bab ii landasan teori dan tinjauan pustaka a. landasan ...repository.ump.ac.id/357/3/bab ii_arief...

19
5 BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Paving Block Paving block merupakan komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton (SNI 03-0691-1996). Paving block sering disebut juga sebagai bata beton (concrete block). Pada umumnya agregat yang digunakan dalam campuran paving block adalah agregat halus berupa pasir. Paving block dapat berwarna seperti warna aslinya atau diberi zat pewarna pada komposisinya. Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah paving block sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, biasanya paving block digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, halaman, taman dan jalan komplek perumahan. Ketebalan paving block yang sering digunakan (Spesifications for Precast Concrete Paving Block, 1980) yaitu : a. Ketebalan 6 cm, digunakan untuk beban lalu lintas ringan yang frekuensinya terbatas, seperti pejalan kaki, sepeda motor. Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Paving Block

    Paving block merupakan komposisi bahan bangunan yang dibuat dari

    campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat

    dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton (SNI

    03-0691-1996).

    Paving block sering disebut juga sebagai bata beton (concrete block). Pada

    umumnya agregat yang digunakan dalam campuran paving block adalah agregat

    halus berupa pasir. Paving block dapat berwarna seperti warna aslinya atau diberi

    zat pewarna pada komposisinya.

    Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan

    sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Sebagai

    bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah paving block sangat luas

    penggunaannya untuk berbagai keperluan, biasanya paving block digunakan untuk

    pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, halaman, taman dan jalan

    komplek perumahan.

    Ketebalan paving block yang sering digunakan (Spesifications for Precast

    Concrete Paving Block, 1980) yaitu :

    a. Ketebalan 6 cm, digunakan untuk beban lalu lintas ringan yang frekuensinya

    terbatas, seperti pejalan kaki, sepeda motor.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 6

    b. Ketebalan 8 cm, digunakan untuk beban lalu lintas yang frekuensinya padat,

    seperti sedan, pick up, bus dan truk.

    c. Ketebalan 10 cm atau lebih, digunakan untuk beban lalu lintas yang super

    berat, seperti crane, loader.

    Badan Standarisasi Nasional (SNI 03-0691-1996) mengklasifikasi paving

    block (bata beton) dalam 4 jenis, yaitu :

    a. Bata beton mutu A, digunakan untuk jalan. b. Bata beton mutu B, digunakan untuk parkir. c. Bata beton mutu C, digunakan untuk pejalan kaki d. Bata beton mutu D, digunakan untuk taman dan pengguna lain.

    Menurut SK SNI T–04-1990, pembagian kelas paving block berdasarkan

    mutu betonnya, antara lain :

    1). Paving block dengan mutu beton I, nilai f’c 34 - 40 Mpa.

    2). Paving block dengan mutu beton II, nilai f’c 25,5 - 30 Mpa.

    3). Paving block dengan mutu beton III, nilai f’c 17 - 20 Mpa.

    Klasifikasi paving block berdasarkan bentuk menurut SK SNI T-04-1990

    terbagi atas dua macam, yaitu :

    a). Paving block bentuk segi empat

    b). Paving block bentuk segi banyak

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 7

    Gambar 2.1 Bentuk Paving Block

    Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Pola

    yang umum dipergunakan yaitu pola susun bata (Strecher), anyaman tikar

    (Basket Weave) dan tulang ikan (Herring Bone). Untuk perkerasan jalan

    diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik. Dalam proses

    pemasangannya pada tepi susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak

    yang berbentuk topi uskup.

    Beberapa pola pemasangan paving block untuk lapis perkerasan yang sering

    digunakan antara lain :

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 8

    Gambar 2.2 Pola Pemasangan Paving Block

    Gambar 2.3 Bentuk Pasak Topi Uskup

    Berikut ini adalah kombinasi mutu, bentuk, tebal dan pola pemasangan

    paving block :

    Tabel 2.1 Kombinasi Mutu dan Pola Pemasangan Paving block

    No. Penggunaan Kombinasi

    Kelas Tebal (mm)

    Pola

    1 Trotoar dan taman III 60 SB, AT,TI

    2 Tempat parkir dan garasi II 60 SB, AT, TI

    3 Jalan lingkungan I/II 60/80 TI

    4 Terminal bus I 80 TI

    5 Container Yard, Taxy Way I 100 TI

    Sumber : SK SNI T-04-1990-F

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 9

    2. Syarat Mutu Paving Block

    Menurut SNI 03-0691-1996, paving block harus memenuhi persyaratan

    tentang Bata beton sebagai berikut :

    8. Sifat tampak, bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak

    terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah

    direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

    9. Ukuran, bata beton harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60

    mm dengan toleransi ± 8 %.

