bab iii metode penelitian 3.1 setting dan karakteristik...
TRANSCRIPT
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
3.1.1 Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas 5 SD Negeri Banyurip kecamatan Andong
kabupaten Boyolali semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian akan
dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Waktu penelitian akan
disesuaikan dengan kalender akademik sekolah agar dapat terlaksana secara
efektif dan efisien. Berikut rincian waktu penelitian disajikan dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Setting (Alokasi Waktu Penelitian)
No Keterangan Tanggal
1 Observasi 16 November 2015
2 Dokumentasi awal 16 November 2015
3 Wawancara 16 November 2015
4 Persiapan 2 Februari 2016
5 Menyusun RPP 29 Februari 2016
6 Menyusun kisi-kisi instrumen lembar observasi dan soal
tes 7 Maret 2016
7 Melakukan validasi instrumen lembar observasi, soal tes
dan angket motivasi belajar 4 April 2016
8 Mempersiapkan surat observasi dan penelitian 10 Maret 2016
9 Mempersiapkan surat ijin uji validitas soal 5 April 2016
10 Melakukan uji validitas soal tes siklus 1 di SD Negeri 02
Kacangan 9 April 2016
11 Melakukan uji validitas soal tes siklus 2 di SD Negeri 02
Kacangan 11 April 2016
12 Melaksanakan tindakan pertemuan 1 siklus 1 di SD
Negeri Banyurip 20 April 2016
13 Melaksanakan tindakan pertemuan 2 siklus 1 di SD
Negeri Banyurip 21 April 2016
14 Melaksanakan tindakan pertemuan 1 siklus 2 di SD
Negeri Banyurip 22 April 2016
15 Melaksanakan tindakan pertemuan 2 siklus 2 di SD
Negeri Banyurip 23 April 2016
16 Pelaporan 27 April 2016
3.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri Banyurip kecamatan
Andong kabupaten Boyolali yang berjumlah 16 siswa. Pada siswa kelas 5 ini
dalam mengikuti pembelajaran matematika cenderung malas, dan kurangnya
33
antusias/motivasi ketika mengikuti pembelajaran tersebut sehingga berdampak
pada hasil belajar mereka.
Untuk itu sangat dibutuhkan upaya dalam memperbaiki motivasi mereka
dalam mengikuti pembelajaran matematika agar dapat meningkatkan hasil belajar
pada siswa kelas 5 SD Negeri Banyurip kecamatan Andong kabupaten Boyolali.
3.2 Variabel Yang Diselidiki
Variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu dalam
bentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan diperoleh
informasinya untuk selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2014:
38). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diselidiki yaitu variabel
bebas dan variabel terikat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel variabel independen,
stimulus, prediktor dan antecedent yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi
atau menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2014: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif
tipe CRH (Course Review Horay).
Model CRH (Course Review Horay) adalah pembelajaran yang memiliki
langkah-langkah (1) mengidentifikasi topik pembelajaranan serta membagi
kelompok, (2) perencanaan tugas yang akan dipelajari, (3) menyelesaikan tugas
kelompok, (4) permainan dengan mempresentasikan hasil diskusi, (5) evaluasi.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat sering disebut juga sebagai variabel dependen, output,
kriteria dan konsekuen yaitu variabel yang menjadi akibat atau mendapat
pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar siswa dan motivasi belajar kelas 5 SD Negeri Banyurip pada mata
pelajaran matematika.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan digunakan adalah aspek
kognitif yang diberikan pada setiap akhir siklus. Variabel terikat pada penelitian
ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar. Variabel motivasi belajar matematika
adalah dorongan untuk melakukan tindakan belajar matematika yang timbul dari
34
dalam diri siswa maupun kondisi yang diciptakan di dalam lingkungan belajar
siswa, sehingga siswa semangat untuk belajar matematika.
