bab ii tinjauan pustaka - eprints.unmerbaya.ac.id ii.pdf2.1.8 arthritis rheumatoid lansia atrhiritis...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .1 Konsep Dasar Lansia .1.1 Pengertian Lansia Pengertian lansia mengalami interpretasi yang beragam. Gerontologi ilmu yang mempelajari tentang lansia, mendefinisikan lansia mengggunakan berbagai perspektif seperti biologis, medis, antropologi, sosial, psikologi, hukum, ekonomi sehingga konsep lansia hingga kini tidak ada batasan yang pasti. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia lanjut meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia(elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu kelompok usia 75-90 tahun, usia saat tua (very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun. Para Menteri Kesehatan yang termasuk Regional Office for South-East Asia (SEARO) dalam Health Ministers Meeting ke 30 sepakat untuk mengangkat isu Ageing sebagai prioritas masalah kesehatan yang disebut Surabaya Declaration on Ageing and Health 2012. 11 negara yang termasuk SEARO adalah Bangladesh, Bhutan, Democratic Peoples Republic of Korea, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Terdapat 14 komitmen yang harus ditindaklanjuti oleh setiap negara SEARO dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia di setiap negara. Salah satu dari komitmen tersebut yaitu menjadikan kesehatan lanjut usia sebagai prioritas nasional. Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    .1 Konsep Dasar Lansia

    .1.1 Pengertian Lansia

    Pengertian lansia mengalami interpretasi yang beragam. Gerontologi ilmu yang

    mempelajari tentang lansia, mendefinisikan lansia mengggunakan berbagai perspektif seperti

    biologis, medis, antropologi, sosial, psikologi, hukum, ekonomi sehingga konsep lansia hingga

    kini tidak ada batasan yang pasti. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia

    lanjut meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut

    usia(elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu kelompok usia 75-90

    tahun, usia saat tua (very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun.

    Para Menteri Kesehatan yang termasuk Regional Office for South-East Asia (SEARO)

    dalam Health Ministers Meeting ke 30 sepakat untuk mengangkat isu Ageing sebagai prioritas

    masalah kesehatan yang disebut Surabaya Declaration on Ageing and Health 2012. 11 negara

    yang termasuk SEARO adalah Bangladesh, Bhutan, Democratic Peoples Republic of Korea,

    India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Terdapat 14

    komitmen yang harus ditindaklanjuti oleh setiap negara SEARO dalam upaya peningkatan

    kesehatan lanjut usia di setiap negara. Salah satu dari komitmen tersebut yaitu menjadikan

    kesehatan lanjut usia sebagai prioritas nasional.

    Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun

    (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

    waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

  • alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan

    tua (Nugroho, 2008).

    .1.2Karakteristik Lansia

    Lansia memiliki karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah

    yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi

    adaptif hingga kondisi maladaptif (Maryam, 2008).

    .1.3 Klasifikasi Lansia

    Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

    1. Pralansia (prasenilis)

    Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.2. Lansia

    Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

    3. Lansia Resiko Tinggi

    Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

    dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2004).

    4. Lansia PotensialLansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

    menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2004).5. Lansia Tidak Potensial

    Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan

    orang lain (Depkes RI, 2004).

    .1.4 Tipe Lansia

    Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe

    usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

    1. Tipe arif bijaksana

  • Lanjut usia ini kayadengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

    zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

    rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

    2. Tipe mandiri

    Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif

    dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

    3. Tipe tidak puas

    Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang

    menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

    status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit

    dilayani dan pengkritik.

    4. Tipe pasrah

    Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis

    (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja

    dilakukan.

    5. Tipe bingung

    Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,

    menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

    .1.5 Tugas Perkembangan Lansia

    Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas

    perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

    Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

    1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

  • 2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

    3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

    4. Mempersiapkan kehidupan baru.

    5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

    6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

    2.1.6 Masalah-Masalah Kesehatan pada Lansia

    Masalah utama pada lansia berusia di atas 65 tahun adalah penyakit jantung, kangker,

    gangguan sensorik, nyeri, penggunaan obat deng tidak teratur, dan penyakit Strok atau

    serebrovaskular (CDC,2005). Penyebab lainnya adalah penyakit paru-paru, kecelakaan atau

    jatuh, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit hati. Semua penyebab kematian tersebut bisah

    dicegah sehingga dapat menunda kecacatan atau kematian.

