bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. pengetahuanrepository.ump.ac.id/1538/3/heni setiani bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, dibidang teknik dan
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal yang pernah
diajarkan.
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau ranah
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoadmodjo,2012;h.138). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda
(Notoadmodjo, 2010; h.27).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indra, yang berbeda sekali dengan kepercayaan,
takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto,2007;h.6).
Menurut Notoatmodjo (2012;h.139), pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
8
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
9
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
10
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang diantaranya adalah:
1) Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
11
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan,
2) Informasi
Seorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih banyak pula,
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap, kebiasaan dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal
tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, bila
berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal
tidak akan mengulangi cara itu,
5) Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup tergantung dengan hasil pendapatan,
6) Umur
Menurut Nursalam dan Pariani (2003), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun, semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
12
kedewasaannya, hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
Menurut Sunaryo (2004), peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo,2003;h.128).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo,2012;h.138-140).
Pengukuran atau penilaian pengetahuan menurut Arikunto dalam
Machfoedz (2009;h.122) dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1) Pengetahuan baik : 76-100% menjawab benar seluruh
pertanyaan
2) Pengetahuan cukup baik : 56%-75% menjawab benar seluruh
pertanyaan
3) Pengetahuan kurang baik : 40%-55% menjawab benar seluruh
pertanyaan
2. Karakteristik Individu
Adapun karakteristik dalam penelitian ini meliputi umur, dan
pendidikan.
a. Umur
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), umur adalah
lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
13
Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel
yang digunakan sebagai ukuran mutlak indikator fisiologis dengan
kata lain penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan akan
berhubungan dengan umur. Dimana yang semakin tua akan
mempunyai karakteristik fisiologis dengan tanggung jawab tersendiri.
Dalam PP nomor 21 tahun 1994 tentang umur ideal pasal 11 ayat
(1) menyatakan bahwa faktor usia dalam perkawinan dapat
menentukan kualitas kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin
dalam suatu keluarga. Oleh sebab itu dalam melaksanakan
perkawinan, usia ideal perlu diperhitungkan, karena hal ini berkaitan
erat dengan kelangsungan dalam membangun dan membina keluarga
yang sejahtera lahir dan bahagia batin serta berkaitan dengan usia
reproduksi sehat. Reproduksi sehat adalah kemampuan diri untuk
memberi keturunan dalam kurun waktu tertentu dalam usia yang tepat
secara sehat untuk ibu dan anak. Adapun batas usia ideal yang
dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) adalah pendewasaan usia pernikahan yang ideal
untuk perempuan 20-35 tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
14
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Notoatmodjo,2003;h.16).
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,
atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih
matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan
sangat berpengaruh terhadap penilaian seseorang terhadap suatu
hal, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas wawasan dan
pengalaman seseorang sehingga semakin baik penilaian seseorang
terhadap sesuatu (Notoatmodjo,2003;h.97).
Menurut UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, jalur pendidikan formal terdapat jenjang yang terdiri dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Adapun penjelasan sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan
tahun. Diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD)
dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau satuan
sederajad.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Bentuk sarana pendidikan terdiri dari: Sekolah Menengah Umur,
Sekolah Menengah Kejurusan, Sekolah Menengah Keagamaan,
Sekolah Menengah Kedinasan dan Sekolah Menengah Luar Biasa.
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
15
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan
menengah. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan
Tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk Akademik,
Politeknik, Sekolah Tinggi, Institusi dan Universitas.
3. Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa
oksigen, hal tersebut dapat terjadi akibat penurunan produksi sel darah
merah (SDM), atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah
(Fraser,2009;h.328).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin kurang dari normal, pada pria bila kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 g% dan pada wanita hemoglobin kurang
dari 12,0 g% (Proverawati,2011; h.1).
Anemia umumnya ditemukan pada saat pasien periksa skrining
laboratorium dimana didapatkan level hemoglobin yang menurun
(Saifuddin,2008; h.571).
