bab ii tinjauan pustaka 2.1 key performance indicator kpi · adanya standar penggunaan model yang...
TRANSCRIPT
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Key Performance Indicator ( KPI )
Dalam rangka untuk dapat membangun dan meningkatkan kinerja dalam
proses, menurut Anupindi (2006) penting untuk mengukur sesuatu / hal yang
mungkin untuk diukur. Alfred Sloan, CEO General Motors antara 1923 dan 1946,
mendefinisikan pemimpin profesional sebagai salah satu yang mengontrol dengan
fakta dari pada intuisi dan emosi. Dengan mengumpulkan fakta-fakta untuk suatu
tujuan, sangatlah mungkin untuk mendapatkan pandangan yang jelas dari suatu
proses. Mengukur kinerja merupakan bagian penting ketika
mengimplementasikan metode untuk meningkatkan produk dan proses dan juga
saat membuat hasil dari sebuah perubahan. (Anupindi 2006 ; diacu dalam
Rensfelt, Winblad, Lindman, 2008)
2.1.1 Ukuran Kinerja ( Performance Measures)
Ukuran kinerja dapat didefinisikan dalam beberapa cara. Definisi berikut
ini disarankan oleh Parmenter (2007) yang dibagi atas 3 Performance Measures,
Key Result Indicator (KRI), Key Performance Indicator (KPI) dan Performance
Indicator (PI). Dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Tiga Jenis Ukuran Kinerja (Parmenter 2007)
Key Result indicator (KRI) mengukur kinerja dari sudut pandang eksternal,
dapat berupa ukuran financial. KRI dimaksudkan untuk memberikan informasi
seperti keuntungan bagi para pemegang saham suatu perusahaan. ukuran KRI
mengindikasikan apakah arah dari perusahaan telah tepat dan akurat, tetapi tidak
8
memberikan suatu informasi bagaimana meningkatkan hasil yang di dapat. Secara
luas KRI mencakup periode yang lebih lama, biasanya bulan, tahun dan sangat
tepat untuk manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan, tetapi sangat
sedikit sekali digunakan untuk aktivitas rutin (Parmenter 2007).
Performance Indicator (PI) merupakan indikator yang menunjukan apa
yang perlu dicapai dalam pandangan internal operasional perusahaan untuk
meningkatkan performa perusahaan. PI merupakan suatu pertimbangan penting
sebagai ukuran tambahan dalam KPI ketika pengambilan keputusan.
Key Performance Indicator (KPI) merupakan indikator yang
memperlihatkan apa yang perlu dicapai dalam pandangan internal operasional
perusahaan. KPI fokus sebagai bagian dari suatu ukuran perusahaan / organisasi
yang merupakan suatu hal yang penting untuk menuju sukses baik itu untuk
sekarang dan masa depan. KPI yang baik mencerminkan beberapa faktor sukses
yang penting dan juga digunakan oleh jenis KPI lainnya. Parmenter (2007)
mengidentifikasi 7 karakteristik KPI :
1. Ukuran Non Financial
2. Ukuran yang sering digunakan (Regular measurements)
3. Ukuran yang diketahui oleh manajemen
4. Semua orang yang ada di dalam suatu organisasi telah mengerti dan
memahami KPI
5. Tanggung jawab kepada individu dan tim
6. Memiliki efek yang sangat signifikan
7. Memiliki efek yang positif
Key performance indicator terletak lebih detail di dalam suatu organisasi dan akan
di ukur dalam periode harian, mingguan dan bulanan. KPI yang baik merupakan
suatu hal yang penting dan terus menerus mendapat perhatian dari manajemen.
Ketika telah menyimpang dari tujuan, pihak manajemen dapat mengambil suatu
keputusan dan memanggil seseorang yang bertanggung jawab.
2.1.2 Implementasi KPI
Parmenter (2007) menyebutkan terdapat 4 kriteria dasar yang harus
dipenuhi sebelum suatu organisasi dapat menyatakan bahwa mereka telah
9
mengimplementasikan KPI ke dalam aktivitas operasional. Kriteria tersebut
adalah :
1. Kolaborasi antara karyawan, tim, supplier dan pelanggan
2. Desentralisasi dari level manajemen sampai level operasional
3. Integrasi atau keterkaitan antara ukuran, laporan dan tindakan
4. Hubungan KPI strategi
Untuk mengimplementasikan KPI, membutuhkan suatu proses sistem yang
saling terkait, baik itu dari lingkungan organisasi sendiri seperti karyawan,
manager, pemegang saham dan dari pihak-pihak luar seperti pelanggan dan
supplier. Parmenter menitik beratkan kepada laporan yang harus tepat waktu,
efisien, dan fokus terhadap peningkatan pengambilan keputusan.
