bab ii landasan teori a. landasan teori 1. anggaraneprints.mercubuana-yogya.ac.id/4371/3/bab...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Anggaran
a. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan,
rencana tersebut mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai (Hansen /Mowen : 2013). Anthony dan
Govindarajan (2007) mendefinisikan anggaran adalah sebagai
sebuah rencana keuangan (biasanya mencakup periode satu tahun)
dan merupakan alat-alat untuk perencanaan jangka pendek dan
pengendalian dalam organisasi. Sedangkan Mulyadi (2001)
menjelaskan bahwa anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka
pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang
ditetapkan dalam proses penyusunan program (programing).
Menurut Rudianto (2009), anggaran adalah rencana kerja organisasi
di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif,
formal dan sistematis. Sedangkan menurut Mardiasmo (2009)
anggaran merupakan stimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Dari beberapa definisi tentang anggaran diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka watu tertentu
dimasa yang akan datang yang digunakan untuk pengendalian
organisasi yang dituangkan dalam istilah angka atau keuangan.
b. Ciri-ciri Anggaran
Menurut Rudianto (2009) anggaran memiliki ciri khusus yang
membedakan dengan hanya sekedar rencana. Yaitu :
1.) Dinyatakan dalam satuan moneter
Penulisan dalam satuan moneter bertujuan untuk membaca dan
usaha untuk mengerti rencana tersebut. Sebaiknya anggaran
disusun dalam bentuk kuantitatif moneter yang ringkas.
2.) Umumnya mencakup kurun waktu satu tahun
hal diatas bermakna, bukan berarti anggaran tidak dapat disusun
untuk kurun waktu yang lebih pendek atau kurun waktu yang
lebih panjang. Melainkan batasan waktu didalam penyusunan
anggaran akan berfungsi untuk memberikan batasan rencana
kerja tersebut.
3.) Mengandung komitmen manajmen
Dalam menyusun anggaran, organisasi harus
mempertimbangkan dengan teliliti sumber daya yang dimiliki
perusahaan untuk menjamin bahwa anggaran yang disusun
adalah realistis dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,
disertai upaya dalam mencapainya
4.) Usulan anggaran disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari
pelaksana anggaran.
Anggaran tidak dapat disusun sendiri oleh setiap bagian
organisasi tanpa persetujuan dari atasan pihak penyusun.
5.) Setelah disetujui anggaran hanya diubah jika ada keadaan
khusus.
Anggaran boleh diubah jika situasi internal dan eksternal
organisasi memaksa untuk mengubah anggaran tersebut, karena
jika dipertahankan justru akan membuat anggaran tidak relevan
lagi dengan situasi yang ada.
6.) Jika terjadi penyimpangan/varians didalam pelaksanaannya,
harus dianalisis sebab terjadinya penyimpangan tersebut.
Analisis penyimpangan bertujuan untuk mencari penyebab
penyimpangan, supaya tidak terulang kembali di masa
mendatang dan penyusunan anggaran di kemudian hari menjadi
lebih relevan dengan situasi yang ada.
c. Manfaat Anggaran
Manfaat anggaran menurut Hansen & Mowen (2013), adalah
sebagai berikut :
1.) Memaksa manajer melakukan perencanaan
Anggaran memaksa manajemen untuk merencanakan masa
depan. Anggaran mendorong para manajer untuk
mengembangkan arah organisasi secara menyeluruh,
mengantisipasi masalah, dan mengembangkan kebijakan untuk
masa depan. Dalam rangka penyusunan anggaran, maka manajer
bawah harus melakukan perencanaan mengenai kegiatan apa
saja yang akan dilakukan perusahaan di masa depan.
2.) Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki pengambilan keputusan
Anggaran digunakan untuk memperbaiki pembuatan keputusan
berdasarkan hasil realisasi anggaran. Jika realisasi anggaran
kurang memuaskan maka akan dilakukan perbaikan mengenai
keputusan yang akan diambil selanjutnya.
3.) Menyediakan standar evaluasi kinerja
Anggaran memberikan standar yang dapat mengendalikan
penggunaan berbagai sumber daya perusahaan dan memotivasi
karyawan. Anggaran digunakan untuk mengevaluasi kinerja
dengan membandingkan realisasi anggaran dengan anggaran.
