bab ii landasan teori - institutional repository | satya...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian Bisnis
Dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita temui ada banyak
orang melakukan kegiatan bisnis. Mereka ada yang berhasil
mengembangkan usaha dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama
makin maju tetapi ada pula yang gagal. Bagi mereka yang berhasil,
kegiatan bisnis makin menarik dalam kehidupan mereka.
Pekerjaan dibidang bisnis pada masa lalu belum menarik bagi anak
muda dibandingkan dengan masa sekarang, hal itu tidak terlepas dari latar
belakang sejarah pekerjaan bisnis dinegara kita. Latar belakang filosofis
profesi bisnis di Indonesia kurang begitu menguntungkan. Masalah ini
dapat kita telusuri dengan menoleh ke belakang, pada masa terjadinya
pembauran kebudayaan dengan berbagai bentuk budaya asing yang
diwarisi memberi tempat pada fungsi dan profesi pengusaha. Dalam sistem
kasta Hindu, praktisi bidang bisnis, saudagar terletak pada hirarki ketiga
setingkat diatas kasta rakyat jelata. Ulama dan pamongraja menduduki
rangking lebih tinggi dari saudagar. Masyarakat Indonesia lebih tertarik
dengan lapangan pekerjaan pamongraja,menjadi pegawai negeri, walaupun
gaji kecil tetapi lebih terhormat dibandingkan dengan para pedagang.
(Prof. DR. H. Buchari Alma, 2007: 13)
8
Di era sekarang orang banyak mengenal enterpreneursip, atau yang
lebih kita kenal dengan nama kewirausahaan. Sebagian masyarakat lebih
memilih untuk hidup di dalam dunia perdagangan. Bahkan sekarang di
dalam Universitas, kewirausahaan itu sendiri telah dijadikan sebagai mata
kuliah yang harus dipelajari sebagai pengetahuan.
Istilah entrepreneur atau yang sering kita sebut kewirausahaan
sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu
pengetahuan sejak tahun 1755. Seorang Perancis yang bernama Richard
Cantillon, ahli ekonomi Perancis keturunan Irlandia dianggap sebagai
orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur atau
entrepreneurship. Dalam karya akbarnya yang berjudul “Essai Sur La
Nature Du Commerce en General”, Cantillon memberikan peranan utama
kepada konsep entrepreneurship dalam ilmu ekonomi. Dalam karya
tersebut, Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang
membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya
dengan harga yang tidak pasti, sambil membuat keputusan-keputusan
tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan
menerima risiko berusaha. (Holt, 1993:660)
Oleh Prof. Dr. J. Winardi, SE telah disampaikan bahwa seorang
enterpreneur, yaitu orang yang menjalani sebuah wirausaha telah memiliki
ciri-ciri sendiri apakah dia sukses ataukah tidak.
9
Ciri-ciri entrepreneur yang berhasil:
1. Kepercayaan pada diri sendiri
2. Penuh energi, dan bekerja dengan cermat
3. Kemampuan untuk menerima risiko yang diperhitungkan
4. Memiliki kreativitas
5. Memiliki fleksibilitas
6. Memiliki reaksi positif terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi
7. Memiliki jiwa dinamis dan kepemimpinan
8. Memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang-orang
9. Memiliki kepekaan untuk menerima saran-saran
10. Memiliki kepekaan terhadap kritik-kritik yang dilontarkan terhadapnya
11. Memiliki pengetahuan atau pemahaman pasar
12. Memiliki keuletan dan kebulatan tekad untuk mencapai sasaran-
sasaran
13. Memiliki banyak akal
14. Memiliki kebutuhan akan prestasi
15. Memiliki inisiatif
16. Memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri
17. Memiliki pandangan untuk masa yang akan datang
18. Memiliki sikap perspektif
19. Memiliki jiwa optimisme
20. Memiliki keluwesan
21. Memiliki pemahaman tentang produk dan teknologi
10
Dalam kenyataan seringkali terlihat gejala, bahwa individu-individu yang
hanya memiliki sedikit sifat-sifat entrepreneurial membuka sebuah usaha
baru, dan ternyata mereka cukup berhasil. (Prof. Dr. J. Winardi, SE.