Ketika mengimplementasikan KPI, hal yang penting adalah
mendefinisikan hasil/tujuan dari masing-masing KPI. Shahin and Mahbod (2007,
diacu dalam Rensfelt, Winblad, Lindman, 2008) menyatakan, bahwa SMART
merupakan suatu metoda yang menggunakan beberapa kriteria untuk bagaimana
merencanakan suatu tujuan. SMART merupakan Spesific, Measurable,
Achievable, Realistic dan Time Sensitive.
Gambar 2 Menggambarkan Penetapan Tujuan SMART
(Shahin dan Mahbod, 2007)
Spesific – Tujuan / hasil haruslah jelas dan spesifik, tujuan / hasil yang
melebar sangat tidak diharapkan. Ketika tujuan / hasil jelas dan spesifik,
sangat mudah diketahui kapan tujuan / hasil tersebut telah di capai.
10
Measurable – Tujuan / hasil harus dapat diukur, baik itu secara kualitas
ataupun kuantitas. Hal ini dapat ditempatkan dalam hubungannya dengan
performa standar atau harapan dari suatu performa.
Achievable – Dapat dicapai, tetapi harus diformulasikan sebagai suatu
tantangan dan dengan demikian akan menginspirasi organisasi untuk
mencapai hasil / tujuan.
Realistic – menciptakan suatu ide yang merupakan hasil / tujuan haruslah
tercapai, tetapi harus juga realistis dan berorientasi hasil.
Time Sensitive – setiap hasil / tujuan memiliki batasan waktu kapan tujuan
/ hasil tersebut dapat dicapai. Fakta bahwa tujuan / hasil merupakan
sesuatu yang membutuhkan batasan waktu akan membuat suatu
kemudahan dalam mengukur suatu peningkatan suatu tujuan/hasil
berikutnya.
2.2 Unified Modeling Language (UML)
Metode Unified Modeling language ( UML ) adalah suatu modeling
analisa yang berorientasi object yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
metode analisa suatu sistem perangkat lunak yang didalamnya terdapat proses-
proses yang sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan sistem.
UML adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik/gambar untuk
memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan pendokumentasian dari
sebuah sistem pengembangan software berbasis Object-Oriented (OO). UML
sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blueprint, yang meliputi
konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik,
skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem
software.
Pendekatan analisa dan rancangan dengan menggunakan model OO mulai
diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 hingga akhir 1980 dikarenakan pada saat
itu aplikasi software sudah meningkat dan mulai komplek. Jumlah yang
menggunakan metoda OO mulai diujicobakan dan diaplikasikan antara 1989
hingga 1994, seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co., dikenal
11
dengan Object-Oriented Software Engineering (OOSE), serta James Rumbaugh
dari General Electric, dikenal dengan Object Modelling Technique (OMT).
Kelemahan saat itu disadari oleh Booch maupun Rumbaugh adalah tidak
adanya standar penggunaan model yang berbasis OO, ketika mereka bertemu
ditemani rekan lainnya Ivar Jacobson dari Objectory mulai mendiskusikan untuk
mengadopsi masing-masing pendekatan metoda OO untuk membuat suatu model
bahasa yang uniform / seragam yang disebut UML dan dapat digunakan oleh
seluruh dunia.
Secara resmi bahasa UML dimulai pada bulan oktober 1994, ketika
Rumbaugh bergabung Booch untuk membuat sebuah project pendekatan metoda
yang uniform/seragam dari masing-masing metoda mereka. Saat itu baru
dikembangkan draft metoda UML version 0.8 dan diselesaikan serta di release
pada bulan oktober 1995. Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan
UML tersebut diperkaya ruang lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga
muncul release version 0.9 pada bulan Juni 1996. Hingga saat ini sejak Juni 1998
UML version 1.3 telah diperkaya dan direspons oleh Object Management Group
(OMG), Anderson Consulting, Ericsson, Platinum Technology, ObjectTime
Limited, dll serta di pelihara oleh OMG yang dipimpin oleh Cris Kobryn. UML
adalah standar dunia yang dibuat oleh OMG, sebuah badan yang bertugas
mengeluarkan standar-standar teknologi objectoriented dan software component.
