bab ii tinjauan pustaka 2.1. hipertensi 2.1.1. definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/bab ii.pdf ·...

32
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas angka normal yang mengakibatkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas. Tekanan darah menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kekuatan dorongan darah pada permukaan pembuluh darah arteri ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah ditunjukkan dengan angka, misalnya 140/90 mmHg yang dimana ada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 yang menunjukkan fase darah sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014). Pembuluh darah arteri mengalami tekanan yangdisebabkan oleh jantung yang memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi yang cukup yang disalurkan oleh darah melalui jaringan pembuluh darah yang kemudian memasuki sel-sel tubuh. Jantung tidak hanya dapat memompa darah secara terus-menerus, tetapi juga dapat mengumpulkan darah yang sudah terpakai kembali dari seluruh bagian tubuh. Darah yang segar kemudian dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang bernama arteries, sedangkan yang membawa darah yang telah terpakai kejantung kembali dinamakan veins. Sistem sirkulasi darah merupakan keseluruhan sistem pada jantung, pembuluh darah, dan darah. Untuk menahan tekanan

Upload: others

Post on 23-Jan-2020

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas angka normal yang mengakibatkan terjadinya peningkatan morbiditas

dan mortalitas. Tekanan darah menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kekuatan

dorongan darah pada permukaan pembuluh darah arteri ketika jantung memompa darah

ke seluruh tubuh. Tekanan darah ditunjukkan dengan angka, misalnya 140/90 mmHg yang

dimana ada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 yang menunjukkan

fase darah sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah

yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Pembuluh darah arteri mengalami tekanan yangdisebabkan oleh jantung yang

memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Tubuh membutuhkan oksigen dan

nutrisi yang cukup yang disalurkan oleh darah melalui jaringan pembuluh darah yang

kemudian memasuki sel-sel tubuh. Jantung tidak hanya dapat memompa darah secara

terus-menerus, tetapi juga dapat mengumpulkan darah yang sudah terpakai kembali dari

seluruh bagian tubuh. Darah yang segar kemudian dialirkan ke seluruh tubuh melalui

pembuluh darah yang bernama arteries, sedangkan yang membawa darah yang telah

terpakai kejantung kembali dinamakan veins. Sistem sirkulasi darah merupakan keseluruhan

sistem pada jantung, pembuluh darah, dan darah. Untuk menahan tekanan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

10

darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat dan elastis

yang dapat menahannya. Arteri berperan sangat penting dalam mengatur tekanan darah

terutama pada arteri yang bercabang sampai pembuluh yang sangat halus dan memiliki

dinding yang kuat (Widjadja, 2009).

2.2.1. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan penyebab dan derajatnya.

1. Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006, menyebutkan

bahwa ada 2 jenis hipertensi berdasarkan penyebabnya, yaitu :

a) Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer merupakan suatu peningkatan tekanan yang terjadi pada

arteri yang menyebabkan ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik

normal. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi primer

dan sampai saat ini penyebab dari hipertensi ini belum diketahui. Faktor yang

paling mungkin berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi primer yaitu faktor

genetik, karena hipertensi sering disebabkan karena adanya turun temurun dalam

suatu keluarga.

b) Hipertensi Sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder

yang disebabkan oleh penyakit komorbid ataupun obat-obat tertentu yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Penyebab sekunder yang paling sering adalah

disfungsi renal mengakibatkan terjadinya penyakit ginjal kronis atau penyakit

renovaskuler. Mengkonsumsi obat-obat tertentu baik secara langsung maupun

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

11

tidak juga dapat menyebabkan hipertensi atau semakin memperberat hipertensi

dengan terjadinya peningkatan tekanan darah. Penyebab sekunder dapat

diidentifikasi dengan berhenti mengkonsumsi obat-obatan tersebut atau

mengobati kondisi komorbid yang menyertainya adalah tahap pertama dalam

penanganan hipertensi sekunder.

2. Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee (2004), hipertensi berdasarkan

derajatnya terdiri dari :

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Optimal 115 atau

kurang

75 atau kurang

Normal Kurang dari

120

Kurang dari 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

tahap 1

140-159 90-99

Hipertensi

tahap 2

Lebih dari 160 Lebih dari 100

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

12

Berdasarkan tabel diatas, klasifikasi hipertensi dikategorikan berdasarkan

derajatnya. Tekanan darah dikatakan optimal jika tekanan darah sistolik 115 mmHg atau

kurang dan tekanan darah diastolik 75 mmHg atau kurang. Normal jika tekanan darah

sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg. Prehipertensi jika tekanan

darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg. Hipertensi tahap

1 jika tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

Hipertensi tahap 2 jika tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik

>100.

