bab ii landasan teori...7 bab ii landasan teori 2.1. tinjauan pustaka p engebanga ofesi...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka PENGEBANGA OFESI
2.1.1.Pengertian Pengembangan Keprofesian Berkelan-
jutan
Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendi-
dikan (2012:5), ”pengembangan keprofesian berkelanjutan
adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, dan berke-
lanjutan” yang bertujuan “untuk meningkatkan profesio-
nalitas guru”. Sedangkan menurut Payong (2011:19),
pengembangan profesional adalah proses di mana para guru
baik secara individu maupun bersama-sama dengan orang
lain mengkaji, membaharui, dan memperluas komitmen
mereka sebagai pelaku perubahan terhadap tujuan-tujuan
pengajaran; dan di mana mereka belajar dan meng-
embangkan secara kritis pengetahuan, keterampilan dan
intelegensi emosional mereka bagi perencanaan, pemikiran,
dan praktik profesional yang baik dengan para siswanya,
guru yang lebih muda (yunior), dan para pihak terkait
melalui setiap tahap proses belajar mengajar mereka. Menu-
rut Day dan Sachs (2004:3), “continuing professional
development (CPD) is a term used to describe all the activities
in which teachers engage during the course of a career which
are designed to enhance their work”. Atau pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan semua kegiatan di mana guru
terlibat selama pelatihan yang dirancang untuk me-
8
ningkatkan pekerjaan mereka Menurut Early dan Bubb
(David dan Bwisa,2013:1), “The term continuing profess-
sional development (CPD) has been widely used to refer to
ongoing education and training for professions”. Atau istilah
pengembangan profesional merujuk pada pendidikan
berkelanjutan dan pelatihan untuk profesi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengembangan keprofesian berkelan-
jutan merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru.
Kegiatan ini penting karena guru perlu mengembangkan
kompetensinya, baik kompetensi professional, pedagogis,
sosial, maupun kepribadian di tengah-tengah perubahan
jaman karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang sangat mempengaruhi semua bidang
kehidupan termasuk bidang pendidikan. Kegiatan pe-
ngembangan keprofesian berkelanjutan merupakan sebuah
tuntutan mutlak bagi para guru dan menjadi salah satu
syarat penting bagi guru untuk mengembangkan diri dan
memperbarui praktik profesionalnya. Hasil penelitian yang
dilakukan David Hustler, dkk (Payong, M.,2011:47)
mengindikasikan bahwa:
Pengembangan profesional dilihat sebagai hal yang penting dan bermanfaat bagi sebagian besar guru ka-
rena sebagai alat, untuk memperbaharui pengeta-
huan dan keterampilan mereka demi pengembangan
diri mereka maupun demi siswa yang dilayani.
Dengan kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan ini diharapkan pengetahuan dan keterampilan guru
dapat meningkat, sehingga para guru mampu melak-
sanakan proses pembelajaran secara profesional. Payong
(2011:48) menyatakan:
Guru profesional harus memiliki dorongan untuk selalu terbuka terhadap perubahan-perubahan dan inovasi-ino-
9
vasi baru, dan berani membawa inovasi-inovasi baru itu
ke dalam praktik pembelajarannya di kelas. Melalui kegi-
atan pengembangan keprofesian berkelanjutan guru dapat mengasah kemampuan inovatifnya, mengem-
bangkan kepekaannya terhadap perkembangan dan
tuntutan-tuntutan baru dalam praktik profesionalnya.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi si-
klus kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
refleksi seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.1.
Melalui siklus tersebut, diharapkan kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan akan mampu memper-
cepat pengembangan kompetensi para guru, yaitu
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian
untuk kemajuan karirnya.
Gambar 1.1. Siklus Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
REFLEKSI
10
2.1.2. Tujuan Penyelenggaraan Kegiatan Pengem-
bangan Keprofesian Berkelanjutan
Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendi-
dikan (2012:6), “tujuan umum pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah” untuk “meningkatkan kualitas
layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.” Tujuan ini sejalan dengan
tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
dikemukakan oleh Bolam (Payong,M.,2011:48), yakni, “di
satu sisi untuk meningkatkan kinerja belajar siswa, dan di
sisi yang lain untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah
secara menyeluruh”. Juga menurut Day dan Sachs (2004:4)
yakni, “increasing governmental interventions for the purpose
of „accountability‟ and „performativity‟ and in some contexts of
raising standards teaching”. Atau meningkatkan intervensi
pemerintah untuk tujuan 'akuntabilitas' dan 'performa-
tivitas'; dan di beberapa konteks untuk meningkatkan
standar pengajaran”. Sehingga secara umum tujuan
diselenggarakannya kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan di sekolah.
Secara lebih spesifik Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan (2012:6-7) merumuskan tujuan khusus
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah:
a. meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. memutakhirkan kompetensi guru untuk
memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik;
11
c. meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga
profesional;
d. menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai
penyandang profesi guru;
e. meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi
guru di masyarakat;
f. menunjang pengembangan karir guru.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilaksa-
nakan secara optimal akan dapat mencapai tujuan ini.