    2.1.7 Fisiologis Lansia

    Lansia memiliki keinginan yang bervariasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan promosi

    kesehatan. Oleh karena itu, gunakan pendikatan individual dengan mempertimbangakan

    kepercayaan seseorang atas pentingnya kesehatan dan kemandirian. Peniliti belum dapat

    mengidentifikasi semua foktor yang memengaruhi kondisi kesehatan yang baik pada usia lanjut.

    Namun, empat faktor yang terpenting di antaranya adalah genetik, keuntungan, kebiasaan hidup

    sehat, dan tindakan preventif. Pusat lansia gereja, sekolah, pusat perbelanjaan, perpustakaan, dan

    lobi rumah sakit merupakan lokasi pemeriksaan dan pengajian informasi kesehatan. Sekitar 80%

    lansia di atas 65 tahun memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan kronis, dan 50% memiliki

    setidaknya dua penyakit kronis ( CDC, 2003). Efek penyakit kronis pada kehudupan lansia

    bervariasi, tetapi kondisi ini dapat menurunkan kesejahteraan dan mengancam kemandirian

    mereka. Arahkan tindakan keperawatan pada manajemen kondisi ini tetapi anda juga harus

  • memutuskan tindakan pada pencegahan. Tindakan pencegahan yang dapat anda sarankan pada

    lansia adalah sebagai berikut.

    a. Partisipasi dalam kegiatan skrining kesehatan (pengukuran tekanan darah, mamografi,

    depresi, pemeriksaan penglihatan, dan pendengaran, kolonoskopi).

    b. Olahraga teratur

    c. Penurunan beratbadan pada kasus overweight.

    d. Diet seimbang dan rendah lemak.

    e. Kunjungan teratur kedokter gigi.

    f. Berhenti merokok.

    g. Imunisasi influenza, pneumonia pneumococcus, dan tetanus.

    2.1.8 Arthritis Rheumatoid Lansia

    Atrhiritis biasa terjadi pada sendi yang mengeman beban. Kondisi ini banyak di

    temukan pada lansi, terutama wanita tingkat mobilitas lansia tergantung pada keparahan penyakit

    dan sendi yang terkena. Dampak arthiritis pada kehidupan lansia adalah gabungan antara

    perubahan jangkauan gerak dan stabilitas sendi dengan tingkat nyeri yang di rasakan. Arthritis

    tidak dapat di sembuhkan, tapi obat yang tersedia dapat menurunkan rasa nyeri dan

    pembengkakan, sehingga meningkatkan jankauan sendi. Tujuan interpensi keperawatan pada

    pembentukan rasa nyaman, kemampuan fungsional, dan keamanan. Penting juga melakukan

    indukasi tentang teknik perawatan diri, perlindungan diri, serta latihan fleksibilitas dan kekuatan.

  • 2.2 Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid

    .2.1 Definisi Arthritis Rheumatoid

    Arthritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi auto imun sistemik, kronis dan

    eksaserbatif yang menyerang persendian dengan target jaringan sinovia

    Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan,

    gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya. Arthritis Rheumatoid

    (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem

    kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada

    sendi.Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai

    dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan

    tulang

    (Arif Mansjour, 2007).

    .2.2 Etiologi

    Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang

    diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain Menurut (Suratun, Heryati, Manurung &

    Raenah, 2008).1. Usia lebih dari 40 tahun

    Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang

    terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan

    tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.2. Jenis kelamin wanita lebih sering

    Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering

    terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun,

    frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50

  • tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal

    ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.3. Suku bangsa

    Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini

    mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan

    kongenital dan pertumbuhan tulang.4. Genetik

    Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas

    utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki

    resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.5. Kegemukan dan penyakit metabolik

    Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

    osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan

    oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi

    lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan

    (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan

    pada timbulnya kaitan tersebut.

    6 Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

    Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan

    peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang

    berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

    7. Kelainan pertumbuhanKelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis

    paha pada usia muda.8. Kepadatan tulang

    Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.

    Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi

  • benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi

    lebih mudah robek.

    .2.3 Jenis Reumatik

    Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:1. Reumatik Sendi (Artikuler)

    Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).

    Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

    2. Artritis Reumatoid

    Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh

    tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di

    persendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya

    mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang

    selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan

    tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada

    kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan

    karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor

    termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus

    Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-

    tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya

    perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami

    pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan

    kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian

    dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi

  • sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara

    perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

    3. Osteoatritis

    Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui,

    namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses

    penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh

    persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan

    ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan

    yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.

    Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui

    berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih

    sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan

    olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

    4. Atritis Gout

    Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik gout

    merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout

    juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di

    persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu

    timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum

    diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal

    yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi

    asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

    Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena

  • nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu

    senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam

    kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena

    penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker,

    vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar

    trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya

    terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-

    benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

    5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

    Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft

    tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism).

    Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

    a. FibrosisMerupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.

    Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor

    kejiwaan.b. Tendonitis dan tenosivitis

    Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat

    perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.c. Entesopati

    Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat

    mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan

    lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.d. Bursitis

    Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.

    Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.e. Back Pain

  • Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus

    intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang

    salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan

    sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.f. Nyeri pinggang

    Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri

    terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke

    tungkai dan kaki.g. Frozen shoulder syndrome

    Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa

    menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat

    keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

    .2.4 Manifestasi klinis

    Gejala utama dari artritis rheumatoid adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,

    terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,

    kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan

    sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

    pembesaran sendi dan krepitasi.

    Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin

    dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang

    merata dan warna kemerahan, antara lain;

    1. Nyeri sendiKeluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan

    sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa

    nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.2. Hambatan gerakan sendi

  • Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

    bertambahnya rasa nyeri.3. Kaku pagi

    Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari

    kursi, atau setelah bangun dari tidur.4. Krepitasi

    Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.5. Pembesaran sendi (deformitas)

    Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling

    sering) secara perlahan-lahan membesar.6. Perubahan gaya berjalan

    Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang

    menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman

    yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

    .2.5 Patofisiologi

    Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

    eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,

    terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk

    pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan

    granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.

    Kartilago menjadi nekrosis.

    Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan

    kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau

    tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen

    jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang

    sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

  • Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

    serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

    dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid

    (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

    2.2.6 Penatalaksanaan Arthritis Rheumatoid

    Penderita rheumatoid hanya bias melakukan perawatan karena bisa melakukan hingga saat

    ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan arthritis rheumatoid sepenuhnya.

    Perawatan bisa membantu menguraing gejala peradangan di persendian, mencegah atau

    memperlambat kerusakan persendian, mengurangi tingkat disabilitas, dan membuat penderita

    arthritis rheumatoid bias tetap hidup aktif. Berapa hal yang bias dilakukan adalah mengonsumsi

    obat, perawatan pendukung dan operasi, serta mengubah gaya hidup.

    Ada beberapa cara perawatan dan pengobatan yang bias dilakukan untuk menekan

    perkembang penyakit. Pada awalnya, dokter akan meresepkan obat dengan efek samping paling

    sedikit setelah itu, jika tidak efek, obat dengan efek samping lebih berat akan ditambahkan.

    a. Steroid

    b. Obat pereda sakit

    c. Perawatan terapi biologis

    d. Terapi

    e. Operasi

    2.2.7 Tinjauan tentang Nyeri

    1. Definisi Nyeri

    Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

    mengalaminya yang dapatmenjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum,nyeri

  • dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baikringan maupun berat.Nyeri adalah

    alasan utama orang untukmencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sangatmengganggu dan

    menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatupenyakit manapun.

    2. Fisiologi nyeri

    Terdapat empat proses fisiologi dari nyeri nosiseptif (nosiseptif : saraf-saraf yang

    menghantarkan stimulus nyeri ke otak): transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi (McCaffery

    dan Pasero, 1999). Klien yang sedang menglami nyeri tidak dapat membedakan keempat proses

    tersebut. Bagaimanapun, pemahaman terhadap masing-masing proses akan membantu kita dalam

    mengenali faktor-faktor yang menyebabkan nyeri, gejala yang menyertai nyeri, dan rasional dari

    setiap tindakan yang diberikan.

    Simulasi suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri. Elergi dari

    stimulasi-stimulasi ini dapat di ubah menjadi energi listrik. Perubahan energi ini dinamakan

    transduksi. Transduksi dimulai di perifer, ketika stimulus terjadinya nyeri mengirimkan impuls

    yang melewati serabut saraf nyeri perifer yang terdapat di pancaindra (nosiseptor: saraf

    pancaindra yang menghantarkan stimulasi nyeri ke otak), maka akan menimbulkan potensial

    aksi. Setelah proses transduksi selesai, transmisi implus nyeri di mulai.

    Kerusakan sel dapat disebabkan oleh stimulus suhu, mekenik, atau kimiawi yang

    mengakibatkan pelepasan neurotransmitter eksitatori; seperti prostaglandin, bradikinin, kalium,

    histamin, dan subtansi yang peka terhadap nyeri yang terdapat di sekitar serabut nyeri di cairan

    ekstraselular, menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi (peradangan)

    (Renn dan Dorsey, 2005).

