bab iii metode penelitian a. pendekatan dan metode...
TRANSCRIPT
42 Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sukmadinata (2012: 53) pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan yang dirancang untuk menjawab hipotesis secara spesifik dengan
data hasil penelitian yang dijelaskan secara akurat menggunakan angka-angka
dan pengolahan statistik, sehingga memudahkan proses analisis dan
penafsirannya.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam pemaparan tentang profil
penyesuaian budaya siswa dan pemaparan tentang gambaran efektifitas
bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian budaya. Sehingga
pendekatan ini dapat menjawab hipotesis penelitian secara spesifik.
2. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bimbingan sosial yang
efektif dalam mengembangkan penyesuaian budaya. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen. Menurut Cambell dan Stanley (1963) metode eksperimen terbagi
menjadi 3 bentuk, yaitu: 1) pra eksperimen, merupakan satu kelompok atau
beberapa kelompok yang diamati setelah diberikan perlakuan yang diduga
menyebabkan perubahan antara pretest and posttest; 2) kuasi eksperimen,
merupakan eksperimen yang memiliki perlakuan dan adanya kelompok
kontrol, namun tidak menggunakan penugasan secara acak dan menyimpulkan
perubahan yang disebabkan perlakuan; dan 3) eksperimen murni, merupakan
43
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen yang dilakukan dengan pengendalian secara ketat serta
menggunakan penugasan secara acak.
Metode penelitian eksperimen yang digunakan adalah pra eksperimen,
metode ini dilakukan dengan memberikan perlakuan tanpa adanya kelompok
kontrol. Slavin (2007) membenarkan menggunakan satu kelompok dengan
desain pretest-postest jika sekolah sedang berusaha untuk meningkatkan
variabel sama dengan yang diteliti. Maka metode penelitian yang tepat adalah
pra eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest design. Skema
penelitian dengan desain one-group pretest-posttest design adalah sebagai
berikut.
O1 X O2
O1 = Pretest
X = Experiment
O2 = Posttest
Gambar 3.1
Desain penelitian one-group pretest-posttest design
(Campbell & Stanley, 1963 : 7)
Keterangan :
O1 : Pretest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap kondisi awal
perilaku penyesuaian budaya sebelum diberikan perlakuan.
X : Perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa bimbingan sosial untuk
mengembangkan perilaku penyesuaian budaya
O2 : Posttest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap kondisi akhir
perilaku penyesuaian budaya setelah diberikan perlakuan
44
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Taruna Bakti Bandung yang berjumlah 211 siswa. Populasi tersebut dipilih
berdasarkan usia siswa Kelas XI yang berada pada rentang 15-17 tahun.
Menurut Hurlock (1980) usia tersebut dalam lingkup psikologi perkembangan
individu adalah memasuki masa remaja. Lynch dan Morrow (Yeh, 2003)
mengungkapkan bahwa remaja yang menyesuaikan diri dengan pengaturan
budaya baru mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan teman sebaya
atau beradaptasi dengan peran hubungan yang baru dan masalah kesehatan
mental.
2. Sampel
Sampel ditentukan dengan menggunakan pengambilan sampel secara
purposif (purposive sampling), yaitu teknik penagmbilan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012).
Dasar pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
21 siswa di kelas XI-4, berdasarkan instrumen penyesuaian budaya kelas
tersebut kemampuan penyesuaian budayanya rendah dibandingkan dengan
kelas XI yang lainnya dan kelas tersebut beragam asal budayanya.
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
akurat, maka dikembangkan instrumen penyesuaian budaya yang layak. Tahap-
tahap pengembangan instrumen ini meliputi penyususnan definisi konseptual,
definisi operasional, kisi-kisi instrumen, pedoman skoring dan penafsiran, serta
pengujian instrumen.