Jika terdapat perbedaan yang menyimpang maka akan ditindak
lanjuti.
4.) Memperbaiki komunikasi dan koordinasi
Anggaran juga membantu komunikasi dan koordinasi. Secara
formal, anggaran mengkomunikasikan rencana organisasi pada
tiap karyawan. Penyusunan anggaran mengharuskan kerja sama
antara berbagai area dan aktivitas dalam organisasi sehingga
koordinasi sangat dianjurkan agar anggaran sesuai dengan
tujuan organisasi. Anggaran mencakup semua unit fungsional
diperusahaan, sehingga dibutuhkan komunikasi dan koordinasi
dalam menyusun anggaran sehingga selaras dengan tujuan
perusahaan.
d. Tujuan Anggaran
Ada beberapa tujuan disusunnya anggaran. Menurut Nafarin
(2013), tujuan disusunnya anggaran adalah sebagai berikut :
1.) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih
sumber dan penggunaan dana.
2.) Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
3.) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan
dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4.) Merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal
5.) Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan
anggaran lebih jelas nyata dan terlihat
6.) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan
yang berkaitan dengan keuangan.
e. Kelemahan Anggaran
Disamping memiliki banyak manfaat, anggaran juga
mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan anggaran menurut
Nafarin (2013) adalah :
1.) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga
mengandung unsur ketidakpastian.
2.) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan
tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak smeua perusahaan
mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan
akurat.
3.) Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran
dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang,
sehingga anggaran tidak efektif.
f. Metode Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, menurut Harahap (2008) metode yang dapat
dipergunakan untuk menyusun anggaran adalah sebagai berikut :
1.) Otoriter atau Top Down
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh
pimpinan dan anggaran ini dilaksanakan oleh bawahan tanpa
adanya keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran.
2.) Demokrasi atau Bottom Up
Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil
keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan
sampai atasan. Dimana diserahkan sepenuhya menyusun
anggaran yang ditargetkan pada masa yang akan datang.
3.) Campuran atau Top Down dan Bottom Up
Metode ini nerupakan campuran dari kedua metode diatas,
dilengkapai dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi
pedoman dari pimpinan dan kemudian dijabarkan oleh bawahan
sesuai dengan arahan dari pimpinan.
g. Langkah-langkah Penyunan Anggaran
Menurut Nafarin (2013), proses penyusunan anggaran dibagi
dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1.) Penentuan pedoman anggaran
Anggaran yang dibuat pada tahun yang akan datang sebaiknya
disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya
dimulai.
2.) Persiapan anggaran
Dalam tahap ini biasanya diadakan rapat dalam rangka
penyusunan anggaran.
3.) Tahap penentuan anggaran
Pada tahap ini, semua manajer dan direksi mengadakan rapat
meliputi kegiatan, perundingan untuk menyesuaikan rencana
akhir setiap komponen anggaran, mengkoordinasi dan menelaah
komponen anggaran, serta pengesahan dan pendistribusian
anggaran.
2. Partisipasi Anggaran
a. Pengertian Partisipasi Anggaran
Menurut Milani (1975) partisipasi anggaran merupakan
cerminan perspektif manajer bawahan mengenai tingkat keterlibatan
yang dialami bawahan dalam penyusunan anggaran, jenis
pengambilan keputusan yang logis yang disediakannya oleh seorang
atasan ketika anggaran diperbaiki, frekuensi yang berkaitan dengan
anggaran yang didiskusikan dan disetujui dengan atasannya, banyak
pengaruh bawahan pada anggaran final dan kontribusi/ sumbangan
pemikirannya untuk anggaran. Sedangkan menurut Hansen dan
Mowen (2013) partisipasi anggaran adalah pendekatan
penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan
bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam
pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan
rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat bawah dan
mendorong kreativitasnya. Dan menurut pendapat dari Nurrasyid
(2015) partisipasi anggaran merupakan seberapa jauh keterlibatan
dan pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran dengan
adanya partisipasi anggaran maka dapat terjadi keselarasan tujuan
organisasi.