Motivasi belajar matematika dalam penelitian ini aspek yang diukur
adalah aspek intrinsik meliputi: perasaan senang terhadap matematika, keinginan
siswa memperoleh nilai baik dalam pembelajaran matematika, tingginya rasa
ingin tahu siswa tentang matematika.
Sedangkan aspek ekstrinsik meliputi; belajar matematika demi kewajiban,
belajar matematika demi mendapat pujian atau hadiah, belajar karena gengsi,
belajar untuk menghindar dari hukuman, belajar matematika untuk memenuhi
syarat tertentu seperti kenaikan kelas atau mendapatkan pemberian yang
dikehendaki.
Dalam penelitian ini disediakan alternatif jawaban “Sangat setuju”
diberikan skor 5, “setuju” diberikan skor 4, “ragu-ragu” diberikan skor 3, “tidak
setuju” diberikan skor 2, dan “sangat tidak setuju” diberikan skor 1. Skor motivasi
belajar dikelompokkan dalam kategori motivasi belajar rendah, sedang, dan
tinggi.
Hasil belajar di sini dapat diartikan sebagai keberhasilan siswa dalam
menguasai materi yang diajarkan dan dapat mencapai nilai yang telah ditentukan.
Hasil belajar tersebut dapat diketahui melalui tes tertulis yang diberikan setelah
proses pembelajaran selesai. Pencapaian hasil belajar dapat diketahui dalam
bentuk nilai.
3.3 Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif,
artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru kelas 5 SD Negeri
Banyurip tahun pelajaran 2015/2016. Guru dan peneliti mendiskusikan
permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan.
Penelitian juga dilakukan secara partisipasif, artinya peneliti dengan
dibantu rekan seangkatan secara langsung terlibat dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart. Model ini terdiri dari
35
empat hal yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan
refleksi (reflect) (Wirriatmadja, 2005).
Berikut dijelaskan oleh Suhardjono (2015) tentang apa yang harus
dilakukan dalam masing-masing kegiatan.
a. Tahap perencanaan berupa penyusunan secara rinci tentang apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan.
b. Tindakan merupakan kegiatan penerapan model atau cara mengajar
sesuai apa yang sudah direncanakan.
c. Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan informasi untuk mengetahui
tindakan yang sudah dilakukan sesuai dengan harapan atau tidak.
d. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari tindakan yang
sudah dilakukan dan hasilnya digunakan untuk perbaikan siklus
berikutnya.
Pelaksanaan penelitian didesain dalam 2 siklus dan masing-masing siklus
terdiri dari 2 pertemuan dengan memberikan tindakan yang sama yaitu dengan
pembelajaran CRH (Course Review Horay). Setiap siklus dilaksanakan dalam 4
tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
3.3.1 Siklus 1
1.) Perencanaan
a. Menyusun RPP mata pelajaran matematika yang akan diterapkan guru
dalam pembelajaran dengan menentukan standar kompetensi yaitu
menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, kompetensi dasar yang
digunakan adalah mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal serta
sebaliknya, dan kemudian diturunkan indikator mengubah pecahan biasa
menjadi persen, mengubah pecahan biasa menjadi desimal, mengubah
bilangan persen menjadi pecahan biasa, mengubah bilangan desimal
menjadi pecahan biasa, menyelesaikan soal cerita yang termasuk dalam
pecahan biasa menjadi persen dalam kehidupan sehari-hari, menyelesaikan
soal cerita yang termasuk dalam pecahan biasa menjadi desimal dalam
kehidupan sehari-hari, menjelaskan tanda-tanda ketaksamaan seperti >, <
dan = untuk membandingkan dua buah pecahan yang berbeda jenis,
36
menyelesaikan soal cerita yang termasuk dalam perbandingan dua pecahan
yang berbeda jenis, dan dirumuskan menjadi tujuan pembelajaran.
b. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa benda-benda dan
alat-alat yang akan diamati siswa.
c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi dan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran.
d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis (uraian) dan lembar kerja
siswa yang akan diberikan setiap akhir siklus dan menyiapkan lembar
observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif tipe CRH (Course Review Horay).