2.3.1. Manifestasi Klinik

Hipertensi pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang terlalu terlihat. Gejala

hipertensi dapat dilihat ketika sudah menahun seperti nyeri kepala, kadang disertai mual

dan muntah, kaburnya penglihatan akibat kerusakan retina, kerusakan susunan saraf yang

menyebabkan ketidakseimbangan dalam berjalan, peningkatan aliran darah ginjal

menyebabkan nokturia dan terjadinya tekanan kapiler yang menyebabkan filtrasi

glomerulus dan edema. Selain itu, gejala hipertensi juga dapat berupa sakit kepala, telinga

berdengung, tengkuk terasa berat, sulit tidur, mata berkunang-kunang, pusing, dan

keluarnya darah dari hidung (mimisan). Peningkatan tekanan darah juga dapat

menyebabkan komplikasi pada organ yaitu ginjal, mata, otak, atau jantung (Anbarasan,

2015).

2.4.1. Patofisiologi

Berbagai faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

yang berhubungan dengan tekanan darah. Sistem renin-angiotensin –aldosteron dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

13

vasopressin dan zat lainnya seperti epinefrin memiliki peran dalam mengatur mekanisme

tekanan darah yang merupakan sebuah neurotransmitter simpatik yang dilepaskan dari

kelenjar adrenal yang memilki efek langsung dalam menghasilkan peningkatan denyut

jantung, kontraktilitas jantung, dan tonus pembuluh darah. Konteks adrenal akan

mengekskresi epinefrin ketika seseorang dalam keadaan emosi yang menyebabkan

terjadinya vasokontriksi. Kemudian vasokonstriksi akan mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal dan menyebabkan pelepasan renin dimana renin bertindak enzimatis untuk

mengkonversi aktif plasma protein yang disebut angiotensinogen menjadi angiotensin I.

Setelah itu angiotensin I kemudian diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting

Enzyme) menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat yang dapat

merangsang sekresi alodesteron oleh korteks adrenal dimana enzim tersebut terdapat

dalam endothelium pembuluh paru-paru. Hal ini menyebabkan terjadinya retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal sehingga terjadi peningkatan volume intravaskuler dan

kemudian mengakibatkan meningkatnya tekanan darah (Porth, 2011).

Ginjal merupakan salah satu yang memiliki sebagian besar peran dalam mengatur

tekanan darah yaitu dalam regulasi volume cairan ekstraseluler. Ketika tubuh mengandung

cairan ekstraseluler terlalu banyak, maka tekanan arteri akan naik dan terjadi peningkatan

air dan natrium yang diekskresikan oeh ginjal sehingga menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Ada dua mekanisme peningkatan volume cairan yang dapat

menyebabkan meningkatnya tekanan darah salah satunya adalah melalui efek langsung

pada cardiac output dan yang lainnya secara tidak langsung sehingga aliran darah

menghasilkan autoregulasi dan berefek pada resistensi pembuluh darah perifer.

Mekanisme autoregulasi memiliki fungsi dalam mendistribusikan aliran darah ke berbagai

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

14

jaringan tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolisme. Ketika darah mengalir ke jaringan

yang spesifik berlebihan ,maka pembuluh darah local akan menyempit dan ketika aliran

darah menurun maka pembuluh local akan melebar. Saat terjadi peningkatan volume

cairan ekstraseluler dan peningkatan curah jantung maka semua jaringan tubuh yang

terpapar pada peningkatan aliran yang sama. Hal ini menghasilkan penyempitan umum

arteriol dan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan darah(Porth, 2011).

2.5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan karena interaksi

berbagai faktor risiko. Risiko hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari

faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stress, obesitas, nutrisi dan gaya hidup, serta

faktor yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin, genetik, dan etnis (Pramana,

2016).

1. Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh interaksi berbagai

faktor risiko yang dialami oleh seseorang. Seiring dengan bertambahnya usia terjadi

perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan mengalami

penyempitan dan menjadi kaku dimulai pada saat usia 45 tahun. Selain itu, juga terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik, serta kurangnya sensitivitas

baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal aliran darah dan laju filtrasi

glomerulus menurun (Pramana, 2016).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

15

Menurut penelitian dari Wahyuningsih & Astuti (2013)menunjukkan bahwa ada

hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan karena tekanan

arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan adanya proses degenerative

yang lebih sering pada usia tua.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas)Kementerian Kesehatan RI

(2018)menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi menurut hasil pengukuran pada

penduduk umur >18 tahun mengalami peningkatan yang sebelumnya pada Riskesdas

2013 25,8% bertambah menjadi 34,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi

semakin bertambah di Indonesia terutama pada penduduk yang berumur >18 tahun.

2. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Namun, wanita

terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Seorang wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Pramana, 2016).

3. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluargadapatmenyebabkan risiko untuk menderita

penyakit hipertensi. Hal ini terjadi karena adanya hubungan peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu dengan

orang tua menderita hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

16

Selain itu juga didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi

keluarga (Pramana, 2016).

Menurut penelitian Raihan et al. (2009)menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Jika seseorang dengan orang

tua menderita hipertensi maka sepanjang hidup orang tersebut memiliki kemungkinan

25% untuk menderita hipertensi juga.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak pada orang yang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.

Namun sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tetapi pada orang kulit

hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin lebih

besar (Pramana, 2016).