    10. Sifat fisik, bata beton harus mempunyai sifat-sifat fisik seperti pada tabel di

    bawah ini :

    Tabel 2.2 Sifat-Sifat Fisik Paving Block

    Kuat Tekan Ketahanan Aus Penyerapan

    air rata-

    Mutu Kegunaan (Kg/cm2)

    (mm/menit)

    rata maks

    Rata2 Min

    Rata2 Min

    (%)

    A Perkerasan jalan 400 350 0,0090 0,103 3

    B Tempat parkir 200 170 0,1300 1,149 6

    C Pejalan kaki 150 125 0,1600 1,184 8

    D Taman kota 100 85 0,2190 0,251 10

    Sumber : SNI 03-0691-1996

    Menurut British Standart Institution 6717 part I 1986 tentang Precast

    Concrete Paving Block, persyaratan untuk paving block antara lain :

    a. Paving block sebaiknya mempunyai ketebalan tidak kurang dari 60 mm.

    b. Ketebalan paving block yang baik yaitu 60 mm, 65 mm, 80 mm, dan 100

    mm.

    c. Paving block dengan bentuk persegi panjang sebaiknya mempunyai panjang

    200 mm dan lebar 100 mm.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 10

    d. Lebar tali air yang terdapat pada badan paving block sebaiknya tidak lebih

    dari 7 mm.

    e. Toleransi dimensi pada paving block yang diijinkan yaitu :

    Panjang ± 2 mm. Lebar ± 2 mm.

    Tebal ± 3 mm.

    3. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

    Keberadaan paving block dapat menggantikan aspal dan pelat beton, dengan

    banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan,

    diantaranya untuk perkerasan tempat parkir plaza, hotel, tempat rekreasi, tempat

    bersejarah, terminal, jalan setapak, trotoar, perkerasan jalan lingkungan pada

    kompleks-kompleks perumahan, taman kota dan tempat bermain. Beberapa

    keuntungan penggunaan paving block, antara lain :

    a. Dapat diproduksi secara massal.

    b. Paving block tidak mudah rusak pada kondisi pembebanan normal.

    c. Daya serap air melalui paving block menjaga keseimbangan air tanah untuk

    menopang betonan atau rumah diatasnya.

    d. Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan tanpa

    harus menunggu pengerasan seperti pada beton.

    e. Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan

    penggunaan pelat beton.

    f. Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain

    dengan pola dan warna yang indah (www.paving.org.uk).

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

    http://www.paving.org.uk/

  • 11

    g. Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat pengerjaan.

    h. Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan

    memperbanyak infiltrasi dalam tanah.

    i. Daya serap air yang baik sekitar rumah atau tempat usaha akan menjamin

    ketersediaan air tanah sehingga bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari

    (Nurzal, Joni. 2013).

    j. Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah

    (www.paving.org.uk)

    4. Bahan Penyusun Paving Block

    a. Semen Portland

    Semen Portland merupakan bahan konstruksi yang paling banyak

    digunakan dalam pekerjaan beton. Semen Portland didefinisikan sebagai semen

    hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling kerak besi (klinker) yang

    mengandung kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung satu atau lebih

    bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan

    bahan utamanya (ASTM C-150-1985).

    Semen merupakan bahan perekat yang penting dan banyak digunakan dalam

    pembangunan konstruksi sipil. Jika ditambah air akan menjadi pasta semen dan jika

    ditambahkan agregat halus dan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar

    yang mengeras akan menjadi beton keras. Fungsi utama semen adalah merekatkan

    butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-

    rongga udara diantara butir-butir agregat (Indriyanto N, Yogie L, 2008).