Sebaliknya apabila pelaksanaannya kurang optimal akan
berakibat hasilnya juga tidak akan optimal sehingga
capaian tujuannya juga tidak optimal seperti yang
diharapkan.
2.1.3. Manfaat Pengembangan Keprofesian Berkelan-
jutan
Manfaat kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan yang dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis
adalah sebagai berikut:
a. Bagi peserta didik
Peserta didik memperoleh jaminan pelayanan pendi-
dikan yang profesional dan berkualitas serta peng-
alaman belajar yang efektif.
b. Bagi guru
Guru dapat memenuhi standar dan mengembangkan
kompetensinya, sehingga mampu menghadapi peru-
bahan baik internal maupun eksternal dalam
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik
menghadapi kehidupannya di masa yang akan
datang. Juga menurut Hustler pengembangan profesi
12
dapat memperbarui pengetahuan dan keterampilan
demi pengembangan diri mereka maupun demi siswa
yang dilayani (Payong,M.,2011:47).
c. Bagi sekolah/madrasah
Sekolah/madrasah mampu memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik.
d. Bagi orang tua siswa dan masyarakat
Orang tua siswa dan masyarakat memperoleh
jaminan bahwa putra-putri mereka mendapatkan
pelayanan pendidikan yang berkualitas dan
pengalaman belajar yang efektif.
e. Bagi pemerintah
Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa la-
yanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah/ma-
drasah berkualitas dan profesional.
Menurut Hustler (Payong,M.,2011:47), kegiatan pe-
ngembangan keprofesian berkelanjutan akan dapat mem-
berikan manfaat besar, “jika dilaksanakan secara ter-
struktur dan terfokus serta terkait langsung dengan rencana
pengembangan sekolah dan disajikan oleh para ahli atau
praktisi dengan memberikan peluang bagi para guru untuk
bekerja secara kolaboratif dan terlibat secara aktif‟. Oleh
karena itu alangkah baiknya kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan ini direncanakan sejalan dengan
rencana pengembangan sekolah, dilaksanakan bersama-
sama para guru, dan perlu adanya kerja sama dengan para
ahli/praktisi misalnya dari Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan atau perguruan tinggi yang berpengalaman.
13
2.1.4. Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelan-
jutan
Yang menjadi sasaran kegiatan pengembangan keprofe-
sian berkelanjutan adalah semua guru pada satuan pendi-
dikan yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, dan/atau kementerian
lain, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
2.1.5. Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelan-
jutan
Pengembangan keprofesian berkelanjutan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan guru. Pelaksanaannya didasar-
kan pada unsur-unsur, prinsip pelaksanaan, dan lingkup
pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan.
1. Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009, unsur kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan meliputi pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan karya inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan suatu kegiatan yang
berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru agar
memiliki kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau kebijakan tentang pendidikan nasional serta
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni.
14
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat
fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru.
Terkait dengan kegiatan diklat fungsional, Peraturan Pe-
merintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil pasal 8 (ayat 1)
menyatakan bahwa: diklat dalam jabatan dilaksanakan
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap Pegawai Negeri Sipil agar dapat melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-
baiknya. Pada pasal yang sama (ayat 2), dinyatakan
juga bahwa diklat dalam jabatan terdiri dari diklat
kepemimpinan, diklat fungsional, dan diklat teknis.
Selanjutnya pasal 11 (ayat 1) menyatakan bahwa diklat
fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing. Pegawai Negeri Sipil yang
dimaksud di sini termasuk guru.
Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Pen-
didikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 menyatakan
bahwa: diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam
mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam
kurun waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif guru
adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan
ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan
guru baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah (seperti
Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran-
/Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan ber-
tujuan untuk meningkatkan keprofesian guru.
15
Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara
lain:
1) Lokakarya atau kegiatan bersama (Kelompok Kerja
Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musya-
warah Guru Bimbingan dan Konseling, Kelompok
Kerja Kepala Sekolah dan Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah) untuk menyusun dan/atau mengembangkan
perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/-
atau media pembelajaran;
2) Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, kolo-
qium, lokakarya, bimbingan teknis, dan/atau diskusi
panel), baik sebagai pembahas maupun peserta;
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan
dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat
fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain:
(1) perencanaan pendidikan dan program kerja; (2) pengem-
bangan kurikulum, penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan pengembangan bahan ajar; (3) pengem-
bangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan
hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) pening-
katan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan
teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9)
pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya;
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan di sekolah
sesuai kebutuhan guru dan sekolah, serta dikoordinasikan
oleh koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan.
16
Bukti pelaksanaan kegiatan pengembangan diri yang dapat
dinilai, antara lain:
1) Diklat fungsional yang harus dibuktikan dengan
surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil
pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah.