5. Aktivitas fisik

Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah aktivitas

fisik. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang dan nafsu makan tidak terkontrol akan

menyebabkan terjadinya konsumsi energi yang berlebihan dan mengakibatkan nafsu

makan semakin bertambah dan pada akhirnya menyebabkan berat badan menjadi naik

sehingga terjadi obesitas. Jika berat badan seseorang bertambah maka volume darah akan

bertambah pula, sehingga beban jantung semakin bertambah untuk memompa darah.

Semakin besar beban jantung maka semakin berat kerja jantung dalam memompa darah

ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan terjadinya tekanan perifer dan peningkatan curah

jantung yangkemudian terjadi hipertensi (Pramana, 2016).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

17

Menurut penelitian Wahyuningsih & Astuti (2013)menunjukkan bahwa ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Orang yang cenderung kurang aktif

berolahraga memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung

harus bekerja lebih keras pada saat kontraksi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)Kementerian Kesehatan RI (2018)

menunjukkan bahwa prevalensi aktivitas fisik berdasarkan data penduduk yang berumur

>10 tahun semakin bertambah yang sebelumnya pada tahun 2013 26,1% meningkat

menjadi 33,5%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada masyarakat Indonesia

semakin berkurang sehingga menyebabkan risio kejadian hipertensi semakin bertambah

pula.

6. Obesitas

Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang berlebihan

sebesar 20% dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai hubungan yang kuat dengan

kejadian hipertensi. Jika obesitas terjadi pada anak-anak remaja maka anak tersebut

cenderung mengalami hipertensi. Terjadinya peningkatan berat badan yang tidak ideal

menyebabkan adanya dugaan bahwa jika berat badan lebih besar 10% maka akan

meningkatkan tekanan darah sebesar 7 mmHg.(Pramana, 2016).

Berdasarkan epidemiologi pada hipertensi, obesitas merupakan salah satu ciri

khasnya.Pada pasien dengan obesitas curah jantung dan volume darah menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien lainnya yang memiliki berat badan normal dengan tekanan

darah yang sama. Obesitas dapat mengakibatkan pasien cenderung menderita penyakit

kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Pramana, 2016).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

18

Menurut penelitian Wahyuningsih & Astuti (2013)menunjukkan bahwa ada hubungan

antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Orang dengan berat badan yang berlebihan

(IMT >25) beresiko menderita hipertensi sebesar 6,47 kali dibandingkan dengan orang

yang memiliki berat badan normal.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI,

(2018)menunjukkan prevalensi obesitas sentral pada dewasa umur >15 tahun mengalami

kenaikan dari sebelumnya pada tahun 2013 yaitu 26,6% menjadi 31%. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi di Indonesia semakin bertambah akibat

bertambahnya obesitas pada dewasa umur >15 tahun.

7. Konsumsi lemak

Terjadinya peningkatan berat badan sangat erat kaitannya dengan konsumsi lemak

jenuh yang menyebabkan resiko terjadinya hipertensi. Dengan mengkonsumsi lemak

jenuh dapat meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis yang juga berkaitan dengan

tekanan darah. Tetapi jika seseorang dapat menurunkan konsumsi lemak jenuh terutama

lemak yang terdapat dalam makanan yang bersumber dari hewan dan kemudian

meningkatkan konsumsi lemak tidak jenuh yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian

dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah

(Pramana, 2016).

8. Konsumsi natrium

Garam merupakan faktor penting dalam pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir

tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang rendah. Apabila

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

19

asupan garam 5-15 g/hr prevalensi hipertensi akan meningkat menjadi 15-20% (Pramana,

2016).

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan tekanan

darah, curah jantung, dan volume plasma. Konsumsi garam yang dianjurkan adalah tidak

lebih dari 6g/hr yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 g/hr. Asupan natrium

yang tinggi dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga dapat meningkatkan

volume darah (Pramana, 2016).

Menurut penelitian Raihan et al. (2009)menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Pola asupan garam yang

tinggi dapat meningkatkan kejadian hipertensi karena mengkonsumsi garam yang berlebih

dapat menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar sehinggan volume cairan ekstraseluler

meningkat. Terjadinya peningkatan volume cairan ekstraseluler tersebut mengakibatkan

meningkatnya volume darah.

9. Merokok

Hubungan antara merokok dengan peningkatan resiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Lamanya merokok dapat menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi. Selain itu yang lebih berisiko akibat merokok adalah jumlah

rokok yang di hisap setiap harinya.Seseorang yang merokok lebih dari 1 pak atau 15 batang

per hari memiliki risiko 2 kali lebih rentan untuk menderita hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler daripada orang yang tidak merokok (Pramana, 2016).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

20

Menurut penelitian Raihan et al. (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Hal ini dikarenakan asap

rokok mengandung karbon monoksida dan nikotin serta berbagai bahan toksik lainnya.

Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri yaitu berupa plak.

Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan

tekanan darah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI

(2018)menunjukkan prevalensi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun mengalami

kenaikan dari sebelumnya pada tahun 2013 yaitu 7,2% menjadi 9,1%. Sedangkan

berdasarkan proporsi konsumsi tembakau hisap dan kunyah pada penduduk usia >15

tahun mengalami penurunan dari sebelumnya pada tahun 2013 66% menjadi 62,9%.