Seseorang dikatakan menderita anemia jika terjadi penurunan
kadar hemoglobin dalam darah, dan setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium, kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.
b. Pengertian Anemia Dalam Kehamilan
Seorang wanita hamil dikatakan menderita anemia jika setelah
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin diperoleh hasil pemeriksaan
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
16
kadar hemoglobin kurang dari 10 g%, konsentrasi hemoglobin lebih
rendah pada pertengahan kehamilan, dan pada awal kehamilan dan
kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g% atau lebih,
dikatakan menderita anemia jika sebagai kadar hemoglobin kurang dari
11 g% pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g%
pada trimester kedua (Cunningham,2006; h.1463).
c. Diagnostik Anemia Pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan
dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang–kunang, dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 g% = tidak anemia
Hb 9 – 10 g% = anemia ringan
Hb 7 – 8 g% = anemia sedang
Hb < 7 g% = anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu – ibu hamil di
Puskesmas (Manuaba,2010;h.239).
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
17
d. Penyebab Anemia dan Penyebab Anemia Dalam Kehamilan
Penyebab anemia pada umumnya adalah:
1) Genetik
Hemoglobinopati, talasemia, anemia hemolitik herediter
2) Kurang gizi
Disebabkan oleh defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi
Vitamin B12
3) Perdarahan
4) Penyakit Kronik
Tuberculosis, endokarditis, atau osteomyelitis, paru, cacing usus,
malaria.
5) Malabsorbsi
Sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan
disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam
darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hypervolemia. Akan
tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah.
Pertambahan tersebut sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%,
dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai
penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat
bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban
jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan,
karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
18
jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi
perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,2007;h. 448).
Anemia defisiensi zat besi pada wanita biasanya disebabkan oleh;
1) Penurunan asupan atau absorbsi zat besi, termasuk defisiensi zat
besi dan gangguan gastrointestinal seperti diare atau hyperemesis.
2) Kebutuhan yang berlebihan, misalnya pada ibu yang sering
mengalami kehamilan, atau kehamilan kembar.
3) Infeksi kronis, terutama saluran perkemihan.
4) Perdarahan akut atau kronis, contohnya menoragia, perdarahan
hemoroid, perdarahan antepartum atau pascapartum.
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat
nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi
klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti
hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional
meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan dan
kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik (Saifuddin,2008;h.777).
Di negara berkembang, penyebab lain anemia yang tersering
adalah infestasi cacing tambang, infeksi seperti disentri amuba,
malaria akibat plasmodium falciparum, dan hemoglobinopati
(Fraser,2009;h. 329).
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
19
1) Tanda dan gejala pada anemia
Tanda dan gejala anemia meliputi pucat pada membrane mukosa,
keletihan, pusing dan pingsan, sakit kepala, nafas dangkal,
peningkatan frekuensi jantung, dan palpitasi (Fraser,2009;h.328).
Selain itu tanda dan gejala yang sering muncul karena anemia
yaitu, mengantuk, kelemahan, sakit kepala, nafsu makan kurang,
perubahan kebiasaan tidur, pucat, ikterus, bantalan kuku pucat, dan
lidah halus (papil tidak menonjol) (Varney,2007;127).
e. Pembagian Anemia dalam Kehamilan
Pelbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah
dikemukakan oleh para penulis, berdasarkan penyelidikan di Jakarta
anemia dalam kehamilan dapat di bagi sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena
gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama
dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dan
kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih
pada kehamilan kembar. Lagi pula didaerah khatulistiwa besi lebih
banyak ke luar melalui air peluh dan melalui kulit. Masuknya besi
setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk pelbagai negeri. Untuk
wanita tidak hamil, wanita hamil, dan wanita yang menyusui
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
20
dianjurkan di Indonesia masing-masing 12 mg, dan 17 mg, dan 17
mg (Winkjosastro,2007;h.451-452). Sejauh ini ada empat dasar
pencegahan anemia defisiensi zat besi. Keempat pendekatan
tersebut adalah 1) pemberian tablet atau suntikan zat besi, 2)
pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan, 3) pengawasan penyakit infeksi,
dan 4) fortifikasi makanan pokok dengan zat besi (Arisman, 2010;
h.180). Selain hal diatas pencegahan anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan suplementasi besi dan asam folat, WHO
menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan (Saifuddin,2008;
h.778).