2) Kegiatan kolektif guru yang harus dibuktikan
dengan surat keterangan dan laporan deskripsi hasil
kegiatan yang disahkan oleh kepala sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
kepala sekolah, maka laporan dan bukti fisik pelak-
sanaan pengembangan diri harus disahkan oleh ke-
pala dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi.
Guru yang telah mengikuti diklat fungsional dan/atau
kegiatan kolektif guru berkewajiban mendiseminasikan
hasil yang didapat dari diklat tersebut kepada rekan guru
lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk
kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan
kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mem-
percepat proses kemajuan dan pengembangan sekolah seca-
ra komprehensif. Guru yang mendiseminasikan hasil diklat
fungsional dan/atau kegiatan kolektif akan memperoleh
penghargaan berupa angka kredit sesuai perannya sebagai
pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan kepada masyarakat, baik masyarakat
pendidikan maupun masyarakat umum sebagai bentuk
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pem-
belajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan
17
secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok,
yaitu:
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru ber-
tindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber
pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi
ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat seko-
lah, Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata
Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan Konseling,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun inter-
nasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan
ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa
karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah
di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan
ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang
pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam
jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan
dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen
karya ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disim-
pan di perpustakaan sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus disah-
kan oleh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota
setempat.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan-
/atau pedoman guru. Buku tersebut dapat berupa
buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun
buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per
semester, buku dengan tema pendidikan, karya
terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku tersebut
harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru
18
bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan
pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas
pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan
tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
c. Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengem-
bangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia
pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif dapat
berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan-
/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan-
/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyu-
sunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
provinsi maupun nasional.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
mencakup ketiga unsur tersebut harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, agar guru selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya, tidak sekedar pemenuhan angka kredit.
Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru
diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib
melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan.
19
2.1.6. Prinsip Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
Sebagai langkah awal pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesionalisme guru, dilakukan pemetaan
profil kinerja guru dengan menggunakan instrumen
evaluasi diri pada awal tahun pelajaran. Hasil evaluasi diri
ini digunakan sebagai acuan dalam merencanakan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang akan
dilaksanakan sepanjang tahun pelajaran. Pelaksanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan dilakukan ter-
hadap guru yang telah maupun belum mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan dalam undang-undang.
Setiap akhir tahun pelajaran, dilakukan penilaian
kinerja guru, hasilnya merupakan gambaran peningkatan
kompetensi yang diperoleh guru setelah melaksanakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan pada tahun
berjalan dan digunakan sebagai dasar penetapan angka
kredit. Hasil penilaian kinerja guru tahun sebelumnya
dilengkapi hasil evaluasi diri tahun berjalan, selanjutnya
digunakan sebagai acuan perencanaan pengembangan
keprofesian berkelanjutan untuk tahun berikutnya.
Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan merupakan dua kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan. Keterkaitan antara pengembangan keprofesian
berkelanjutan, penilaian kinerja guru, dan pengembangan
karir guru ditunjukkan melalui alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru pada Gambar 2.3.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang didasarkan pada hasil penilaian kinerja
guru dan hasil evaluasi diri dengan urutan prioritas
kegiatan yang harus dipenuhi sebagai berikut:
20
Gambar 2.2 Alur Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru
a. Pencapaian kompetensi yang diidentifikasikan di
bawah standar kompetensi inti berdasarkan hasil
penilaian kinerja guru.
b. Peningkatan kompetensi yang dibutuhkan sekolah
untuk menyesuaikan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sosial, dan budaya
berdasarkan Laporan Evaluasi Diri Sekolah dan-
/atau Rencana Tahunan Pengembangan Sekolah.
c. Kompetensi yang diperlukan oleh guru untuk
melaksanakan tugas-tugas tambahan, misalnya
sebagai kepala laboratorium, kepala bengkel,
kepala perpustakaan, wakil kepala sekolah, dan
kepala sekolah.
GURU
PROFESIONAL
Evaluasi Diri (awal
semester)
PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN
Penilaian Kinerja Guru
(akhir semester berikutnya)
Kecukupan
Angka
Kredit
Pengembangan Karir
Tidak
Ya
21
d. Peningkatan kompetensi yang diminati oleh
guru untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
pengembangan karirnya.
Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut pada
akhirnya bukan hanya bertujuan untuk peningkatan kepro-
fesian guru dalam menunjang layanan pendidikan bermutu
tetapi juga berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk
menunjang pengembangan karir guru.
Agar pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka pelak-
sanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus
menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari
yang berorientasi kepada keberhasilan peserta didik.