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

    http://www.paving.org.uk/http://www.paving.org.uk/

  • 12

    Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,

    yaitu:

    a. Trikalsium silikat (C3S) atau CaO.SiO2

    Unsur ini sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air

    akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras. C3S

    menunjang kekuatan awal semen dan menimbulkan panas hidrasi kurang lebih

    58 kalori/gram setelah 3 hari.

    b. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

    Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras

    dan menimbulkan panas 12 kalori/gram setelah 3 hari. Pasta akan mengeras,

    perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu

    kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S.

    c. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3

    Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi

    yaitu 212 kalori/gram setelah 3 hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu

    sampai dua hari tetapi sangat rendah.

    d. Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau Al2O3.Fe2O3

    Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta terbentuk

    dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram. Warna abu-

    abu pada semen disebabkan oleh unsur ini.

    Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi

    dengan air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang

    keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi (Neville,

    1977:

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 13

    Reaksi kimia semen bersifat exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai

    110 kalori/gram. Akibatnya dari reaksi exothermic terjadi perbedaan temperatur

    yang sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil (microcrack) pada

    beton (Andoyo, 2006).

    Berdasarkan SK.SNI T-15-1971-03:2, membagi semen portland menjadi 5

    jenis, yaitu :

    Tabel 2.3 Klasifikasi Semen Portland

    Tipe Keterangan

    I Semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan

    persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasa digunakan

    untuk konstruksi bangunan bertingkat tinggi, perumahan,

    jembatan dan jalan raya, landasan bandara, beton pratekan,

    bangunan irigasi.

    II Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

    ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang serta

    diaplikasikan pada tempat yang lebar dan luas (bendungan,

    dermaga, dinding penahan besar, dll).

    III Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

    kekuatan awal tinggi (cepat mengeras) dalam fase permulaan

    setelah pengikatan terjadi.

    IV Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas

    hidrasi yang rendah. Jenis ini dapat mencapai kekuaan tinggi

    dengan lambat dan membutuhkan pemeliharaan pengeringan

    lebih panjang.

    V Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dan diaplikasikan untuk

    pondasi, dinding basement, terowongan, juga beton yang

    bersentuhan dengan tanah.

    Sumber : SNI T-15-1971-03

    Jumlah kandungan semen sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Jika

    jumlah semen terlalu sedikit berarti jumlah air juga sedikit, sehingga adukan beton

    sulit dipadatkan dan kuat tekan beton rendah. Namun jika jumlah semen berlebihan

    maka jumlah air juga berlebihan, sehingga beton mempunyai banyak pori dan

    akibatnya kuat tekan beton rendah (SNI 03-2834-1992).

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 14

    b. Agregat Halus

    Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu agregat

    halus dan kasar. Agregat halus mempunyai ukuran dibawah 4,8 mm (British

    Standard) atau 4,75 mm (ASTM). Sedangkan agregat kasar mempunyai ukuran

    diatas 4,8 mm (British Standard) atau 4,75 mm (ASTM). Adapun penggolongan

    agregat halus berupa pasir alam, pasir olahan atau gabungan dari kedua pasir

    tersebut.

    Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi

    alami dari batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan

    mempunyai butiran sebesar 4,76 mm (SNI 03-6820-2002). Sedangkan menurut

    ASTM C 125-92, agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan 3/8 inch (9,5 mm)

    dan hampir seluruhnya lolos saringan 4,75 mm (saringan no. 4 Standar ASTM) dan

    tertahan ayakan no. 200.

    Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi

    syarat yang ditetapkan oleh SNI 03-6821-2002 yakni dengan modulus halus 1,5

    sampai 3,8. Modulus halus butir adalah suatu indek yang dipakai untuk menjadi

    ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat yang tertinggal diatas suatu set

    ayakan dan kemudian dibagi seratus. Semakin besar nilai modulus halusnya

    menunjukkan bahwa makin besar butir-butir agregatnya.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 15

    Tabel di bawah ini merupakan table zona gradasi agregat halus yang

    menentukan klasifikasi pasir yang telah di ayak menggunakan satu set ayakan

    standar (Shiever Shaker).

