bab iii analisis data a.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10060/3/t1...pada bagian i bentuk b...
TRANSCRIPT
15
BAB III
ANALISIS DATA
A. Kerangka Komposisi
Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk Piano Empat
Tangan memiliki tiga bagian, yaitu I, II, dan III. Pada komposisi ini
terdapat beberapa perubahan tempo untuk menggambarkan suasana
gembira, sedih, dan marah, dimulai dengan tempo Andante, Moderato,
Allegro, Largo, Lento, sampai dengan Vivace.
Pada bagian I terdapat perubahan tempo, dari Allegro yang
menggambarkan suasana gembira dan Andante Con moto yang
menggambarkan suasana tenang. Bagian ini diolah dengan menggunakan
teknik komposisi retrograsi. Melodi utama pada suasana tenang diubah
menjadi minor sebelum menuju bagian II.
Bagian II memiliki suasana gelisah, sedih, dan marah. Suasana
gelisah menggunakan tempo Largo, suasana sedih menggunakan tempo
Lento, dan suasana marah menggunakan tempo Allegro. Suasana marah
ditandai dengan perubahan dinamika menjadi fortissimo, sforzando, dan
aksen. Bagian II memliki transisi yang menggunakan tempo Andantino
Grazioso sebelum menuju bagian III.
Bagian III memiliki suasana ceria dengan menggunakan tempo
Allgero dan berubah menjadi tempo Vivace. Komposisi musik ini dibuat
dalam bentuk piano empat tangan.
Tabel 3.1 Kerangka Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk
Piano Empat Tangan
Bagian Birama Tempo Tonalitas
Introduksi 1 – 4 Moderato G Mayor
Bagian I
- A
5 – 71
5 – 24
Allegro
Allegro
G Mayor
16
- B
- C
- Transisi
25 – 51
52 – 65
66 – 71
Andante Con moto
Andante Con moto
Andante Con moto
G Minor
Atonal
Bagian II
- A
- B
- C
- Transisi
72 – 144
72 – 91
92 – 101
102 – 108
109 – 139
140 – 144
Largo
Largo
Lento
Vivace
Allegro
Andantino Grazioso
D Mayor
F# Mayor
Atonal
G Mayor
Bagian III
- A
- B
- C
- Coda
145 – 183
145 – 156
157 – 162
163 – 164
165 – 179
180 – 190
Allegro
Allegro
Allegro
Vivace
Vivace
Vivace
G Mayor
B. Analisis Komposisi Bagian I
Komposisi “Fantasia Dalam G Mayor” Untuk Piano Empat
Tangan memiliki introduksi sepanjang empat birama (birama 1-4) dan
menggunakan tempo Andante. Komposisi ini menggunakan sukat 4/4.
Secondo memainkan bass dalam akor G Mayor, progresi I – IV – V – I.
Primo memainkan block chord untuk menciptakan suasana megah.
Cadence yang digunakan adalah perfect authentic cadence.
17
Gambar 3.1 Introduksi
Bagian I memiliki bentuk A-B-C. Bentuk A menggunakan tempo
Allegro yang menggambarkan suasana gembira. Secondo memainkan
block chord Gsus4 (birama 5-13) dan primo memainkan melodi utama.
Melodi utama diolah dengan menggunakan teknik komposisi retrograsi1
(birama 10 ketukan ketiga sampai birama 12).
Gambar 3.2 Melodi Utama Diolah Menggunakan Retrograsi
1 Bergerak mundur.
18
Suasana gembira dalam birama 14 sampai birama 18, terjadi dialog
antara notasi pada primo dan secondo. Teknik piano yang digunakan oleh
penulis adalah teknik cross-hand untuk memunculkan kervituosoan antara
primo dan secondo (birama 14).