UML sebagai sebuah bahasa yang memberikan vocabulary dan tatanan
penulisan kata-kata dalam ‘Microsoft Word’ untuk kegunaan komunikasi. Sebuah
bahasa model adalah sebuah bahasa yang mempunyai vocabulary dan konsep
tatanan / aturan penulisan serta secara fisik mempresentasikan dari sebuah sistem.
Seperti halnya UML adalah sebuah bahasa standar untuk pengembangan sebuah
software yang dapat menyampaikan bagaimana membuat dan membentuk model-
model, tetapi tidak menyampaikan apa dan kapan model yang seharusnya dibuat
yang merupakan salah satu proses implementasi pengembangan software. UML
tidak hanya merupakan sebuah bahasa pemograman visual saja, namun juga dapat
secara langsung dihubungkan ke berbagai bahasa pemograman, seperti JAVA,
C++, Visual Basic, atau bahkan dihubungkan secara langsung ke dalam sebuah
object-oriented database. Begitu juga mengenai pendokumentasian dapat
12
dilakukan seperti; requirements, arsitektur, design, source code, project plan,
tests, dan prototypes. Untuk dapat memahami UML membutuhkan bentuk konsep
dari sebuah bahasa model dan mempelajari 3 (tiga) elemen utama dari UML
seperti building block, aturan-aturan yang menyatakan bagaimana building block
diletakkan secara bersamaan dan beberapa mekanisme umum (common).
2.2.1 Konsepsi Dasar UML
Abstraksi konsep dasar UML yang terdiri atas structural classification,
dynamic behavior dan model management dari Diagrams. Main concepts bisa di
pandang sebagai term yang akan muncul pada saat diagram dibuat. Dan view
adalah kategori dari diagram tersebut (Dharwiyanti dan Wahono, 2003 ).
UML mendefinisakan diagram sebagai berikut :
use case diagram
class diagram
statechart diagram
activity diagram
sequence diagram
collaboration diagram
component diagram
deployment diagram
1. Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari
sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan
“bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor
dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke
sistem, meng-create sebuah daftar belanja dan sebagainya. Seorang/sebuah aktor
adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Use case diagram dapat sangat membantu bila sedang menyusun
requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien dan
merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem. Sebuah use case
dapat meng-include fungsionalitas use case lain sebagai bagian dari proses dalam
dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case yang di-include akan
13
dipanggil setiap kali use case yang meng-include dieksekusi secara normal.
Sebuah use case dapat di-include oleh lebih dari satu use case lain, sehingga
duplikasi fungsionalitas dapat dihindari dengan cara menarik keluar fungsionalitas
yang common. Sebuah use case juga dapat meng-extend use case lain dengan
behaviour-nya sendiri. Sementara hubungan generalisasi antar use case
menunjukkan bahwa use case yang satu merupakan spesialisasi dari yang lain.
2. Class Diagram
Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi
objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus
menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metode/fungsi).
Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek
beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan
lain-lain. Class memiliki tiga area pokok :
1. Nama (dan stereotype)
2. Atribut
3. Metode
Atribut dan metode dapat memiliki salah satu sifat berikut :
· Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan
· Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-
anak yang mewarisinya
· Public, dapat dipanggil oleh siapa saja
Class dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu class
abstrak yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung
diinstansiasikan, tetapi harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class.
Dengan demikian interface mendukung resolusi metoda pada saat run-time.
Sesuai dengan perkembangan class model, class dapat dikelompokkan menjadi
package. Kita juga dapat membuat diagram yang terdiri atas package.
Hubungan Antar Class
1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan
class yang memiliki atribut berupa class lain, atau class yang harus
14
mengetahui eksistensi class lain. Panah navigability menunjukkan arah
query antar class.
2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas..”).
3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari
class lain dan mewarisi semua atribut dan metoda class asalnya dan
menambahkan fungsionalitas baru, sehingga pewarisan disebut anak dari
class yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.
4. Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan (message) yang di-passing dari
satu class kepada class lain. Hubungan dinamis dapat digambarkan dengan
menggunakan sequence diagram yang akan dijelaskan kemudian.