    Tabel 2.4 Zona Gradasi Agregat Halus

    Lubang Berat Tembus Kumulatif ( % )

    Ayakan Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4

    ( mm )

    Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah

    10 100 100 100 100 100 100 100 100

    4,8 100 90 100 90 100 90 100 95

    2,4 95 60 100 75 100 85 100 95

    1,2 70 30 100 55 100 75 100 90

    0,6 34 15 34 35 79 60 100 80

    0,3 20 5 30 8 40 12 50 15

    0,15 10 0 10 0 10 0 15 0

    Sumber : SNI 03-6821-2002

    Keterangan : Zona 1 = Pasir Kasar

    Zona 2 = Pasir Agak Kasar

    Zona 3 = Pasir Halus

    Zona 4 = Pasir Agak Halus

    Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-

    butir agregat memiliki ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar,

    sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi maka volume porinya kecil. Hal

    ini karena butiran yang kecil akan mengisi pori diantara butiran yang besar,

    sehingga pori-porinya sedikit atau dengan kata lain kemampatannya tinggi (M.Tri

    Wibowo, 2007).

    Menurut SII-0052, agregat halus yang dipakai untuk campuran adukan

    harus memenuhi persyaratan agregat halus secara umum, yaitu sebagai berikut :

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 16

    1. Agregat halus terdiri dari butiran yang tertinggal diatas ayakan no. 200 dan

    terdiri dari butiran tajam dan keras dan modulus halus butirnya 1,5 – 3,8.

    2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

    maksimum 5 % dari berat kering, jika kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir

    harus dicuci.

    3. Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampur agregat

    halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, jika dibandingkan dengan

    warna standar atau pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.

    4. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan atau zat yang sifatnya merusak

    beton, termasuk yang menimbulkan karat pada tulangan (PBBI 1971).

    5. Tidak boleh menggunakan pasir laut, kecuali dengan petunjuk staff ahli karena

    pasir laut mengandung garam yang dapat merusak beton/baja tulangan (Andre,

    2012).

    c. Tailing

    Tailing adalah limbah batuan atau tanah halus sisa-sisa dari pengerusan dan

    pemisahan (estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan

    tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075

    – 0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurang dari 0,075

    mm.

    Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu

    estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat

    proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat

    kimia (cianida, mercury, Arsenik) lalu bijih emas tembaga atau perak disaring oleh

    Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini menyisakan Lumpur

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 17

    dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral berharga diambil,

    sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang mengandung logam

    berat/beracun lainnya.

    d. Air

    Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen

    yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan dalam

    pekerjaan beton. Air yang digunakan sebagai campuran beton adalah yang tidak

    mengandung senyawa-senyawa berbahaya, garam, minyak, gula atau bahan kimia

    lainnya (Tjokrodimuljo, 1996).

    Untuk bereaksi dengan semen, air hanya diperlukan sekitar 25% dari berat

    semen. Perbandingan jumlah air dengan semen yang biasa disebut Faktor Air

    Semen (FAS) penting untuk diperhatikan. Jika air berlebihan maka akan

    menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi, sedangkan air yang

    terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga

    akan mempengaruhi kekuatan beton.

    Menurut SK SNI S-04-1989-F, persyaratan air sebagai bahan bangunan harus

    memenuhi kriteria sebagai berikut :

    a. Tidak mengandung lumpur atau benda tersuspensi lebih dari 2 gr/lt.

    b. Air harus bersih.

    c. Derajat keasaman (pH) normal ± 7.

    d. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat

    dilihat secara visual.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 18

    e. Metode Pembuatan Paving Block

    Metode pembuatan paving block yang biasa digunakan oleh masyarakat,

    dapat diklasifikasikan menjadi dua metode yaitu :

    1) Metode Konvensional

    Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

    kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara

    konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan/alat pukul dengan

    beban pemadatan yang berpengaruh adalah tenaga orang yang mengerjakannya.

    Mutu beton dari paving block jenis ini tergolong dalam mutu beton kelas D (K 50

    – 100).