Cakupan materi untuk kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan harus kaya materi aka-
demik, metode pembelajaran, penelitian pendidikan
terkini, teknologi dan/atau seni, serta berbasis
pada data dan hasil pekerjaan peserta didik sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Setiap guru berhak mendapat kesempatan dan wajib
mengembangkan diri secara teratur, sistematis,
dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pengem-
bangan profesinya.
c. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap
guru untuk mengikuti program pengembangan kepro-
fesian berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Refor-
masi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Untuk meng-
22
hindari kemungkinan pengalokasian kesempatan
pengembangan yang tidak merata, maka proses
perencanaan program pengembangan keprofesian ber-
kelanjutan harus dimulai dari sekolah.
d. Guru yang tidak memperlihatkan peningkatan kompe-
tensi setelah diberi kesempatan untuk mengikuti pro-
gram pengembangan keprofesian berkelanjutan, di-
mungkinkan diberikan sangsi sesuai dengan pera-
turan yang berlaku. Sangsi tersebut tidak berlaku
bagi guru, jika sekolah tidak dapat memenuhi
kebutuhan guru untuk melaksanakan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan.
e. Guru harus terlibat secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan sebagai salah satu sumber infor-
masi kegiatan monitoring dan evaluasi program
pengembangan keprofesian berkelanjutan, sehingga
terjadi perubahan pada dirinya yang berkontribusi
pada peningkatan kualitas layanan pendidikan di
sekolah.
f. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus
berkontribusi dalam mewujudkan visi, misi, dan nilai-
nilai yang berlaku di sekolah dan/atau
kabupaten/kota. Oleh karena itu, kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan harus menjadi
bagian integral dari rencana pengembangan sekolah
dan/atau kabupaten/kota dalam melaksanakan
peningkatan mutu pendidikan.
g. Sedapat mungkin kegiatan pengembangan keprofesi-
an berkelanjutan dilaksanakan di sekolah, atau
Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pela-
jaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling
23
bersama-sama dengan sekolah lain, sehingga
mengurangi dampak negatif pada layanan pendidikan,
karena guru meninggalkan sekolah.
h. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus da-
pat mewujudkan guru yang lebih profesional sehingga
mendorong pengakuan profesi guru sebagai lapangan
pekerjaan bermartabat dan bermakna bagi masya-
rakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
i. Pengembangan keprofesian berkelanjutan diharapkan
dapat mendukung pengembangan karir guru yang
lebih obyektif, transparan, dan akuntabel.
2.1.7. Lingkup Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ke-
profesian Berkelanjutan
Lingkup pelaksanaan kegiatan pengembangan kepro-
fesian berkelanjutan ditunjukkan dalam Gambar 2.3.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan da-
pat dilakukan di internal sekolah, eksternal/antar sekolah
maupun melibatkan kepakaran lain yang dimungkinkan
untuk dilakukan melalui jaringan virtual. P
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan un-
tuk pengembangan diri dapat dilakukan di dalam seko lah
secara mandiri atau bersama-sama, dan dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Dilakukan oleh guru secara mandiri, dengan program
kegiatan antara lain:
1) mengembangkan kurikulum yang mencakup topik-
topik aktual berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan peserta didik;
24
2) merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran ber-
variasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik;
Gambar 2.3. Lingkup pelaksanaan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan
3) mengevaluasi dan menganalisis hasil belajar
peserta didik yang dapat menggambarkan kemam-
puan peserta didik secara nyata;
4) menganalisis dan mengembangkan model pembe-
lajaran berdasarkan umpan balik yang diperoleh
dari peserta didik;
5) melakukan refleksi terhadap kegiatan pembela-
jaran yang dilakukan sehari-hari sebagai bahan
untuk pengembangan pembelajaran;
KEPAKARAN LUAR LAIN
JARINGAN SEKOLAH
DALAM SEKOLAH
• Program Induksi
• Monitoring
• Pembinaan
• Observasi pembelajaran
• Kemitraan pembelajaran
• Berbagi pengalaman
• KKG/MGMP/MGBK
• KKKS/MKKS
• KKPS
• MKPS
• Jaringan virtual
• PPPP-TK
• LPMP
• LPTK
• Asosiasi Profesi
25
6) mengkaji artikel dan/atau buku yang berkaitan
dengan bidang pendidikan dan profesi guru untuk
membantu upaya pengembangan pembelajaran;
7) melakukan penelitian mandiri (Penelitian Tin-
dakan Kelas) dan menuliskannya menjadi bahan
publikasi ilmiah;
8) kegiatan lain terkait dengan pengembangan kepro-
fesian guru.
b. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain
dalam satu sekolah dengan program kegiatan antara
lain:
1) mengobservasi kegiatan pembelajaran sesama
guru dan memberikan saran untuk perbaikan
pembelajaran;
2) melakukan identifikasi, investigasi, dan pemba-
hasan terhadap permasalahan yang dihadapi di
kelas/sekolah;
3) menulis modul, buku panduan, atau lembar
kerja peserta didik;
4) membaca dan mengkaji artikel dan/atau buku
yang berkaitan dengan bidang dan profesi
untuk membantu pengembangan pembelajaran;
5) mengembangkan kurikulum dan persiapan
mengajar dengan memanfaatkan teknologi infor-
masi dan komunikasi;
6) melaksanakan pembimbingan pada program
induksi bagi guru pemula;
7) melakukan penelitian bersama dan menuliskan
hasil penelitian tersebut;
26
8) kegiatan lain terkait dengan pengembangan kepro-
fesian guru.