2.) Pelaksanaan
Tahap tindakan yang merupakan implementasi dari RPP yang telah
disusun dengan model kooperatif tipe CRH (Course Review Horay) yang akan
dilaksanakan oleh guru kelas 5.
3.) Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer pada saat
pembelajaran berlangsung untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Pada tahap
ini juga dilakukan pengumpulan data motivasi dan penilaian hasil belajar siswa
dengan menggunakan angket motivasi dan soal evaluasi yang diberikan pada
akhir siklus. Tahap yang keempat yaitu:
4.) Refleksi
Tahap refleksi dilakukan pada akhir siklus. Refleksi didasarkan pada hasil
pengamatan sehingga dapat dianalisis hambatan dan kekurangan pada siklus 1
sebagai perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya. Nilai yang diperoleh
siswa pada evaluasi dibandingkan dengan nilai sebelum diberi tindakan. Jika
tindakan belum dapat meningkatkan hasil belajar maka dapat dilakuakan tindak
lanjut dengan memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya.
3.3.2 Siklus 2
Rancangan untuk siklus 2 dibuat berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1.
Berdasarkan hasil refleksi dapat dikaji permasalah yang muncul pada siklus 1
untuk selanjutnya dicari alternatif pemecaham masalah agar dapat
37
menyempurnakan pelaksanaan siklus 2. Kekurangan dan kelemahan akan
diperbaiki sedangkan kelebihan akan ditingkatkan.
3.4 Data dan Cara Pengumpulannya
Metode pengumpulan data adalah hal yang penting dalam penelitian
karena berkaitan dengan cara yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitiannya (Sudaryono dkk., 2013:29). Metode yang
akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian adalah observasi dan tes yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.4.1 Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan yang memiliki
jawaban dan bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan sesorang atau
mengungkap aspek tertentu dalam diri seseorang (Rasyid dan Mansur, 2011:10).
Tes digunakan untuk menguji kemampuan siswa setelah mempelajari topik
tertentu. Dalam penelitian ini tes akan diberikan setiap akhir siklus.
3.4.2 Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan alat atau instrumen
observasi (Sanjaya, 2013: 270). Dalam penelitian ini akan menggunakan
observasi secara langsung untuk mengamati aktivitas guru dan siswa sesuai
dengan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
CRH (Course Review Horay).
Sedangkan untuk alat atau instrumen pengumpulan data yaitu lembar
observasi yang berupa check list, soal tes, dan angket yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah check
list. Check list atau daftar cek adalah pedoman di dalam observasi yang berisi
aspek-aspek yang dapt diamati, observer atau pengamat memberi tanda centang
atau cek untuk menentukan ada atau tidaknya sesuatu berdasarkan pengamatannya
(Sanjaya, 2013: 274). Berikut kisi-kisi check list disajikan dalam Tabel 3.2, dan
Tabel 3.3
38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
Aspek Indikator No. Item Jumlah
Item
Pelaksanaan
pembelajaran dengan
menggunakan model
Course Review
Horay (CRH)
Pra Pembelajaran 1, 2 2
Kegiatan
Pendahuluan
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 7
Kegiatan Inti
Pembelajaran
23
Tahap 1 (penyajian
materi serta membagi
kelompok)
10, 11, 12, 13, 14
Tahap 2
(perencanaan tugas
yang akan dipelajari)
15, 16, 17,
Tahap 3
(menyelesaikan tugas
kelompok)
18, 19, 20, 21, 22,
Tahap 4 (permainan
dengan
mempresentasikan
hasil diskusi)
23, 24, 25, 26, 27,
28,
Tahap 5 (evaluasi) 29, 30, 31, 32
Kegiatan Akhir 33, 34, 35, 36 4
Jumlah 36
(Modifikasi dari Malechah,Nur.2011)
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa
Aspek Indikator No. Item Jumlah
Item
Pelaksanaan
pembelajaran dengan
menggunakan model
Course Review Horay
(CRH)
Pra Pembelajaran 1, 2 2
Kegiatan
Pendahuluan
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 7
Kegiatan Inti
Pembelajaran
23
Tahap 1 (penyajian
materi serta membagi
kelompok)
10, 11, 12, 13, 14
Tahap 2 (perencanaan
tugas yang akan
dipelajari)
15, 16, 17,
Tahap 3
(menyelesaikan tugas
kelompok)
18, 19, 20, 21,
22,
Tahap 4 (permainan
dengan
mempresentasikan
hasil diskusi)
23, 24, 25, 26,
27, 28,
Tahap 5 (evaluasi) 29, 30, 31, 32
Kegiatan Akhir 33, 34, 35, 36 4
Jumlah 36
(Modifikasi dari Malechah,Nur.2011)
39
b. Angket
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan pemberian skor.