2005:27)
1.2 Bisnis Pemasaran Jaringan (MLM)
Sistem bisnis jaringan atau multi level marketing, sebenarnya
hampir sama dengan bisnis waralaba, hanya saja bisnis jaringan bisa
dilakukan dalam skala lebih kecil. Pada dasarnya dalam menjalankan
bisnis pemasaran jaringan atau multi level marketing, kita menjalankan
sistem yang sudah dibangun oleh orang lain. (Robert T Kiyosaki, Cash
Flow Quadrant)
http://galeriukm.web.id/artikel-usaha/membangun-sistem-bisnis
Multi level marketing atau network marketing adalah sistem
melalui mana sebuah induk perusahaan mendistribusikan barang atau
jasanya lewat suatu jaringan orang-orang bisnis yang independent, tidak
hanya di Amerika Serikat, tetapi juga diseluruh dunia. Orang-orang bisnis
atau para wiraswastawan ini kemudian mensponsori orang-orang lain lagi
untuk membantu mendistribusikan barang atau jasanya. (David Roller,
1995: 3).
Jadi inilah sebuah bisnis yang dinamakan sebagai bisnis pemasaran
jaringan, dimana seorang distributor akan menjalani usahanya bersama
dengan rekan-rekannya, atau orang-orang baru yang telah bergabung
11
dalam sebuah bisnis tersebut. Kuncinya di multi level adalah mengajak
orang-orang baru untuk dijadikan mitra bisnis, orang-orang baru tersebut
akan mencapai sukses, dan para leader juga akan sukses, jadi bisa
dikatakan bahwa bisnis multi level marketing itu adalah sebuah bisnis
untuk kita dapat membantu orang menjadi sukses, maka kita sendiri akan
meraih sukses itu.
MLM itu adalah bagian dari suatu bisnis, yaitu strategi pemasaran
suatu produk. Strategi pemasaran produk adalah bagaimana caranya
barang itu bisa sampai ke tangan konsumen, macamnya antara lain:
telemarketing, direct selling, perdagangan, dan MLM. MLM adalah
strategi pemasaran baru, yang dicetuskan sebagai solusi untuk mengatasi
krisis bisnis di Amerika. Bisnis ini mempunyai misi membuat harga
barang menjadi lebih murah, sehingga masyarakat yang waktu itu daya
belinya turun bisa membeli produk lagi.
Caranya:
1. Memotong biaya distribusi dan biaya iklan, karena itu MLM nya
terintegrasi dengan perusahaan penghasil produk
2. Melibatkan konsumen sebagai ganti jaringan distribusi dan promosi
3. Prinsipnya menduplikasikan diri: sebagai konsumen kemudian
mempromosikan produk itu kepada orang lain
4. Kalau konsumen berhasil mengajak orang untuk mengkonsumsi produk
maka akan mendapat imbalan dari perusahaan
12
Strategi bisnis ini berjalan sukses dan banyak pihak yang bisa diuntungkan:
1. Masyarakat dapat membeli produk karena harganya lebih murah
2. Perusahaan dapat bangkit karena produknya terbeli
3. Masyarakat (konsumen) banyak yang mendapat tambahan income
Dengan terlibatnya masyarakat konsumen dalam pemasaran produk, maka
sebagian besar masyarakat (konsumen) incomenya meningkat, maka ini
kemudian bisa membuat roda perekonomian bisa bergerak pelan-pelan dan
terus berkembang. Jadi konsep strategi bisnis MLM ini, bisa saling
menguntungkan antara perusahaan dan konsumennya. Kalau banyak
perusahaan yang menerapkan cara pemasaran ini, berarti banyak
masyarakat yang akan menjadi bagian dari suatu bisnis dan banyak
masyarakat yang mendapatkan tambahan income.
Beberapa alasan mengapa perusahaan memilih MLM untuk
mendistribusikan produknya:
1. Biaya overhead yang rendah
Tidak seperti perusahaan retail, perusahaan MLM tidak perlu
mengalokasikan dana yang besar dalam advertising untuk menarik
customer. Sebagai penggantinya, dana dialihkan untuk memberikan
komisi bagi distributor untuk memasarkan produk ke customer. Selain
itu, perusahaan hanya perlu memberikan komisi bagi distributor
berdasarkan hasil yaitu dari persentase dari produk yang terjual.
13
2. Biaya overhead distribusi yang rendah
Typical distribusi melalui retail menggunakan serangkaian regional,
negara, kota, dan retailer lokal untuk mendistribusikan barang-barang.
