bab ii landasan teori a. kajian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Kreatifitas
a. Pengertian Kreatifitas
Kreatif merupakan salah satu dari nilai-nilai pendidikan
karakter yang harus dikembangkan oleh peserta didik dalam
pembelajaran. Pengertian kreatif menurut Asmaun Sahlan dan Angga
Teguh dalam buku Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Karakter adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Kreatifitas merupakan kemampuan peserta didik dalam
mengembangkan atau mempergunakan bahan-bahan apapun yang ada di
kelas maupun sekolah sebagai media pembelajaran sesuai dengan ide sendiri
agar dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran
dengan perpektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak
orang (Supriyadi,2010). Wujud dari sebuah kreatifitas adalah sebuah tindakan
manusia yang menghasilkan sebuah karya baru yang dapat bermanfaat.
Kreativitas banyak mengarah pada konsep berpikir dan
bertindak yang baru (think new and doing new). Kreativitas memiliki
peran yang strategis di dalam era perubahan saat ini, karena untuk
dapat memberikan respon atau tanggapan dari sebuah perubahan,
maka manusia harus kreatif (Suryana,2003).
10
Sesuai dengan rumusan masalah yang disusun yaitu hubungan
kreatifitas terhadap prestasi belajar IPA, maka kreatifitas mempunyai
manfaat memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan masyarakat
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan
baru, dan teknologi baru. kreatifitas sebagai salah satu dari multiple
intelegenci yang meliputi berbagai macam fungsi otak.
Kreatifitas memang sebuah komponen penting dan perlu. Tanpa
kreatifitas peserta didik hanya akan bekerja pada sebuah tingkat
kognitif yang sempit. Aspek kognitif otak dapat membantu
menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak,
sehingga memungkinkan peserta didik untuk mencapai penguasaan
yang lebih besar, khususnya dalam mata IPA yang seringkali sulit
dipahami. Kreatifitas juga perlu dibangun agar peserta didik dapat
merespon kehidupan sebagai individual dan menemukan sarana untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan mereka dalam cara yang bertujuan
dan bermakna. Kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi,
jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu
masalah. Semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat,
selain itu jawaban harus bervariasi (Tandiseru,2012).
b. Ciri-ciri kreatifitas
Menurut Utami Munandar ciri-ciri seorang siswa yang memiliki
tingkat kreatitas tinggi yaitu dorongan ingin tahu yang besar, sering
mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau
11
usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni,
mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain, memiliki rasa humor yang tinggi, daya imajinasi
yang kuat, keaslian (orisinilitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan,
karangan dan sebagainya; dalam pemecahan menggunakan cara-cara
orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri,
senang mencoba hal baru, kemampuan mengembangkan atau
memperinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
2. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Menurut Hamzah B. Uno (2006), gaya belajar merupakan cara
tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah
informasi dari luar dirinya. Gaya belajar adalah cara belajar yang khas
bagi siswa. Cara apapun yang dipilih , perbedaan gaya belajar itu
menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa
menyerap suatu informasi dari sumber belajar dari luar dirinya. Jika
sesorang bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap
orang , maka dapat memandu seseorang untuk mendapatkan gaya
belajar yang tepat dan memeberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana
seseorang menyerap , dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi yang tepat dalam sumber belajar (Haryanto,2014). Dalam
sebuah kelas pasti terdapat macam-macam dari gaya belajar siswa
12
karena setiap siswa pasti memiliki cara tersendiri dalam menerima
pembelajaran dikelas.
b. Klasifikasi gaya belajar
Gaya belajar diklasifikasikan banyak oleh beberapa ahli, namun
peneliti hanya menfokuskan pada 3 tipe gaya belajar:
1) Gaya belajar visual
Gaya belajar ini, peserta didik akan lebih cepat belajar
dengan melihat sumber belajar atau media pembelajaran.
Karakteristik gaya belajar visual ini berhubungan dengan
visualitas. Kebutuhan melihat informasi atau materi pelajaran
dilakukan secara visual , peserta didik akan lebih mudahh
mengingat jika dibantu gambar, serta lebih suka membaca
daripada dibacakan. Gaya belajar visual menitik beratkan pada
ketajaman penglihatan. Bukti-bukti konkrit harus diperlihatkan
terlebih dahulu agar siswa paham (Haryono, 2014).
Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan peserta
didik ketika belajar antara lain lebih mudah mengingat apa
yang dilihat daripada yang didengar, peserta didik akan
memiliki hobi membaca dan termasuk pembaca yang cepat dan
tekun dan lebih suka ketika membaca sendiri. Tidak hanya
cepat dalam membaca, akan tetapi dalam hal berbicara juga
dengan cepat, karena peserta didik tidak merasa perlu
mendengarkan esesnsi pembicaraannya. Peserta didik akan
kesulitan kecuali jika dituliskan, dan sering minta bantuan
13
orang lain untuk mengulangi instruksi verbal tersebut dan
sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
Selain itu peserta didik yang memiliki gaya belajar visual
juga mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang
akan dilihat orang. Peserta didik sangat mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.
Perencanaan dan pengaturan jangka panjang dari peserta didik
yang memiliki gaya belajar ini sangat baik sehingga teliti
terhadap rincian serta hal-hal kecil yang harus dilakukan.
Biasanya tidak terganggu oleh keributan dan lebih suka
melakukan demonstrasi daripada berpidato. Hal terakhir yang
dimiliki oleh peserta didik dengan gaya belajar ini adalah
melakukan check dan recheck sebelum membuat kesimpulan
serta suka mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon
atau pada saat melakukan rapat (Suyono dan Hariyanto,2011).
2) Gaya belajar auditorial
Gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan
mendengarkan. Karakteristik model ini benar-benar
menempatkan pendengaran, sebagai alat utama untuk
menyerap informasi atau pengetahuan yang terdapat dalam
sumber belajar. Sumber belajar yang bergaya auditorial
biasanya adalah manusia dengan model ceramah dan media
yang cocok adalah tape perakam (Haryono,2014).
14
Karakter peserta didik yang memiliki gaya belajar ini
adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui
pendengaran, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi
dalam bentuk tulisan secara langsung, serta memiliki kesulitan
menulis ataupun membaca (Uno,2006).
Gaya belajar auditori dapat dideteksi dari kebiasaan peserta
didik ketika belajar, antara lain belajar dengan mendengarkan
dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang
dilihatnya, seringksli berbicara kepada diri sendiri saat belajar
dan bekerja, senang membaca dengan keras dan
mendengarkannya, ketika berbicara dengan irama terpola,
biasanya jadi pembicara yang fasih, menggerakkan bibir dan
mengucapkan tulisan di buku saat membaca. Peserta didik
dengan gaya belajar ini sangat menyukai ketika dalam
pembelajaran berdiskusi dengan teman.
Ciri-ciri lain gaya belajar auditori peserta didik merasa
kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita, dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada. Ketika belajar
mereka mudah terganggu oleh keributan sehingga akan sukar
untuk berkonsentrasi. Peserta didik dengan gaya belajar ini
mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan
visualisasi serta lebih menyukai musik daripada seni lukis atau
seni dengan hasil tiga dimensi (Suyono dan Hariyanto,2011).
15
3) Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar kinestetik merupakan model belajar yang
dilakukan oleh individu, melalui kegiatan menyentuh sesuatu
terhadap sumber belajar, sehingga memberikan informasi untuk
diingatnya. Peran utama dalam kegiatan belajar dengan gaya
kinestetik adalah media pembelajaran, karena agar terus dapat
mengingatkanya dilakukan dengan melalui kegiatan memegang
media atau alat penerima informasi utama (Haryono,2014).
Karakteristik gaya belajar kinestetik yaitu menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar dapat terus
mengingat, hanya dengan memegang dapat menyerap informasi
tanpa harus membaca penjelasan, termasuk orang yang tidak
tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran, dapat
belajar dengan baik apabila dissertai dengan kegiatan fisik, serta
memiliki kemampuan mengoordinasikan sebuah tim dan
kemampuan mengendalikan gerak tubuh (Uno,2006).
Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan
peserta didik ketika belajar, antara lain selalu berorientasi pada
fisik dan banyak gerak, banyak menggunakan isyarat tubuh,
menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menganggapi
perhatian fisik, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama,
menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian,
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, berdiri dekat
ketika berbicara dengan orang lain, berbicara dengan perlahan.
16
Peserta didik dengan tipe belajar ini suka belajar
memanipulasi (mengembangkan data atau fakta) dan praktik,
tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika pernah
datang ke tempat tersebut, menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot, mecerminkan aksi dengan gerakan tubuh
saat membaca sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa
yang dibaca, kemungkinan memiliki tulisan yang jelek,
menyukai permainan yang membuat sibuk.