45
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Penyusunan Definisi Konseptual
Istilah penyesuaian budaya disebut oleh para ahli (Kim,1988; Cai &
Rodriguez, 1996; Black, 1991) dengan tiga sebutan yaitu: 1) penyesuaian
budaya (cultural adjustment), 2) penyesuaian antar budaya (intercultural
adjustment) dan 3) adaptasi lintas budaya (cross cultural adaptation). Dari
ketiga istilah tersebut pada dasarnya menekankan kemampuan individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan budaya baru agar mendapatkan kenyamanan
psikologis.
Penyesuaian budaya disebut oleh Kim sebagai cultural adjustment,
yang merupakan kemampuan individu memperoleh peningkatan kebugaran
dan kompatibilitas dalam budaya baru, termasuk adaptasi terhadap culture
shock, adaptasi psikologis dan efektivitas interaksi (Kim, 1988, hlm. 35).
Kim (1988, hlm. 85-147) mengidentifikasi lima dimensi yang
merupakan faktor dalam penyesuaian budaya yaitu, komunikasi pribadi,
komunikasi sosial terhadap lingkungan baru, komukasi sosial etnik,
lingkungan dan predisposisi.
Selanjutnya diuraikan ke dalam aspek dan indikator penyesuaian
budaya sebagai berikut.
a. Komunikasi sosial terhadap budaya setempat: mengetahui sistem
komunikasi budaya setempat, mengelola kompleksitas kognitif dalam
merespon budaya setempat, kemampuan afektif (emosional dan estetika)
dalam mengenal budaya baru, kemampuan interaksi dengan budaya
setempat.
b. Komukasi interpersonal dengan budaya setempat: ukuran hubungan
dengan etnis baru dan kedekatan hubungan dengan etnis baru
c. Kemampuan menerima budaya setempat: terbuka dan menerima kebiasaan
budaya setempat
d. Kemampuan mengelola tekanan: kebijakan bahasa formal, praktek bahasa
informal, pemisah status sosial, persamaan budaya
46
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Mengelola latar belakang budaya: ciri khas seacara fisik dan nilai-nilai
budaya setempat
f. Sifat kepribadian: sifat terbuka dan daya tahan
Pendapat Kim didukung oleh Marsiglia & Booth (2015, hlm. 425)
bahwa penyesuaian budaya adalah kemampuan individu untuk mengatasi
tantangan culture shock dan peluang untuk meningkatkan efektivitas
intervensi dengan mendasarkan pengalaman hidup. Budaya sebagai
kompleksitas keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
hukum, moral, dan kebiasaan (Tylor, 1871).
Kemudian penyesuaian budaya disebut oleh Cai & Rodriguez (1996,
hlm. 34) sebagai penyesuaian antarbudaya (intercultural adjustment) yang
artinya adalah kompetensi individu dalam interaksi antarbudaya dengan
mengubah perilaku komunikatif untuk memudahkan pemahaman dengan
lingkungan baru.
Penyesuaian antarbudaya merujuk kepada aspek kompetensi sosial,
akademik, budaya, dan karir, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Kompetensi sosial mencakup indikator kenyamanan sosial, ketegasan,
hubungan kedekatan, hubungan antar-ras, dan hubungan dengan orang-
orang dari kelompok lain.
b. Kompetensi karir dan akademik, indikatornya termasuk kemampuan untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan, dan mengelola perasaan.
c. Kompetensi budaya mengacu pada indikator kebanggaan budaya,
penerimaan oleh budaya yang dominan, kelayakan budaya, dan
penyesuaian kebiasaan budaya setempat.
Tujuan dari penyesuaian antarbudaya yang diungkapkan oleh Cai &
Rodriguez (1996), diuraikan oleh Yeh (2003, hlm. 39) bahwa penyesuaian
antarbudaya mengacu pada penyesuaian perilaku komunikatif untuk
mengurangi kemungkinan salah paham saat berbicara dengan seseorang dari
47
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
budaya yang berbeda (Yeh, 2003, hlm. 39). Penyesuaian antarbudaya juga
dapat menghasilkan perilaku yang dianggap layak dan diterima di budaya
setempat dengan peraturan dan standarnya (Havilan, 1995 dalam
Koentjaraningrat, 1996, hlm. 73).
