
sebagai variabel manipulatif, sedangkan rasio tinggi badan dan panjang
tungkai sebagai variabel atributif.
Menurut Stephen Isaac dan William B. Michael (1984 : 52) tujuan penelitian
eksperimen adalah untuk mencari kemungkinan hubungan sebab-akibat
dengan menyingkap satu atau lebih kelompok eksperimen dengan satu atau
lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasil terhadap satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Donald Ary yang diterjemahkan oleh Arief Furchan (2007 : 39)
bahwa penelitian eksperimental adalah suatu penyelidikan ilmiah yang
menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel
bebas serta mengamati variabel terikat, untuk melihat perbedaan yang sesuai
dengan manipulasi variabel-variabel bebas tersebut. Menurut Ormrod (2008 :
12) studi eksperimental adalah studi yang di dalamnya para peneliti mengubah
atau mengontrol beberapa aspek lingkungan atau variabel bebas, dan
kemudian mengukur dampak perubahan tersebut terhadap variabel terikat.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, dipilihlah metode eksperimen.
Rancangan penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial 3 X 3. Menurut
Donald Ary (2007 : 387), dalam desain faktorial, dua atau lebih variabel
dimanipulasi secara simultan untuk menyelidiki pengaruh masing-masing
terhadap variabel terikat, di samping juga pengaruh-pengaruh yang disebabkan
oleh interaksi antara beberapa variabel itu.
71
Untuk keperluan analisis, rancangan penelitian ini dibagi dalam
blok-blok, yang berisi sampel dengan jumlah yang sama, yaitu 10 mahasiswa
dan bersifat homogen. Secara skematis, rancangan penelitian digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Rancangan Faktorial 3 x 3
Variabel Atributif
Variabel Manipulatif
Rasio Tinggi Badan : Panjang
Tungkai
(B)
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Latihan
Plaiometric
(A)
Double Leg
Bound
(a1)
a1b1 a1b2 a1b3
Alternate
Leg Bound
(a2)
a2b1 a2b2 a2b3
Incrimental
Vertical
Hop (a3)
a3b1 a3b2 a3b3
Keterangan :
A = Latihan Plaiometric
a1 = Latihan Double Leg Bound
a2 = Latihan Alternate Leg Bound
a3 = Latihan Incrimental Vertical Hop
72
B = Rasio Tinggi Badan : Panjang tungkai
b1 = Rasio tinggi badan : panjang tungkai “tinggi”
b2 = Rasio tinggi badan : panjang tungkai “sedang”
b3 = Rasio tinggi badan : panjang tungkai “rendah”
a1b1 = Kelompok Latihan Double Leg Bound dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “tinggi”
a1b2 = Latihan Double Leg Bound dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“sedang”
a1b3 = Latihan Double Leg Bound dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“rendah”
a2b1 = Kelompok Latihan Alternate Leg Bound dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “tinggi”
a2b2 = Kelompok Latihan Alternate Leg Bound dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “sedang”
a2b3 = Kelompok Latihan Alternate Leg Bound dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “rendah”
a3b1 = Kelompok Latihan Incrimental Vertical Hop dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “tinggi”
a3b2 = Kelompok Latihan Incrimental Vertical Hop dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “sedang”
a3b3 = Kelompok Latihan Incrimental Vertical Hop dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai “rendah”
73
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas
(independent) dan satu variabel terikat/tergantung (dependent) dengan
perincian sebagai berikut :
1. Variabel bebas
a. Variabel manipulatif, yaitu : Metode latihan Plaiometric yang terdiri dari
tiga level:
1) Latihan Plaiometrik Double Leg Bound
2) Latihan Plaiometrik Alternate Leg Bound.
3) Latihan Plaiometrik Incrimental Vertical Hop.
b. Variabel atributif, yaitu rasio tinggi badan : panjang tungkai yang terdiri
dari tiga level, yaitu :
1) rasio “tinggi”
2) rasio “sedang”
3) rasio “rendah”
2. Variabel terikat/tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah prestasi lompat jangkit
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari masing-masing variabel penelitian perlu
dijelaskan agar supaya tidak menimbulkan bias dan penafsiran yang berbeda.