Dalam penelitian ini disediakan alternatif jawaban “Sangat setuju” diberikan skor
5, “setuju” diberikan skor 4, “ragu-ragu”diberikan skor 3, “tidak setuju” diberikan
skor 2, dan “sangat tidak setuju” diberikan skor 1.
Angket motivasi belajar ini diberikan untuk mengetahui kenaikan motivasi
belajar matematika siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar
menggunakan pembelajaran CRH (Course Review Horay). Berikut kisi-kisi check
list disajikan dalam Tabel 3.4
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Motivasi Siswa
Aspek Indikator No. Item
Intrinsik
Senang mengikuti pembelajaran matematika 1
Menyukai pembelajaran matematika 2
Memiliki kemauan mengerjakan tugas matematika 3
Tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang
matematika
4
Senang mempelajari matematika karena mudah
dipelajari
5
Senang belajar matematika karena berhubungan
dengan apa yang telah saya ketahui
6
Senang karena menarik minat 7
Senang karena berhasil menyelesaikan pembelajaran
ini
8
Ekstrinsik
Belajar untuk memenuhi kewajiban 9
Senang dengan materi yang diajarkan guru 10
Senang terhadap guru matematika 11
Belajar karena pembelajarannya menarik 12
Belajar untuk menghindari hukuman 13
Belajar untuk meningkatkan prestasi belajar 14
Belajar matematika untuk mendapat pujian atau hadiah 15
Belajar untuk memenuhi syarat atau tuntutan tertentu 16
Belajar untuk mendapat prestasi dalam matematika 17
Belajar untuk menyenangkan orang tua 18
Belajar untuk menambah teman 19
Belajar karena mempengaruhi kelulusan 20
(Modifikasi dari Suherlina, Emi 2010)
c. Soal Tes
Soal tes adalah berupa tes objektif yang berbentuk uraian. Soal tes dibuat
berdasarkan indikator yang sudah diturunkan dari kompetensi dasar yang
diajarkan pada setiap siklus. Kisi-kisi soal tes disajikan dalam Tabel 3.5
40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Tes
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Instrumen/
Soal
SIKLUS 1
5. Menggunakan
pecahan dalam
pemecahan
masalah.
5.1 Mengubah pecahan
kebentuk persen dan
desimal serta
sebaliknya.
5.1.1 Mengubah pecahan
biasa menjadi persen 1,2,3,4,5
5.1.2 Mengubah bilangan
persen menjadi
pecahan biasa
6,7,8,9,10
5.1.3 Mengubah pecahan
biasa menjadi desimal
11,12,13,14,
15
5.1.4 Mengubah bilangan
desimal menjadi
pecahan biasa
16,17,18,19,
20
5.1.5 Menyelesaikan soal
cerita yang termasuk
dalam pecahan biasa
menjadi persen dalam
kehidupan sehari-hari
26,33,34
5.1.6 Menyelesaikan soal
cerita yang termasuk
dalam pecahan biasa
menjadi desimal
dalam kehidupan
sehari-hari.