Masing-masing perlu mendapatkan keuntungan dan melakukan mark
up harga dari barang.
3. Tim sales dan merketing yang termotivasi
Ada banyak sekali produk yang membanjiri pasaran. Dibutuhkan dana
marketing yang besar untuk bisa memperoleh tempat di customer.
Selain itu banyak produk yang memberikan penjelasan yang rinci
dibandingkan dengan yang dapat dilakukan di iklan TV selama 30
detik. Bagi perorangan, MLM bisa memberikan kesempatan untuk
mempunyai sumber penghasilan tambahan yang jika disertai dengan
kerja keras, bisa menjadi sumber penghasilan yang cukup signifikan.
sumber: http://blog.supexteam.com
1.3 Marketing Plan
Marketing adalah suatu fungsi usaha yang menjabarkan kebutuhan
konsumen yang belum terpenuhi pada saat ini dan mengusahakan produk,
aktivitas, dan pelayanan apa yang dapat memenuhi kebutuhan itu. (Philip
Kotler)
Dalam arti singkat, marketing adalah suatu usaha terpadu untuk memenuhi
kebutuhan konsumen secara menguntungkan.
14
Marketing plan jelas dibutuhkan oleh perusahaan manapun karena
berfungsi sebagai:
1. Pegangan bagi semua pelaku marketing disuatu perusahaan
Tanpa marketing plan setiap orang akan membuat aksi-aksi tersendiri
yang tidak terkoordinasi dan akan banyak duplikasi gerakan atau
benturan antar unit terkait.
2. Pendisiplin keuangan
Tanpa marketing plan, komitmen keuangan tidak akan terarah dan
cenderung situasional, akhirnya pemakaian dana tidak terkendali dan
kerugian tidak terelakkan.
3. Proses evaluasi kinerja
Dengan marketing plan kinerja perusahaan dapat dievaluasi dengan
parameter yang tetap dan berkesinambungan.
4. Proses identifikasi perubahan
Sejarah menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi perubahan
baik secara ekonomis maupun politis dalam suatu negara bahkan
didunia, serta terjadi perubahan pola-pola kompetisi dari berbagai
perusahaan yang ada, sehingga perubahan ini sangat perlu diamati dari
waktu ke waktu dan diperhitungkan dalam marketing plan sebagai
parameter dalam membuat keputusan.
5. Alat belajar
Marketing plan dapat berfungsi sebagai alat belajar bagi seluruh
jajaran didalam perusahaan, dari tingkat pimpinan sampai ke pelaku
15
langsung pemasaran dan membina cara berpikir yang sistematik seawal
mungkin dan berkesinambungan. ( Hudoro Sameto, MBA 2004, 1 )
Proses yang harus dilakukan dalam membuat marketing plan, melibatkan 6
langkah pokok:
Pertama adalah proses diagnosis usaha yang menelaah kinerja perusahaan
saat ini dengan melihat sudah sampai dimana keberadaan perusahaan
dibandingkan dengan pesaing dan mengapa hanya sampai disitu.
Kedua adalah prognosis usaha untuk memperkirakan sampai kemana
perusahaan ini akan berjalan.
Ketiga adalah penentuan objectives, yakni menentukan arah dan sasaran
usaha yang akan dicapai dalam kurun waktu mendatang.
Keempat adalah penentuan strategi untuk mencapai objectives usaha.
Kelima adalah pelaksanaan yang sesuai dengan arah yang sudah
ditentukan dengan mempertimbangkan masak-masak waktu dan cara
pelaksanaannya.
Keenam adalah pengamatan dan kontrol terhadap semua parameter yang
telah diputuskan dalam marketing plan dibandingkan dengan
pelaksanaannya. Pengecekkan terus-menerus atas semua unit kerja, dan
bila perlu membuat rencana alternatif. (Hudoro Sameto, MBA, 2004 ; 4)
16
Susunan marketing plan biasanya terdiri atas:
1. Peninjauan umum kinerja usaha (Executive Summary)
Peninjauan umum terdiri dari:
Data mengenai hasil penjualan tahunan, mulai dari 5 tahun yang
lalu sampai sekarang dan proyeksi 5 tahun mendatang, dirinci
menurut produk, harga satuan, persentase kenaikan dan
penurunannya.