Gambar 3.3 Teknik Cross-Hand
Pada bagian I bentuk B terdapat perubahan suasana menjadi tenang
yang berayun-ayun. Tempo yang digunakan adalah tempo Andante Con
moto dan menggunakan ritme triplet. Terdapat teknik piano cross-hand
antara primo dan secondo (birama 29-32) dan arpeggio pada primo yang
menggunakan akor A7, kemudian dilanjutkan oleh secondo menggunakan
akor D Mayor menuju G Mayor (birama 33-35).
19
Gambar 3.4 Teknik Cross Hands dan Melodi Pada Tangan Kiri Pemain Primo
Gambar 3.5 Arpeggio pada primo dan secondo
Pada bagian I bentuk B terdapat pengolahan melodi pada primo
dengan menggunakan teknik komposisi retrograsi (birama 36-45). Akor
yang digunakan adalah G Mayor dan C Mayor.
20
Gambar 3.6 Retrograsi dari birama 36 sampai birama 39
Penggunaan teknik trill pada primo dan ritme not 1/16 pada
secondo menggambarkan kesan misterius sebelum menuju pada bagian I
bentuk C. Hal tersebut ditandai dengan perubahan dinamika crescendo
menjadi fortissimo pada primo dan forte menjadi fortissimo pada secondo
(birama 50).
Gambar 3.7 Teknik Piano Trill dan Kesan Misterius
Bagian I bentuk C menggunakan tonalitas G Minor yang melodi
pada tangan kiri pemain primo diolah dengan teknik retrograsi (birama 52-
59).
21
Gambar 3.8 Pengolahan Melodi Pada Pemain Primo Dengan Teknik Retrograsi
Terdapat transisi pada bagian I sebelum menuju bagian II. Primo
dan secondo menggunakan interval minor second (disonan). Hal tersebut
dideskripsikan dengan perubahan dinamika crescendo menjadi fortissimo
dan diakhiri dengan sforzando, aksen, dan staccato (birama 66-71).
Gambar 3.9 Transisi Pada Bagian I
C. Analisis Komposisi Bagian II
Bagian II bentuk A diawali dengan suasana gelisah yang
menggunakan akor DM7 dan dinamika pianissimo. Komposisi ini
menggunakan sukat 6/8. Teknik komposisi yang digunakan adalah
22
ostinato pada primo untuk menggambarkan suasana gelisah yang terus
menerus terjadi. Teknik ostinato2 diolah dengan menggunakan
perpindahan melodi pada secondo ke primo. Terdapat perubahan dinamika
dari pianissimo, piano, forte pada primo dan dari piano, mezzo piano pada
secondo (birama 72-85).
Gambar 3.10 Suasana Gelisah Pada Bagian II Bentuk A
Suasana sedih pada bagian II bentuk A menggunakan teknik
polychord3 pada primo dari akord Eb Mayor dan D Mayor, F# Mayor dan
G Mayor. Pada secondo, menggunakan teknik ostinato dari tangganada
AM7 dan C Dorian yang kemudian diolah dengan menggunakan repetisi4
dan dikahiri dengan cluster (birama 86-91). Terdapat perubahan dinamika
dari fortissimo menjadi sforzando yang disertai dengan aksen.
2 Latham, hlm 916. Sebuah melodi, ritme, atau frase chordal pendek yang diulang terus-
menerus sepanjang satu bagian utuh maupun sebagian. 3 Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice
(London: Faber and Faber Limited, 1961), 135. Polychord merupakan kombinasi dari dua atau
lebih akor pada area harmoni yang berbeda. 4 Pengulangan yang sama.
23
Gambar 3.11 Suasana Sedih Pada Bagian II Bentuk A
Bagian II bentuk B menggunakan teknik interval jarak dua dan
jarak setengah untuk menggambarkan suasana sedih. Tempo yang
digunakan adalah lento dan sukat yang digunakan adalah 2/4. Dinamika
yang digunakan adalah mezzo piano pada primo dan piano pada secondo
(birama 92-101).