27,30,31
5.1.7 Menjelaskan tanda -
tanda ketaksamaan
seperti >, < dan =
untuk membandingkan
dua buah pecahan
yang berbeda jenis.
21,22,23,24,
25
5.1.8 Menyelesaikan soal
cerita yang termasuk
dalam perbandingan
dua pecahan yang
berbeda jenis.
28,29,32,35
SIKLUS 2
5.2 Menjumlahkan
dan mengurangkan
berbagai bentuk
pecahan
5.2.1 Menjumlahkan
pecahan berpenyebut
tidak sama.
1,2,3,14,
5.2.2 Menjumlahkan
pecahan biasa dengan
pecahan persen.
4,5,13,18
5.2.3 Menjumlahkan
pecahan biasa dengan
persen dan pecahan
desimal.
9,10
5.2.4 Mengurangkan
pecahan berpenyebut
tidak sama.
6,7,8,19,24,2
5,29
5.2.5 Penjumlahan dan
pengurangan pecahan
berpenyebut tidak
sama terhadap
11,12,22,30
41
masalah sehari-hari
5.2.6 Pengurangan dan
penjumlahan pecahan
biasa dengan persen
dan desimal terhadap
masalah sehari-hari
17,20,23,27,
5.2.7 Menghitung
penjumlahan dan
pengurangan terhadap
masalah sehari-hari.
15,16,21,26,
28
(Modifikasi dari Silabus)
Instrumen soal tes harus memiliki kualitas yang baik sehingga benar-benar
dapat mengukur kemampuan siswa. Kusnandar (2011: 124) memaparkan bahwa
untuk memperoleh data baik maka instrumen yang digunakan sebagai alat
pengumpul data haruslah valid dan reliabel. Dalam penelitian ini instrumen soal
akan dilakukan uji validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran soal.
3.5 Instrument Pengumpulan Data
Rasyid dan Mansur (2011: 132) mendefinisikan validitas sebagai ukuran
seberapa cermat atau tepat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya yaitu
mengukur apa yang hendak diukur. Suatu butir instrumen dapat dikatakan valid
apabila memilki sumbangan yang besar terhadap skor total atau memiliki
kesejajaran (korelasi) dengan skor total (Widoyoko, 2014).
Uji validitas akan dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows. Hasill uji
validitas instrumen siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan 3.7
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal Siklus 1
Analisis Data No Item Soal Evaluasi Siklus 1
Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35
1, 2, 3, 4, 10, 15, 21, 22, 23, 25, 30,
31, 35.
Analisis 2 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17,
18, 19, 20, 24, 26, 27, 28, 29, 32, 33,
34
-
Berdasarkan data pada Tabel 3.7 hasil uji validitas soal siklus 1, dapat
diuraikan bahwa hasil uji validitas soal pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 35 terdapat 13 soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 1, 2, 3, 4, 10,
15, 21, 22, 23, 25, 30, 31, dan 35. Sedangkan 22 soal yang lain terbukti valid
42
sehingga dapat digunakan sebagai soal evaluasi siklus 1. Output data dan data
mentah dapat dilihat selengkapnya pada lampiran.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Soal Siklus 2
Analisis
Data
No Item Soal Evaluasi Siklus 2
Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
6, 7, 16, 17, 19, 28, 29, 30.
Analisis 2 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27.
-
Berdasarkan data pada Tabel 3.7 hasil uji validitas soal siklus 2, dapat
diuraikan bahwa hasil uji validitas soal uraian dengan jumlah soal sebanyak 30
terdapat 8 soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 6, 7, 16, 17, 28, 29, dan 30.
Sedangkan 22 soal yang lain terbukti valid sehingga dapat digunakan sebagai soal
evaluasi siklus 2. Output data dan data mentah dapat dilihat selengkapnya pada
lampiran.