Tetapi dalam hal ini merokok masih dalam kategori yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan faktor risiko hipertensi di Indonesia semakin bertambah

10. Konsumsi alkohol dan kafein

Konsumsi alkohol dan kafein secara berlebihan yang biasanya terdapat pada kopi dan

cola dapat meningkatkan aktifitas syaraf simpatis karena dapat merangsang sekresi

Corticotropine Releasing Hormone (CRH) yang berujung terjadinya peningkatan tekanan

darah. Sementara kafein dapat menyebabkan stimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat

sehingga menyebabkan lebih banyak cairan yang mengalir setiap detiknya (Pramana,

2016).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)Kementerian Kesehatan RI (2018)

menunjukkan prevalensi konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan menurut

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

21

provinsi pada penduduk umur >10 tahun adalah tertinggi di NTT sebesar 3,2% dan

terendah di Aceh 0,1. Jika berdasarkan total keseluruhan provinsi di Indonesia sebesar

0,8%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi alkohol di Indonesia masih tergolong

rendah.

11. Stress

Stress diyakini memiliki hubungan yang erat dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui

aktivitas syaraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secar intermiten. Selain

itu, stress juga dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin yang

dapat memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.

Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit magh. Stress dapat

meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stress sudah hilang maka

tekanan darah dapat normal kembali (Pramana, 2016).

Menurut penelitian Raihan et al. (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara stress dengan kejadian hipertensi. Stress dapat meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan menstimulasi aktivitas system saraf simpatis. Apabila stress

terjadi maka hormone epinefrin dan adrenalin akan terlepas. Aktivitas hormon ini

meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika stress berkepanjangan maka peningkatan

tekanan darah menjadi permanen.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

22

2.6.1. Komplikasi Hipertensi

Dalam jangka waktu yang lama hipertensi dapat menyebabkan

kerusakan endhotel arteri dan mempercepat terjadinya atherosklerosis. Komplikasi dari

hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan

pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama pada penyakit

serebrovaskuler seperti stroke, transient, dan ischemic attack, penyakit arteri koroner

seperti infark miokard dan angina, gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. Bila pasien

hipertensi memiliki faktor resiko kardiovaskuler yang lain, maka akan meningkatkan

mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskuler tersebut. Menurut studi

Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang tinggi untuk

terkena penyakit koroner, stroke, penyakit perifer, dan gagal jantung(Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

2.7.1. Penatalaksanaan Hipertensi

1) Terapi farmakologi

Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti,

dibawah ini :

a. Golongan diuretik

Dalam mengobati hipertensi obat pertama yang biasanya diberikan adalah

diuretik thiazide. Obat ini dapat membantu ginjal membuang garam dan air

sehingga ginjal dapat mengurangi volume cairan yang berada di dalam tubuh agar

dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, obat ini juga dapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

23

menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dan hilangnya kalium

melalui air kemih, sehingga kadang diberikan juga tambahan kalium atau obat

penahan kalium. Diuretik sangat efekif digunakan pada orang kulit hitam, lanjut

usia, obesitas, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat Adrenergik

Sistem saraf simpatis mengalami penghambatan karena pada penghambat

adrenergikterdapat sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan

alfa-beta-blocker labetalol, yang dapat menghambat efek sistem saraf simpatis.

Sistem saraf simpatis merupakan sistem saraf yang dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan darah dengan cara memberikan respon terhadap

stress. Obat yang paling sering digunakan adalah beta blocker, karena obat ini

efektif jika diberikan kepada pasien yang berusia muda, pasien yang pernah

mengalami serangan jantung, pasien dengan denyut jantung yang cepat, angina

pektoris (nyeri dada), sakit kepala (migren).

c. ACE-inhibitor

Angiotensin converting enzim inhibitor (ACE-inhibitor) bekerja

menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara yaitu melebarkan arteri.

Obat ini efektif diberikan kepada pasien dengan kulit putih, berusia muda, laki-

laki yang mengalami impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain, pasien

gagal jantung, dan pasien yang terdapat protein dalam air kemihnya yang

disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

24

d. Angiotensin-II-bloker

Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang berbeda. Obat ini sangat efektif diberikan pada pasien dengan

kulit hitam, lanjut usia, pasien yang mengalami angina pectoris (nyeri dada),

denyut jantung yang cepat, dan sakit kepala migren.

f. Vasodilator

Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-

hipertensi lainnya (Wahdah, 2011).

2) Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa cara

yaitu :

1. Pola Makan yang Baik

Pola makan yang baik adalah dengan mengurangi asupan garam dan

makanan yang tinggi lemak serta menigkatkan konsumsi sayur dan buah.

Biasanya pada orang yang terbiasa makan makanan yang berlemak sepertinya

akan sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah kebiasaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

25

tersebut menjadi makan makanan yang termasuk vegetarian. Untuk mengatasi

hal ini perlu bantuan berupa dukungan keluarga. Selain itu juga dapat dilakukan

pendidikan kesehatan seperti promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dan pemerintan untuk memotivasi masyarakat dalam merubah pola

makan ini (Wahdah, 2011).