Dari pengetian diatas, dapat disimpulakan bahwa partisipasi
penyusunan anggran adalah keterlibatan seluruh manajer baik
tingkat atas dan bawah, baik pimpinan atau bawahan dalam
menyusun anggaran untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan
melibatkan semua anggota maka dapat mencegah terjadinya
perbedaan informasin
b. Manfaat Partisipasi Anggaran
Menurut Siegel dan Marconi (1989) partisipasi anggaran
memberikan banyak manfaat antara lain :
1.) Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan
anggaran) menjadi ego-involved tidak hanya task-involved
dalam kerja mereka.
2.) Partisipasi akan menaikkan kebersamaan dalam kelompok, yang
akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok dalam
penerapan sasaran.
3.) Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya
anggaran.
4.) Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam
alokasi sumber daya di antara bagian-abgian organisasi.
c. Karakteristik Partisipasi Anggaran
Menurut Milani (1975), karakteristik partisipasi anggaran
meliputi :
1.) Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para
manjer.
2.) Alasan-alasan pihak manjer saat merevisi anggaran.
3.) Keinginan memberikan pendapat atau usulan kepada pihak
manajer tanpa diminta.
4.) Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran
akhir.
5.) Pentingnya bawahan berkontribusi terhadap anggaran.
6.) Seringnya atasan meminta pendapat saat anggaran sedang
disusun.
d. Masalah dalam Partisipasi Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2013), partisipasi anggaran
memiliki beberapa masalah yaitu :
1.) Menetapkan standar terlalu tinggi atau rendah.
Standar anggaran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan frustasi
bagi para manajer, sedangkan standar anggaran yang terlalu
mudah dicapai dapat menyebabkan kinerja para manajer
menurun.
2.) Membuat kesenjangan anggaran.
Senjangan anggaran terjadi ketika seorang manajer dengan
sengaja merendahkan pendapatan dan melebihkan biaya dalam
mengajukan anggaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
para manajer dalam mencapai target anggaran.
3.) Partisipasi semu (pseudoparticipation)
Pseudoparticipation adalah perilaku disfungsional dari manajer
(atasan) yang tidak menggunakan partisipasi anggaran dalam
praktiknya. Pseudoparticipation juga diartikan sebagai
partisipasi semu atau palsu.
e. Keunggulan Partisipasi Anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) partisipasi
anggaran memeiliki keunggulan yaitu :
1.) Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila
anggaran tersebut berada di bawah pengawasan manajer.
2.) Penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi
yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran
yang dekat dengan produk dan pasar
f. Kelemahan Partisipasi Anggaran
Disamping memiliki keunggulan partisipasi anggaran juga
memiliki kelemahan. Menurut Hansen dan Mowen (2013)
kelemahan anggaran adalah :
1.) Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Target yang dicapai pada anggaran cenderung menjadi tujuan
manajer saat ikut berpartisipasi dalam pembuatan anggaran.
Penetapan tujuan yang terlalu rendah bisa mengakibatkan
penurunan tingkat kinerja manajerial, namun penetapan tujuan
anggaran yang terllu tinggi bisa menyebabkan kegagalan untuk
mencapai standard dan membuat frustasi manajer yang bisa
mengarah pada penurunan tingkat manajer.
2.) Membuat kelonggaran dalam anggaran (sering disebut sebagai
menutupi anggaran).
Partisipasi anggaran dapat menciptakan kesempatan bagi para
manajer untuk membuat kelonggaran dalam anggaran atau
senjangan anggaran. Senjangan anggaran dalam jumlah yang
cukup besar dapat merugikan perusahaan, karena sumber daya
yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara produktif tidak dapat
dilakukan karena telah terikat pada bagian lain yang sebenarnya
tidak membutuhkan sumber daya tersebut.
3.) Partisipasi semu
Partisipasi semu akan terjadi apabila manajemen puncak
menerapkan pengendalian total atas proses penganggaran,
sehingga hanya mencari partisipasi semu dari manajer tingkat
bawah. Partisipasi semacam ini tidak akan mendatangkan
manfaat dari anggaran partisipasif sesungguhnya karena
manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal dari
manajer tingkat bawah, bukan untuk mencari input yang
sebenarnya.