74
1. Metode
Berasal dari kata meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi
metode adalah cara kerja bersistim untuk mempermudah jalan yang harus
dilalui untuk mencapi suatu tujuan
2. Latihan Plyometrics Double Leg Bound.
Bounding merupakan latihan yang menekankan pada loncatan untuk
mencapai ketinggian maksimum dan juga jarak horisontal (Radclife and
Farentinos, terjemahan oleh Furqon dan Muchsin, 2002 : 12). Latihan Double
Leg Bound merupakan salah satu jenis latihan plaiometrik yang dilakukan
dengan menggunakan tumpuan dua kaki secara bersamaan. Latihan ini
dilakukan dengan cara posisi awal half-squat, lengan berada di samping
badan, bahu condong ke depan, kemudia meloncat ke depan atas dengan cara
melakukan ekstensi pinggul dan lengan di dorong ke depan atas, kemudian
mendarat dengan kedua kaki dan mengeper. Setelah itu kembali ke posisi
awal untuk melakukan bounding berikutnya (Radclife and Farentinos,
terjemahan oleh Furqon dan Muchsin, 2002 : 28).
3. Latihan Plyometrics Alternate Leg Bound
Latihan Alternate Leg Bound merupakan salah satu jenis latihan
plaiometrik dilakukan dengan menggunakan tumpuan satu kaki secara
bergantian. Latihan ini dilakukan dengan cara posisi awal berdiri dengan
salah satu kaki di depan, lengan rileks di samping, kemudian melakukan
lompatan ke depan atas dengan menggunakan tolakan tungkai belakang.
3. Latihan Plyometrics Incrimental Vertical Hop
75
Latihan plaiometrik jenis ini membutuhkan peralatan pipa karet atau
tali dengan panjang kira-kira 15 kaki (sekitar 4,5 meter). Ujung tali diikat
pada dinding atau tongkat dengan ketinggian kira-kira 4 kaki, sedangkan
ujung lainnya diikatkan pada cone (kerucut), ban, atau benda lain yang dapat
bergerak, dan diletakkan di permukaan tanah.
Latihan ini diawali dengan sikap berdiri rileks, menghadap ke dinding,
pada sisi ujung tali yang terendah, kedua lengan ditekuk untuk membantu
gerakan mengangkat tubuh. Gerakan selanjutnya adalah meloncat dengan
tumpuan kedua kaki, ke arah depan dan belakang dengan melewati tali, kedua
tungkai ditekuk, lutut diangkat ke arah dada. Latihan ini dilakukan 3 – 4 set,
dengan jumlah ulangan sebanyak mungkin, dengan waktu istirahat antar set
selama 1-2 menit.
4. Rasio Tinggi Badan : Panjang tungkai
Rasio antara tinggi badan dan panjang tungkai merupakan
perbandingan ukuran antara tinggi badan dengan panjang tungkai. Tinggi
badan diukur dengan alat stadiometer. Dimensi tinggi badan diukur dengan
cara berdiri tegak sikap anatomis, mulai ujung atas kepala sampai telapak
kaki, atau lantai tempat kaki berpijak. Panjang tungkai diukur dari Spina
Iliaca Anterior Superior sampai telapak kaki bagian bawah. Panjang tungkai
diukur dengan menggunakan stadiometer. Hasil antara tinggi badan dan
panjang tungkai merupakan rasio tinggi badan : panjang tungkai. Rasio tinggi
diperoleh apabila hasil baginya besar. hal ini bisa diperoleh jika tinggi
badannya “tinggi”, sedangkan ukuran tungkai “pendek”. Rasio rendah
76
diperoleh apabila hasil bagi antara tinggi badan dan panjang tungkai “kecil”
atau rendah. Hal ini bisa diperoleh jika ukuran tinggi badan “pendek” ,
sedangkan ukuran tungkai „panjang”. Rasio sedang berada antara rasio tinggi
dan rasio rendah.