Kebiasaan makan pada pasien hipertensi juga perlu mendapatkan perhatian

dengan mengurangi konsumsi garam. Pasien hipertensi sangat penting untuk

memodifikasi diet dengan tujuan untuk mengatur kontrol tekanan darah dan

mengurangi penyakit kardiovaskuler dengan cara mengkonsumsi makanan yang

lebih sehat. Untuk mengontrol tekanan darah terdapat empat macam diet yang

dianjurkan untuk pasien hipertensi yaitu diet rendah garam, diet rendah

kolesterol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori jika mengalami

obesitas (Wahdah, 2011).

Pemberian diet rendah garam pada pasien hipertensi bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah. Diet rendah garam dilakukan dengann cara

membatasi konsumsi garam dapur dan mengkonsumsi makanan rendah sodium

atau natrium (Na). Pada diet rendah garam sangat penting untuk memperhatikan

komposisi makanan yang dikonsumsi berupa makanan yang mengandung cukup

zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan

natrium (Wahdah, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan Mahmudah, Maryusman, Arini, &

Malkan (2015) tentang hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

26

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan pola makan dengan hipertensi.

Dimana dijelaskan bahwa pola makan yang salah dapat meningkatkan tekanan

darah seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berlemak terutama pada

asupan lemak jenuh dan kolesterol. Selain itu, konsumsi natrium yang berlebih

juga dapat meningkatkan tekanan darah karena konsumsi natrium yang berlebih

akan meningkatkan cairan ekstraseluler dan untuk menormalkannya kembali

dengan cara menarik cairan intraseluler keluar sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat dan mengakibatkan peningkatan volume darah yang

berdampak timbulnya hipertensi.

2. Perubahan Gaya Hidup

a. Olahraga Teratur

Meningkatkan aktivitas fisik seperti olahraga yang teratur dapat membantu

menurunkan tekanan darah seperi olahraga aerobik. Olahragaaerobik yang

dilakukan secara terus-menerus dapat membantu tubuh untuk memenuhi

kebutuhan oksigennya. Terdapat beberapa olahraga aerobik yang dapat

dilakukan seperti senam, jogging, renang dan bersepeda. Aktivitas fisik

merupakan setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran energi dan

tenaga berupa pembakaran kalori. Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan minimal

30 menit per hari dengan baik dan benar. Aktivitas fisik memiliki manfaat yang

sangat banyak salah satunya adalah untuk menjaga tekanan darah tetap stabil

dalam batas normal (Wahdah, 2011).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

27

Aktivitas fisik dapat menjaga kestabilan tekanan darah secara sederhana

seperti turun dari bus lebih awal menuju tempat kerja yang sekiranya

membutuhkan waktu 20 menit jika berjalan kaki dan ketika pulang berhenti di

halte yang memerlukan waktu kira-kira 10 menit menuju rumah dengan berjalan

kaki. Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara membersihkan rumah dua kali

sehari selama 10 menit kemudian ditambah dengan bersepeda selam 10 menit

dan lain sebagainya. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekana n darah

sistolik 4-8 mmHg (Wahdah, 2011).

Latihan fisik yang harus dihindari pasien hipertensi adalah latihan fisik

isometrik yaitu mengangkat besi yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada

lansia, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun dan juga keelastisan

dan kekuatannya akan menurun. Namun, sistem kardiovaskuler akan berfungsi

secara maksimal dan tetap terpelihara jika berolahraga secara teratur (Wahdah,

2011).

Pada pasien hipertensi olahraga seperti senam aerobik maupun jalan kaki

selama 30-45 menit selama 3-4 kali seminggu harus rutin dilakukan. Olahraga

selalu dihubungkan dengan pengobatan hipertensi dikarenakan olahraga seperti

senam, jogging, maupun jalan kaki secaar teratur dapat memperlancar peredaran

sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, olahrga juga memiliki

manfaat untuk mengurangi obesitas dan juga mengurangi asupan garam ke

dalam tubuh karena pada tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam

melalui kulit. Pasien hipertensi dianjurkan untuk melakukan olahraga secara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

28

teratur seperti senam aerobik atau sekedar berjalan kaki selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu (Wahdah, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tular, Gloria J, Ratag, Budi T,

Kandou (2017) tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik

dengan hipertensi dimana responden yang mengalami kejadian hipertensi karena

kurang aktif melakukan aktivitas fisik sebanyak 64 responden atau 80%. Hal ini

menunjukkan bahwa hampir secara keseluruhan total responden mengalami

hipertensi akibat kurangnya aktivitas fisik.

b. Menghentikan rokok

Bahan dasar rokok yaitu tembakau memiliki kandungan nikotin yang

mengakibatkan kerja jantung menjadi lebih kuat dan arteri kecil menjadi menciut

sehingga sirkulasi darah berkurang dan terjadi peningkatan tekanan darah. Untuk

mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler dengan cara mengubah gaya hidup

dengan berhenti mengkosumsi rokok. Namun, pada kenyataannya

menghentikan kebiasaan merokok pada kebanyakan orang merupakan hal yang

sangat sulit. Karena hal ini pabrik rokok semakin banyak bermunculan di

berbagai belahan dunia (Wahdah, 2011).