Selanjutnya penyesuaian budaya diistilahkan oleh Black (& Voelker,
2012. Hlm. 70) sebagai adaptasi lintas budaya (cross-cultural adaptation),
bahwa adaptasi lintas budaya adalah kemampuan individu dalam
meningkatkan kenyamanan psikologis dan keakraban seorang individu untuk
memiliki lingkungan baru.
Adaptasi lintas budaya merupakan multidimensi dari pada fenomena
kesatuan, terdiri dari tiga konstruk dimensi yaitu:
1. Penyesuaian umum dengan budaya asing, indikatornya adalah
penyesuaian terhadap makanan, tempat tinggal, transportasi, dan belanja;
2. Penyesuaian interaksi dengan warga budaya setempat, indikatornya yaitu
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain di budaya setempat.
3. Penyesuaian kerja, indikatornya beradaptasi dengan persyaratan
pekerjaan, budaya organisasi, pengawasan kerja, dan ekspektasi kinerja.
Ketiga dimensi ini adalah untuk menunjang kenyamanan psikologis
individu di lingkungan budaya baru. Menyesuaikan diri dengan budaya baru
dapat mengurangi stres yang timbul dari ketidakpastian psikologis yang
didasari oleh situasi belajar yang baru (Black dkk., 1991).
Keesing (2010) memperkuat pendapat Black (1991) bahwa adaptasi
lintas budaya bagian dari proses pembelajaran budaya (cultural learning)
memungkinkan manusia untuk membentuk dan mengembangkan kehidupan
dalam lingkungan ekologi tertentu. lintas budaya disini menekankan bahwa
adanya perbedaan yang jelas antara nilai-nilai, kepercayaan dan persepsi
mengenai budaya (Kroeber & Kluckhohn, 1950).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
penyesuaian budaya adalah kemampuan individu dalam berinteraksi dan
48
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkomunikasi dengan orang lain agar memperoleh kenyamanan psikologis
dalam budaya setempat.
Aspek penyesuaian budaya dilandasi dengan aspek pengetahuan,
perasaan dan keterampilan.
a. Pengetahuan artinya individu memiliki kemampuan pemahaman, analisis,
evaluasi mengenai budaya setempat. Secara rinci indikatornya adalah
pemahaman terhadap nilai budaya setempat, analisis kebiasaan budaya
setempat dan menerapkan norma budaya setempat.
b. Sikap artinya mengelola, menerima dan menghayati budaya setempat
untuk kenyamanan psikologis. Indikatornya diuraikan dalam kelola nilai-
nilai di budaya setempat, menerima kebiasaan budaya setempat dan
menghayati norma budaya setempat.
c. Keterampilan artinya interaksi dan komunikasi dengan lingkungan baru.
Diuraikan dalam indikator interaksi dengan budaya setempat, komunikasi
dengan etnis baru dan kecakapan dalam mengatasi kesulitan.
2. Penyususnan Definisi Operasional
Secara operasional penyesuaian budaya adalah kemampuan peserta
didik kelas XI SMA Taruna Bakti dalam berinteraksi dan komunikasi dengan
pihak-pihak lain di sekolah agar memperoleh kenyamanan psikologis dalam
budaya setempat.
Aspek penyesuaian budaya dilandasi dengan aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
a. Aspek pengetahuan, indikatornya meliputi: pemahaman terhadap nilai
budaya setempat, analisis kebiasaan budaya setempat dan menerapkan
norma budaya setempat.
b. Aspek sikap, indikatornya meliputi: kelola nilai-nilai di budaya setempat,
menerima kebiasaan budaya setempat dan menghayati norma budaya
setempat.
49
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Aspek keterampilan, indikatornya meliputi: interaksi dengan budaya
setempat, komunikasi dengan etnis baru dan kecakapan dalam mengatasi
kesulitan.
3. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasinal kemampuan
penyesuaian budaya yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Secara rinci kisi-kisi instrumen penyesuaian budaya terdapat
dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Budaya
No Aspek Indikator Jumlah Pernyataan
1. Pengetahuan (Pemahaman, analisis,
penerapan mengenai
budaya setempat di
sekolah)
1.1 Pemahaman terhadap nilai
budaya setempat
6
1.2 Analisis kebiasaan budaya
setempat
8
1.3 Menerapkan norma budaya
setempat
5
2. Sikap (Mengelola,
menerima dan
menghayati budaya
setempat untuk
kenyamanan psikologis)
2.1 Mengelola nilai di budaya
setempat.
6
2.2 Menerima kebiasaan budaya
setempat
9
2.3 Menghayati norma budaya
setempat
6
3. Keterampilan (Interaksi
dan komunikasi dengan
budaya setempat)
3.1 Interaksi dengan lingkungan
baru
8
3.2 Komunikasi dengan etnis baru 9
3.3 Kecakapan dalam mengatasi
kesulitan
.
6
Jumlah pernyataan 63
50
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Penyusunan Pedoman Skoring dan Penafsiran
a. Skoring
Dalam penelitian kuantitatif instrument digunakan untuk
pengumpulan data, derta untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data yang akurat, untuk itu setiap instrument memiliki
skala.
Pada penelitian ini menggunakan skala Likert (Sugiono, 2012,
hlm. 93) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala
dengan kategori pilihan jawaban, Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak
Sesuai (TS), Cukup Sesuai (CS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).
Tabel 3.2
Skoring Penyesuaian Budaya
b. Penafsiran
Penafsiran penyesuaian budaya ditempuh dengan menentukan
siswa ke dalam tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a) Menentukan Z Score, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Keterangan
x = Nilai penyesuaian budaya siswa
x = Rata-rata penyesuaian budaya siswa
Sd = Simpangan baku penyesuaian budaya siswa
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
STS TS CS S SS STS TS CS S SS
1 2 3 4 5 5 4 3 2 1
Score
d
x xZ
s
51
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Penafsiran Penyesuaian Budaya
Rentang Skor Kualifikasi Deskripsi
Z > X Tinggi
Penyesuain budaya yang ditandai dengan
pencapaian aspek pengetahuan, perasaan
dan keterampilan yang optimal, yang
meliputi 7-9 indikator.
-X< Z < X Sedang
Penyesuain budaya yang ditandai dengan
pencapaian aspek pengetahuan dan
perasaan yang meliputi 4-6 indikator.
Z <-X Rendah
Penyesuain budaya yang ditandai dengan
pencapaian aspek pengetahuan yang
meliputi ≤ 3 indikator.
5. Pengujian Instrumen
Instrumen penyesuaian budaya digunakan untuk pengumpulan data,
agar instrumen layak digunakan, terdapat beberapa tahapan yaitu pengujian
konstruk dan konten instrumen, pengujian keterbacaan instrumen, uji coba
instrumen (try out), pengujian validitas instrumen dan pengujian reliabilitas
instrumen.
a. Uji Rasional
Uji rasional instrument dinilai oleh tiga orang pakar, pakar tesebut
adalah dosen bimbingan dan konseling yang ahli di bidang penyesuaian
budaya yaitu Prof. Dr. Yusuf Syamsu LN, M.Pd., Dr. Nandang Budiman,
M.Si., dan Sudaryat Nurdin Ahmad, M.Pd. Setelah melalui penimbangan
(judgement) 3 orang ahli dan petunjuk kedua pembimbing penulisan tesis
terhadap kesesuaian konstruk dan konten instrumen.
Penimbangan perlu dilakukan untuk mendapatkan angket yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Bila terdapat butir pernyataan yang
tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau direvisi
52
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Sebelum
dilakukan penimbangan jumlah item soal sebanyak 64 butir pernyataan.