3. Budgetary Slack (Kesenjangan Anggaran)
a. Pengertian Kesenjangan Anggaran
Kesenjangan anggaran (budgetary slack) merupakan
kendala yang paling sering muncul dalam penyusunan anggaran
yang merupakan perilaku disfungsional. Menurut Suartana (2010)
kesenjangan anggaran merupakan proses penganggaran yang
ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan
pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang
dianggarkan sehingga target mudah dicapai. Sedangkan Darlis
(2002) berpendapat bahwa budgetary slack merupakan tindakan
bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia
diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya. Dan men
urut Arfan Ikhsan Lubis (2011) mendefinisikan budgetary slack
sebagai selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan
secara efisien dan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk
menyelesaikan suatu tugas tersebut. Dari definisi diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa budgetary slack merupakan proses
penyusunan anggaran dimana pendapatan diturunkan dan biaya
dinaikan sehingga jauh berbeda dengan realisasi guna memudahkan
dalam pencapaian target.
b. Indikator Budgetary Slack
Menurut Dewi (2008) menyatakan ada tiga indikator dalam
senjangan anggaran yaitu :
1.) Perbedaan jumlah anggaran dengan estimasi terbaik
Estimasi yang dimaksud adalah anggaran yang sesungguhnya
terjadi dan sesuai dengan kemampuan terbaik perusahaan dalam
keadaan terjadinya senjangan anggaran, bawahan cenderung
mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan
meninggikan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik yang
diajukan, sehingga target mudah dicapai.
2.) Target anggaran
Bawahan menciptakan senjangan anggaran karena dipengaruhi
oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan
memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika
penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian
anggaran, dengan target anggaran yang rendah dan biaya yang
dianggarkan tinggi menyebabkan seorang manajer dengan
mudah mencapai anggaran yang telah disetujui sebelumnya.
3.) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi budgetary slack
diantaranya dengan sengaja melakukan perbuatan tersebut
dapat suatu timbal balik seperti gaji, promosi, dan bonus dari
organisasi karena anggaran yang dibuat dapat dicapai.
Budgetary slack dapat dilakukan manajer karena dianggap perlu
untuk menyelamatkan anggaran dengan melakukan
penyesuaian dengan bawahan. Oleh karena karakter dan
perilaku manusia yang berbeda-beda, partisipasi penganggaran
dapat berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap senjangan
anggaran.
c. Sebab Terjadinya Budgetary Slack
Kesenjangan anggaran dapat terjadi karena beberapa alasan,
menurut Samad (2009) berpendapat ada tiga alasan manajer
melakukan senjangan anggaran yaitu :
1.) Senjangan anggaran akan membuat kinerja seolah terlihat lebih
baik di mata pimpinan jika mereka dapat mencapai target
anggaran.
2.) Senjangan anggaran sering digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian memprediksi masa yang akan datang.
3.) Pengalokasian sumberdaya akan dilakukan berdasarkan
proyeksi anggaran biaya, sehingga senjangan membuatnya
fleksibel.
d. Dampak Budgetary Slack
Abdullah (2012) menjelaskan bahwa budgetary slack dapat
mengakibatkan pengalokasian sumber-sumber daya yang tidak
efisien, anggaran yang ditetapkan menjadi tidak efektif, dan fungsi
anggaran sebagai alat menilai kinerja manajer bawah menjadi tidak
berfungsi dengan baik karena anggaran yang ditetapkan tidak
mencerminkan kemampuan sebenarnya dari manajer bawah.
Budgetary slack dapat terjadi secara berkelanjutan dan
mempengaruhi penyusunan anggaran periode selanjutnya.
Budgetary slack akan meningkat seiring dengan tahun periode
anggaran (stevens, 2002).