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin). Kehamilan cukup tinggi di
Asia, seperti India, Malaysia, dan di Indonesia. Hal itu erat
hubungannya dengan defisiensi makanan (Winkjosastro,2007;
h.453).
3) Anemia hipoplastik (8,0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan
anemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukkan
gambaran normositer dan normo-krom, tidak ditemukan ciri-ciri
defisiensi besi, asam folik, atau vitamin B12. Sumsum tulang bersifat
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
21
normoblastik dengan hypoplasia erithropoesis yang nyata.
Perbandingan mieloit: eritroit, yang diluar kehamilan 5 : 1 dan dalam
kehamilan 3 : 1 atau 2 : 1, berubah menjadi 10 : 1 atau 20 : 1. Ciri
lain ialah bahwa pengobatan dengan segala macam obat
penambah darah tidak memberi hasil. Etiologi anemia hipoplastik
karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali
yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun, atau obat-obat.
Dalam hal yang terakhir anemia dianggap hanya sebagai komplikasi
kehamilan. Karena obat-obat penambah darah tidak memberi hasil,
maka satu-satunya cara, untuk memperbaiki keadaan penderita
ialah transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai berapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita
dengan selamat mencapai masa nifas, akan sembuh dengan
sendirinya. Dalam kehamilan-kehamilan berikutnya biasanya wanita
menderita anemia hipoplastik lagi. Anemia aplastic (panmieloftisis)
dan anemia hipoplastik berat yang tidak diobatin mempunyai
prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak
(Winkjosastro,2007;h.456-457).
4) Anemia Hemolitik (0,7%)
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan
anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka
anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
22
Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2
golongan besar, yakni:
a) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti
pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter,
thalassemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatioa C, D, G, H,
I, dan paraxymal nocturnal haemoglobinuria, dan
b) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler,
seperti pada infeksi (malaria, sepsis, dsb), keracunan
arsenikum, neoarsphenamin, timah, sulfonamide, kinin,
paraquin, pimaquin, nitrofurantoin (furadantin), racun ular, pada
defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate-dehydrogenase),
antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakit Hodgkin,
limfosarkoma, penyakit hati, dan lain-lain
(Winkjosastro,2007;h.457).
f. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a) Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 g%),
mola hidatidosa, hyperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
b) Bahaya saat bersalin: gangguan His ( kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, kala dua berlangsung lama
sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
23
perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat
terjadi perdarahan postpartum.
c) Pada kala nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan
perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerpurium,
pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis
mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi
infeksi mamae.
2) Bahaya anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat
anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk: abortus, kematian
intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir
rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,
bayi dapat mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal,
dan intelegensia rendah (Manuaba,2010;h.240).
4. Kehamilan
a. Definisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
24
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin,2008;h.89).
b. Tujuan Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan pada ibu hamil
sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan (Myles,2009). Tujuan
dari asuhan antenatal adalah:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan keselamatan
ibu dan tumbuh kembang bayi
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Saifuddin, 2008; h.90).
c. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan, yaitu:
1) Satu kali pada triwulan pertama
2) Satu kali pada triwulan kedua
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
25
3) Satu kali pada triwulan ketiga
Pelayanan atau asuhan standar minimal termasuk “7T”, yaitu:
1) (Timbang) berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
5) Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6) Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan atau asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi
(Saifuddin,2008;h.90).
d. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan
pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara
keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi (Saifuddin, 2008;h.90).
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
26
e. Pemberian Vitamin Zat Besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat
besi 60 mg) dan Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet.
Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan (Saifuddin,2008;h.91).
f. Penilaian Klinik
Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada
kontak pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara
optimal berakhir pada pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada
setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik,
untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi (Saifuddin,2008;h.91).
g. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi,
terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan
tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan
bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial
bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencan persalinan (di mana,
penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi.