5. Prestasi Lompat Jangkit
Prestasi adalah kemampuan nyata yang dicapai oleh individu dari
suatu kegiatan atau usaha,baik dari dalam atau luar individu.Prestasi lompat
jangkit adalah hasil atau jauhnya lompatan terbaik pada tes lompat jangkit.
Tes ini diberikan pada akhir program latihan setelah mahasiswa
menyelesaikan seluruh program latihan. Dalam tes lompat jangkit ini setiap
mahasiswa mendapat tiga kali kesempatan (trial) lompat. Hasil lompatan
terbaik dijadikan sebagai skor tes, dengan satuan pengukuran sampai
seperseratus meter.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Semua anggota populasi memiliki
karakteristik yang sama yaitu :
1. Semua anggota populasi merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, FKIP, Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta.
77
2. Semua anggota populasi berumur antara 19 tahun sampai dengan 24
tahun.
3. Semua anggota populasi berjenis kelamin laki-laki.
2. Sampel
Sampel penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari mahasiswa
putra jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang pada tahun akademik
2012/2013 masih berstatus sebagai mahasiswa aktif (masih aktif menempuh
kuliah). Dari seluruh populasi kemudian sampel penelitian yang dipilih secara
acak sebanyak 90 mahasiswa. Dari sampel yang terpilih ini kemudian
dilakukan pengukuran timnggi badan dan panjang tungkai. Setelah itu
dihitung rasio antara tinggi badan dan panjang tungkai. Kemudian dilakukan
sorting atau perankingan mulai dari rasio tertinggi sampai rasio terendah.
Berdasarkan rasio tinggi badan : panjang tungkai, dibuat pengelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok rasio tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan telah dilakukan penggolongan berdasarkan rasio tinggi badan :
panjang tungkai, maka diperoleh tiga kelompok sampel penelitian, yaitu :
Pertama kelompok yang terdiri dari para mahasiswa yang memiliki rasio
tinggi badan : panjang tungkai “tinggi”. Kelompok ini terdiri dari 30
mahasiswa.
Kedua kelompok yang terdiri dari para mahasiswa yang memiliki rasio tinggi
badan : panjang tungkai “sedang”. Kelompok ini terdiri dari 30 mahasiswa
78
Ketiga kelompok yang terdiri dari para mahasiswa yang memiliki rasio
tinggi badan : panjang tungkai “rendah”. Kelompok ini terdiri dari 30
mahasiswa
Tahap berikutnya adalah membagi masing-masing kelompok sampel
di atas dengan cara random (acak) menjadi tiga sub kelompok (sel) dengan
jumlah yang sama, yaitu masing-masing terdiri dari 10 siswa. Dengan
diadakannya pembagian kelompok-kelompok ke dalam sel-sel, maka sekarang
terdapat sembilan sel, yang masing-masing terdiri dari 10 siswa. Hasil akhir
dari pengelompokkan ini adalah :
1) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“tinggi”, dengan perlakuan latihan double leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
2) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“tinggi”, dengan perlakuan latihan alternate leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
3) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“tinggi”, dengan perlakuan latihan incrimental vertical hop, sebanyak 10
mahasiswa.
4) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“sedang”, dengan perlakuan latihan double leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
79
5) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“sedang”, dengan perlakuan latihan alternate leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
6) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“sedang”, dengan perlakuan latihan incrimental vertical hop, sebanyak 10
mahasiswa
7) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“rendah”, dengan perlakuan latihan double leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
8) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“rendah”, dengan perlakuan latihan alternate leg bound, sebanyak 10
mahasiswa.
