bab ii tinjauan pustaka a. perilaku keluarga dalam...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku keluarga dalam perawatan kesehatan
1. Perilaku (Practice)
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik
dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin
(Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)
(Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia
sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis
besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik,
psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis
yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007).
2. Perilaku kesehatan
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi
menjadi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang meliputi :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi. Pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak
pada perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan
pengetahuan yang cukup tentang perilaku perawatan hipertensi maka
secara langsung akan bersikap positif dan menuruti aturan pengobatan,
disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih
7
8
ada yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang
dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang
memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan. dimana lingkungan yang jauh atau jarak
dari pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi rendahnya
perilaku perawatan pada penderita hipertensi.
c. Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain :
1) Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas sangat membantu, dimana dengan adanya
dukungan petugas dari petugas sangatlah besar artinya bagi
seseorang dalam melakukan perawatan hipertensi, sebab petugas
adalah yang merawat dan sering berinteraksi, sehingga pemahaman
terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering
berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan menerima
kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang
diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ketaatan pesien
untuk selalu mengontrol tekanan darahmya secara rutin (Purwanto,
1999).
2) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima
asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga
yang sakit, apabila dalam keluarga tersebut salah satu anggota
keluarganya ada yang sedang mengalami masalah kesehatan maka
sistem dalam keluarga akan terpengaruhi. (Friedman, 1998).
9
3. Unsur-Unsur Perilaku
Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari
individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya, agar bisa
beradaptasi dan tetap survive. Yang mendasari timbulnya perilaku adalah
dorongan yang ada dalam diri manusia, jadi perilaku muncul karena
adanya dorongan untuk survive. Menurut Notoatmodjo, 2007 ada tiga
unsur utama dalam perilaku yaitu :
a. Adanya afektif (perasaan atau penilaian pada berbagai hal)
b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu
obyek)
c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu obyek)
Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam menentukan
tingkat pemanfaatan sarana kesehatan. Teori Adopsi perilaku dari Rogers
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengemukakan bahwa untuk
mengubah perilaku seseorang akan melewati 5 tahapan yaitu awarenes
(kesadaran), interest (perhatian atau ketertarikan dengan ide baru),
evalution (perilaku terhadap ide), trial (usaha untuk mencoba) dan terakhir
adoption (bila menerima ide baru).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Perawatan
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip dari Lewin perilaku
ketaatan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku
seseorang. Pengetahuan pasien tentang perawatan pada penderita
hipertensi yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang
rendah pula yang berdampak dan berpengaruh pada penderita
hipertensi dalamm engontrol tekanan darah, kedisiplinan pemeriksaan
yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut.
b. Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek.
10
c. Ciri-ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan status sosial ekonomi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam
membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan.
B. Keluarga Dengan Penyakit Hipertensi
1. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Friedman,
1998).
b. Tipe-tipe keluarga
Menurut Friedman (1998), keluarga di bedakan menjadi beberapa
tipe, antara lain :
1) Keluarga inti (unclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (exstended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi)
3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda adalah keluarga yang terjadi oleh karena
perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.
11
6) Keluarga habitas (cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk keluarga.
c. Fungsi Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga menurut (Friedman, 1998) adalah :
1) Fungsi Afektif
Apakah anggota keluarga merasa kebutuhan-kebutuhan
individu lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu
menggambarkan kebutuhan-kebutuhan persoalan-persoalan lain dari
anak-anak mereka dan pasangannya, apakah mereka saling
menghormati satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung
satu sama lain.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir. keluarga merupakan tempat
individu belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu
dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan perilaku melalui
hubungan interaksi dalam keluarga.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga bencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
4) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,pangan
dan papan.Dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
5) Fungsi perawatan keluarga
Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga
terhadap kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan
12
mereka. Apakah keluarga dapat melaporkan mulai kapan menderita
hipertensi dan menyebutkan tanda-tanda atau perubahan yang terjadi
pada anggota keluarga dengan hipertensi. Apakah yang sudah di
lakukan keluarga, apa persepsi keluarga tentang hal yang telah di
lakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Bagaimana kebiasaan
tidur keluarga : apakah anggota keluarga memenuhi syarat tidur
sesuai dengan tuntutan usia. Kebiasaan menggunakan obat-obatan :
Apakah keluarga terbiasa mengonsumsi alkohol, kopi, teh dan rokok.