3. Prestasi Belajar IPA
Belajar adalah usaha seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar juga proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan (Suyono & Harianto,2011;
Slameto,2003).
a. Pengertian Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar yang dicapai
peserta didik pasti berbeda-beda. Tergantung tingkat pemahaman
setiap peserta didik. Prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu
bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.
Prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai siswa setelah
17
melakukan kegiatan belajar setelah seseorang berusaha
memeproleh kepandaian atau ilmu. Dalam dunia pendidikan
prestasi belajar sering ditafsirkan sebagai hasil yang telah diacapai
siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar (Sutrisno,2015;
Budiargo dan Purwanti,2015).
Prestasi belajar dapat mempengaruhi penempatan dan
pengelompokan peserta didik. Prestasi belajar ini dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik selama proses
pembelajaran melalui tes yang diberikan oleh guru (Arifin,2009).
Jika demikian, maka dapat diketahui bahwa peserta didik akan
ditempatkan berdasarkan prestasi yang dimiliki sesuai dengan
keputusan yang diambil oleh seorang guru. Guru dapat menilai
prestasi belajar peserta didik dari nilai ujian serta aktifitas peserta
didik di kelas apakah aktif atau tidak dalam kegiatan belajar
mengajar.
b. Pengertian prestasi belajar IPA
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang sangat
penting karena membelajarkan peserta didik untuk mempelajari
tentang gejala alam yang terjadi di lingkungan sekitar yang dapat
juga terjadi pada diri peserta didik sendiri. Menurut Fowler dalam
Usman Samatowo dalam Jurnal PGSD Indonesia, IPA membahas
tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia.
18
Prestasi belajar IPA adalah hasil yang dicapai setelah
melakukan kegiatan belajar ilmu pengetahuan yang mempelajari
alam semesta dengan segala isinya yang dinyatakan dengan
simbol, angka , huruf atau kalimat sebagai indikasi keberhasilan
siswa dalam menguasai ilmu tersebut (Sutrisno,2015).
Prestasi belajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas VI SDN
Plemahan II dalam pemberian soal-soal tentang IPA. Dimana
sebelumnya akan dilihat bagaimana gaya belajar serta tingkat
kreatifitas dari masing-masing peserta didik.
c. Hubungan prestasi belajar IPA dengan kreatifitas
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh kecerdasan yang
dimiliki oleh peserta didik. Menurut Riyanto (2009), kecerdasan
menyangkut kemampuan menyelesaikan masalah atau penciptaan
produk dalam hal untuk meneruskan pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
apabila peserta didik memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi, maka
peserta didik tersebut dapat menyerah materi pelajaran IPA dengan
baik dengan caranya sendiri untuk memahami dan hal tersebut
dapat menghasilkan suatu produk pengetahuan baru yang dapat
dipakai dalam kegiatan beljaar mengajar yang memudahkan siswa
memahami materi misalka dengan praktek menggunakan bahan-
bahan bekas yang sudah tidak digunakan.
19
J. Piaget memisahkan tahap perkembangan berfikir anak. Usia
anak sekolah dasar berada pada taham ke-3 yaitu tahap operasi kokrit
dimana pekerjaan dapat dilakukan dengan bantuan benda-benda konkrit
dan dalam keadaan tertentu. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa dalam proses pembelajaran IPA akan lebih baik apabila
digunakan media tertentu untuk memudahkan dalam memahami dan
itu dapat dibuat sendiri oleh masing-masing peserta didik sesuai dengan
kreatifitas yang dimiliki. Semakin tinggi kreatiftas anak, maka akan
dapat menghasilkan suatu produk yang baik yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
B. Kajian Praktis
Sebagai bahan penguat penelitian tentang Analisis Hubungan Kreatifitas
dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SDN Plemahan II,
penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi A. Sagitasari,
Haryanti, dan Amin Pujiarti.
Dewi A. Sagitasari dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara
Kreatifitas dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP”
yang dilaksanakan pada tahun 2010. Alasan peneliti melakukan penelitian tersebut
karena masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP di kecamatan
Gedean. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kreatifitas, gaya
belajar, dan prestasi belajar matematika siswa serta hubungan antara kreatifitas
dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SMP di Gedean.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
20
adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Gedean. Sampel yang diambil yaitu SMP
Negeri 1 dan 2 Gedean serta SMP Muhammadiyah 2 Gedean.