Setelah melalui proses judgment jumlah item yang memadai sebanyak 61
butir pernyataan. Tiga item yang dibuang adalah: 1) teman di kelas mau
mengajarkan bahasa daerah yang benar (aspek pengetahuan, indikator
analisis kebiasan budaya setempat); 2) saya terkadang dibeda-bedakan
oleh sikap guru (aspek keterampilan, indikator interaksi dengan budaya
setempat); 3) saya diminta untuk bergabung dengan salah satu kelompok
yang hits (geng) di sekolah (aspek keterampilan, indikator komunikasi
dengan etnis baru).
Selanjutnya terdapat item pernyataan yang harus diperbaiki
sebanyak 3 item, yaitu: 1) saya ingin belajar bahasa daerah budaya
setempat, diperbaiki menjadi saya mempelajari bahasa daerah budaya
setempat (aspek pengetahuan, indicator analisis kebiasaan budaya
setempat); 2) saya menikmati kegiatan kebanyakan orang setempat banyak
lakukan, diperbaiki menjadi saya menikmati kegiatan terkait budaya di
sekolah (aspek sikap, indicator menerima kebiasaan budaya setempat); 3)
saya ingin masuk organisasi di sekolah, diperbaiki menjadi saya berupaya
masuk organisasi di sekolah (aspek keterampilan, indikator komunikasi
dengan etnis baru). Dengan demikian jumlah item yang dipakai dalam uji
coba seluruhnya sebanyak 61 item.
b. Uji Keterbacaan Instrumen
Setelah dilakukan penimbangan butir pernyataan, langkah
berikutnya adalah melakukan validasi eksternal berupa uji keterbacaan
setiap butir pernyataan yang ada dalam instrumen kepada kepada 5 siswa,
dan hasilnya ada 1 pernyataan yang diperbaiki yaitu “Saya tegang
berteman dengan orang yang berbeda budaya”, diperbaiki menjadi “Saya
canggung berteman dengan orang yang berbeda budaya”.
53
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji keterbacaaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat
dalam angket.
c. Uji Coba Instrumen (Try Out)
Uji coba instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh kualitas instrumen yang layak digunakan
dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan kepada 60 siswa kelas XI
SMA BPI Bandung, jumlah item yang diujicobakan sebanyak 61 item.
1) Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan
tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam
mengumpulkan data penelitian.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik
pengolahan statistik yakni Pearson Correlation. Penghitungan
validitas butir pernyataan dilakukan dengan bantuan program
komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 for windows (hasil
terlampir). Berdasarkan hasil penghitungan
Jika thitung > ttabel berarti valid, dan
Jika thitung < ttabel berarti tidak valid
Diperoleh butir pernyataan yang tidak valid berjumlah 20 butir.
Oleh karena itu jumlah item instrumen yang semula berjumlah 61 item
setelah diujicoba berkurang menjadi 41 item.
Tabel 3.4
Hasil Uji validitas
Kesimpulan No. Item Jumlah
Memadai 3,4,7,8,12,14,15,16,17,18,20,21,25,26,27,28,30,31,32,33,35,
36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,47,49,50,51,52,54,55,56,57,61 41
Tidak
Memadai 1,2,5,6,9,10,11,13,19,22,23,24,29,34,46,48,53,58,59,60 20
54
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Makin tinggi harga reliabilitas
instrumen, kemungkinan kesalahan yang terjadi akan makin kecil jika
keputusan tentang variabel pengukuran ditetapkan berdasarkan skor yang
diperoleh dari instrumen. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen
dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (α).
Proses pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan secara statistik
memakai bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0
for windows.
Guilford (Furqon, 1999) menyatakan harga reliabilitas berkisar
antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di
antara rentangan tersebut. Semakin tinggi harga reliabilitas instrumen
maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin rendah harga
reliabilitas instrumen maka semakin besar kesalahan yang terjadi.