Apakah keluarga secara regular menggunakan obat yang di beli di
toko untuk menghilangkan pusing. Peran keluarga dalam perawatan
diri : Apakah yang di lakukan kelurga untuk memperbaiki satus
kesehatan. Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan.
d. Tugas keluarga
Menurut Friedman dalam Murwani (2007) tugas keluarga dalam
bidang kesehatan terdiri dari :
1) Mengenal masalah
Bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit hipertensi, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2) Mengambil keputusan
Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga
menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa
takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga anggota keluarga yang sakit.
13
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Memodifikasi lingkungan
Seperti pentingnya hygien sanitasi bagi keluarga, upaya
pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang
ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,
apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
2. Perawatan Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas
90mmHg.Sementara itu diastolik lebih kecil dari 85 mmHg dianggap
tekanan darah normal, 85-89 mmHg normal tinggi, 90-104 mmHg
hipertensi ringan 105-114 mmHg hipertensi sedang, dan lebih dari 115
dianggap tekanan darah tinggi (Wiryowidagto, 2003). Sedangkan
menurut WHO yang dikutip oleh slamet suyono (2001) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.
14
b. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (Suryaman, 2002) hipertensi di klasifikasikan menjadi 2, yaitu
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak
langsung disebabkan oleh penyebab yang tidak diketahui. Dalam
bahasa sederhana atau menurut istilah orang awam adalah
hipertensi yang penyebabnya belum diketahui.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui
penyebabnya timbulnya, penyakit hipertensi sekunder sebagai
akibat dari suatu penyakit, kondisi, dan kebiasaan seseorang.
Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah
sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut, seperti
akibat stress yang parah, penyakit atau gangguan ginial, kehamilani
atau pemakaian pil pencegah kehamilan, pemakaian obat terlarang
seperti heroin, kokain atau jenis narkoba lainnya, cedera dikepala
atau perdarahan di otak yang berat, tumor di otak atau sebagai
reaksi dari pembedahan. Secara klinis derajat hipertensi dapat
dikelompokkan sesuai rekomendasi dari “ The Six Report of The
Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Presure’’ sebagai berikut :
Tabel 2.1. kategori hipertensi
No. KategoriSistolik(mmHg)
Diastolik (mmHg)
1. optimal < 120 < 80
2. normal 120-129 80-84
3. Normal- tinggi 130-139 85-89
4. Hipertensi
15
Derajad I 140-159 90-99
Derajad II 160-179 100-109
Derajad III 180-209 110-119
Derajad IV > 210 > 210
Sumber : (Smelzer, 2001)
c. Penyebab penyakit hipertensi
Menurut (Suyono, 2001), Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal di bawah ini :
1) Penyakit ginjal, yang dapat hadir dalam bentuk :
a. Stenosis arteri renal
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya penyakit turunan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2) Kelainan hormonal, seperti :
a. Hiperaldosteronisme
b. Sindrom cushing
3) Feokromositoma obat-obatan, antara lain :
a. Pil KB
b. Kokain penyalahgunaan alcohol
c. kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
d. siklosporin, dll
4) Lain-lain
a. koarktasi aorta (penyempitan arteri besar)
b. preeklamsi (kejang) pada kehamilan
c. keracunan timbale akut
d. porfiria intermiten akut.
16
d. Faktor resiko
Faktor resiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih
rentan terserang hipertensi dibandingkan orang lain. Faktor resiko
bukanlah penyebab timbulnya penyakit, melainkan pemicu terjadinya
penyakit. Beberapa keadaan yang merupakan faktor resiko hipertensi :
1) faktor genetik, merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu
timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer.
2) Jenis kelamin, pada dewasa muda dan paruh baya, hipertensi banyak
terjadi pada kaum pria. Namun pada usia di atas 55 tahun, hipertensi
banyak menyerang wanita.
3) Pemakaian pil kontrasersi (KB), karena mengandung estrogen dan
progesterone yang berlebihan.
4) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang lebih tinggi, kegemukan atau makan
berlebihan, stres dan pengaruh lain. Faktor tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Konsumsi garam yang tinggi
Dari data statistik ternyata data diketahui bahwa hipertensi
jarang diderita oieh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi
garam rendah. Dunia kedokteran juga sudah membuktikan bahwa
pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah.