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur. Kata reliabel
sering disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil,
konsisten, dan lain sebagainya (Sugiyono, 2010: 68). Untuk menghitung tingkat
reliabilitas tes hasil belajar, dalam penelitian ini digunakan rumus dari relibalitas
alpha cronbach. Untuk menghitung reliabilitas, digunakan alat bantu statistik 16.0
for windows.
Menurut Azwar (2007: 44), reliabilitas mengacu pada konsistensi atau
kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran.
Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam
rentang 0 hingga 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00, maka
semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2007: 44).
Kaidah untuk menentukan tingkat reliabilitas menurut Gulford & Frucker
(dalam Azwar, 2007: 44) dapat dilihat dalam Tabel 3.8
Tabel 3. 8 Kategori Reliabilitas Data
Nilai Reliabilitas
0,90 ≤……. Sangat Reliabel
0,71 – 0,89 Reliabel
0,41 – 0,70 Cukup Reliabel
0,21 – 0,40 Kurang Reliabel
…..≤ 0,20 Tidak Reliabel
43
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha ≥ 0,41. reliabilitas
suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu
dengan cara Analyze – Scale – Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat
hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil
penghitungan, apabila nilai alpha () kurang dari < 0.41 maka instrumen tersebut
tidak reliabel.
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen siklus 1 dan 2 dapat dilihat
dalam Tabel 3.9 dan 3.10.
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus 1
Cronbach's
Alpha N of Items
.908 22
Berdasarkan data tabel 3.9 hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa
koefisien nilai alpha siklus 1 adalah 0,908 dengan soal uraian sebanyak 22 soal.
Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen diinterpretasikan sangat
reliabel, sehingga 22 soal yang valid dan reliabel dapat digunakan sebagai soal
evaluasi siklus 1.
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus 2
Cronbach's
Alpha N of Items
.844 22
Berdasarkan data Tabel 3.9 hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa
koefisien nilai alpha siklus 2 adalah 0,844 dengan soal uraian sebanyak 30 soal.
Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen diinterpretasikan reliabel,
sehingga 22 soal yang valid dan reliabel dapat digunakan sebagai soal evaluasi
siklus 2.
Analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah
soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan
yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal. Menurut Nana Sudjana
(2013: 135-137), menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal
tes dari segi kesulitannya sehingga di peroleh soal-soal mana yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar. Rumus mencari taraf atau indeks kesukaran adalah :
44
I= B
N
Keterangan:
I = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
N = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh,
maka semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya semakin besar indeks yang diperoleh
maka semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal menurut
Sudjana (2011:137) dapat dilihat dalam tabel 3.11.
Tabel 3. 11 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkat kesukaran dilakukan setelah instrumen dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas instrumen serta hasil uji tingkat kesukaran instrumen tes
digunakan untuk menyeleksi soal yang akan digunakan untuk evaluasi. Berikut
hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen soal siklus 1 dan 2 dapat dilihat
dalam tabel 3.12.
Tabel 3. 12 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Dari Tabel 3.12 hasil uji tingkat kesukaran soal siklus 1, dapat diuraikan
bahwa dari soal uraian dengan jumlah soal sebanyak 22 terdapat 22 soal
dengan kategori mudah, 0 (tidak ada) soal dengan kategori sedang, dan 0 (tidak
ada) soal dengan kategori sukar.
Selanjutnya untuk hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen soal pada
siklus 2, diuraikan bahwa dari soal uraian dengan jumlah soal sebanyak 22
Nilai Reliabilitas
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Tingkat
Kesukaran
Siklus 1 Siklus 2
Nomor Soal Jumlah Nomor Soal Jumlah
Mudah 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14,
16, 17, 18, 19, 20, 24, 26, 27,
28, 29, 32, 33, 34
22 1,2,3,4,5,8,9,10,11,1
2,14,18, 24, 27.
14
Sedang - - 13,15,20,21,22,23,25
,26
8
Sukar - - - -
Total 22 22
45
terdapat 14 soal dengan kategori mudah, 8 soal dengan kategori sukar, dan 0
(tidak ada) soal dengan kategori sukar.