4. Job Relevant Information
a. Pengertian Informasi
Menurut Jogiyanto (1999: 692) mendefinisikan informasi
sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan
untuk pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Sutabri (2005)
informasi adalah data yang diklasifikasikan atau diolah atau
diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat diambil keputusan
bahwa informasi adalah data yang telah diolah dan memiliki makna
yang bisa membantu dalam pengambilan keputusan.
b. Karakteristik Informasi
Informasi disebut berkualitas tinggi apabila informasi
tersebut memiliki karakteristik-karakteristik yang menjadikannya
bermanfaat, menurut Daft (2006) karakteristik-karakteristik
informasi yang bermanfaat dapat dibagi mnejadi tiga kategori yaitu:
1.) Waktu
Informasi harus ada dan tersedia ketika dibutuhkan, up to date,
dan berkaitan dengan periode waktu yang tepat (masa lalu,
sekarang atau masa depan).
2.) Isi
Informasi yang bermanfaat bebas dari kesalahan, sesuai dengan
kebutuhan pengguna, lengkap, ringkas, relevan (yaitu informasi
tersebut meniadakan data yang dibutuhkan), dan merupakan
ukuran kinerja yang akurat.
3.) Bentuk
Informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami
pengguna dan dalam tingkat detail yang memenuhi kebutuhan
pengguna. Penyajiannya harus disusun dan menggunakan
kombinasi kata, angka, dan diagram yang sangat membantu
pengguna. Selain itu, informasi harus dijadikan dengan
menggunakan medium yang bermanfaat (dokumen tercetak,
pertunjukan video, dan suara)
c. Pengertian Job Relevant Information
Kren, (1992) mengidentifikasikan dua tipe utama dari
informasi dala organisasi, yaitu: (1) informasi perilaku manajer
dalam pengambilan keputusan untuk evaluasi kinerja, dan (2)
informasi untuk mengambil tindakan agar tercapai hasil lebih baik.
Sementara Baiman, (1982) menambahkan bahwa job relevant
information membantu bawahan dalam meningkatkan pilihan
tindakannya melalui informasi usaha yang berhasil dengan baik.
Kondisi ini memberikan pemahaman yang leboih baik pada
bawahan mengenai alternative keputusan dan tindakan yang perlu
dilakukan dalam mencapai tujuan. Bila bawahan atau pelaksana
anggaran diberi kesempatan untuk memberi masukan berupa
informasi yang dimiliknya kepada atasan atau pemegang kuasa
anggaran sehingga atasan atau pemegang kuasa anggaran akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang
relevan dengan tugas ( Ompusunggu dan Rangga Bawono, 2014).
Dari paparan uraian diatas dapat ditari kesimpulan bahwa job
relevant information adalah informasi yang berkaitan dengan tugas
yang dapat membantu manajer dalam menyusun anggaran supaya
efektif dan efisien dan dapat membantu dalam pengambilan
keputusan.
d. Pengukuran Job Relevant Information
Menurut teori yang dikembangkan oleh Kren (1992), job
relevant information diukur dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1.) Mendapat informasi yang jelas
Informasi harus dapat dibaca dan dipahami dengan baik agar
informasi tersebut berguna.
2.) Mempunyai informasi yang memadai.
Informasi yang tersedia harus lengkap dan sesuai dengan
kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan pengguna informasi pada
waktu tertentu.
3.) Memperoleh informasi yang strategik.
Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk mengambil
keputusan jangka panjang dan memberikan kontribusi bagi
tujuan organisasi.
4.) Mencari informasi yang tepat.