    Gambar 2.5 Alat Gablokan Metode Konvensional

    Gambar 2.6 Prinsip Kerja Metode Konvensional

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 19

    2) Metode Mekanis

    Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut dengan press.

    ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block dengan metode

    ini membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode ini biasanya digunakan

    oleh pabrik dengan skala industri, sedang atau besar. Pembuatan paving block cara

    mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin press. Mesin press yang biasa

    digunakan yaitu :

    a) Mesin Press Vibrasi/Getar (K 150 – 250)

    Pada umumnya paving block press mesin vibrasi tergolong sebagai paving

    block dengan mutu beton kelas C – B (K150 – 250). Paving block dengan

    mesin press vibrasi ini diproduksi dengan mesin press sistem getar dan dapat

    digunakan sebagai alternatif perkerasan lahan pelataran parkir.

    b) Mesin Press Hidrolik (K 300 – 450)

    Paving block jenis ini diproduksi dengan cara dipress menggunakan mesin

    press hidrolik dengan kuat tekan diatas 300 kg/cm2. Paving block press

    hidrolik dapat dikategorikan sebagai paving block dengan mutu beton kelas B

    – A (K 300 – 450). Paving block jenis ini dapat digunakan untuk keperluan non

    struktural maupun untuk keperluan struktural yang berfungsi menahan beban

    berat yang dilalui di atasnya, seperti areal jalan lingkungan hingga sebagai

    perkerasan lahan pelataran terminal peti kemas di pelabuhan.

    Gambar 2.7 Alat Pencetak Paving Block

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 20

    Gambar 2.8 Prinsip Kerja Metode Mekanis

    f. Proses Pembuatan Paving Block

    1) Pembuatan Dengan Cara Manual

    Pembuatan paving block dimulai dengan mencampur semen, air, pasir,

    penambahan fly ash dan kapur (pengganti sebagian semen) dan penambahan abu

    batu (sebagai filler) dengan komposisi tertentu. Setelah adukan homogen, kemudian

    dimasukkan ke dalam cetakan dan dipress dengan kekuatan tekan tenaga manusia.

    Pembuatan cara manual ini umumnya menghasilkan mutu paving block yang

    rendah karena tekanan yang diberikan pada saat mengempa tidak maksimal.

    2) Pembuatan Dengan Mesin

    Mencampurkan bahan material penyusun ke dalam mesin molen, kemudian

    di masukkan ke dalam mesin cetak paving block. Pada mesin ini dapat disetting

    tekanan yang akan diterima untuk menghasilkan paving dengan mutu tertentu.

    Umumnya pembuatan paving block dengan menggunakan mesin akan

    menghasilkan mutu beton yang tinggi, keseragaman dan kestabilan tekanan pada

    saat penempaan atau pengepressan memberikan kontribusi peningkatan mutu

    paving block, Meskipun demikian, komposisi material penyusun bata beton (paving

    block) sangat menentukan mutu produk tersebut.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 21

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Penelitian Terdahulu

    Fitriana (2016), dalam skripsinya telah melakukan penelitian tentang

    pengaruh fly ash dan kapur dalam pembuatan paving block. Isi dari penelitian

    tersebut mengatakan bahwa contoh fly ash yang digunakan berasal dari PLTU

    Cilacap. Dalam penelitian ini, setiap variasi

    penggantian sebagian bahan pengikat (fly ash dan kapur) sebanyak 0 %, 6 %, 12

    %, 18 %, dan 24 % berturut-turut yaitu sebesar 198 kg/cm2, 223 kg/cm2, 207

    kg/cm2, 241 kg/cm2, 185 kg/cm2.

    Nilai kuat tekan tertinggi sebesar 241 kg/cm2 yaitu pada paving block

    dengan penggantian sebagian bahan pengikat (fly ash dan kapur) sebanyak 18 %

    yang terdiri dari 9 % fly ash dan 9 % kapur dan nilai kuat tekan terkecil sebesar

    185 kg/cm2 pada variasi 24 % yang terdiri dari 12 % fly ash dan 12 % kapur.