Komentar mengenai kenaikan dan penurunan penjualan secara
umum, atas produk per produk dan komentar lain yang menjadi
penyebab fenomena tersebut.
2. Analisa pasar (Market Analysis)
Dalam bagian ini dibahas mengenai:
Analisa pasar secara umum
Analisa penjualan kompetitor (pesaing utama).
Analisa pangsa pasar sendiri dan pesaing.
Analisa tentang perubahan pasar dan pengaruhnya.
Pembahasan mengenai produk baru yang masuk pasaran.
Tinjauan khusus mengenai penjualan produk baru.
Tinjauan mengenai produk lama.
Analisis kekuatan dan kelemahan tiap produk.
Komentar pelanggan dan distributor.
17
3. Problema utama dan peluang
Problema utama yang ada dan yang diharapkan ada
Peluang yang ada sekarang dan yang diharapkan
4. Isu-isu penting (Critical Issues)
5. Penetapan tujuan usaha (Objectives)
Tujuan usaha strategis
Tujuan usaha operasional
6. Penetapan strategi utama merketing
Sasaran pelanggan
Sasaran pesaing
Strategi inti marketing
Tema marketing semasa
7. Penetapan kebijakan marketing terpadu dan penjadwalan
Kebijakan promosi
Kebijakan harga
Kebijakan periklanan
Kebijakan kemasan produk
Kebijakan pengembangan produk
Kebijakan peningkatan sumber daya manusia
Kebijakan distribusi
Kebijakan penelitian
Kebijakan percobaan produk khusus
8. Rencana alternatif
18
9. Teknik evaluasi
Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan perencanaan, setiap aktivitas
yang direncanakan maupun hal-hal yang berpengaruh langsung
terhadap keberhasilan suatu tujuan harus selalu melalui tahap
evaluasi.(Hudoro Sameto, MBA. 2004 ; 9)
Arti Pentingnya Marketing Plan:
Tak ada suatu perusahaan yang mampu bertahan bilamana
perusahaan tersebut tidak mampu memasarkan atau menjual barang-
barang atau jasa-jasa yang dihasilkannya. Marketing dapat kita misalkan
sebagai jantung manusia, apabila kerja jantung terganggu maka
terganggulah seluruh tubuhnya. Betapa pentingnya kegiatan marketing
bagi perusahaan yang dapat kita umpamakan kerja jantung pada tubuh
manusia. Dengan kata-kata yang lebih ekstrim dapat dikatakan bahwa
betapapun baiknya kegiatan-kegiatan lain dalam perusahaan, tapi kalau
sampai perusahaan tidak mampu menjual barang atau jasanya maka
lonceng kematian akan segera berbunyi. Sebaliknya bilamana perusahaan
mampu meningkatkan omzet penjualan, maka perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk memperbesar atau meningkatkan jumlah
keuntungannya. (Drs. Alex S. Nitisemito, 1981. 14)
19
1.4 Kerangka Pikir
Marketing plan merupakan hal terpenting dalam sebuah
perusahaan, karena tanpa marketing plan maka segala aktivitas yang ada
dalam perusahaan tidak akan dapat terkontrol. Sebuah perusahaan yang
pendistribusian barangnya melalui MLM, marketing plan sangatlah
berpengaruh sebagai pegangan bagi semua pelaku marketing atau pelaku
bisnisnya, karena tanpa marketing plan seorang pelaku bisnis tidak dapat
mengevaluasi kinerjanya di dalam menjalankan bisnis tersebut. Sedangkan
sebagai seorang distributor atau pelaku bisnis dari sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang MLM, maka distributor tersebut perlu mengatur dan
mengontrol sendiri segala aktivitasnya di dalam bisnis, dan mengatur
sendiri berapa omset yang ingin dicapainya, maka dari itu harus ada
marketing plan yang bisa digunakan sebagai panduan untuk seorang
distributor dapat menentukan berapa peringkat dan penghasilan yang ingin
dicapainya. Dari sebuah konsep distribusi yang sama, yaitu sama-sama
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang MLM, dua perusahaan MLM
yaitu PT. AVAIL dan ORIFLAME memiliki dua konsep marketing plan
yang sama, tetapi berbeda dalam proses menjalankannya, yang ternyata
juga dapat memberikan pengaruh bagi seorang distributor dalam mencapai
sebuah peringkat.