9) Kelompok mahasiswa dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai
“rendah”, dengan perlakuan latihan incrimental vertical hop, sebanyak 10
mahasiswa
80
Skema penarikan sampel dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Skema Penarikan Sampel
Rasio Tinggi badan :
panjang tungkai
Rasi
o T
inggi
20 m
ah
asi
swa
Rasi
o S
edan
g
20 m
ah
asi
swa
Rasi
o R
end
ah
20 m
ah
asi
swa
Perlakuan
Double Leg Bound (RT-DLB)
10 mahasiswa
Alternate Leg Bound (RT-ALB)
10 mahasiswa
Incrimental Vertical Hop (RT-IVH)
10 mahasiswa
Double Leg Bound (RS-DLB)
10 mahasiswa
Alternate Leg Bound (RS-ALB)
10 mahasiswa
Incrimental Vertical Hop (RS-IVH)
10 mahasiswa
Double Leg Bound (RR-DLB)
10 mahasiswa
Alternate Leg Bound (RR-ALB)
10 mahasiswa
Incrimental Vertical Hop (RR-IVH)
10 mahasiswa
81
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua macam data yang dibutuhkan sesuai dengan
variabel-veriabel yang diteliti, yaitu :
1. Rasio Tinggi Badan : panjang tungkai
2. Data Prestasi Lompat jangkit
Untuk dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan maka diperlukan teknik
pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah teknik tes dan pengukuran. Teknik tes diperlukan untuk
memperoleh data mengenai prestasi lompat jangkit, sedangkan teknik pengukuran
dipergunakan untuk memperoleh data panjang tungkai.
1. Pengukuran Tinggi Badan
Mahasiswa berdiri tegak, dengan menggunakan stadiometer, ukur panjang
atau jarak dari ujung atas kepala sampai telapak kaki. Catat hasilnya sampai
sepersepuluh centimeter terdekat
2. Pengukuran Panjang Tungkai
Mahasiswa berdiri tegak, dengan menggunakan stadiometer, ukur panjang
atau jarak dari Spina Iliaca Anterior Superior sampai telapak kaki. Catat
hasilnya sampai sepersepuluh centimeter terdekat.
3. Tes Lompat Jangkit
Data ini diperoleh dengan melakukan tes Lompat tinggi menggunakan
peraturan dari PASI. Data diambil pada akhir pertemuan atau sesudah
perlakuan berakhir, dengan kesempatan melakukan sebanyak tiga kali. Hasil
82
lompatan yang terbaik dipakai sebagai data sampel. Petunjuk pelaksanaan
tes terlampir.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai perbedaaan pengaruh (main effect) dan
interaksi (interaction) adalah dengan menggunakan teknik Analisis
Variansi (ANAVA) Dua Jalan atau Analisis of Varians (ANOVA) Two
Way (Isaac, Stephen & Mitchel, William B., 1984 : 182). Untuk dapat
menggunakan ANAVA, maka perlu dilakukan uji persyaratan yang
meliputi :
a. Uji Normalitas.
Pengujian ini dilakukan terhadap setiap sel untuk mengetahui
apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan
adalah statistik Anderson-Darling ( pendekatan grafik ) yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan software MINITAB
(Siswandari, 2009 : 202).
b. Uji Homogenitas Variansi
Tujuan pengujian ini adalah untuk menaksir selisih rata-rata dan
menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-rata. Perlu ditekankan
adanya asumsi bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang
sama agar kegiatan menaksir dan menguji dapat berlangsung. Untuk
83
menghitung uji homogenitas digunakan rumus uji Bartlett pada taraf
signifikansi α = 0.05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika
X2
h < X2
t padataraf signifikansi α = 0.05 yang berarti penyebaran data
dalam penelitian bersifat homogen. Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan
agar lebih yakin tentang kebenaranya dari hasil yang diperoleh
dilanjutkan dengan uji stistik dengan bantuan software MINITAB
(Siswandari, 2009 : 210-212). Untuk pengecekan dan pemahaman
dilanjutkan penghitungan manual dengan memakai rumus:
1
22
2
1
n
xxS (Sudjana, 1992: 261-466).