    3. Klasifikasi nyeri

    Adapun macam-macam tipe nyeri yaitu sebagai berikut :

  • a. Nyeri akutNyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut,penyakit, atau intervensi bedah dan

    memiliki awitan yang cepatdengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)

    danberlangsung untuk waktu singkat.b. Nyeri kronik

    Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeriakut, intensitasnya (ringan sampai

    berat) dan biasanyaberlangsung labih dari 6 bulan.c. Nyeri somatis dalam

    Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang komplek Struktur somatic merupakan bagian

    pada tubuh seperti otot-otot atau tulang, struktur somatis yang ada dalam tubuh berbeda-

    beda intensitasnya terhadap nyeri. Tulang dankartilago biasanya sensitif terhadap tekanan

    yang ekstrim ataustimulasi kimia (misalnya Artritis reumatoid, osteomyelitis).d. Nyeri psikogenik

    Nyeri psikogenik disebut juga nyeri sematoform, adalahnyeri yang tidak diketahui secara

    fisik, nyeri ini biasanya timbulkarena pengaruh psikologis, mental, emosional, atau

    faktorperilaku. Sakit kepala, nyeri perut adalah contoh sebagian darinyeri psikogenik yang

    paling umum.

    4. Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri.

    Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhipersepsi dan reaksi masing-masing

    individu terhadap nyeri antara lain faktor internal, eksternal.

    Faktor internal terdiri dari :a. Usia

    Diperhatikan lebih dari 85% dewasa tua mempunyi sedikitnya satu masalah kesehatan

    kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Lansia cenderung mengabaikan lama sebelum

    melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian dari mereka menggap nyeri

    menjadi bagian dari penuaan normal. Sebagian lansia lainnya tidak mencari perawatan karena

    mereka takut nyeri tersebut mendatangkan penyakit yang serius.

  • b. Jenis kelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki atau perempuan tidak berbeda secara signifikan

    dalam dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.c. Kebudayaan

    Orang belajar dari budaya, bagaimana seharusnya meraka berespon terhadap nyeri.

    ( misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat harus diterima

    karena mereka melakukan sesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri ).d. Makna nyeri

    Berhubungan dengan bagaimana pengalaman atau presepsi seseorang terhadap nyeri dan

    bagaimana mengatasinya.

    e. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatinya pada nyeridapat mempengaruhi

    repsesi nyeri. Menurut (Gill, 1990) perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri

    yang meningkat sedangkan upaya diktrasi di hubungkan dengan respon nyeri yang menurun.f. Perhatian Ansietas (kecemasan)

    Cemas meningkatkan presepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang

    cemas.g. Pengalaman sebelumnya

    Seorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau, dan saat ini nyeri yang

    sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinnya. Mudah tidaknya seseorang

    mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masalalu dalam mengatasi nyeri.h. Pola kuping

    Pola kuping dapati akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya

    pola kuping yang maladaptive akan akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.i. Dukungan keluarga dan sosial.

    Induvidu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau

    teman dekat atau memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

    5. Skala pengukuran derajat nyeri

  • Untuk mengukur derajat nyeri dapat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan skala

    nyeri. Adapun skala nyerimeliputi :

    a. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

    Merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitasnyeri yang terus menerus dan

    memikili alat pendeskripsi verbalpada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan

    penuhpada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeriyang ia rasakan. Skala analog

    visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien

    dapatmengidentifikasi setiap titik pada rangkaiain daripada dipaksamemilih satu kata atau satu

    angka.

    Tidak ada nyeri Nyeri sedang Nyeri berat

    b. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

    Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahanyang lebih bersifat objektif. Skala ini

    merupakan sebuah garisyang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusundalam jarak

    yang paling sama sepanjang garis. Kalimatpendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai

    nyeripaling berat.

    c. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)

    Digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri

    dengan skala 0 sampai 10.Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka10

    mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri

    sebelum dan sesudah intervensi terapeutik

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  • d. Skala lima tingkat merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala,

    yaitu 0=tidak nyeri, tidak adarasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=minimal,

    istirahattidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama,berat dan penekanan kuat

    terasa sakit. 2=ringan, rasa sakitterus-menerus atau kadang timbul tetapi masih

    dapatdiabaikan/tidak mengganggu, LGS normal pada penekanan kuatterasa sakit, fleksi dan

    ekstensi sakit. 3=sedang, keluhan sepertiderajat 3 ditambah keluhan tersebut mengganggu

    aktivitas, LGSterganggu. 4=berat, nyeri menyulitkan lansia hampir taktertahankan dan gerakan

    fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidakmampu.