3. Activity Diagram
Activity diagrams menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem
yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang
mungkin terjadi dan bagaimana alur sistem berakhir. Activity diagram juga dapat
menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state
adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state
sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak
menggambarkan perilaku internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem)
secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas
dari level atas secara umum. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use
case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use
case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan
aktivitas.
Sama seperti state, standar UML menggunakan segiempat dengan sudut
membulat untuk menggambarkan aktivitas. Decision digunakan untuk
menggambarkan prilaku pada kondisi tertentu. Untuk mengilustrasikan proses-
proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang dapat berupa titik,
garis horizontal atau vertikal. Activity diagram dapat dibagi menjadi beberapa
object swimlane untuk menggambarkan objek mana yang bertanggung jawab
untuk aktivitas tertentu.
15
4. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di
sekitar sistem (termasuk pengguna, display dan sebagainya) berupa message yang
digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal
(waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram
biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output
tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan
perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.
Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message
digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase
desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class.
Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali
dengan diterimanya sebuah message. Untuk objek-objek yang memiliki sifat
khusus, standar UML mendefinisikan icon khusus untuk objek boundary,
controller dan persistent entity.
2.3 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan – Decision Support Systems
(DSS)
Sistem pendukung pengambilan keputusan (DSS) adalah sistem berbasis
komputer yang interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk
menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang
tidak terstruktur. (Gorry dan Morton, 1978 diacu dalam Turban, Aronson, Liang,
2005). Littel (1970) menyatakan bahwa untuk sukses, sistem tersebut haruslah
sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu penting dan
mudah berkomunikasi.
Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen
dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek,
serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem
yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan
keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna
satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis
16
data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual
seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para
pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk
menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
(Sutono, 2007)
Turban (2005), mengidentifikasi karakteristik dan kapabilitas kunci dari
DSS adalah :
1. Dukungan untuk pengambilan keputusan, terutama pada situasi
semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia
dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai
manajer lini.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok.
4. Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial.
5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan : inteligensi,
desain, pilihan dan implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. Adaptive sepanjang waktu.
8. Pengguna merasa seperti di rumah.
9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi,
timeliness, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan
keputusan).
10. Kontrol penuh oleh pengambilan keputusan terhadap semua langkah
proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah.
11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem
sederhana.
12. Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan
keputusan.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari
sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
17
14. Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang
pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di dan di satu
organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai
persediaan.
Dalam suatu penelitiannya Alter mengembangkan satu taksonomi dari
enam jenis DSS yang didasarkan pada tingkat dukungan pemecahan masalah.
Keenam jenis tersebut tampak pada Gambar 3.
Tingkat
Dukungan
Pemecahan
Masalah
Sedikit Tingkat kerumitan sistem Sangat
Gambar 3 Keenam Jenis DSS Didasarkan Tingkat Dukungan Pemecahan Masalah
Jenis DSS yang memberikan dukungan paling sedikit adalah jenis yang
memungkinkan manajer mengambil hanya sebagian kecil informasi (unsur-unsur
informasi) seperti terlihat pada kolom 1 Gambar 3. Manajer dalam hal ini dapat
bertanya pada database untuk mendapatkan angka/jumlah tingkat penyerapan
anggaran pada satu satker di bawah lingkup kerjanya.
Jenis DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi
memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat
penyerapan anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan
gaji bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji. Dukungan yang lebih lagi
diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan total penyerapan anggaran biaya
pegawai dan tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah dari berbagai file
sistem penggajian.
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu : Model-driven DSS dan Data-
driven DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri
terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering
dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung
dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini
umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian
18
dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah
untuk digunakan. Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah
besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini
membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan memungkinkan para
pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari data yang
tersimpan di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau perusahaan
mulai membangun DSS ini untuk memungkinkan para pelanggannya memperoleh
data dari website-nya atau data dari sistem informasi organisasi yang ada.
Decision Support Systems meliputi berbagai komponen yang termuat di
dalam sistem pendukung ini, yaitu :
· DSS database:
Kumpulan data berjalan atau historis dari sejumlah aplikasi. Komponen ini
digunakan untuk menanyakan dan menganalisis data. Database ini dapat berupa
PC database atau massive database.