Tolak ukur reliabilitas digunakan koefisien korelasi dari Sugiono
(2012) yang dipaparkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.5
Klasifikasi Reliabilitas
Interval Koefisien Kualifikasi
0,80-100
0,60-0,799
0,40-0,599
0,20-0,399
0,00-0,199
Derajat keterandalan sangat tinggi
Derajat keterandalan tinggi
Derajat keterandalan cukup
Derajat keterandalan rendah
Derajat keterandalan sangat rendah
Berdasarkan pedoman di atas didapatkan nilai reliabilitas dari
tiap variabel yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
55
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Hasil Reliabilitas Instrumen Penyesuaian Budaya
Cronbach's
Alpha N of Items
.804 41
Berdasarkan pada pedoman di atas, nilai reliabilitas instrumen kompetensi
pribadi konselor sebesar 0,804 berada pada kategori derajat keterandalan sangat
tinggi.
D. Pengembangan Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Penyesuaian
Budaya
Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian
budaya berdasarkan hasil survey kondisi kemampuan penyesuaian budaya siswa.
Pengembangan bimbingan sosial meliputi: 1) kajian teoretis; 2) penyusunan
struktur bimbingan sosial; 3) uji kelayakan bimbingan sosial; dan 4) uji coba
bimbingan sosial.
1. Kajian Teoretis
Dalam pengembangkan bimbingan sosial untuk mengembangkan
penyesuaian budaya dilakukan kajian secara teoritis yaitu dengan melakukan
studi pustaka untuk digunakan sebagai landasan penyusunan bimbingan sosial
untuk mengembangkan penyesuaian budaya.
Bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian budaya siswa
dalam penelitian ini diartikan sebagai program yang diberikan oleh konselor
untuk membantu individu dalam berinteraksi sosial secara positif dan
memecahkan masalah-masalah sosial, yang menekankan pada pendekatan
56
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kognitif dan perilaku agar mampu menyesuaikan diri dan memiliki keserasian
hubungan dengan lingkungan sosial budaya.
2. Penyusunan Struktur Bimbingan Sosial
Struktur bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian budaya
siswa mengacu pada Depertemen Pendidikan Nasional (2008) dan model
Cornish & Ross (2004) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7
Struktur Bimbingan Sosial
No Struktur Isi
1 Rasional Latar belakang secara teori dan praktis
berkenaan dengan pentingnya penyelenggaraan
bimbingan sosial untuk mengembangkan
penyesuaian budaya.
2 Deskripsi kebutuhan Hasil need assessment dari instrumen
penyesuaian budaya.
3 Tujuan Tujuan dari penyelenggaraan layanan
bimbingan sosial untuk mengembangkan
penyesuaian budaya.
4 Kompetensi konselor Kemampuan-kemampuan konselor dalam
melaksanakan bimbingan sosial untuk
mengembangkan penyesuaian budaya.
5 Tahapan Rincian tahapan, tujuan, deskripsi kegiatan,
dan sistem penunjang pelaksanaan bimbingan
sosial .
6 Evaluasi Evaluasi proses dan hasil.
3. Uji Kelayakan Bimbingan Sosial
Uji kelayakan bimbingan sosial dinilai oleh pakar yaitu dua dosen ahli
yaitu Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., dan Prof. Dr. Juntika Nurihsan,
M.Pd. Masukan dari kedua dosen adalah mengenai perbaikan rasional agar
57
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih operasional, kompetensi konselor yang harus lebih disesuaikan dengan
kompetensi konselor multibudaya, dan perbaikan redaksi struktur tahapan
bimbingan sosial menjadi action plan.
Uji kelayakan juga dilakukan oleh praktisi yaitu guru BK SMA Taruna
Bakti Bandung yaitu Aliyustati, S.Psi, M.Pd., masukannya adalah di bagian
evaluasi perlu ada evaluasi proses dan hasil.