Beberapa informasi penting tersebut diantaranya adalah nutrisi yang
adekuat yaitu:
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
27
1) Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan
yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat
dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil
dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebihan dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupakan faktor presdiposisi untuk terjadinya
pre-eklamsia. Jumlah penambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
2) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram
perhari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu,
telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur,
anemia, dan edema.
3) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram perhari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan
otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu,
keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat
menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
4) Zat Besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran
oksigen melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
28
menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah
trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia pemberian besi per
minggu cukup adekuat. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrous
gluconate, ferrous fumarate, atau ferrous sulphate. Kekurangan zat
besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
5) Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat
bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu
hamil adalah 400 mikrogram perhari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Saifuddin,2008;
h.285-286).
5. Asupan Nutrisi pada Ibu Hamil
a. Diet wanita hamil
Pada wanita, masa hamil merupakan masa dimana unsur-unsur
gizi diperlukan jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam
keadaan biasa. Selain untuk kebutuhan tubuh sendiri, unsur-unsur
gizi ini diperlukan oleh janin agar dapat tumbuh dengan pesat.
Berdasarkan angka kecukupan gizi rata yang dianjurkan perhari
menurut hasil Widya Karya Nasioanl Pangan dan Gizi, selama hamil,
seoarang wanita akan mendapatkan tambahan nilai gizi sebesar
yang terdapat dalam tabel sebagai berikut (Hidayat.2009;h.65-66):
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
29
Tabel 1.1. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil
Zat Gizi Nilai Gizi
Energi + 285 (Kkal) Protein + 12 (g) Vitamin A + 200 (RE) Tiamin + 0,2 (mg) Riboflavin +0,2 (mg) Niasin + 1,3 (mg) Vitamin B12 + 0,3 Asam folat + 150 (µg) Vitamin C +10 (mg) Kalsium +400 (mg) Fosfor +200 (mg) Besi + 20 (mg) Zinc + 5 (mg) Iodium + 25 (µg)
b. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi
dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
30
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya,
dibeberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan papaya
bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan
sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan
bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan
cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat
baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan
dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai
gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para
remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan
menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti
makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lainnya. Makanan-
makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan
mereka jika konsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak
memiliki asupan gizi yang baik.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
31
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah (Hidayat,2009;h.69-70).
6. Zat Besi
a. Definisi
Zat besi adalah elemen logam yang digunakan oleh tubuh
terutama untuk membuat hemoglobin, komponen dalam sel darah
merah yang bertanggung jawab dalam pengangkutan oksigen keseluruh
jaringan tubuh (Varney,2007;h.101). Besi merupakan mineral mikro
yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan yaitu
sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempuanyai
beberapa fungsi esensial didalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron didalam
sel dan, sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan
tubuh (Almatsier,2009;h.250).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi
Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorpsi oleh orang
dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi
besi absorpsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh
terhadap absorpsi besi, yaitu:
1) Bentuk Besi di dalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya. Besi-hem, yang merupakan bagian dari
hemoglobin dan myoglobin yang terdapat didalam daging hewan
dapat diserap dua kali lipat daripada besi nonhem. Kurang lebih
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
32
40% dari besi didalam daging, ayam dan ikan terdapat sebagai
besi-hem dan selebihnya sebagai nonhem. Besi-nonhem juga
terdapa di dalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau
dan beberapa jenis buah-buahan. Makanan besi-hem dan nonhem
secara bersama dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem.
Daging, ayam, dan ikan mengandung suatu factor yang membantu
penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat
besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, dan telur tidak
mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan
besi.
2) Asam Organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan
besi-nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.
Seperti telah dijelaskan, bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C
disamping itu membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut
pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu sangat
dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali makan,
asam organik lain adalah asam sitrat.
3) Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat
didalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini
mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein
kedelai menurunkan absorpsi besi yang mungkin disebabkan oleh
nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahnya
mempunyai kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir terhadap
absorpsi besi biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
33
melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat
penyerapan besi ini.