Gambar 3.12 Suasana Sedih Pada Bagian II Bentuk B
Pada bagian II bentuk B, terdapat perubahan tempo dari Lento
menjadi Vivace dan perubahan sukat dari 2/4 menjadi 4/4 sebelum menuju
bagian II bentuk C yang memiliki suasana marah (birama 102-108).
24
Gambar 3.13 Perubahan Tempo dan Sukat Pada Bagian II Bentuk B
Bagian II bentuk C menggambarkan suasana marah dengan tempo
Allegro dan sukat 3/4. Teknik piano yang digunakan adalah chromatic
scale (tangganada kromatis) dari G Mayor yang diolah dengan
perpindahan chromatic scale antara primo dan secondo (birama 109-122).
Gambar 3.14 Teknik Piano Chromatic Scale
25
Terdapat teknik mirror chord by seconds (cluster)5 pada secondo
untuk menggambarkan suasana marah (birama 123-124).
Gambar 3.15 Teknik Komposisi Cluster Pada Secondo
Terdapat dua polymodal6 (modus) yang digunakan, yaitu C Aeolian
dan C Lydian. C Aeolian menggambarkan suasana gelap dan C Lydian
meggambarkan suasana terang sebelum menuju transisi yang memiliki
suasana tenang (birama 130-133).
5 Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice
(London: Faber and Faber Limited, 1961), 126. Kumpulan not dari akor jarak dua. 6 Persichetti, hlm 39. Ketika modus yang berbeda dimainkan secara bersamaan pada tonal
yang berbeda, maka hal tersebut dinaakan polimodal dan politonal.
26
Gambar 3.16 C Aeolian (birama 130-131) dan C Lydian (birama 132-133)
Transisi pada bagian II menggunakan tempo Andantino Grazioso
dengan tonalitas G Mayor untuk menggambarkan suasana tenang.
D. Analisis Komposisi Bagian III
Bagian III bentuk A memiliki suasana ceria yang diawali dengan
tempo Allegro. Sukat yang digunakan adalah 4/4 dengan tonalitas G
Mayor. Terdapat teknik piano tremolo dan glissando antara primo dan
secondo (birama 145-155).
Gambar 3.17 Teknik Piano Tremolo
27
G
Gambar 3.18 Teknik Piano Glissando
Bagian III bentuk B menggunakan ritme triplet. Tangan kiri pada
secondo menggunakan block chord dari Gsus4 dan Csus4 (birama 157-
158). Terdapat teknik komposisi akor kuartal 7(akor yang memiliki interval
4) posisi dasar pada birama 159-160. Terjadi perubahan tempo pada
bagian III bentuk B, yaitu dari tempo Allegro menjadi Vivace.
Gambar 3.19 Teknik Komposisi Akor Kuartal pada secondo
7 Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony: Creative Aspects and Practice
(London: Faber and Faber Limited, 1961), 94. Akor kuartal dibentuk dengan cara menumpukkan
beberapa nada dalam interval empat sehingga interval dari masing-masing nada dalam akor
tersebut berjarak empat.
28
Bagian III bentuk C, tangan kanan pada primo memainkan
quintuplet dan diolah dengan menggunakan teknik sekuens jarak empat
yang konsekuen. Secondo memainkan block chord Gsus4 (birama 165-
168).
Gambar 3.20 Quintuplet Pada Primo Dengan Sekuen Jarak Empat
Bagian III terdapat coda yang merupakan penegasan kembali dari
melodi utama pada bagian I yang dimainkan oleh primo dan secondo
secara bersamaan (birama180-190). Melodi utama diolah dengan
menggunakan teknik retrograsi, diminusi8, repetisi, dan imitasi
9. Bagian
penutup diakhiri dengan dinamika pianissimo untuk memberikan kejutan
terhadap penonton.
8 Memperkecil nilai nada.
9 Pengulangan yang sama pada oktaf atau instrumen yang berbeda.