Informasi haruslah sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan dapat
diperoleh pada saat yang tepat.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pengaruh
Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Budgetary Slack dengan Job
Relavant Information sebagai Variabel Moderating adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO URAIAN KETERANGAN
1 Judul Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran terhadap
Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri
sebagai Variabel Moderating dan Dampaknya
terhadap Kinerja Manajerial (Studi pada Yayasan
Pendidikan dan Koperasi di Provinsi Banten,
Indonesia)
Penulis Karsam
Variabel variabel independent : partisipasi anggaran
variabel dependent : senjangan anggaran dan
kinerja manajerial
variabel moderasi : informasi asimetri
Hipotesis H1 :Partisipasi dalam proses penganggaran
memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
kinerja manajerial
H2 : Partisipasi dalam penganggaran memiliki
dampak positif dan signifikan terhadap senjangan
anggaran
H3 : Senjangan anggaran memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja manajerial
H4 : informasi asimetri secara signifikan
mempengaruhi korelasi antara partisipasi dalam
penganggaran dan senjangan anggaran
Hasil Analisis data menunjukkan bahwa tingkat
informasi asimetri dalam hubungan antara
penganggaran partisipasif terhadap budgetary
slack adalah 24%, sisanya 76% merupakan variabel
lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
2 judul PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN
ANGGARAN TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL DENGAN JOB RELEVANT
INFORMATION SEBAGAI VARIABEL
MODERATING ( Studi Pada Dinas Pemerintah
Kota Yogyakarta )
Penulis Gita Pramudya Saraswati
Variabel Variabel independen : partisipasi penyusunan
anggaran
Variable dependent : kinerja manajerial
Variable moderating : job relevant informasi
Hipotesis H1 : Partsisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
H2 : Job Relevant Information memperkuat
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial
Hasil partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial
terbukti dari hasil regresi yaitu nilai koefisien
regresi sebesar 2.037 dan nilai t hitung > t tabel
yaitu sebesar 7.321>1.975.
3 Judul PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN,
INFORMASI ASIMETRI, DAN KAPASITAS
INDIVIDU TERHADAP BUDGETARY SLACK
PADA SKPD PEMERINTAH KOTA
SAMARINDA
Penulis Akhmad Azmi Basyir
Variabel Variabel independen : partisipasi anggaran,
informasi asimetri, kapasitas individu
Variabel dependent :budgetary slack
Hipotesis H1 : Partisipasi anggaran mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap budgetary slack
H2 : Informasi asimetri mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap budgetary slack
H3 : Kapasitas individu mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap budgetary slack
Hasil partisipasi anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap budgetary slack dengan P-
values sebesar 0.034 (< 0.050) dan nilai original
sample sebesar 0.226 yang menunjukkan arah
hubungan antara partisipasi anggaran dengan
budgetary slack positif.
Sumber : Data diolah
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari tabel 2.1 diatas :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Karsam (2013) dalam Jurnal
Internasional Bisnis dan Keuangan.
Penelitian Karsam meneliti tentang “Pengaruh Partisipasi dalam
Penganggaran terhadap Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri
sebagai Variabel Moderating dan Dampaknya terhadap Kinerja
Manajerial (Studi pada Yayasan Pendidikan dan Koperasi di Provinsi
Banten, Indonesia)”. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat
Budgetary Slack dalam anggaran Yayasan Pendidikan dan Kopersai di
Provinsi Banten. Kasus ini diduga karena adanya asimetri informasi
antara atasan dan bawahan dan juga karena moral buruk dari manajer
yang bertindak tanpa sepengetahuan pemegang saham dan pemilik
perusahaan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat informasi
asimetri dalam hubungan antara penganggaran partisipasif terhadap
budgetary slack adalah 24%, sisanya 76% merupakan variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Karsam (2013) adalah
menggunakan variabel partisipasi anggaran untuk mengetahui adanya
budgetary slack. Sedangkan perbedaan kedua penelitian ini terletak
pada :
a. Penelitian ini menambahkan variabel job relevan information
sebagai variabel moderating
b. Penelitian Karsam (2013) menggunakan Yayasan Pendidikan
dan Koperasi sebagai sampel penelitian, sedangkan penelitian
ini menggunakan Satuan Kerja Peangkat Daerah Kabupaten.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gita Pramudya Saraswati (2015) dalam
Jurnal Nominal Volume IV Nomer 2.
Penelitian Gita Pramudya Saraswati (2015) yang meneliti tentang “
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial dengan Job Relevant Information sebagai Variabel
Moderating (Studi pada Dinas Pemerintahan Kota Yogyakarta). Dari
penelitian Gita Pramudya Saraswati (2015) dapat diketahui bahwa
partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja manajerial terbukti dari hasil regresi yaitu nilai
koefisien regresi sebesar 2.037 dan nilai t hitung > t tabel yaitu sebesar
7.321>1.975.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Gita Pramudya
Saraswati (2015) adalah menggunakan variabel independent partisipasi
anggaran dan job relevant information sebagai variabel moderating.