4) Tannin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi
dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi
besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi,
sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan. Kalsium dosis
tinggi berupa suplemen menghambat absorpsi besi, namun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Bayi dapat lebih
banyak menyerap ASI daripada dari susu sapi.
5) Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi.
Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-
obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi absorpsi
besi.
6) Faktor intrisik di dalam lambung membantu penyerapan besi,
diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin
B12 .
7) Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi
besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada
masa pertumbuhan, absorpsi besi-nonhem dapat meningkat sampai
sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali (Almatsier, 2009; h.253-
254).
c. Fungsi Besi
Dalam keadaan tereduksi besi kehilangan dua elektron, oleh karena
itu mempunyai dua sisa muatan positif. Besi dalam bentuk dua ion
bermuatan positif ini adalah bentuk fero (Fe**). Dalam keadaan
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
34
teroksidasi, besi kehilangan tiga electron, sehingga mempunyai sisa tiga
muatan positif yang dinamakan bentuk feri (Fe***). Karena dapat berada
dalam dua bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu
sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat di dalam reaksi
oksidasi-reduksi.
Metabolisme energi. Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan
rantai protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam langkah-
langkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen
dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen,
sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan ATP.
Sebagian besar besi berada di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein
mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot.
Hemoglobin didalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh
tubuh ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan
sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen
didalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di
dalam hemoglobin. Selebihnya terdapat di dalam mioglobin dan protein
lain yang mengandung besi. Menurunnya produktivitas kerja pada
kekurangan besi disebabkan oleh dua hal, yaitu a) berkurangnya enzim-
enzim mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang
terlibat dalam metabolisme energy; b) menurunnya hemoglobin darah.
Akibatnya, metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi
penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
35
Kemampuan belajar. Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan
penelitian-penelitian yang menunjukkan perbedaan antara keberhasilan
belajar anak-anak yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang
sehat. Penelitian-penelitian di Indonesia oleh Soemantri (1985) dan
Almatsier (1989) menunjukkan peningkatan prestasi belajar pada anak-
anak sekolah dasar bila diberikan suplemen besi. Hubungan defisiensi
besi dengan fungsi otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh
dari transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi
dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi
otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah
dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak,
terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (pengantar saraf).
Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamine berkurang yang dapat
berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya
ingat, dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit
meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh
menurun.
Sistem kekebalan. Besi memegang peranan dalam sistem
kekebalan tubuh. Respons kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu
karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan
disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis
DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida
yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Di samping itu sel darah
putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif
dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain yang berperan dalam
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
36
sistem kekebalan adalah mieloperoksidase yang juga terganggu
fungsinya pada defisiensi besi. Di samping itu dua protein pengikat-besi
transferi dan laktoferin mencegah terjadinya infeksi dengan cara
memisahkan besi dari mikroorganisme yang membutuhkannya untuk
perkembangbiakan.
Pelarut obat-obatan. Obat-obatan tidak larut air oleh enzim
mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh
(Almatsier,2009;h.254-255).
d. Sumber Besi
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam,
dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah
besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam makanan, dinamakan juga
ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya besi di dalam
daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di
dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperi bayam mempunyai
ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi
makanan sehari-hari yang terdiri atas campuran sumber besi berasal
dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat
membantu absorpsi. Menu makanan di Indonesia sabaiknya terdiri atas
nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-
buahan yang kaya akan vitamin C (Almatsier,2009;h.256).
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013
37
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Modifikasi dari Notoatmodjo (2010),Wiknjosastro (2006),Fraser (2009),Saifuddin
(2008), Hidayat (2009),Almatsier (2009),Arisman (2010).
Sosial ekonomi
Pengalaman
Umur
Budaya
Pendidikan
Informasi
Pengetahuan
Anemia pada Kehamilan:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipoplastik
4. Anemia hemolitik
Kehamilan
Prasangka
Kebiasaan
Kesukaan
Ekonomi
Nutrisi
Zat Besi
Infeksi cacing tambang Perdarahan akut
Infeksi kronis
Gambaran Tingkat Pendidikan..., Heni Setiani, Kebidanan DIII UMP, 2013