    Lestari (2007), melakukan test kokoh tekan hancur pada kubus/silinder

    beton. Analisa kekuatan untuk kubus, diperoleh tegangan hancur 308,2kg/cm2

    untuk komposisi Semen : pulverized fly ash : Pasir : Batu Pecah adalah 1 : 1 : 1 : 2.

    kemudian untuk komposisi 1 : 1,5 : 2 : 3 diperoleh tegangan hancur 312,3 kg/cm2.

    selain itu, pada komposisi 1 : 1 : 2 : 3 diperoleh tegangan hancur sebesar 350,4

    kg/cm2.

    Saputro (2008), dalam skripsinya melakukan penelitian dengan tujuan untuk

    meningkatkan kuat desak dan kuat tarik beton mutu tinggi dan untuk mengetahui

    sejauh mana pengaruh penggantian sebagian semen dengan abu terbang yang

    berasal dari PLTU Cilacap terhadap mutu kuat desak dan kuat tarik beton.

    Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik (BKT),

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia ini

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 22

    memakai komposisi variasi penambahan abu terbang sebanyak 0%, 20%, 25%,

    30% dan 35% dari berat semen. Benda uji yang digunakan adalah berbentuk

    silinder, mutu beton yang direncanakan 45 MPa yang diuji pada umur 28 hari. Dari

    penelitian ini, dihasilkan bahwa akibat penggantian sebagian semen dengan

    Fly Ash, kuat desak dan kuat tarik beton mengalami peningkatan. Hasil yang paling

    optimum yaitu pada komposisi 1 : 2 : 3 dengan penggantian abu terbang (fly ash)

    sebesar 35% dari berat semen dengan kuat tekannya sebesar 55,07 Mpa dan 3,93

    MPa untuk kuat tariknya. Butiran Fly Ash yang jauh lebih kecil membuat beton

    lebih padat karena rongga antara butiran agregat diisi oleh Fly Ash sehingga dapat

    memperkecil pori-pori yang ada dan memanfaatkan sifat pozzolan dari Fly Ash

    dalam memperbaiki mutu beton. Penggunaan Fly Ash memperlihatkan dua

    pengaruh abu terbang di dalam beton yaitu sebagai agregat halus dan sebagai

    pozzolan. Selain itu abu terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih

    baik dibanding dengan beton normal.

    Loveta (2013), dalam skripsinya melakukan penelitian dengan tujuan untuk

    mengetahui nilai kuat tekan dan daya serap air dari paving block menggunakan

    bahan tanah lempung dengan bahan tambahan kapur dan fly ash. Sampel tanah yang

    diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari daerah Karang

    Anyar, Lampung Selatan. Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 6%, 8%,

    dan 10%, perbandingan antara kapur dan fly ash adalah 1 : 1 dan dilakukan

    pemeraman dengan variasi waktu pemeraman 7 hari, 14 hari, dan 28 hari serta

    dengan perlakuan pembakaran dan tanpa pembakaran sampel paving block.

    Berdasarkan hasil pengujian fisik tanah asli, USCS mengklasifikasikan

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016

  • 23

    sampel tanah sebagai tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam kelompok CL.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan paving block menggunakan bahan

    tanah lempung dengan bahan tambahan kapur dan fly ash tidak memenuhi SNI

    paving block. Akan tetapi, penambahan bahan aditif tersebut dan pemeraman yang

    dilakukan dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik tanah. Hal ini terbukti

    dengan meningkatnya berat jenis tanah campuran. Untuk nilai kuat tekan paving

    block tanpa pembakaran dan dengan proses pembakaran paling baik ditunjukkan

    pada penambahan kadar campuran 10% dengan waktu pemeraman 28 hari.

    Yulianti (2013), dalam skripsinya melakukan penelitian tentang

    “Pemanfaatan Fly Ash Sebagai Bahan Campuran Tanah dengan Kapur Untuk

    Perkuatan Paving Block Pasca Pembakaran Untuk Jalan Lingkungan”.

    Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa penambahan kadar kapur dan fly ash

    berpengaruh terhadap kekuatan campuran tersebut, hal ini dapat dilihat dari nilai

    kuat tekan yang dihasilkan.

    Analisa Uji Kuat…, Arief Khabibur Rohman, Fakultas Teknik UMP, 2016