c. Dilakukan oleh guru melalui jaringan sekolah.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu
rayon (kelompok kerja/musyawarah kerja guru), antar
rayon dalam kabupaten/kota tertentu, antar provinsi,
bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama se-
kolah antar negara serta kerjasama sekolah dan
industri, baik secara langsung maupun melalui tek-
nologi informasi. Kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan melalui jaringan antara lain:
1) kegiatan Kelompok Kerja Guru/Musyawarah
Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bim-
bingan dan Konseling;
2) pelatihan/seminar/lokakarya;
3) kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, dan in-
dustri;
4) mengundang narasumber dari sekolah lain, ko-
mite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, aso-
siasi profesi, atau dari instansi/institusi yang
relevan.
Untuk menetapkan pelaksanaan pengembangan kepro-
fesian berkelanjutan di sekolah, melalui jaringan sekolah,
atau kepakaran lain, kepala sekolah perlu memperhatikan
beberapa hal antara lain:
27
a. tidak merugikan kepentingan belajar peserta didik;
b. sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesio-
nalisme guru dan peningkatan mutu sekolah;
c. kelayakan pelaksanaan program pengembangan ke-
profesian berkelanjutan ditinjau dari segi keter-
sediaan sumber daya manusia, biaya, dan waktu.
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pen-
didikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan 2012:8-21).
Karena kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan ini memberikan banyak manfaat bagi peserta didik,
guru, sekolah/madrasah, orang tua dan masyarakat serta
pemerintah, dan bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga seyogyanya para guru melaksanakan
kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.
2.2. Model Evaluasi Berbasis Tujuan
Model Evaluasi Berbasis Tujuan yang dalam Bahasa
Inggris disebut Goal Based Evaluation Model atau Ob-
jective-Oriented Approach Model merupakan model evaluasi
yang dikembangkan oleh Ralph W. Tyler. Menurut Tyler
(Wirawan, 2012:80-81) evaluasi merupakan proses
menentukan sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan
sesungguhnya dapat dicapai. Menururt Nurdin (upi.edu),
“model Objective-Oriented Approach (pendekatan penilaian
berorientasi tujuan) adalah pendekatan dalam melakukan
evaluasi program yang menitikberatkan pada penilaian
ketercapaian tujuan”. Sehingga secara sederhana model
evaluasi berbasis tujuan dapat didefinisikan sebagai mo-
28
del penilaian suatu program berdasarkan pada keter-
capaian tujuan program tersebut.
Model evaluasi berbasis tujuan ini secara umum
mengukur apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan,
program atau proyek dapat dicapai atau tidak. Model
evaluasi ini memfokuskan pada pengumpulan informasi
yang bertujuan untuk mengukur pencapaian tujuan kebi-
jakan, program, dan proyek untuk pertanggungjawaban
dan pengambilan keputusan.
Menurut Nurdin, pendekatan penilaian berbasis
tujuan yang dikemukakan Tyler ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan secara jelas
2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan tersebut 3) Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilah perilaku
terukur
4) Menemukan situasi di mana prestasi atau tujuan
dapat diperlihatkan
5) Mengembangkan atau memilih teknik-teknik pengu-kuran
6) Mengumpulkan data
7) Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan
yang dinyatakan dalam perilaku terukur (upi.edu)
2.3. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan tesis ini adalah
1. Faktor-faktor Penghambat Penulisan Karya Tulis Il-
miah Dalam Pengembangan Keprofesian Berke-
lanjutan Guru Sekolah Dasar Negeri Lempuyang-
wangi Yogyakarta, yang ditulis oleh Rahma Titi
Larasati tahun 2014 dan dipublikasikan di eJournal
Universitas Negeri Yogyakarta. Dari penelitian terse-
but diperoleh hasil terdapat faktor-faktor yang
29
menghambat penulisan karya tulis ilmiah sebagai
pengembangan keprofesian guru Sekolah Dasar
Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta. Faktor peng-
hambat penulisan karya tulis ilmiah dalam peng-
embangan keprofesian berkelanjutan berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan yang pertama
berupa keterbatasan waktu sebesar 41%. Faktor
penghambat kedua berupa kurang berkembangnya
ide/gagasan memiliki persentase sebesar 25%.
Faktor ketiga berupa terbatasnya wawasan mengenai
pengembangan keprofesian berkelanjutan dan faktor
penghambat keempat berupa rendahnya motivasi
guru sama-sama sebesar 17%.