Peningkatan risiko hipertensi dapat terjadi akibat kebiasaan seperti merokok

dan mengkonsumsi alcohol meskipun mekanismenya belum diketahui secara

pasti. Oleh karena itu pasien hipertensi harus memperbaiki gaya hidup mereka

menjadi lebih sehat. Meningkatnya tekanan darah terjadi akibat merokok, hal ini

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

29

disebabkan karena kandungan yang terdapat dalam rokok yaitu nikotin dapat

memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Nikotin diserap oleh pembuluh darah yang berada di dalam paru-paru kemudian

diedarkan ke seluruh aliran darah lainnya sehingga menyebabkan terjadinya

penyempitan pembuluh darah. Hal ini juga dapat menyebabkan kerja jantung

semakin meningkat untuk memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh

darah yang sempit (Wahdah, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jannah, Nurhasanah, M, & Sartika

(2016) tentang faktor penyebab terjadinya hipertensi didapatkan hasil bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi adalah merokok.

Responden yang merokok dan mengalami hipertensi sebanyak 23 orang

dibandingkan dengan yang tidak adalah 11 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

merokok memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya hipertensi. Pada

orang yang merokok terjadi cedera pada dinding pembuluh darah dan

mempercepat terjadinya pembentukan aterosklerosis yaitu pengerasan pada

pembuluh darah, sehingga mengakibatkan jantung bekerja lebih keras akibat

penyempitan pembuluh darah untuk sementara dan mengakibatkan peningkatan

frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

c. Membatasi Konsumsi Alkohol

Pola makan yang sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan salah satunya

adalah mengkonsumsi alkohol dalam jumlah sedang. Namun, jika alkohol

dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

30

peningkatan tekanan darah. Apalagi jika melakukan pesta minuman keras hal itu

sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan stroke. Pada laki-

laki sebaiknya mengkonsumsi alkohol tidak lebih dari 21 unit per minggu

sedangkan pada wanita sebaiknya tidak lebih dari 14 unit per minggu.

Menghindari konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2-4

mmHg (Wahdah, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Modok, Ratag, & Malonda (2016)

tentang hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian hipertensi

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi

alkohol dengan hipertensi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki efek yang

hampir sama dengan karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman

darah. Sehingga darah menjadi kental dan jantung akan dipaksa bekerja lebih

kuat agar darah dapat dialirkan ke seluruh tubuh. Semakin banyak alkohol yang

diminum maka tekanan darah akan semakin tinggi.

3. Mengurangi Kelebihan Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu yang paling erat kaitannya dengan

hipertensi. Pada orang yang memiliki berat badan lebih risiko mengalami

hipertensi lebih besar dibandingkan dengan orang yang kurus. Pada pasien

hipertensi untuk menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan cara

mengubah pola makan yang lebih baik serta olahraga secara teratur. Tekanan

darah dapat turun 5-10 mmHg per 10 kg penuunan berat badan (Wahdah, 2011).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

31

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ponto, Kandou, & Mayulu (2016)

tentang hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi didapatkan hasil yang

signifikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi. Obesitas

terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah kalori yang masuk dengan yang

dikeluarkan untuk tumbuh kembang, metabolisme maupun beraktifitas. Hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu faktor perilaku. Obesitas

dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak sehingga

dapat meningkatkan risiko hipertensi akibat faktor lainnya.

2.2. Prolanis

2.1.1. Definisi Prolanis

Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial) dan dilaksanakan dengan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS

Kesehatan. Program ini dilaksanakan dalam rangka untuk pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup

yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Program tersebut

memadukan sistem pelayanan kesehatan dan komunikasi kepada populasi yang memiliki

kondisi dimana kemandirian diri merupakan hal utama(BPJS Kesehatan, 2014).

Berdasarkan peraturan BPJS Kesehatan nomor 2 tahun 2015, PROLANIS adalah

suatu sistem yang memadukan antara penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan

komunikasi bagi sekelompok peserta dengan kondisi penyakit tertentu melalui upaya

penanganan penyakit secara mandiri. Program tersebut merupakan salah satu program

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

32

promotif preventif yang dijalankan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di antara program lain seperti penyuluhan kesehatan,

imunisasi, Keluarga Berencana, dan skrining kesehatan(Peraturan BPJS Kesehatan No.2,

2015).

2.2.1. Tujuan Prolanis

Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan dorongan kepada pasien

dengan penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75%

peserta yang terdaftar berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki hasil yang

baik pada pemeriksaan spesifik terhadap hipertensi sesuai dengan panduan klinis terkait

sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi yang semakin parah. Selain itu, tujuan

dibuatnya PROLANIS adalah untuk mendorong kemandirian peserta, meningkatkan

kepuasan peserta, meningkatkan kualitas kesehatan peserta, dan mengendalikan biaya

pelayanan kesehatan dalam jangka panjang (BPJS Kesehatan, 2014).