3.6 Indikator Kinerja
Pembelajaran dikatakan berhasil, apabila terjadi:
1) Meningkatnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika, yaitu
perolehan nilai siswa berada pada kategori tinggi yaitu 80% sesuai dengan
depdiknas (2003).
2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dari jumlah siswa yang mencapai
KKM kelas yaitu 75% mengalami ketuntasan dengan KKM 65 yang
didasarkan pada ketentuan sekolah.
3) Dalam pelaksanaan guru mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran yang ada. Kemampuan guru harus
memperoleh nilai yaitu 75% penilaian < 85% .
3.7 Interpretasi Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data deskriptif
kualitatif dan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif. Data yang diperoleh
akan dianalisis dalam bentuk kata atau penjelasan yaitu data deskriptif kualitatif
dan dalam bentuk angka yaitu data kuantitatif. Kusnandar (2011: 123)
berpendapat bahwa umumnya dalam PTK terdapat dua jenis data yang
dikumpulkan yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)
yang dilakukan oleh guru, sedangkan untuk keperluan data kuantitatif, diperoleh
dari hasil tes belajar siswa dan angket.
Analisis data kualitatif menggunakan analisis diskriptif kualitatif.
Kusnandar (2011) menyatakan bahwa pengolahan data PTK diinterpretasikan
dalam bentuk narasi (deskriptif) kualitatif. Analisis data adalah dari lembar
pengamatan saja (Arikunto: 2014), namun Kusnandar (2011) menambahkan
bahwa analisis data dalam PTK diperoleh dari hasil refleksi tiap siklus.
46
Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu untuk membandingkan hasil
belajar siswa prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Arikunto (2014, 95) menjelaskan
bahwa penelitian tindakan kelas sebenarnya merupakan penelitian kualitatif,
namun dapat digunakan analisis data kuantitatif untuk membandingkan hasil
belajar tiap siklus 1 dan siklus 2.
3.7.1 Data Kuantitatif
Data kuantitaif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Data hasil
belajar siswa diperoleh dari hasil prasiklus seperti yang sudah diuraikan pada latar
belakang masalah, hasil siklus 1 dan siklus 2. Untuk hasil belajar siklus 1 dan
siklus 2 perlu dilakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan siswa untuk diberikan
skor dan selanjutnya dinilai.
Cara untuk memberikan skor terhadap hasil belajar siswa berbeda-beda
sesuai dengan bentuk soal yang diguanakan. Dalam penenlitian ini soal yang
digunakan adalah tes bentuk uraian.
a. Penskoran soal uraian
Arikunto (2012) menjelaskan bahwa penskoran untuk soal uraian
terstruktur memiliki caranya sendiri. Proses penskoran dibagi menjadi dua tipe
yaitu berdasarkan norma kelompok (norm reference test) dan berdasarkan standar
mutlak (criterion refernce test). Dalam hal ini digunakan penskoran berdasarkan
standar mutalak (criterion refernce test).
Arikunto (2012) juga menambahkan bahwa langkah-langkah dalam
proses penskoran berdasarkan standar mutlak adalah sebagai berikut:
1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan membandingkan
dengan kunci jawaban yang telah disusun sebelumnya.
2. Membubuhkan skor di sebelah kiri jawaban. Langkah ini dilakukan per
nomor soal.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal dan
terdapatlah skor untuk bagian soal bentuk uraian terstruktur.