Adapun alasan munculnya faktor yang pertama beru-
pa tebatasnya waktu guru, karena beban mengajar
yang padat, tuntutan administratif, dan kesibukan
pribadi. Alasan munculnya faktor yang kedua yakni
tidak berkembangnya ide/gagasan karya tulis ilmiah
guru, karena karena guru tidak memiliki pembimbing
untuk menulis karya tulis ilmiah, dan guru kesulitan
mencari referensi berkaitan dengan ide/gagasan karya
tulis ilmiah yang hendak ditulisnya. Alasan
munculnya faktor penghambat yang ketiga yakni
faktor terbatasnya wawasan tentang pengembangan
keprofesian berkelanjutan, karena sosialisasi akan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
dilakukan pihak terkait belum optimal. Alasan
munculnya faktor penghambat yang keempat yakni
faktor rendahnya motivasi, karena usia dan belum
adanya pihak yang menginisisasi para guru untuk
menulis karya tulis ilmiah terutama dari sekolah.
30
Dengan penelitian tersebut maka sebaiknya:
a. Guru perlu memiliki kesadaran untuk senan-
tiasa mengembangkan diri, dalam hal ini aktif
menulis karya tulis ilmiah dengan me-manage
waktu sebaik-baiknya di samping melaksanakan
kewajiban lain.
b. Sekolah perlu menyediakan buku-buku referensi
demi mendukung sarana pengembangan guru
dan menjalin kerjasama dengan pihak luar
untuk mengadakan pelatihan dan pembim-
bingan penulisan karya tulis ilmiah.
c. Sekolah perlu mengupayakan pemahaman yang
lebih terperinci akan wawasan PKB guru dengan
mengadakan kerjasama dengan Dinas Pendi-
dikan atau instansi terkait (Larasati, 2014).
Dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan
penelitian yang dilakukan oleh Larasati mempunyai
kesamaan, yaitu sama-sama meneliti tentang kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Namun
bedanya kalau yang dilakukan oleh Larasati meneliti
khusus tentang faktor-faktor penghambat penulisan
karya ilmiah, sedangkan yang penulis lakukan
meneliti kegiatan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan secara keseluruhan.
2. Kontribusi Supervisi Klinis, Pengembangan Kepro-
fesian Berkelanjutan (PKB), dan Promosi Kepang-
katan Terhadap Motivasi Kerja Guru SMP Di
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Penelitian ini
dilakukan oleh I Kadek Agus Mahardika, Anak
Agung Gede Agung, I Nyoman Natajaya. Penelitian
31
ini bertujuan untuk mengetahui, (1) kontribusi
supervisi klinis terhadap motivasi kerja guru SMP di
Kecamatan Petang, (2) kontribusi pengembangan
keprofesian berkelanjutan terhadap motivasi kerja
guru SMP di Kecamatan Petang, (3) kontribusi
promosi kepangkatan terhadap motivasi kerja guru
SMP di Kecamatan Petang, dan (4) kontibusi secara
bersama-sama supervisi klinis, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, dan promosi kepang-
katan, terhadap motivasi kerja guru SMP di Kecamatan
Petang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dila-
kukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
ex-post facto dengan analisis regresi ganda. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Menurut penelitian ini, pertama: telah ditemukan
bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara
supervisi klinis terhadap motivasi kerja guru SMP di
Kecamatan Petang. Itu berarti bahwa baik buruknya
motivasi kerja guru ditentukan oleh supervisi klinis.
Bertitik tolak dari temuan tersebut disarankan
kepada pengelola SMP di Kecamatan Petang bahwa,
perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepri-
badian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk
mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru
yang meliputi antara lain: a) keterampilan mengamati
dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran
secara analitis, b) keterampilan menganalisis proses
pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti
pengamatan yang jelas dan tepat, c) keterampilan
dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta
pencobaannya, dan d) keterampilan dalam mengajar.
32
Kedua: pengembangan keprofesian berkelanjutan ber-
kontribusi terhadap motivasi kerja guru. Itu berarti
bahwa peningkatan motivasi kerja guru sangat diten-
tukan oleh komitmen guru itu sendiri. Bertitik tolak
pada temuan tersebut disarankan kepada ; (1)
seluruh guru SMP di Kecamatan Petang agar
menumbuhkan kesadaran pada diri masing-masing
atas tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
dengan pelaksanaan tugas hendaknya berdasarkan
komitmen, bukan semata-mata didasari oleh faktor
finansial. (2) bagi Kepala SMP di Kecamatan Petang
hendaknya melakukan Kegiatan PKB di sekolah
melalui jaringan yang ada dapat berupa: 1) kegiatan
KKG/MGMP; (2) pelatihan/seminar/lokakarya sehari
atau lebih; (3) kunjungan ke sekolah lain, dunia
usaha dan industri, dsb; (4) mengundang nara
sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas
pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau instansi
lain yang relevan.
Ketiga: telah ditemukan bahwa Promosi Kepangkatan
berkontibusi terhadap Motivasi Kerja Guru. Beranjak
dari temuan tersebut disarankan kepada Kepala
Disdikpora Kabupaten Badung agar selalu mem-
berikan pembinaan serta memperhatikan kondisi
guru melalui pemenuhan kebutuhan guru yang
meliputi pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, rasa
aman, dicintai, dihargai, dan kesempatan mengaktu-
alisasikan diri (Mahardika, et al).