2.3.1. Sasaran Prolanis

Adapun sasaran dalam program PROLANIS ini adalah seluruh peserta BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis khususnya hipertensi yang menjadi fokus dalam

penelitian ini.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

33

2.4.1. Bentuk Pelayanan Prolanis

Bentuk pelayanan yang dijalankan pada PROLANIS yaitu, antara lain :

a. Konsultasi medis atau edukasi yang dimana untuk konsultasi medis peserta

PROLANIS maka jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan

pengelola Faskes dan untuk edukasi kelompok peserta PROLANIS adalah

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya untuk

memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta

meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS.

b. Aktifitas klub merupakan kegiatan latihan jasmani seperti senam.

c. Home visit yang merupakan kunjungan ke setiap rumah pasien untuk

memberikan edukasi dan informasi tentang kesehatan diri dan lingkungan bagi

peserta PROLANIS dan keluarga.

d. Reminder SMS gateaway adalah kegiatan untuk memotivasi pasien dalam

melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan melalui pengingatan jadwal

konsultasi ke faskes pengelola.

e. Pelayanan obat dan pemantauan kesehatan(BPJS Kesehatan, 2014).

2.5.1. Konsep Senam Prolanis

1. Definisi Senam

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana

yang dilakukan secara individu maupun kelompok yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah

exercise atau aerobik merupakan suatu aktivitas fisik yang dapat memacu jantung

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

34

dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang

cukup lama sehingga dapat menghasilkan manfaat pada tubuh (Lestari, 2016).

Senam merupakan sebuah bentuk latihan tubuh dan anggota tubuh yang

bertujuan untuk mendapatkan kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan

gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, stamina dan kesehatan jasmani. Pada saat

latihan senam semua anggota tubuh bergerak sehingga otot-otot yang ada di dalam

tubuh melakukan pergerakan baik gerakan ringan maupun berat (Lestari, 2016).

2. Definisi Senam Prolanis

Senam PROLANIS merupakan salah satu aktivitas klub PROLANIS dalam

bentuk kegiatan jasmani yaitu senam sehat pada kelompok yang mengikuti

PROLANIS khususnya pada pasien hipertensi yang menjadi fokus penelitian

dalam penelitian ini. Senam yang diberikan pada kegiatan ini pada pasien

hipertensi adalah senam lansia (Lestari, 2016). Menurut Wungouw (2016) salah

satu jenis senam prolanis yaitu senam aerobic yang dapat membantu memperbaiki

profil lemak darah, menurunkan kolesterol, dan lain-lain.Berdasarkan hasil studi

pendahuluan terdapat tiga jenis senam yang dilaksanakan pada PROLANIS yaitu

senam jantung sehat, senam aerobik, dan senam lansia.

a. Senam Jantung Sehat

Senam jantung sehat merupakan sebuah olahraga yang bertujuan untuk

mengutamakan kemampuan pada jantung, gerakan otot besar, dan kelenturan pada

sendi. Selain itu juga bertujuan untuk memasukkan oksigen sebanyak mungkin,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

35

meningkatkan perasaan sehat dan memiliki kemampuan untuk mengatasi stress.

Latihan aerobik jika dilakukan secara teratur memiliki keuntungan yang banyak

seperti meningkatkan kadar HDL-C, menurunkan kadar LDL-C, menurunkan

tekanan darah, mengurangi obesitas, mengurangi frekuensi denyut jantung saat

beristirahat, dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunkan

resistensi insulin (Syahfitri, Safri, & Jumaini, 2015).

b. Senam Aerobik

Senam aerobik dibagi menjadi dua yaitu high impact dan low impact. Jenis

senam yang cocok digunakan untuk pasien hipertensi adalah senam aerobic low

impact karena merupakan senam yang memiliki gerakan yang ringan dan dapat

dilakukan oleh siapa saja baik anak-anak, dewasa, maupun lansia. Senam aerobic

low impact merupakan aktivitas fisik yang memiliki banyak manfaat terutama

untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung,

paru, otot, sendi dan peredaran darah. Frekuensi latihan yang dapat dilakukan

dalam senam ini yaitu 3-5 kali dalam satu minggu selama 20-60 menit dalam satu

kali latihan. Senam ini juga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung

sehingga dapat menurunkan cardiac output dan pada akhirnya tekanan darah akan

menurun. Terjadinya penurunan tekanan sistolik menunjukkan peningkatan

efisiensi jantung kerja jantung sedangkan penurunan tekanan diastolik

menunjukkan penurunan tahanan perifer (Fetriwahyuni, Rahmalia, & Herlina,

2015).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

36

c. Senam Lansia

Senam lansia merupakan serangkaian gerak nada yang teratur, terarah serta

terencana dalam bentuk latihan fisik yang memiliki pengaruh terhadap latihan fisik

lansia. Senam lansia jika dilakukan secara teratur memiliki dampak positif yaitu

dapat meningkatkan fungsi organ tubuh yang berpengaruh terhadap peningkatan

imunitas dalam tubuh. Selain itu, senam lansia juga dapat meningkatkan kelenturan

dan kebugaran fisik pada lansia sehingga lansia dapat melakukan aktivitas fisik dan

kinerja sehari-hari. Manfaat lainnya juga dapat meningkatkan kekuatan otot yang

dapat membuat lansia semakin kuat dalam menopang tubuhnya (Ichsanna, 2017).