Sedangkan perbedaan dari kedua penelitian terletak pada :
a. Variabel dependent dalam penelitian Gita Pramudya Saraswati
(2015) menggunakan kinerja manajerial sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan budgetary slack.
b. Penelitian Gita Pramudya Saraswati (2015) menggunankan Dinas
Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai sampel, sedangkan penelitian
ini menggunakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
sebagai sampel.
3. Penelitian Akhmad Azmi Basyir (2016) dalam Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Volume 13 (2).
Penelitian Akhmad Azmi Basyir (2016) meneliti tentang “Pengaruh
Partisipasi Anggaran, Informasi Asietri, dan Kapasitas Individu
terhadap Budgetary Slack pada SKPD Pemerintah Kota Samarinda”.
Dari penelitian Akhmad Azmi Basyir (2016) dapat diketahui bahwa
partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack dengan P-values sebesar 0.034 (< 0.050) dan nilai
original sample sebesar 0.226 yang menunjukkan arah hubungan antara
partisipasi anggaran dengan budgetary slack positif.
Persamaan penelitian Akhmad Azmi Basyir (2016) adalah
menggunakan variabel partisipasi anggaran untuk mengetahui adanya
budgetary slack dan mengunakan SKPD sebagai sampel hanya beda
wilayah SKPD. Sedangkan perbedaan kedua penelitian ini adalah
penelitian ini menambahkan job relevant information sebagai variabel
moderating.
C. Pengembangan Hipotesis
Partisipasi penyusunan anggaran merujuk kepada tingkat pengaruh
keterlibatan setiap individu dalam proses perancangan anggaran. Partisipasi
tersebut dapat diartikan sebagai suatu bentuk kerjasama yang terjadi antara
atasan dan bawahan. Menurut Muray (1990) dalam Sujana (2010)
menyatakan bahwa partisipasi dari bawahan dalam penyusuan anggaran
mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi
yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dari anggota organisasi
tersebut.
Proses penyusunan anggaran akan membuat adanya partisipasi
anggaran yang dilakukan oleh manajer, sehingga memungkinkan timbul
indikasi adanya senjangan anggaran. Senjangan anggaran dapat ditimbul
karena adanya selisih antara yang dianggarkan dengan realisasi. Penelitian
yang dilakukan oleh Akhmad Azmi Basyir (2016) menemukan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan
anggaran dan budgetary slack, sedangkan penelitian Rukmana (2013)
menyatakan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap budgetary
slack. Berdasarkan uraian diatas dan ketidak konsistenan hasil penelitian-
penelitian terdahulu, maka dapat dihipotesiskan :
H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap
budgetary slack.
Job relevant information merupakan proses dimana partisipasi
dalam penyusunan anggaran, bawahan diberi kesempatan untuk
memberikan masukan kepada atasan berupa informasi yang dimilikinya
yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Job relevant
information mempengaruhi budgetary slack karena memberikan informasi
atau prediksi atas kondisi lingkungan dan memberikan informasi untuk
mencapai anggaran dengan mudah. Kren (1992) mengidentifikasi informasi
utama dalam organisasi adalah job relevant information, yaitu informasi
yang memfasilitasi pembuat keputusan yang berhubungan dengan tugas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yesi Mutia Basri (2010), Srimuliani
(2014), dan Tri Pradani dan Erawati (2016) menunjukkan bahwa job
relevant information tyang tinggi akan mengurangi senjangan anggaran.
Sedangkan penelitian Raden Roro Ayu Anisa (2018) menyatakan bahwa job
relevant information tidak berpengaruh terhadap hubungan partisipasi
anggaran dengan senjangan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang dirumuskan adalah :
H2 : Job relevant information berpengaruh memperkuat hubungan
partisipasi penyusunan anggaran terhadap budgetary slack.
D. Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Keterangan :
: Pengaruh variabel independent (partisipasi penyusunan
anggaran) terhadap variabel dependent (budgetary slack)
: Pengaruh variabel moderating ( job relevant information)
terhadap hubungan variabel independent dengan variabel
dependent
Partisipasi
Penyusunan Anggaran
(x)
Budgetary Slack
(y)
Job Relevant
Information
(Z)