Hasil penelitian yang relevan dengan tesis ini adalah
hasil kedua dan keempat, di mana pengembangan ke-
profesian berkelanjutan memberikan kontribusi yang
33
signifikan terhadap motivasi kerja guru SMP di
Kecamatan Petang. Sehingga pentingnya diselengga-
rakan kegiatan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan salah satunya juga untuk meningkatkan
motivasi kerja guru. Apabila motivasi kerja guru
meningkat maka guru akan dapat melaksanakan tu-
gasnya dengan baik. Dengan demikian tujuan pendi-
dikan akan tercapai, bahkan akan mampu mening-
katkan mutu pendidikan.
Dibandingkan dengan penelitian penulis, penelitian
ini sama-sama meneliti tentang kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan. hanya bedanya
Mahardika, dkk meneliti pengaruh pengembangan
keprofesian berkelanjutan terhadap motivasi kerja
guru Sekolah Menengah Pertama, sedangkan yang
penulis teliti adalah program/kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan pada guru Sekolah
Dasar
3. Pendampingan Pengembangan Keprofesian Berkelan-
jutan (Continuing Professional Development) Bagi Guru
Sekolah Dasar Kecamatan Deli Tua yang dilakukan
oleh Halimatussakdiah, Nurmayani, dan Laurensia
Masri Pa. Penelitian ini mengidentifikasi 38 orang
guru SD di SD Negeri 101799 Deli Tua dan SD Negeri
101800 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang
dan menemukan permasalahan guru sulit dalam
melaksanakan kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan. Solusi yang dilakukan oleh tim
pengabdian masyarakat Universitas Negeri Medan
yaitu pendampingan dalam bentuk workshop, lesson
34
study, focuss group discussion (FGD), praktik per-
baikan pembelajaran di kelas, dan penyusunan
laporan perbaikan pembelajaran dalam bentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Target kegiatan ini
meningkatkan kompetensi mitra dalam melakukan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Selanjutnya produk kegiatan PKB ini adalah sebagai
berikut : (1) Adanya video perbaikan pembelajaran
guru di kelas, (2) Adanya produk berupa laporan
penelitian tindakan kelas dan jurnal ilmiah.
Selanjutnya, hasil capaian indikator kinerja yaitu:
Ada kemauan guru dalam perbaikan praktik
pembelajaran di kelas berdasarkan evaluasi video
pembelajarannya (60%), sudah ada guru yang
menyelesaikan PTK (40%) dan sudah ada judul artikel
ilmiah guru yang terbit pada School Education Journal
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Volume 3 No.2 Juni 2015 (40%). Sehingga diperoleh
kesimpulan pendampingan yang dilakukan oleh tim
dosen Universitas Negeri Medan dapat meningkatkan
kemampuan guru SD Negeri 101799 Deli Tua dan SD
Negeri 101800 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang dalam melaksanakan Kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan. Menurut penelitian ini :
a. Perlu dilakukan kegiatan bagi guru-guru yang
berhubungan dengan kebutuhan mereka dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, seperti:
model pembelajaran dan PTK serta pelatihan
ICT.
b. Kegiatan seperti ini juga perlu dilakukan di
daerah-daerah lain karena masih banyak guru-
35
guru yang belum mampu membuat PTK
sehingga mereka tidak bisa untuk naik pangkat.
Dibandingkan dengan yang penulis lakukan
penelitian ini sama-sama meneliti kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan bagi guru Sekolah
Dasar, hanya bedanya Halimatussakdiah, Nurma-
yani, dan Laurensia Masri Pa sudah mengidentifikasi
adanya kesulitan para guru SD di SD Negeri 101799
dan SD Negeri 101800 Kecamatan Deli Tua
Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan kegi-
atan pengembangan keprofesian berkelanjutan,
sedangkan penulis baru akan mengevaluasi pelak-
sanaan kegiatan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan di SD Negeri Ledok 07 Salatiga.
4. Penelitian yang berjudul “Teacher Motivation and
Implementation of Continuing Professional Develop-
ment Programmes in Malawi” yang dilakukan oleh
Elizabeth Selemani-Meke tahun 2013. Penelitian ini
mengeksplorasi faktor-faktor yang berdampak negatif
pada motivasi guru dalam hal pelaksanaan apa yang
mereka pelajari pada program pengembangan kepro-
fesian berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di
Dinas Pendidikan Kabupaten Zomba di Malawi dan
difokuskan pada guru sekolah dasar. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dan data
yang dikumpulkan melalui diskusi kelompok
terfokus, wawancara dan ulasan dokumen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivasi guru sangat
penting untuk keberhasilan pelaksanaan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Jika guru
36
frustasi dan memiliki moral rendah selama dan
setelah pelatihan pengembangan keprofesian berke-
lanjutan, mereka tidak dapat mengimplementasikan
apa yang mereka pelajari di pelatihan. Jadi motivasi
guru juga akan berpengaruh pada pelaksanaan kegi-
atan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kalau
guru tidak punya motivasi untuk melaksanakan kegi-
atan PKB ini maka kegiatan pembelajaran di sekolah
juga tidak akan berjalan seperti yang diharapkan,
maka mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan.