4. Uji Coba
Pelaksanaan bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian
budaya didasarkan atas tingkat kemampuan penyesuaian budaya siswa pada
skor terendah. populasi yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA Taruna
Bakti yang berjumlah 211, yang terbagi menjadi delapan kelas yaitu XI-1, XI-
2, XI-3, XI-4, XI-5, XI-6, XI-7, XI-8, dan skor terandah berada pada kelas XI-
4.
Pelaksanaan uji coba dilakukan pada kelas XI-4 dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut.
Tabel 3.7
Tahapan Kegiatan Uji Coba
Tahap Sesi Kegiatan Sistem Penunjang
Tahap Awal
(Orientasi)
1 Need assessment Metode : Penugasan
Penunjang : Instrumen
penyesuaian budaya
2 Sosialisasi program
bimbingan sosial
untuk
mengembangkan
penyesuaian budaya
siswa
Metode : diskusi dan tanya
jawab
Penunjang : Hasil instrument
penyesuaian budaya, program
bimbingan sosial.
Tahap Inti
(Intervensi)
3 Diskusi kelompok
“Pemahaman nilai
keragaman budaya di
Metode : diskusi, tanya jawab,
presentasi
58
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap Sesi Kegiatan Sistem Penunjang
sekolah”
4 Permainan “Ayam dan
musang”
Metode : permainan dan
refleksi
5 Bermain peran
“Mentaati peraturan
sekolah”
Metode : bermain peran dan
refleksi
Penunjang: kain penutup mata,
tali rapia
6 Bermain peran
“Menghormati yang
lebih tua di sekolah”
Metode : Bermain Peran dan
refleksi
7 Permainan kelompok
“Jalan menyamping”
Metode : permainan kelompok
dan refleksi
Penunjang : tali rapia
8 Diskusi kelompok
“Menjalin percakapan
yang baik dengan
teman-teman di
sekolah”
Metode : diskusi dan
presentasi
9 Kapal karam yang
berisi orang-orang
beragam budaya
Metode : cerita, diskusi dan
refleksi
Tahap
Akhir
(Evaluasi)
10 Evaluasi Metode : Penugasan
Penunjang : Instrumen
penyesuaian budaya
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ketiga prosedur dan tahapan penelitian
tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut.
59
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Persiapan
Tahapan persiapan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Penyususan proposal.
b. Pengajuan persetujuan proposal penelitian setelah melakukan seminar
proposal penelitian.
c. Seminar proposal penelitian.
d. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis.
e. Pengajuan permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan instrument dan pengujian kelayakan instrumen.
b. Uji coba instrumen (try out).
c. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dari siswa kelas XI SMA
Taruna Bakti Bandung Tahun Ajaran 2016-2017.
d. Analisis data hasil penelitian.
e. Penentuan sampel siswa kelompok eksperimen berdasarkan hasil
instrumen penyesuaian budaya, yaitu kemampuan siswa yang tingkat
penyesuaian budayanya masuk dalam kategori rendah.
f. Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan penyesuaian
budaya siswa berdasarkan hasil analisis data kemampuan penyesuaian
budaya siswa. Pengembangan program intervensi meliputi kegiatan-
kegiatan berikut.
1) Penyusunan rancangan program bimbingan sosial untuk
mengembangkan penyesuaian budaya pada siswa berdasarkan kajian
teoritik dan empirik.
2) Pengujian kelayakan atau judgement rancangan program bimbingan
sosial kepada pakar dan praktisi lapangan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk mengetahui kelayakan program bimbingan sosial yang
60
Nurul Fahmi, 2017 BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN BUDAYA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan penyesuaian
budaya siswa kelas XI SMA Taruna Bakti.
3) Pelaksanaan eksperimen untuk mengembangkan penyesuaian budaya
sesuai dengan program yang telah disusun.
3. Pelaporan
Tahapan terakhir dari prosedur penelitian adalah tahap pelaporan.
Tahapan pelaporan ini meliputi analisis seluruh kegiatan, hasil penelitian, dan
pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (tesis)
untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam sidang tahap I dan II.