Apabila x2
hitung < x2
tabel, maka H0 diterima, artinya varians sampel
bersifat homogen. Sebaliknya apabila x2
hitung > x2
tabel, maka H0
ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi, maka
pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data
hasil tes terakhir lompat jangkit dianalisis dengan statistika ANAVA Dua
Jalan dan pengujian hipotesis dengan perhitungan Uji F pada taraf
signifikansi 0.05% yang sebelumnya telah dilakukan uji persyaratan.
Siswandari (2009 :116) mengemukakan rangkuman ANAVA Dua
Jalan sebagai berikut :
84
Tabel 3.2
Rangkuman ANAVA Dua Jalan
Sumber Variansi JK/ SS db/ df RK/ MS F P
Efek utama :
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat
Total
JKa
JKb
JKab
JKg
JKt
dba
dbb
dbab
dbg
dbt
RKa
RKb
RKab
RKg
Fa
Fb
Fab
F.05
F.05
F.05
Keterangan :
A = kelompok latihan Plyometric.
B = kelompok berdasarkan rasio tinggi badan : panjang tungkai
AB = interaksi antara kelompok Plyometric dengan rasio tinggi badan :
panjang tungkai.
Teknik analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis
statistik yang dilakukan dengan manual dan agar lebih yakin tentang
kebenaranya dari hasil yang diperoleh dilanjutkan dengan uji stistik
dengan bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009 : 210-212). Kriteria
pengujian yang digunakan adalah :
1) Tolak H0 jika F1 < F.05
2) Tolak H0 jika F2 < F.05
3) Tolak H0 jika F1x2 < F.05
Untuk pengecekan dan pemahaman dilanjutkan penghitungan
manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah perhitungannya :
85
a. Sum of Square
(1) Total Sum of Square (SSr)
N
XXSSr
2
2
(2) Between Group Sum of Square (SSB)
N
X
N
X
N
X
N
XSS
k
k
B
22
2
2
2
1
2
1
(3) Within group Sum Square (SSw)
Brw SSSSSS
(4) Sum of Square for Factor 1 (SS1)
N
X
eachcolumninN
eachcolumnofsumSS
22
1
(5) Sum of Square for Factor 2 (SS2)
N
X
eachcolumninN
eachcolumnofsumSS
22
2
(6) Sum of Square for Interactions (SS1x2)
. SS1x2 = SSB – SS1 – SS2
b. Degrees of Freedom
(1) Total Degrees of Freedom
dfr = N – 1
(2) Degrees of Freedom Within Groups
dfw = N – K
(3) Degrees of Freedom for Factor 1
86
df1 = one less than the number of levels for factor 1
(4) Degrees of Freedom for Factor 2
df1 = one less than the number of levels for factor 2
(5) Degrees of Freedom for Interaction
df1x2 = df1 x df2
(6) Degrees of Freedom between Groups
dfB = k – 1
c. Mean Square
(1) Mean Square between Group (MSB)
B
BB
df
SSMS
(2) Mean Square Within Group (MSW)
W
W
Wdf
SSMS
(3) Mean square for factor 1 (MS1)
1
1
df
SSMSB
(4) Mean Square for Factor 2 (MS2)
2
2
df
SSMSB
(5) Mean Square for Interaction (MS1x2)
21
21
21
x
x
xdf
SSMS
87
d. F rations and Tests of Significance
(1) Effect of Between Group (FB)
W
B
MS
MSF
(2) Effect of factor 1 (F1)
WMS
MSF 1
(3) Effect of Factor 2 (F2)
WMS
MSF 2
(4) Effect of Interaction (F1x2)
W
x
MS
MSF 21
Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan : 1) observasi
untuk masing-masing kelompok independent, 2) setiap kelompok
perlakuan memiliki variansi yang sama (homogen), 3) populasi
berdistribusi normal. “ Namun demikian analisis variansi (Anava)
tetap tegar (Robust) dan akan tetap memberikan hasil yang akurat
walaupun variansi tidak homogen ”. (Welkowitz et all ,1982:251).
88