Menurut penelitian ini:
a. Pelaksana program CPD harus perlu memper-
timbangkan menaikkan tunjangan untuk makan-
an dan akomodasi yang diberikan kepada guru
selama pelatihan CPD sehingga guru termotivasi
untuk berpartisipasi penuh dalam pelatihan.
b. Pemerintah harus serius melihat masalah gaji
rendah untuk guru dan memikirkan cara
alternatif melengkapi gaji. Salah satu cara adalah
memastikan administrasi rutin dari pemberian
tujnangan bagi guru mengajar di sekolah
pedesaan.
c. Komisi Pelayanan Pengajaran (badan yang ber-
tanggung jawab untuk promosi guru) perlu
meninjau kembali prosedur promosi sebagai sis-
tem yang saat ini membuat guru frustasi dan
tidak termotivasi.
d. Selanjutnya pemerintah dan pemangku kepen-
tingan di bidang pendidikan harus melakukan
upaya untuk membangun rumah-rumah guru di
sekolah-sekolah terutama sekolah-sekolah pede-
37
saan di mana bayaran atas akomodasi yang layak
bagi guru untuk menyewa biasanya tidak tersedia.
Ini akan memastikan bahwa guru tidak
melakukan perjalanan jauh untuk pergi ke
sekolah sehingga tidak terlalu lelah dan
mendapatkan pelaksanaan yang efektif dari apa
yang mereka pelajari dari pelatihan CPD (Meke,
2013).
Dibandingkan dengan yang penulis lakukan, peneli-
tian ini memiliki kesamaan, yakni sama-sama mene-
liti pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru sekolah dasar. Yang membe-
dakan Elizabeth Selemani-Meke memfokuskan peneli-
tian pada motivasi guru terhadap pelaksanaan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan,
sedangkan penulis melakukan evaluasi secara umum
terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan ke-
profesian berkelanjutan.
5. Penelitian selanjutnya berjudul “An Evaluation of the
Impact of Continuing Professional Development on
Personal and Professional Lives” yang dilakukan
oleh Rick Davies dan Miranda Preston pada ta-
hun 2002. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan memberikan dampak positif bagi kehidu-
pan profesional guru dan memberikan dampak
beragam pada kehidupan pribadi guru. Menurut
penelitian ini alangkah baiknya diberikan
dukungan akademis dan pastoral tingkat tinggi
bagi para peserta terutama pada saat memulai
38
pelatihan setelah sekian lama mereka
menyelesaikan studi. (Davies, R., Preston, M.,
2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelan-
jutan, yang salah satunya, “meningkatkan kompe-
tensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku” (Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan 2012:5). Sehingga kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam
bentuk apapun seharusnya memberikan dampak
positif bagi kompetensi guru dan mutu pendidikan,
karena kegiatan PKB ini dirancang untuk mening-
katkan profesionalitas guru yang pada akhirnya
diharapkan akan dapat meningkatkan mutu pendi-
dikan.
Dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan
penelitian ini memiliki kesamaan yakni sama-sama
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan, namun
yang membedakan Rick Davies dan Miranda
Preston meneliti dampak kegiatan pengem-
bangan keprofesian berkelajutan terhadap
kehidupan profesional dan pribadi guru, se-
dangkan penulis meneliti pelaksanaan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan.
39
2.4. Kerangka Pikir
Peneliti pada penelitian ini ingin mengetahui kondisi
pelaksanaan program/kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan oleh Guru Kelas di SD Negeri Ledok 07
Salatiga. Dari sini peneliti mencoba mengevaluasi apakah
pelaksanaan Progam/Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan tersebut sudah sesuai dengan Pedoman
Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau
belum, sudah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berke-
lanjutan atau belum. Jika ternyata pelaksanaan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan tersebut belum
sesuai dengan pedoman dan belum mencapai tujuan peneliti
mencoba memberikan saran sebagai solusi atas belum ter-
penuhinya harapan pemerintah dalam pelaksanaan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di SD Negeri
Ledok 07 Salatiga, dengan harapan di waktu yang akan
datang pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan di sekolah ini akan lebih baik dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Pengelolaan Program Pengembangan Keprofesian Berke-
lanjutan.
Apabila disajikan dalam bagan maka kerangka pikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.
40
Gambar 2.4 Bagan kerangka pikir penelitian
Saran
Mengevaluasi apakah pelaksanaan Progam/Kegiatan PKB sudah sesuai pedoman
dan mencapai tujuan atau belum
Mengetahui kondisi pelaksanaan program/kegiatan PKB oleh Guru Kelas di SD
Negeri Ledok 07 Salatiga