· DSS software Systems:
Kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data, seperti:
On-Line Analytical Processing (OLAP) tools, datamining tools, atau kumpulan
dari model-model matematika dan analisa yang mudah untuk diakses oleh para
pengguna DSS. Model ini dapat berupa model fisik (model rancangan ruang kerja,
taman, dan model pesawat terbang), model perhitungan matematika (seperti :
persamaan, alogaritma, anuitas, cicilan bunga kredit), atau model verbal (seperti :
deskripsi suatu prosedur untuk penulisan suatu perintah kerja/order). Masing-
masing DSS dibangun untuk seperangkat tujuan tertentu dan akan menghasilkan
berbagai kumpulan model tergantung pada kebutuhan dan tujuannya.
Aplikasi DSS dapat terdiri dari subsistem seperti :
1. Subsistem Manajemen Data
Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data
yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut
sistem manajemen database (DBMS). Subsistem manajemen data dapat
diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan, suatu repositori
untuk data perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan.
2. Subsistem Manajemen Model
19
Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan,
statistik, ilmu manajemen atau model kuantitatif lainnya yang memberikan
kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Perangkat
lunak ini sering disebut sistem manajemen basis model (MBMS).
3. Subsistem antarmuka pengguna
Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui
subsistem ini. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi unik
dari DSS berasal dari interaksi yang intensif antara komputer dan pembuat
keputusan.
4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan
Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak
sebagai suatu komponen independen. Susbsistem ini memberikan
inteligensi untuk memperbesar pengetahuan orang pengambil keputusan.
Subsistem ini dapat diinterkoneksikan dengan repositori pengetahuan
perusahaan (bagian dari sistem manajemen pengetahuan), yang kadang-
kadang disebut basis pengetahuan organisasional.
Berdasarkan definisi, DSS harus mencakup tiga komponen utama dari
DBMS, MBMS dan antarmuka pengguna. Subsistem manajemen berbasis
pengetahuan adalah opsional, namun dapat memberikan banyak manfaat karena
memberikan inteligensi bagi tiga komponen utama tersebut. Seperti pada semua
sistem informasi manajemen, pengguna dapat dianggap sebagai komponen DSS.
2.4 Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Valverde (2011) melakukan penelitian dengan membuat DSS
Manajemen resiko untuk industri real estate. Pada penelitian tersebut sistem
informasi dirancang sesuai dengan spesifikasi dan diimplementasikan dengan
menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic dan database Microsoft Access.
Database sistem itu diisi dengan data dari California USA dan sistem diuji
dengan contoh-contoh berbeda dan laporan yang memuaskan diperoleh dari
simulasi. DSS sangatlah berguna bagi manager manajemen resiko dalam investasi
real estate. DSS dapat dideskripsikan sebagai sebuah interaksi, berbasis sistem
komputer yang di desain untuk membantu pengambil keputusan untuk
20
menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Pengguna utama dari sistem ini
adalah investor untuk memonitor kinerja dari pengelola gedung.
Tujuan sistem akan memberikan informasi mengenai hal-hal sebagai
berikut :
o Berapa kategori aset yang akan digunakan
o Memilih optimasi level resiko keseluruhan
o Kapan waktunya untuk melakukan penjualan aset
o Nilai dari properti
Mohemad, Hamdan, Othman dan Noor (2010) melakukan penelitian
dalam membuat suatu keputusan yang transparan dan persaingan yang sehat
dalam proses tender membutuhkan suatu alat sebagai dasar panduan dalam proses
pengambilan keputusan. Makalah ini menyimpulkan hal-hal yang biasa digunakan
dalam proses tender secara umum di dunia seperti Amerika, Eropa dan Asia.
Dokumen terstruktur dalam jumlah yang banyak dalam proses tender konstruksi
perlu di analisa dengan alat komputasi. Akan menjadi lebih sulit ketika proses
otomatisasi untuk perubahan dokumen tidak struktur ke dalam format atau bentuk
dokumen terstruktur pada proses input di dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam rangka untuk melakukan proses tender secara otomatis, integrasi di dalam
model DSS sepertinya pendekatan model yang menjanjikan. Makalah ini
mengusulkan sebuah kerangka kerja untuk DSS dalam tujuannya untuk
melakukan pengembangan proses tender.
Cai, Liu X., Xiao dan Liu J. (2009) melakukan penelitian dalam strategi
peningkatan kinerja untuk pembuat keputusan dalam dunia supply chain.
KPI pada bisnis supply chain menjadi isu yang penting untuk
meningkatkan kinerja secara berkelanjutan
Sistem kinerja manajemen yang kompleks meliputi beberapa proses
manajemen, seperti identifikasi ukuran, menentukan target,
perencanaan, komunikasi, monitoring, laporan dan masukan
Peningkatan kinerja merupakan proses yang terus menerus yang
membutuhkan baik itu analisa ukuran kinerja sistem dan mekanisme
untuk memulai langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan KPI
(Pencapaian KPI) yang berhubungan dengan perencanaan dan
21
pelaksanaan, dan membuat langkah-langkah untuk merealisasikan
tujuan kinerja dalam pekerjaan rutin sehari-hari.
Metodologi yang diusulkan untuk meningkatkan kinerja manajeman
Supply Chain secara sistematik adalah metodologi yang mendukung KPI
accomplishment (Pencapaian KPI). Metodologi ini mengimplementasikan
pengulangan yang lebih kecil diatara 3 langkah utama dalam siklus kinerja
manajemen yaitu Set Goal, Model dan Plan. Penentuan metodologi untuk
pembahasan ini adalah Supply Chain Operation Reference (SCOR) merupakan
model yang didesain untuk memfasilitasi kerangka dari ukuran kinerja supply
chain secara sistematik dan sebagai alat untuk pengembangan selanjutnya. SCOR
memiliki 5 kategori pengukuran yaitu : Sumber daya, Keluaran, Fleksibilitas,
Inovasi dan Informasi. Sistematik Metodologi KPI :
1. Balance Score Card (BSC)
2. Activity Based Costing (ABC)
3. Supply Chain Operation Reference (SCOR)
Roy, Chamorro, Wegen dan Steele melakukan penelitian membuat solusi
yang diusulkan dalam makalah ini menyediakan mekanisme untuk pemantauan
solusi Knowledge Management (KM) dalam isu-isu terkait dengan proses bisnis.
Metodologi baru ini difokuskan pada tujuan bisnis untuk membuat solusi
indikator kinerja (PI) KM. Sistem pengukuran harus dipelajari adalah :
Langkah-langkah kinerja individu
Himpunan ukuran kinerja secara keseluruhan
Hubungan antara kinerja sistem pengukuran dan lingkungan dimana
KM beroperasi
Penelitian ini telah mengembangkan 'langkah demi langkah' kerangka
kerja dan pendekatan metodologis untuk mengidentifikasi Key Performance
Indicator (KPI) untuk solusi KM. Para konseptual menghubungkan kerangka
pengukuran strategis untuk KM solusi pada tingkat operasional. Pendekatan
metodologis memberikan praktisi dengan menetapkan template yang tepat dalam
membantu manajer untuk melaksanakan kerangka konseptual. KPI yang
dikembangkan dengan ukuran kerangka efektivitas solusi KM dalam proses
bisnis, yang memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya memantau jika
22
pengetahuan dikelola benar tetapi juga jika hak pengetahuan dikelola dalam
perusahaan.
2.5 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
Dari uraian di atas dan tujuan dari penelitian yang akan dikembangkan,
dapat dilihat perbedaannya. Seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Perbedaan Penelitian yang dikembangkan dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Metode yang digunakan, Objek dari penelitian, Topik
Tools dan Bentuk yang dihasilkan
Valverde, 2011 Model matematika (Findaly Model, Tucker Model),
industri real estate, metode DSS untuk hasil yang di
capai, tools Visual Basic dan database Microsoft Acces,
menghasilkan Aplikasi manajemen resiko real estate
Mohemad, Hamdan,
Othman dan Noor,
2010
Proses tender di bidang konstruksi, metode DSS dan hasil
berupa kerangka kerja
Cai, Liu X., Xiao
dan Liu J., 2009
Supply Chain Operation Reference (SCOR), supply
chain., berdasarkan KPI accomplishment dan hasil berupa
kerangka kerja
Roy, Chamorro,
Wegen dan Steele
Knowledge Management (KM), proses bisnis,
berdasarkan KPI dan hasil berupa kerangka kerja
23
Penelitian yang dikembangkan
Husna, 2012 Metode Waterfall untuk penelitian, Divisi TRM di
Manajemen properti, Analisis dan desain rancangan
menggunakan UML, implementasi menggunakan Power
Builder 11.5 dan database engine SQL Anywhere 8, hasil
berupa aplikasi menghasilkan report DSS berbasis KPI