2.3. Keaktifan

2.1.1. Definisi Keaktifan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia , aktivitas diartikan sebagai keaktifan,

kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa inggris, dari kata activity yang artinya

kegiatan. Keaktifan mempunyai arti yang sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya

orang yang menyatakan diri mewujudkan perasaan dan pikirannya dalam tindakan yang

spontan. Keaktifan merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat

dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Ginting, 2018).

Senam PROLANIS dilakukan setiap minggunya sehingga dalam sebulan ada 4 kali

pertemuan. Untuk mengukur tingkat keaktifan dihitungdengan kehadiran dalam 3 bulan

terakhir, sehingga ada 12 kali kehadiran dalam 12 pertemuan (Peraturan BPJS Kesehatan

No.2, 2015).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

37

Untuk melihat tingkat keaktifan peserta ada 2 kategori, yaitu :

a. Aktif, jika kehadiran peserta ≥ 75% dari total 12 kali kegiatan dalam tiga bulan

terakhir

b. Tidak aktif, jika kehadiran peserta < 75% dari total 12 kali kegiatan dalam kali dalam

tiga bulan terakhir (Wahono, 2010).

2.2.1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan dalam mengikuti senam adalah :

a. Motivasi

Keaktifan dipengaruhi salah satunya motivasi klien terhadap kesembuhan

penyakitnya. Motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertindak,

motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang

dihadapinya. Motivasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik yaitu

motivasi yang berasal dari dalam diri manusia meliputi kebutuhan akan senam,

keinginan untuk mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan

kepuasan pada kegiatan senam. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal

dari luar merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan misalnya

dukungan keluarga, teman, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan petugas

kesehatan (Ayuningtyas, 2016).

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan peserta dalam mengikuti sebuah kegiatan misalnya senam. Keluarga

bisa menjadi motivator kuat bagi peserta agar dapat menyempatkan diri untuk

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

38

sekedar mendampingi atau mengantar peserta, mengingatkan jika lupa jadwal

senam, dan berusaha mengatasi segala permasalahan bersama-sama. Efek dari

dukungan keluarga yang adekuat terhadap kesehatan dan kesejahteraan dapat

menurunkan mortalitas, mempercepat penyembuhan penyakit, meningkatkan

kesehatan kognitif, fisik dan emosi (Setiadi, 2008).

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dimana hal tersebut dapat terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan yang salah tentang manfaat dan tujuan senam dapat

menimbulkan salah persepsi dan akhirnya mempengaruhi terhadap kekatifan

dalam mengikuti senam (Jamila, 2013).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetyo H(2018) tentang

hubungan dukungan keluarga dan motivasi terhadap keaktifan peserta mengikuti senam

PROLANIS didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dan motivasi dengan keaktifan lansia dalam mengikuti senam PROLANIS.

Dalam penelitian ini responden yang aktif dan mendapat dukungan dari keluarga sebanyak

11 responden dan 6 responden yang aktif dan kurang mendapat dukungan dari keluarga.

Hal ini disebabkan karena keluarga kurang memberikan dukungan, perhatian, tidak

mampu memfasilitasi dan kurangnya pemahaman tentang efek dari senam PROLANIS

terhadap kesehatan lansia. Selain itu, motivasi juga mempengaruhi keaktifan lansia

mengikuti PROLANIS, hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu

didapatkan hasil berdasarkan dari keaktifan lanisa yaitu ada 1 responden yang kurang aktif

dan termotivasi sedangkan 15 responden kurang termotivasi. Lansia yang aktif dan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

39

termotivasi ada 9 responden sedangkan yang kurang termotivasi 8 responden. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan antara keaktifan mengikuti senam PROLANIS dengan

motivasi lansia, dimana semakin tinggi motivasi lansia maka kehadiran lansia untuk

mengikuti senam PROLANIS semakin baik dan sebaliknya jika semakin rendah motivasi

lansia maka kehadiran lanisa untuk mengikuti senam menjadi kurang.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mustaqim (2018) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di Posyandu

didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan peran

keluarga. Dalam penelitian ini didapatkan hasil dari 51 responden yang memilki

pengetahuan dalam kategori sedang sebagian besar responden tergolong aktif mengikuti

senam lansia sebanyak 33 responden. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dan keaktifan lansia mengikuti senam. Pada peran keluarga

didapatkan hasil 27 orang responden memiliki peran keluarga sedang sebagian besar

responden aktif mengikuti senam sebanyak 37 responden. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan keaktifan lansia

mengikuti senam.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/53438/3/BAB II.pdf · 10 darah yang dipompa ke dalam sistem tersebut terdapat arteri yang bersifat kuat

40