Dan pengeluaran natrium oleh obat diuretik akan menurunkan
tekanan darah lebih lanjut.
b) Kegemukan atau makan berlebihan
Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan
terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan dan hipertensi,
Meskipun mekanismenya bagaimana kegemukan menimbulkan
hipertensi belum jelas. Tetapi sudah terbukti penurunan berat
badan dapat menurunakan takanan darah.
17
c) Stres atau ketegangan jiwa
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung lama tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbiul kelainan organis atau perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit
hitam di Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan oranrg kulit
putih disebabkan stres atau rasa tidak puas pada nasib mereka.
d) Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
adalah sebagai berikut :
a) Merokok, karena merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah.
b) Minum alkohol
c) Minum obat-obatan, misalnya Ephedrin, prednison,
Epineprin. (Gunawan, 2001)
e. Pengobatan hipertensi
1) Pengobatan tradisional
Tanaman tradisional banyak yang berkasiat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi, diantaranya terdapat pada
beberapa jenis tanaman berikut menurut (Depkes RI, 2003),
diantaranya :
a) Bawang putih (alii sativa)
b) Rebusan sledri (infusum apii graveolentis)
c) Rebusan kunyit (infusum curcumae longae)
d) Rebusan rambut jagung (infusum maydis stigma)
e) Rebusan pace (infusum morindae)
f) Rebusan rumput wijen (infusum oldenlandiae)
18
g) Rebusan biji kecipir (infusum psophocarpi)
2) Pengobatan farmakologis
Perlu diingat pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka
panjang, bahkan seumur hidup. Pengobatan secara farmakologis
dapat dilakukan dengan panduan dari National Institute of Health,
sebagai berikut :
a) Hipertensi derajad 1, tekanan darah 140-159/90-99 mmHg :
melalui pola hidup sehat ditambah satu jenis obat hipertensi
b) Hipertensi derajad 2, tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih :
pola hidup sehat ditambah dua jenis atau lebih obat hipertensi
Pengobatan hipertensi diarahkan kepada penyebabnya, Pada
umumnya penanganannya meliputi kombinasi pemberian obat,
pengaturan diet, dan olah raga. Selain itu juga perlu memeriksakan
tekanan darahnya secara teratur untuk mencegah komplikasi
(Bangun, 2002).
f. Perawatan Penyakit Hipertensi
a) Mengurangi kelebihan berat badan
Penderita hipertensi yang kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan bobotnya sampai batas ideal dengan cara
membatasi makan dan mengurangi makanan berlemak.
b) Mengurangi alkohol secara teratur
Alkohol bisa memberikan kontribusi terhadap kejadian
hipertensi. Alkohol bisa mengurangi kemampuan pompa jantung
dan kadang-kadang membuat pengobatah hipertensi kurang efektif.
19
c) Olah raga secara teratur
Latihan aerobik secara teratur tiga sampai empat kali
seminggu dengan lama 30-45 menit bisa membantu mengurangi
resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
d) Membatasi asupan natrium yang tinggi, meskipun tidak selalu bisa
meningkatkan tekanan darah khususnya pada orang tua penderita
darah tinggi dan pasien dengan DM.
e) Berhenti merokok
merokok tidak menyebabkan hipertensi, Namun merokok adalah
salah satu faktor resiko utama dari penyakit kardiovaskuler.
f) Mengurangi lemak
Seorang penderita tekanan darah dengan kadar lemak yang banyak
mungkin memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk
menormalkannya. (Anies, 2006)
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang
merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan didalam domain
kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu:
20
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan. Pada keluarga yang mempunyai
penderita hipertensi diharapkan dapat mengetahui gejala-gejala dan
penyebab lain dari penyakit hipertensi kepada orang lain serta untuk
dirinya sendiri.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Hal ini diharapkan keluarga dapat
menjelaskan alasan dari mengapa perlu adanya perilaku perawatan
pada penderita hipertensi.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukunhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain. Pada keluarga yang
mempunyai penderita hipertensi diharapkan dapat melakukan
tindakan pencegahan apabila terjadi komplikasi.