Teknik pengumpulan data dilakukan Dewi A. Sagitasari dengan
menggunakan angket dan dokumentasi. Hipotesis diuji dengan menggunakan
analisis regresi dan korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
Kelas VII SMP di Gedean memiliki kreatifitas tinggi, gaya belajar yang dominan
adalah gaya belajar visual dan memiliki prestasi belajar yang cukup kompeten.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kreatifitas dan gaya belajar
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP di Gedean.
Haryanti dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar dan
Kreatifitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Kelas VIII SMPN 1
Selogiri” yang dilakukan pada tahun 2012. Alasan peneliti melakukan penelitian
ini yaitu masih rendahnya prestasi kreatifitas belajar matematika siswa SMP
Negeri 1 Selogiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, pengaruh yang
signifikan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar matematika, dan pengaruh
yang signifikan gaya belajar dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar
matematika kelas VIII SMPN 1 Selogiri. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMPN 1 Selogiri, sampel diambil
sebanyak 55 siswa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi
linier berganda. Kesimpulan yang diambil adalah ada pengaruh yang signifikan
gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, ada pengaruh yang signifikan
kreatifitas terdap prestasi belajar matematika, dan ada pengaruh yang signifikan
gaya belajar dan kreatifitas terhadap prestasi belajar matematika.
21
Amin Pujiarti dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Gaya
Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN Percobaan 4 Wates Kulon
Progo 2012/2013” yang dilaksanakan pada tahun 2013. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode korelasi. Subjek
penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Percobaan 4 Wates Kulon Progo tahun
ajaran 2011/2012 debfab jumlah siswa 34 orang. Instrument yang digunakan yaitu
skala gaya belajar dan dokumentasi. Hasil penelitian dari penelitian ini yaitu
terdapat hubungan positif dan signifikan antara gaya belajar dan prestasi belajar
siswa kelas V SDN Percobaan 4 Wates Kulon Progo tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi A. Sagitasari yang membedakan
dengan penelitian ini adalah terletak pada mata pelajaran yang diteliti, yaitu
penelitian ini mengambil mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang diteliti
dan sekolah dasar sebagai tempat penelitian sedangkan Dewi A. Sagitasari
menjadikan Sekolah Mengengah Pertama sebagai tempat penelitian dengan
perbandingan 3 Sekolah Mengengah Pertama dan Matematika sebagai mata
pelajaran yang diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryanti yang membedakan dengan
penelitian ini terletak pada mata pelajaran yang diteliti yaitu mata pelajaran
matematika. Selain itu, jenjang sekolah yang diteliti juga berbeda yaitu sama
seperti penelitian Dewe A. Sagitasari yang mengambil Sekolah Menengah
Pertama sebagai tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Amin Pujiarti
yang membedakan dengan penelitian ini yaitu tidak adanya variabel pembanding
gaya belajar hanya menghubungkan variabel gaya belajar dengan prestasi belajar,
sedangkan penelitian ini terdapat variabel pembanding yaitu kreatifitas.
22
C. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
D. Hipotesis Penelitian
Dari rumusan masalah yang diambil oleh peneliti yang telah dijabarkan
pada kajian teori yaitu bahwa kreatifitas dan gaya belajar yang dimiliki oleh
peserta didik berhubungan dengan nilai yang didapat oleh peserta didik yang
dapat menentukan prestasi belajar masing-masing peserta didik di dalam kelas.
Oleh karena itu peneliti perumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kreatifitas dan gaya belajar dengan
prestasi belajar IPA siswa kelas VI SDN Plemahan II.
SISWA
GAYA BELAJAR KREATIFITAS
Kemampuan peserta didik dalam
mengembangkan bahan-bahan apapun
yang ada di kelas maupun sekolah sebagai
media pembelajaran sesuai dengan ide
sendiri
Cara tercepat dan terbaik bagi
setiap individu untuk bisa
menyerap sebuah informasi dari
luar dirinya.
KREATIFITAS
TINGGI AUDITORIAL
KINESTETIK
PRESTASI
BELAJAR
KREATIFITAS
RENDAH
Belajar dengan
melihat
Belajar dengan
mendengar
Belajar dengan
gerakan
VISUAL