    TABEL SKALA TINGKAT NYERI

    No Responden 4 3 2 1 0

    1 Perhatian Hampir

    semuanya tertuju

    pada nyeri,

    sangat sulit di

    alihkan.

    Lebih

    memperhatikan

    nyeri,sangat

    sulit di alihkan.

    Sebagian

    perhatian pada

    nyeri, mudah

    dialihkan.

    Sedikit

    perhatian

    pada nyeri,

    mudah di

    alihkan.

    Tidak ada

    perhatian

    pada nyeri,

    sangat mudah

    dialihkan.2 Anxietas Sangat tegang,

    mudah marah,

    khawatir

    Tegang, mudah

    marah, kawatir

    Agak

    tegang,mudah

    marah,kawatir

    Sedikit

    tegang,

    mudah

    marah,kawatir

    Tidak tegang,

    tidak kawatir

    3 Verbal Ada nyeri yang

    sangat hebat

    Ada nyeri hebat Agak nyeri Sedikit nyeri Tidak adanyeri

  • 4 Perspirasi Perspirasisangat

    jelas

    Ada

    perspirasi, jelas

    lembab,dingin

    Ada

    perspirasi,

    sedikit lembab

    Sedikit

    perspirasi,Sedikit lembab

    Perspirasi

    normal.

    5 Suara Berteriak atau

    menangis

    tersedu

    Merintih

    dengan keras

    Merintih dengan

    lembut

    Mengeluh

    dengan

    dengkuran

    lembut

    Berbicara

    dengan

    tekanan

    normal6 Nausea Muntah Mengatakan

    ingin muntah

    Merasa sakit

    perut

    Merasa mual Tidak merasa

    mual7 Ketegangan

    otot

    Kaku dengan

    tekanan ringan

    terasa sakit

    sangat tegang

    Kaku,tekanan

    kuat serasa

    sakit, tegang.

    Agak kaku,

    tekanan kuat,

    terasa sakit,

    agak tegang

    Sedikit kaku,

    tekanan yang

    sangat kuat

    tersa sakit,

    sedikit

    tegang

    Rileks, tidak

    kaku, tidak

    tegang

    8 Interaksi

    social

    Menghindari

    percakapan dan

    kontak sosial

    Sedikit

    komonikasi,

    lebih fokus

    pada nyeri.

    Percakapan

    baik, sedikit

    fokus pada

    nyeri

    Percakapan

    baik,

    perhatian

    menurun

    Komonikasi

    normal

    9 Ekspresi

    waja

    Bermuka asam,

    mulut dan gigi

    terkatup rapat,

    mengeretak

    Keinginan

    menurut, mulut

    dan gigi

    terkatup, tidak

    menggeretak

    Kengingnan

    menurut,

    mulut dan gigi

    tidak terkatup

    Sedikit

    mengerut

    Kumonikasi

    normal

    10 Aktifitas

    persendian

    Tidak mampu

    mengerakan jari

    tangan atau kaki,

    persendian, tidak

    dapat

    Hanya mampu

    menggerakan

    sedikit

    persendihan,

    menggagu

    aktifitas

    Fleksi dan

    ekstensi

    sedikit

    menggagu

    aktifitas

    Fleksi dan

    ekstensi tidak

    maksimal

    Fleksi dan

    ekstensi

    normal

    Keterangan : 0 = Tidak nyeri 1-10 = Nyeri Minimal

  • 21-30 = Nyeri sedang11-20 = Nyeri ringan31-40 = Nyeri bera

    2.2.8 Nyeri Berdasar PQRST

    I P : provokatif atau paliatif : Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri

    II Q : Qualitas atau Quantitas : Berapa berat keluhan nyeri

    II R : Region atau radias : Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan.

    IV S : Skala seviritas : Skala kegawatan

    V T : Timing : Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan

    2.2.9 Intervensi Nyeri Non Farmakologi Dan Farmakologi

    1. Non farmakologis untuk mengurangi nyeri

    Beberapa intervensi non-farmakologi tersedia untuk mengurangi nyeri; Bagaimanapun,

    intervensi tersebut dilakukan dengan dan tidak ditetapkan sebagai tindakan farmakologi

    (Gruener dan Lande, 2006; McCaffery dan Pasero, 1999).

    a. Relaksasi dan imajinasi terpimpin. Klien dapat mengubah perasaan dan presepsi nyeri secara

    kognitif melalui relaksasi imajinasiterpimpin. Relaksasi merupakan perasaan bebas secara

    mental dan fisik dari ketegangan atau stres yang membuat indifidu merasa kontrol terhadap

    dirinya.

    b. Distrasi. System aktif yang kompleks menghambat stimulus nyeri apa bila seseorang

    menerima input sensorik yang cukup atau berlebihan.

    c. Stimulasi kutaneus. Stimulasi pada kulit membantu untuk mengurangi nyeri misalnya,

    Masase atau pijat, mandi dengan air hangat, kompres air hangat, kantong es, dan stimulasi

  • elektrik pada saraf trasnkutaneus menstimulasi kulit untuk mengurangi presepsi nyeri (When

    your pain, 2002).

    2. Intervensi pengurangan nyeri secara farmakologi

    Banyak subtasi-subtasi atau agen farmakologi tersedia untuk mengurangi nyeri. Perawat

    harus memberikan semua analgesik dengan menggunakan pedoman atau petunjuk dari The Joint

    Commision’s National Patient Safety Goals (2007). Ada tiga tipe analgesic, yaitu:

    a. Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antinflamasi non-sreoi ( nonsteroid

    antiflamatory drugs/ NSAIDs );

    b. Opioid ( secara tradisional dikenal dengan narkotik );

    c. Tambahan atau pelengkap koanalgesik ( adjuvants ), variasi dari pengobatan yang

    meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan analgesik yang semula tidak di ketahui.

    2.3 Konsep Kompres Hangat Basah

    2.3.1 Pengertian Kompres Hangat Basah

    Kompres hangat basah adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di

    kompres hangat basah celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh

    tertentu.Kompres hangat basah adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat

    yang dapat meninbulkan efek fisiologis. Kompres hangat basah dapat digunakan pada

    pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot – otot yang tegang (Gabriel F. J, 1998).Menurut

    Sylvia A price (2006) kompres hangat basah adalah memberikan rasa hangat kepada pasien

    untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan

    pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan tujuan memberikan kenyaamanan

    kapada pasien.

  • Kompres hangat basah adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan

    menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

    memerlukan.Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan

    rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer, serta

    memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien.Pemberian kompres dilakukan pada radang

    persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.(Stevens, PJM, F, Bordui, WE, Van

    Der Meer, GI, Almekinders, J, Caris, & I, AG Van Der Weyde. 1999)

    Presepsi nyeri dipengaruhi oleh variabel fisiologis dan psikologis. Status gate atau ointu

    gerbang berada pada dorsal horn subtansial gelantinose yang akanmenghasilkan impuls nyeri

    dalam arti lain bahwa gerbang terbukan maka impuls dapat bergerak bebas menuju jalur

    asending (ke atas) yang akan menghasilkan persepsi nyeri. Dengan pemberian panas gerbang

    akan tertutup karena adanya stimulasi dari serabut saraf A delta. Ketika gerbang tertutup impuls

    nyeri terhambat, hal ini akan mengurangi persepsi nyeri (Mander R, 2006).

    Selain itu pemberian panas dapat menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga akan

    memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam

    dan bahan makanan ke sel-sel akan diperbesar dan pembuangan za-zat akan diperbaiki. Jadi akan

    timbul proses pertukaran zat yang lebih baik. Aktivitas sel akan meningkat sehingga mengurangi

    rasa sakit (Stevens, PJM, F, Bordui, WE, Van Der Meer, GI, Almekinders, J, Caris, & I, AG Van

    Der Weyde. 1999).

    Kompres hangat basah merangsang sirkulasi dan meningkatkan lokalisasi bahan purulen

    pada jaringan (Johnson JY, Temple JS, & Carr P, 2005). Kompres panas juga dapat membuka

    aliran darah yang mengakibatkan relaksasi dari otot (Turana Y, 2006).

    .3.2 Tujuan Kompres Hangat Basah

  • Meningkatkan control kehilangan pada tubuh melalui penguapan untuk, (Gabriel F.J,2006).

    a. Memperlancar sirkulasi darah

    b. Menurunkan suhu tubuh

    c. Mengurangi rasa sakit

    d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien

    e. Memperlancar pengeluaran eksudat

    f. Merangsang peristaltik usus

    g. Mengurangi peradangan dan spasmus otot

    h. Meningkatan aktivitas sel.

    .3.3 Kompres Air Hangat Basah

    Saat otot terasa kaku, nyeri atau cedera yang berkepanjangan, kompres hangat basah

    adalah pertolongan pertama yang ideal.Panas cukup efektif meredakan rasa sakit akibat

    pergerakan otot yang berlebihan. Kompres dengan menggunakan kantung atau handuk panas

    meningkatkan elastisitas jaringan sendi dan menstimulasi peredaran darah.

    Kompres selama 20 menit juga membantu merenggangkan dan menenangkan bagian

    tubuh yang cedera. Maka kompres hangat basah baik dilakukan sebelum olahraga yang mungkin

    akan menyebabkan rasa sakit itu muncul ketika beraktivitas. Satu hal yang penting diperhatikan,

    jangan mengompres hangat basah pada cedera atau luka yang baru. Saat Anda baru cedera, panas

    hanya akan membuatnya lebih buruk. Menyebabkan pembuluh darah membesar. Gunakan

    kompres hangat basah jika Anda telah relaks sehabis berolahraga, minimal 48 jam setelah

    mengalami cedera.

  • Selain untuk menurunkan nyeri, kompres hangat basah juga dapat digunakan untuk

    mengurangi nyeri pada saat cedera. Namun, tidak boleh digunakan pada cedera akut atau cedera

    yang baru saja terjadi karena justru akan memperparah kondisi cedera atau luka. Kompres hangat

    basah ini dapat digunakan untuk cedera yang sudah lebih dari 48 jam. Namun kompres hangat

    tidak boleh digunakan di perut pada orang yang mengalami radang atau infeksi usus buntu.

    .3.4 Pengaruh Kompres Hangat Basah

    Efek dari kompres hangat basah adalah untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang

    terinjuri, melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan

    tersebut. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel darah putih

    secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang

    mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan

    CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan (Gabriel

    F.J, 1998).

    Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel,

    menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan. Kompres hangat

    diberikan satu jam atau lebih.

    .3.5 Indikasi Kompres Hangat Basah

    1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah).

    2. Klien dengan perut kembung.

    3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian.

    4. Sepasme otot.Adanya abses, hematoma.

    .3.6 Kontra Indikasi Kompres Hangat Basah

    1. Gangguan sensibilitas.

  • 2. Buerger diseases.

    3. Gangguan peredaran darah arterial perifir.

    .3.7 Mekanisme Tubuh terhadap Kompres Hangat Basah

    Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus

    melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus

    dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi

    perifer.Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata

    dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.

    Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi panas melalui

    kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai

    keadaan normal kembali.

    .3.8 Penggunaan Kompres Hangat Basah

    a. Penanganan demam bukanlah dengan dikompres air dingin seperti yang biasa dilakukan

    dahulu kala karena orang demam jika dikompres dingin akan lebih demam lagi saat kompres

    dihentikan. Karena pada saat dikompres dingin, pusat pengatur suhu menerima sinyal bahwa

    suhu tubuh sedang dingin maka tubuh harus segera dihangatkan. Jadi justru akan

    bertentangan dengan hasil yang diharapkan. Lain halnya bila dilakukan kompres hangat.

    Pusat suhu akan menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang hangat, maka suhu tubuh

    harus segera diturunkan. Inilah pengaruh yang diharapkan.Ketika demam kita memang

    merasa kedinginan meskipun tubuh kita sebenarnya panas.Kompres hangat membantu

    mengurangi rasa dingin & menjadikan tubuh terasa lebih nyaman.

    b. Untuk cedera lama/kondisi kronis, yang mana bisa membantu membuat rileks, mengurangi

    tekanan pada jaringan serta merangsang aliran darah ke daerah.

  • c. Untuk pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang tetapi tidak boleh digunakan

    untuk yang cedera akut atau ketika masih ada bengkak, karena panas dapat memperparah

    bengkak yang sudah ada.

    .3.9 Cara Menggunakan Kompres Hangat Basah

    a. Tempelkan ke bagian tubuh yang nyeri kantong karet/ botol yang berisi air hangat atau handuk

    yang telah dicelupkan ke dalam air hangat dengan temperatur 40-50 derajat Celcius atau bila

    sulit mengukurnya, coba pada dahi terlebih dahulu, jangan sampai terlalu panas atau sesuaikan

    panasnya dengan kenyamanan yang akan dikompres.

    b. Peras kain yang digunakan untuk mengkompres, jangan terlalu basah.

    c. Lama kompres sekitar 15-20 menit dan dapat diperpanjang.

    d. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.

    e. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh

    lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah.

    .3.10Memberikan Kompres Hangat Basah

    a. Bayi/anak Suhu air dalam botol air panas harus 40,5-46oC untuk anak-anak kurang dari 2 tahun.

    b. Lansia memberikan perhatian khusus saat mengkaji area yang akan diterapi dan ketika

    mengevaluasi efek terapi karena lansia memiliki banyak kondisi yang merupakan predisposisi

    terjadinya cidera pada pemberian kompres.

    .3.11 Metode Kompres Hangat Basah

    Kompres hangat menggunakan air hangat didasarkan bahwa kompres dengan

    menggunakan air dingin itu sebenarnya tidak begitu efektif menurunkan panas. Karena kontak

    dengan air dingin maka pembuluh darah yang kontak dengan kain kompres dingin akan

    menyempit (vasokonstriksi) sehingga menyulitkan pengeluaran panas.Pusat pengatur suhu

  • menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi hangat, maka suhu tubuh

    butuh untuk segera diturunkan. Apalagi, saat demam kita memang merasa kedinginan meskipun

    tubuh kita justru mengalami peningkatan suhu. Kompres air hangat memiliki beberapa

    keuntungan, disamping membantu mengurangi rasa dingin, air hangat juga menjadikan tubuh

    terasa lebih nyaman.

    .4 Cara Pemberian Kompres Hangat Basah

    .4.1 Kompres Hangat Basah

    a. Persiapan alat

    1. Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46ºc)

    2. bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai

    3. kasa perban atau kain segitig

    4. pengalas

    5. sarung tangan bersih di tempatnya

    6. bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)

    7. waslap 4 buah/tergantung kebutuhan

    b. Prosedur

    1. Mendekatkan alat-alat kedekat klien

    2. Memperhatikan privacy klien

    3. Mencuci tangan

    4. Mengatur posisi klien yang nyaman

    5. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres

    6. Memakai sarung tangan lalu membuka balutan perban bila diperban

    7. Kemudian, membuang bekas balutan ke dalam bengkok kosong

  • 8. Mengambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu memasukkan ke

    dalam kom yang berisi cairan hangat.

    9. Kemudian mengambil kasa tersebut, lalu membentangkan dan meletakkan pada area yang

    akan dikompres

    10 Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa

    kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga

    11 Melakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan

    kompres tiap 5 menit

    12 Melepaskan sarung tangan

    13 Mengatur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman

    14 Membereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali

    15 Mencuci tangan

    16 Mendokumentasikan tindakan ini beserta responnya

    c. Hal yang perlu diperhatikan

    1. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap hangat,

    cairan jangan terlalu panas,

    2. Hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar

    3. Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres

    4. Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka tertutup seperti

    memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang penting bersih.

    .4.2 Kompres Hangat Kering Menggunakan Buli-Buli Panas

    a. Persipan alat

    1. Buli-buli panas dan sarungnya

  • 2. Termos berisi air panas

    3. Termomerter air panas

    4. Lap kerja

    b. Prosedur

    1. Mempersiapan alat

    2. Mencuci tangan

    3. Melakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara mengisi buli-

    buli dengan air panas, mengencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli

    berulang-ulang, lalu mengosongkan isinya. Menyiapkan dan mengukur air yang di

    inginkan (50-60ºc)

    4. Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli

    tesebut. Lalu mengeluarkan udaranya dengan cara :meletakkan atau menidurkan buli-buli

    di atas meja atau tempat datar.bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan

    air di leher buli-buli. Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar.

    5. Memeriksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu mengeringkn dengan lap kerja dan

    memasukkan ke dalam sarung buli-buli.

    6. Membawa buli-buli tersebut ke dekat klien.

    7. Meletakkan atau memasang buli-buli pada area yang memerlukan.

    8. Mengkaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang stimbul akibat

    pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan,

    kebocoran, dsb.

    9. Mengganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengan air panas lagi, sesuai yang

    di kehendaki

  • 10. Membereskan alat alat bila sudah selesai

    11. Mencuci tangan

    12. Mendokumentasikan tindakan ini beserta responnya

    2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberikan Kopres Hangat

    1. Jangan letakan kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong dengan

    kain flanel atau handuk.

    2. Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi

    sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.

    3. Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit

    penderita.

    4. Kompres hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0darah

    di area tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.

    5. Kompres hangat tidak boleh diberikan di perut jika mengalami radang/ infeksi usus

    buntu.

    2.2.8 Nyeri Berdasar PQRST