bab 1 pendahuluan - eprints.unmerbaya.ac.id i.pdf · perilaku cuci tangan dengan diare pada anak...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Derajat kesehatan anak pada saat ini belum dapat dikatan baik, karena masih
ada permasalahan kesehatan khususnya pada anak usia sekolah (Gobel, 2009).
Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman
perilaku kesehatan sejak dini (Hendra, 2007). Perilaku seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengetahuan, sikap, motivasi, dan
lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang secara khusus meneliti faktor
motivasi dan lingkungan terhadap perilaku mencuci tangan belum dilakuka
dengan baik. Menurut (Budiman, 2009) menyatakan bahwa sehat berkaitan
dengan linkungan sekitar dimana seseorang hidup, pola hidup sehari-hari, dan
kebiasaan menjaga kebersihan diri. Menjaga kebersihan tangan merupakan
pertahanan awal menjaga kebersihan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci
tangan (Kemkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan usia yang rawan
terhadap berbagai penyakit, terutama yang berhubungan dengan perut, seperti
diare, kecacingan, dan infeksi saluran pernapasan atau ISPA, dan lain-lain.
Kebiasaan siswa SDN Karah 1 Kota Surabaya, ditemukan 3 dari 5 diantaranya
tidak melakukan cuci tangan sebelum makan pada jam istirahat mengkonsumsi
jajanan secara bebas dan tidak melakukan cuci tangan sebelum makan
menyebabkan berbagai kuman maupun bakteri penyebab penyakit mudah masuk
ke dalam tubuh, karena tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak
tercemar kotorang dan bibit penyakit.
2
Menurut data World Health Organization WHO (2007) lebih dari sepertiga
kematian anak secara global adalah karena diare (35%) dan sebagian besar terjadi
di Negara berkembang. Data dari Riskesdas (2007) diderita oleh anak sekolah
adalah diare. Menurut data Organisasi kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012, setiap
tahunya ada lebih satu milyar kasus Gastroentritis atau diare.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare
masih menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun
di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepat dan tepat ( Ayu Putri Aryani 2016 )
Prevelensia diare klinis menurut Provinsi merupakan Riset Kesehatan Dasar
(Riskades) tahun 2007 (rentang: 4,2-18,9%), tertinggi yaitu di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (18,9%) kemudian Gorontalo (16,5%), Nusa Tenggara Barat
(13,2%) Papua Barat (12,3%), Nusa Tenggara Timur (11,4%),Papua 10,9%),
Banten (10,6%), Riau (10,3%) Jawa Barat (10,2%), Sulawesi Tengah (9,9%),
Kalimantan Selatan (9,5%), Sulawesi Tenggara (9,4%), Jawa Tengah (9,2%),
Sumatra Barat (9,2%), Sumatra Utara (8,8%), Jambi (8,5%), Bengkulu (8,3%),
DKI Jakarta 8,0%), Sulawesi Selatan (7,9%), Jawa Timur (7,9%), Sulawaesi Barat
(7,7%) Kalimantang Tengah (7,5%), Bali (7,3%), Kalimantan Timur (7,3%),
Sumatra Selatan (7,0%), Kepulauan Riau (6,0%), Sulawesi Utara (5,4%),
Kalimantan Barat (5,4%), Bangka Belitung (5,1%) Lampung (4,9%), Maluku
3
(4,5%), Maluku Utara (4,4%), Maluku Utara (4,4%) dan yang terendah yaitu
Daerah istimewa Yogyakarta sebesar (4,2%). Menurut (Ayu Putri Aryani, 2016)
Data dari laporan Dinkes Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2015
Prevalensia diare pada Jawa Timur cenderung meningkat pada tahun 2013,
mencapai (118,39%,), diare sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi (106%),
dan diare meningkat menjadi 110,66% pada tahun 2015.
Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak
kecil. Anak - anak merupakan agen perubahan untuk memberikan eduksi baik
untuk diri sendiri dan linkngannya sekaligus mengajar pola hidup bersih dan
sehat. Anak- anak juga cukup efektif dalam memberikan contoh terhadap orang
yang lebih tua khusussnya mencuci tangan yang selama ini dianggap tidak penting
(Batanoa, 2008). Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit
diare adalah disebabkan oleh kuman melalui kordinasi makana atau minuman
yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan fakor-
faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM
dan PL,2009).
Berdasarkan urain di atas maka peneliti tertarik untuk peneliti hubungan
perilaku cuci tangan dengan diare pada anak kelas III/b dan IV/b SDN Karah 1
Kota Surabaya. Dapat dapat memahami tentang cara mencuci tangan yang benar,
pentingnya manfaat mencuci tangan memakai sabun dan mempunyaia perilaku
yang lebih baik lagi untuk pencegahan penyakit menular yang biasa menyerang
anak-anak sekolah.
4
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis,
ada beberapa factor penyebab yang timbul dari suatu masalah diantaranya adalah
1. Kurangnya perilaku kebiasaan mencuci tangan pada siswa kelas III/b dan IV/b
SDN Karah 1 Kota Surabaya.
2. Bagaimana gambaran pengetahuan cuci tangan pada siswa kelas III/b dan IV/b
SDN Karah 1 Kota Surabaya.
3. Bagaimana kejadian diare pada siswa kelas III/b dan IV/b SDN Karah 1 Kota
Surabaya.
1.6 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui adakah
hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada siswa kelas III dan IV
SDN 1 Karah Surabaya.
1.7 Tujuan Penelitian
1.7.1 Tujuan Umum
Menganalisi hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan dengan diare
pada siswa kelas III/b dan IV/b SDN Karah 1 Kota Surabaya.
1.7.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perilaku cuci tangan pada siswa kelas III/b dan IV/b SDN
Karah 1 Kota Surabaya.
5
2. Mengidentifikasi kejadian diare pada siswa kelas III/b dan IV/b SDN Karah 1
Kota Surabaya.
3. Menganalisis hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian Diare.
1.8 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
peneliti tentang Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada
siswa kelas III/B dan IV/B SDN Karah 1 Surabaya.
2. Bagi Institusi pendidikan di SDN Karah 1 Kota Surabaya, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan untuk dapat meningkatkan pemahan
tentang Hubungan perilaku cuci tangan kemudian dilakukan dalam
kehidupan sehari-harisebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan
penyakit yang biasanya menyerang anak-anak usia sekolah.
1.5.2 Praktis
Sebagai informasi tambahan pengetahuan kepada masyarakat dan
khususnya pada siswa SDN Karah 1 Kota Surabaya sehingga dapat terjadi
perubahan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada siswa kelas III/b dan
IV/b SDN Karah 1 Kota Surabaya.