Setelah dilakukan penskoran selanjutnya diubah menjadi nilai. Arikunto
(2012: 271) memaparkan bahwa “nilai merupakan angka ubahan dari skor dengan
47
menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar”. Cara untuk
memberikan nilai adalah dengan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi
skor berstandar 100 sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =Skor yang diperoleh
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 X 100% (Arikunto, 2012: 186)
Keterangan : 100% dikatakan sebagai tujuan instruksional khusus, yaitu jika
hasil yang diperoleh 65 dapat dikatakan bahwa tujuan instruksional
khusus yang dikuasai 75% dan nilai yang diperoleh adalah 65.
b. Menghitung rata-rata hasil belajar
Untuk menghitung rata-rata hasil belajar dapat diperoleh menggunakan
rumus:
𝑋 =∑ 𝑋
𝑁 (Arikunto, 2012: 298)
Keterangan: jumlah semua skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memiliki
skor
c. Menentukan kriteria ketuntasan belajar individu
Ketuntasan belajar siswa ditentukan dengan membandingkannya dengan
KKM yang sudah ditetapkan SD Negeri Banyurip untuk kelas 5 yaitu ≥ 65.
Berikut kriteria ketuntasan belajar dijelaskan dalam Tabel 3.13
Tabel 3.13 Kriteria Ketuntasan Belajar
Kriteria Ketuntasan Kategori
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
d. Menentukan kriteria ketuntasan belajar klasikal
Kriteria ketuntasan belajar klasikal dihitung menggunakan cara sebagai berikut:
𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑙 =Jumlah siswa yang tuntas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 X 100%
48
3.7.2 Data Kualitatif
Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil refleksi yang
diperoleh pada akhir siklus dan hasil pengamatan aktifitas guru dan siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model CRH (Course ReviewHoray) yang
terdapat pada lembar observasi.
a. Lembar observasi guru dan siswa
Lembar observasi masing-masing terdiri dari 36 pernyataan yang terbagi
dalam kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Lembar observasi yang digunakan adalah dalam bentuk check list.
Observer memberikan tanda centang pada kolom “ya” atau “tidak” untuk
mengamati komponen atau indikator yang sudah ditentukan.
Kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran dihitung menggunakan ketentuan:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 =Jumlah aktivitas terlaksana
Jumlah seluruh aktivitas X 100
Depdiknas (2003)
b. Lembar Angket Motivasi Siswa
Menurut Sugiyono (2012:142) angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pengukuran instrumen dalam
bentuk kuesioner ini memenuhi pernyataan-pernyataan tipe rating scale.
Rating scale menurut Sugiyono (2012:98) lebih fleksibel, tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya, seperti mengukur skala status sosial ekonomi, kelembagaan,
pengetahuan, kemampuan dan proses kegiatan lainnya.
Angket adalah daftar pernyataan yang harus dijawab oleh responden.
Mengukur skala motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika
dengan pembelajaran CRH (Course Review Horay) pada jawaban setiap
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata dan diberi skor atau nilai, seperti
dalam Tabel 3.14
49
Tabel 3.14 Kategori Angket
Kategori Positive Negative
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-Ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Cara menilai angket menurut Sugiyono (2007: 143-144) nilai yang dihasilkan
adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah maksimum skor kriterium dengan skor paling tinggi =
5, jumlah pertanyaan = 20, dan jumlah responden = 16. Nilai dari angket
yang telah diujicobakan adalah = 5 x 20 x 16 = 1600.
2. Sedangkan untuk mengetahui jumlah jawaban dari responden dalam
bentuk persentase, digunakan rumus sebagai berikut :
P =W
Q .R .S x 100 %
(Sugyono, 2007: 143-144)
Keterangan:
P = Persentase skor.
Q = Skor tertinggi tiap indikator.
R = Jumlah indikator.
S = Jumlah kelompok/jumlah siswa.
W = Jumlah skor hasil pengumpulan data.
3. Setelah skor kriteria yang didapat, data hasil motivasi belajar siswa
dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut: yang dapat dilihat
pada Tabel 3.15
Tabel 3.15 Kualifikasi Hasil Persentase Motivasi Siswa
Persentase Kategori
80% < p ≤ 100% Sangat Tinggi
65% < p ≤ 80% Tinggi
55% < p ≤ 65% Sedang
40% < p ≤ 55% Rendah
0% < p ≤ 40% Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 2012:245)