21
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya. Dimana keluarga dapat mengetahui tentang perawatan
pada penderita hipertensi sesuai dengan kondisi agar taraf
kesehatannya dapat terjaga dengan baik.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Dimana keluarga dapat menyusun suatu
program pengobatan yang merupakan bagian dari perilaku perawatan
dengan menyusun rencana menu, jadwal pemeriksaan, agar tekanan
darah dapat terkontrol.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003), yaitu :
a) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih
mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah
pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
22
b) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan memberikan pengetahuan yang jelas terutama tentang cara
perawatan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi.
c) Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai
dengan tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang
dianut.
d) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang
umur semakin banyak (bertambah tua).
e) Sosial Ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang
di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam
mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan
dengan pendapatan keluarga.
4. Cara mencari pengetahuan
Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :
a) Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional
dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara
sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2003).
b) Cara coba-salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya
23
pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana
metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama
untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode
coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang
belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah
(Notoatmodjo, 2003).
c) Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya.
Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan,
baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas
ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Perlu diperhatikanbahwa tidak semua pengalaman
pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan
benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003)
e) Melalui jalan pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik
melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003)
24
f) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakat kemudian hasil
pengmatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).
5. Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden Kedalam pengetahuannya yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).
D. Hubungan Pengetahuan keluaga dengan perilaku keluarga Dalam
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
Secara spesifik, dengan adanya pengetahuan yang baik yang dimiliki
keluarga berpengaruh pada perilaku yang akan dilakukan dalam melakukan
perawatan pada penderita hipertensi, sehingga berpengaruh pula pada
menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari pada sakit. Jadi dengan
adanya pengetahuan yang baik dan tepat maka status kesehatan penderita
lebih meningkat. Pengetahuan yang baik akan mendorong keluarga untuk
berperilaku yang tepat dalam hal ini. perawatan pada penderita hipertensi,
dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus
atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang
tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu
stimulus tersebut yang berujung pada suatu tindakan atau perilaku
(Notoatmodjo, 2003).
Dari berbagai strategi untuk meningkatkan kekuatan dalam melakukan
kemampuan merawat penderita hipertensi salah satunya dengan adanya
keterlibatan keluarga, dimana keluarga dapat melakukan perawatan dengan
tujuan untuk meningkatkan kesehatan penderita hipertensi sehari-harinya dan
25
tercipta status kesehatan yang optimal (Marilyn, 1998). Sebuah keluarga
dapat menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
suatu keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan tentang
perawatan yang tepat untuk responden (Niven, 2000). perilaku keluarga yang
perduli sangat diperlukan untuk menghadapi penderita yang membutuhkan
perhatian. Dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian
dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit (Smet,1994). Dengan
perhatian yang berlebih maka penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam
menghadapi penyakitnya, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit
seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup.
Dengan adanya peran serta keluarga yang dilakukan dengan baik
diharapkan dapat membantu penderita hipertensi dalam melakukan perawatan
sehari-hari, sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Perlu diketahui bahwa penyakit hipertensi tidak akan sembuh, untuk itu
dibutuhkan suatu perilaku ketaatan jangka panjang dan kesabaran yang ekstra
selama hidupnya guna mempertahankan kesehatannya (Friedman,1998).
26
E. Kerangka Teori
Berdasarkan teori faktor-faktor yang mendukung terjadinya perubahan
perilaku dapat digarnbarkan dengan bagan alur 2.1. seperti dibawah ini.
Bagan 2 .1. Kerangka Teori
(Sumber: Lawrence Green dalam : Notoatmodjo, 2007)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2. 2. Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi:1. Tingkat Pengetahuan2. Sikap3. Keyakinan4. Kepercayaan5. Nilai
Faktor Penguat1. Dukungan Tenaga
kesehatan2. Dukungan keluarga/
tetangga
Perilaku keluarga dalam
perawatan penderita
hipertensi
Faktor Pemungkin
1. Fasilitas Fisik :kesehatan:puskesmas, rumahsakit2. Fasilitas umum:media massa (koran,TV, Radio)
Pengetahuankeluarga
Perilaku keluarga dalam
perawatan
Penderita Hipertensi
27
G. Variabel Penelitian
1. Variabel independen : Pengetahuan keluarga
2. Variabel dependen : Perilaku perawatan pada penderita hipertensi
H. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku
perawatan pada penderita hipertensi di Desa Putat Gede Kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal.