bab ii konsep dasar - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files//disk1/13/jtptunimus... ·...

27
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian 1. Terdapat berbagai devinisi menurut beberapa ahli yaitu : a. Menurut Engram (1998) hepatitis adalah inflamasi akut pada hepar, ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitis virus lebih sering ditemukan. b. Menurut Reeves (2001) hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel. c. Menurut Carpenito (1999) hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus yang berbeda. Berdasarkan berbagai devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, virus yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel. 2. Klasifikasi hepatitis Menurut Charlene J. Reeves (2001) terdapat berbagai hepatitis diantaranya sebagai berikut : a. Hepatiis A (HAV: hepatiis infeksi). HAV disebabkan kontaminasi fecal oral, yang umumnya melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Agen pembawa sangat menular sebelum kemunculan tanda dan gejala, khususnya penyakit kuning. Pemberian “intramucular immuneglobulin” (gamma globulin) pada individu yang terserang dapat menurunkan keparahan dari sakitnya individu 6

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    1. Terdapat berbagai devinisi menurut beberapa ahli yaitu :

    a. Menurut Engram (1998) hepatitis adalah inflamasi akut pada hepar, ini dapat

    disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitis virus lebih sering

    ditemukan.

    b. Menurut Reeves (2001) hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati

    yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.

    c. Menurut Carpenito (1999) hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan

    oleh salah satu dari lima agen virus yang berbeda.

    Berdasarkan berbagai devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit

    hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh bakteri atau cidera

    toksik, virus yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.

    2. Klasifikasi hepatitis

    Menurut Charlene J. Reeves (2001) terdapat berbagai hepatitis diantaranya

    sebagai berikut :

    a. Hepatiis A (HAV: hepatiis infeksi). HAV disebabkan kontaminasi fecal oral,

    yang umumnya melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Agen pembawa

    sangat menular sebelum kemunculan tanda dan gejala, khususnya penyakit

    kuning. Pemberian “intramucular immuneglobulin” (gamma globulin) pada

    individu yang terserang dapat menurunkan keparahan dari sakitnya individu

    6

  • yang pindah kedaerah beresiko tinggi harus diimunisasi, HAV dikaitkan

    dengan immunitas permanen setelah penyakit.

    b. Hepatiis B (HBV; serum hepatiis), HBV disebarkan melalui suntikan

    percutaneus oleh “pertocaneous inoculation” yang disebabkan instrumen atau

    jarum yang terkontaminasi, kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi

    hepatitis B surface antigen (HBsAg) (misalnya, selama kontak seksual), dan

    lintas-transmisi virus antara bayi dan ibu yang terjadi dalam rahim, pada

    kelahiran, atau selama periode paska kelahiran Host / orang terinfeksi

    mungkin merupakan pembawa yang tak menunjukkan gejala. Pemeriksaan

    laborat mengidentifikasikan virus dengan adanya HBsAg (Antigen Australi).

    Semua unit donor darah harus disaring untuk mengetahui adanya HBsAg dan

    individu beresiko tinggi diminta tidak mendonorkan darah. Profilaksis setelah

    terpapar dapat menggunakan HBIG (immunoglobin hepatitis B), yang

    memberikan kekebalan temporer, HBV merupakan resiko pekerjaan bagi

    petugas kesehatan, pasien yang membutuhkan darah dan tindakan pencegahan

    cairan tubuh pada semua pasien dan pelaksanaan imunisasi HBV.

    Satu-satunya harapan nyata melawan epidemik HBV adalah melalui

    imunisasi. Vaksin HBV memiliki proteksi jangka panjang. Agar efektif,

    vaksin ini diberikan dalam tiga kali injeksi pada 1,2 dan 6 bulan. Selain

    itu titer harus dicek 1 – 2 bulan setelah penyuntikanseri ke – 3. pada sebagian

    individu yang ternyata ber-titer rendah maka diperlukan booster tambahan

    (injeksi ke-4) untuk mendapatkan proteksi. Imunisasi HBV secara umum

  • diberikan pada bayi dan selama masa pertumbuhan direkomendasikan untuk

    mencegah transmisi kelahiran perinatal dan melawan epidemik HBV.

    c. Hepatitis C (HCV; non – A, non – B). HCV disebarkan secara parenteral,

    khususnya tranfusi darah yang terkontaminasi (sebelum 1990), para pecandu

    obat-obatan yang menggunakan jarum terkontaminasi, dan melalui kontak

    cairan tubuh misalnya kontak seksual. Penyakit ini didiagnos dengan

    keberadaan antibody HCV.

    d. Hepatitis D (HDV; delta hepatitis). HDV disebarkan dengan cara sama seperti

    HBV maupun super infeksi pada pembawa HBV. Hepatiis ini didiagnosa

    dengan mengidentifikasi antibody terhadap HDV dan menentukan keberadaan

    antigen hepatitis D (HDAg).

    e. Hepatitis E (HEV). HEV terjadi melui transmisi oral – fekal. Presentase

    klinisnya sama denga HAV. HEV didiagnosa dengan menentukan keberadaan

    antibody terhadap HEV (anti – HEV).

    f. Hepatitis yang disebabkan racun dan obat. Hepatitis ini dapat disebabkan

    berbagai kadar obat-obatan beracun, alkohol, toksin industri, atau racun

    pabrik.

    B. Anatomi dan Fisiologi

    1. Anatomi

  • Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi-

    fungsi tubuh. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh dan terdiri dari

    dua lobus yang terletak di kuadran atas abdomen di bawah diafragma meluas keatas

    di bawah tulang iga. Kandung empedu terletak di bawah permukaan inferior hati

    (Gbr. 1).

    Hati terbentuk dari lobus-lobus hati yang kecil (Gbr. 2). Yang terdiri dari

    lempengan-lempengan sel-sel hati. Masing-masing lempengan tersebut umumnya

    memiliki ketebalan yang terdiri dari dua lapis diantara sel-sel berjalan suatu kanalikili

    bilier. Sinusoid-sinusoid hati, yang mendapat perdarahan dari vena porta dan arteri

    hepatika, terletak pada sisi yang berseberangan dengan sel-sel hati. Setelah melewati

    sinusoid-sinusoid hati, darah dicurahkan menuju vena sentralis dan dari sini darah

    mengalir menuju vena hepatic. Sinusoid-sinusoid dibatasi oleh sel kuppter yang

    merupakan sel-sel retikuloenendotelial yang memfagosid bakteri dan produk-produk

    asing lain.

    Hati memiliki susunan yang ideal untuk menerima suplai darah dalam jumlah

    besar untuk melaksanakan berbagai macam fungsinya, seperti berperan dalam

    metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, metabolisme bilirubin, dan

    detoksifikasi.

  • 2. Fisiologi

    1. Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan lemak.

  • Hati mempunyai peran utama dalam metabolisme tiga nutrisi utama. Melalui

    berbagai macam aktifitas enzimmatik, hati dapat mengoksidasi karbohidrat,

    protein, dan lemak untuk mendapatkan energi atau menggunakan nutrisi-nutrisi

    ini untuk menghasilkan suatu senyawa yang dapat disimpan untuk digunakan

    pada masas yang akan datang atau membuat senyawa-senyawa yang dibutuhkan.

    2. Fungsi hati dapat dilihat pada tabel 1

    Tabel 1

    Peranan hati dalam Metabolisme

    Metabolisme Karbohidrat Glikogenolisis : Memecah glikogen menjadi glukosa Metabolisme Galaktosa : Mensintesa glukosa dari asam amino atau gliserol Metabolisme galaktosa

    Metabolisme Protein Sintesa albumin, globilin, faktor-faktor pembekuan (fibrinogen, protombin) produksi urea hasil deaminasi protein.

    Metabolisme Lemak Menghasilkan fosfolisid, lipprotein, kolesterol. Pembentukan benda-benda keton

    3. Metabolisme Bilirubin

    Bilirubin adalah suatu produk sampingan dari bagian heme sel-sel darah merah

    yang dilepaskan ketika sel-sel darah mengalami kehancuran. Pada saat tersebut

    bilirubin tidak dapat larut dalam air (unconjugated) dan terdapat dalam darah

    berikatan dalam protein. Hati bertanggung jawab untuk menangkap bilirubin

    unconjugated ini, untuk mengkonjugasikannya ke dalam bentuk yang larut dalam

    air, dan untuk mensekresi bilirubin conjugated ke dalam duodenum dan dipecah

    oleh bakteri menjadi urobbilinogen. Sehingga urobbilinogen dieksresikan bersama

  • feses, sehingga feses berwarna coklat. Sebagian lainnya dieliminasi dalam urin

    dan sebagian sisanya kembali menuju hati dan diubah kembali menjadi bilirubin.

    4. Detoksifikasi

    Menurut long (1996) hati memiliki peranan utama dalam detoksifikasi baik

    substansi-substansi eksogen maupun substansi-substansi endogen. Hati

    mempunyai peran yang besar dalam detoksifikasi beberapa obat. Semua obat

    barbiturat (kecuali Phenobarbital dan barbital) dan beberapa obat sedativa

    diinaktifkan. Hati memerankan peranan yang penting dalam efektifitas atau

    toksisitas obat-obat ini dan obat-obat lainnya. Hati juga mendetoksikasi

    kortikosteroid aldoteron dan estrogen.

    5. Absorbsi Vitamin

    Menurut Brunner & Sudarth (2002) penurunan produksi beberapa faktor

    pembekuan secara parsial dapat disebabkan oleh berkurangnya penyerapan

    vitamin Kdari traktus gastrointestinal. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh

    ketidak mampuan sel-sel hati untuk menggunakan vitamin K dalam proses

    pembuatan protombin. Penyerapan vitamin larut lemak lainnya (vitamin A, D dan

    E) di samping lemak dari makanan juga dapat terganggu karena penurunan

    sekresi garam-garam empedu ke dalam usus.

    C. Etiologi

    Penyebab hepatitis menurut Syaifoellah Noer dkk (1996) adalah :

    1. Infeksi virus

    1. Virus hepatitis A,B,C dan D.

    2. Virus lain : sitomegali, epstain, barr dan rubella.

  • 2. Penyakit hati autoimun

    3. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisetin.

    4. Kelainan genetik : penyakit Wilson, anti tripsin.

    D. Patofisiologi

    Menurut Hudak & Gallo (1996) inflamasi yang menyebar pada hepar

    (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-

    obat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobule dan unit ini

    unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi

    pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah

    normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan hepar. Setelah

    lewat masanya, sel-sel hepar menjadi rusak dibuang dari satu buah resprus sistem

    imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian

    besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar noemal. Infeksi

    virus parenkim hepar telah dikelompokkan berdasarkan agen spesifik yang

    menginfeksinya. Terdapat empat jenis hepatitis virus akut : A,B. non-A, non-B (C)

    dan delta (D).

    E. Manifestasi Klinik

    Menurut Mansjoer dkk (2000) manifestasi klinik dari hepatitis adalah :

    1. Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,

    lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri dari perut

    kanan atas, urine menjadi lebih cokelat.

  • 2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terikat

    pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tapi

    pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau

    kuing muda. Hati membesar dan nyeri tekan.

    3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja

    menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang

    dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

    F. Penatalaksanaan

    Menurut Mansjoer dkk (2000) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari istirahat, diet dan

    pengolahan medikamentosa.

    1. Istirahat pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat.

    Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan.

    Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang

    buruk

    2. Diet jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya

    diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori

    (30-35 kalori/kgbb) dengan protein cukup (1 g/kgbb). Pemberian lemak

    sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak,

    karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diet hati II

    – III.

    3. Medikamentosa

    a. Kortikostioroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin

    darah. Kortikostiroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan,

  • dimana transominase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih

    tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3x10mg selama 7 hari

    kemudian dilakukan tapering off.

    b. Berikan obat yang bersifat melindungi hati.

    c. Antibiotik tidak jelas kegunaannya.

    d. Jangan berikan anti enetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan

    fenotiazin.

    e. Viktamin K diberikan pada kasus keberadaannya perdarahan. Bila klien dalam

    keadaan prekoma atau koma hepatik.

    G. Komplikasi

    Menurut mansjoer dkk (2000) komplikasi hepatitis terdiri dari edema serebral,

    perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,

    hipoglikemia, sepsis, gelisah, koagulasi intra vaskuler diseminata, hipotensi dan

    kematian. Tanda-tanda edema serebral adalah kenaikan tekanan intrakranial dengan

    gejala dini transpirasi, hipervertilasi, heperefleksi, opistotonus, kejang-kejang,

    kelainan kedua pupil yang terakhir dengan reflek negatif terhadap cahaya. Hilangnya

    reflek okulovestibular menunjukkan prognosis total. Menurut Iin Inayah (2000)

    komplikasi dari hepatitis adalah kegagalan hati (hepatoseluler), hipertensi portal,

    asites, ensefalopati, peritonitis bakterial spontan, sindrom hepatorenal dan

    transformasi kearah kanker hati primer (hepatoma).

    H. Pengkajian Fokus

    1. Biodata

  • Menurut Tucker (1998) 70% - 80% dari sebagian pasien hepatitis adalah orang

    dengan mengkonsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus hepatitis A (HAV)

    biasanya mengenai pasien dewasa muda, serum virus B (HBV) mengenai semua

    kelompok umur, non – A, non-B, hepatitis C hanya sedikit yang diketahui

    mengenai virus ini tetapi manivestasi gejalanya menyerupai HBV.

    2. Riwayat Kesehatan

    Menurut Tucker (1998) orang dengan riwayat Gagal Jantung Kognitif (GJK),

    riwayat obstruksi bilier penyakit metabolik, riwayat penyalah gunakan obat,

    riwayat hepatitis obstruksi saluran empedu.

    3. Pengkajian pola fungsional dan pemeriksaan fisik

    a. Pengkajian pola fungsional

    Menurut Doengoes (2000) data dasar pada penyebab dan beratnya kerusakan /

    gangguan hati yang perlu dikaji.

    1) Aktivitas akan istirahat ditandai adanya gejala kelemahan, kelelahan dan

    malaise umum.

    2) Sirkulasi ditandai adanya brandikardi (hiperbilirubinemia berat) ikterik

    pada sklera, ikterik pada kulit dan mukosa.

    3) Eliminasi gejalanya adalah urin gelap, diare atau konstipasi, faeces warna

    tanah liat, adanya atau berulangnya hemodialisin.

    4) Makanan atau cairan adanya gejala hilang nafsu makan (anoreksia)

    penurunan berat badan atau meningkat (edema) mual atau muntah ditandai

    dengan adanya asites.

  • 5) Neurosensori ditendai dengan adanya peka rangsang, cenderung tidur,

    letargis, asteriksis.

    6) Nyeri atau kenyamanan gejalanya adalah kram abdomen, nyeri tekan

    pada kuadran kanan atas, mialgia, arthralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)

    tandanya otot tegang, gelisah.

    7) Pernafasan adanya gejala tidak minat atau enggan merokok (perokok).

    b. Pemeriksaan fisik

    Menurut Tucker (1998) pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen,

    nyeri tekan kuadran kanan atas, asites, pruritus, ikterik (sklera, kulit), edema

    ekstremitas, anemia, spider heavi.

    4. Data Penunjang

    Menurut Doengoes (2000) data penunjang yang perlu dikaji adalah :

    a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 x dari normal)

    b. SGOT / SGPT : awalnya meningkat, dapat meningkat 1-2 minggu sebelum

    ikterik kemudian tampak menurun.

    c. Darah lengkap : trombositopenia mungkin ada (splenomegli)

    d. Alkalifosfatase : agak meningkat kecuali ada kolestasis berat.

    e. Faeces warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).

    f. Albumin serum menurunj.

    g. Gula darah hiperglikemia transient / hipoglikemia (gangguan fungsi hati).

    h. HbSAg dapat positif (B) atau negative (A).

    i. Biopsi hati menunjukkan diagnosis dan luasnya kerusakan parenkim.

    j. Urinalisa peningkatan kadar bilirubin protein atau hematuria dapat terjadi.

  • I.

  • J. Diagnosa Keperawatan

    Menurut beberapa ahli terdapat berbagai diagnosa adalah :

    1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan xairan intra abdomen

    (asites) ditandai dengan mengeluh sesak nafas, asites, retensio cairan plasma

    albumin di rongga peritonium, penekanan diafragma.

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sekunder terhadap anoreksia,

    muntah perubahan absorbsi usus di tandai dengan enggan makan / kurang minat

    terhadap makanan. Gangguan sensasi pengecap, nyeri abdomen / kram,

    penurunan berat badan, tonus otot buruk.

  • 3. Kurangnya volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan tubuh yang

    berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare ditandai dengan turgor

    kulity buruk, kulit kering mengkilap, uriner pekat, natrium serum di atas nilai

    normal, tekanan darah dibawah nilai dasar, mengeluh haus.

    4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar di tandai

    dengan mengeluh nyeri tekan pada kuadran kanan atas.

    5. Kurangnya volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan tubuh yang

    berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare

    6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan

    laporan kelemahan, ketidaknyamanan kerja, penurunan kekuatan otot, menolak

    untuk bergerak.

    7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi

    ditandai dengan pertanyaan, pernyataan yang salah konsepsi, meminta informasi,

    tidak akurat mengikuti instruksi.

    8. Harga diri, rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel / marah,

    terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan ditandai dengan pernyataan

    pola hidup, takut penolakan / reaksi orang lain, perasaan negatif terhadap tubuh,

    perasaan tak berdaya.

    9. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gatal

    sekunder terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan.

    K. Fokus Intervensi dan Rasional

  • 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra

    abdomen (asites)

    Menurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif.

    Kriteria hasil :

    a. Mempertahankan pola nafas efektif.

    b. Respiratori rate 16 – 24 x / mnt.

    c. Asites berkurang.

    Intervensi :

    a. Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan

    Rasional : pernafasan dangkal, cepat / dispnea mungkin ada

    sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi cairan dalam abdomen.

    b. Selidiki perubahan tingkat kesadaran.

    Rasional : perubahan mental dapat menunjukan hipoksemia dan gagal

    pernafasan, yang sering disertai koma hepatica.

    c. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.

    Rasional : memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada

    diafragma dan memindahkan ukuran aspirasi sekret.

    d. Ubah posisi dengan sering, dorong nafas dalam, latihan dan batuk

    Rasional : membantu ekspasi paru dan memobilisasi sekret

    e. Awasi suhu, catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan

    warna sputum.

    Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pnemonia

  • 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sekunder terhadap

    anoreksia, muntah perubahan absorbsi usus.

    Menurut Tucker (1998) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekuranagan

    nutrisi.

    Kriteria hasil :

    a. Mentoleransi diet yang dianjurkan.

    b. Mencapai berat badan, mengarah pada berat badan normal.

    Intervensi :

    a. Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi dan berikan diet buah, pantau masukan

    protein, lemak, dan karbohidrat.

    Rasional : diet buah akan menurunkan resiko distress gaster.

    b. Berikan makan dalam jumlah kecil, sering disajikan dengan menarik.

    Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelelahan yang tidak

    perlu / kebutuhan energi dari makanan banyak.

    c. Perbanyak cairan sampai 2,5 liter/hari kecuali terdapat kontraindikasi

    Rasional : mencegah dehidrasi yang dapat meningkat engan peningkatan

    kehilangan cairan tidak tampak.

    d. Kaji efektifitas / efek samping antasida dan antiemetik, hindari

    penggunaan compazine dan thorazine

    Rasional : antiemetik dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi

    pada makanan, antasida kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi /

    resiko perdarahan, steroid (compazine dan thorazine) dikontraindikasikan

  • karena meningkatkan resiko berulang / terjadinya hepatitis kronis pada

    pasien hepatitis virus.

    e. Timbang pasien setiap hari

    Rasional : mengetahui status nutrisi pasien (pasien puasa / katabolik akan

    secara normal kehilangan 0.2 – 0.5 kg/hari perubahan kelebihan 0.5 kg

    dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan).

    f. Lakukan hygiene oral pasien terutama sebelum makan

    Rasional : menghilangkan rasa tidak enak, dapat meningkatkan nafsu

    makan.

    g. Pantau glukosa darah

    Rasional : hipoglikemia / hiperglikemia dapat terjadi, memerlukan

    perubahan diet/pemberian insulin

    3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh

    yang berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan cairan.

    Kriteria hasil : output dan input seimbang, turgor normal.

    Intervensi :

    a. Pertahankan puasa bila muntah dan atau anoreksia menetap.

    Rasional : pengistirahatan gastro intestinal diperlukan untuk menurunkan

    kebutuhan pada hati dan produksi ammonia / urea gastro intestinal

    b. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dan vitamin

    Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah masalah

    koagulasi.

  • c. Kaji tanda-tanda vital.

    Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi / perfusi.

    d. Pantau warna faeces dan urine konsistensi dan frekuensi defekasi

    Rasional : pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel.

    e. Ukur output dan input tiap dua jam

    Rasional : memonitor keseimbangan cairan.

    f. Pantau daya peningkatan ikterik disorientasi muntah

    Rasional : deteksi dini terhadap gangguan fungsi hati

    4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar.

    Menurut carpenito (2000) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang / hilang.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien mengatakan rasa nyeri hilang / terkontrol.

    b. Ekspresi wajah tampak tenang.

    c. Skala nyeri 0 – 3.

    Intervensi :

    a. Monitor keluhan nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1 – 10)

    Rasional : membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan.

    b. Monitor tanda-tanda vital.

    Rasional : peningkatan frekuensi jantung dapat menyebabkan peningkatan

    nyeri / ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam dan proses

    inflamasi.

  • c. Berikan ketrampilan manajemen nyeri

    Rasional : memungkinkan pasien melakukan mekanisme efektif terhadap

    nyeri.

    d. Kolaborasi pemberian analgetik

    Rasional : mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.

    5. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh

    yang berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mendemonstrasikan

    status cairan adekuat.

    Kriteria hasil : natrium seerum dalam batas normal, membran mukosa lembab,

    haluaran urin lebih besar dari 30 ml/jam, keluhan haus berkurang, turgor kulit

    baik pengisian kapiler cepat, natrium serum dalam batas normal.

    Intervensi :

    a. Kaji masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian catat

    kehilangan melalui usus.

    Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pergantian efek

    terapi.

    b. Kaji tanda-tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit,

    membran mukosa.

    Rasional : indikator volume sirkulasi / perfusi.

    c. Atasi asites atau pembentukan edema.

    Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan di dalam jaringan.

  • d. Kolaborasi pemeriksaan nilai laboratorium (Hb/Ht, Na+albumin dan

    pembekuan.

    Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium /

    kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan edema.

    e. Kolaborasi pemberian cairan IV (biasanya glukosa) elektrolit.

    Rasional : memberikan cairan dan penggantian elektrolit.

    6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

    Menurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : setelah dilakuakn tindakan keperawatan aktivitas pasien terpenuhi.

    Kriteria hasil :

    a. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktifitas.

    b. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali aktifitas.

    Intervensi :

    a. +Tingkatkan tirah baring / duduk.

    Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan.

    b. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan

    Rasional : meningkatkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

    c. Ubah posisi dengan sering

    Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan

    pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

    d. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang

    gerak sendi pasif / aktif.

    Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktifitas.

  • e. Dorong penggunaan teknik manajemen stress

    Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.

    7. kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi

    informasi.

    Mrnurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kurang

    pengetahuan.

    Kriteria hasil :

    a. Mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

    b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala

    dengan faktor penyebab.

    c. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi dalam pengobatan.

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan / prognosis,

    kemungkinan pilihan pengobatan.

    Rasional : mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi

    dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan

    sesuai keperluan.

    b. Berikan informasi khusus tentang pencegahan / penularan penyakit.

  • Rasional : kebutuhan / rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis

    (agen penyebab) dan situasi individu.

    c. Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat

    adekuat, diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras / olah

    raga.

    Rasional : aktibvitas keras perlu dibatasi sampai hati kembali keukuran

    normal, bila pasien mulai merasa lebih baik, ia perlu memahami tentang

    pentingnya istirahat adekuat lanjutan dalam mencegah kekambuhan.

    d. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.

    Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu pasien

    menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.

    e. Dorong kesinambungan diet seimbang.

    Rasional : meningkatkan kesehatan karena meningkatkan proses

    penyembuhan / regenerasi jaringan.

    f. Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh

    masukan cairan adekuat / diet serat, aktivitas / latihan sedang sesuai

    toleransi.

    Rasional : penurunan terhadap aktivitas, perubahan pada pemasukan

    makanan / cairan dan aktivitas usus dapat mengakibatkan konstipasi.

    g. Diskusikan efek samping dan bahaya mengkonsumsi obat yang dijual

    bebas / diresepkan.

  • Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati, banyak obat lain

    dimetabolisme oleh hati dan harus dihindari pada penyakit hati berat

    karena penyebab efek kumulatif toksik / hepatiis kronis.

    h. Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi

    laborat.

    Rasional : proses hati dapat menekan kulit berbulan-bulan untuk

    membaik, bila gatal-gatal ada lebih lama dari enam bulan, biopsy hati

    diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.

    i. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama enam bulan minimum

    lebih lama kasus toleransi individu.

    Rasional : meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemilihan.

    8. Harga diri, rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel / marah,

    terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan ditandai dengan

    pernyataan pola hidup, takut penolakan / reaksi orang lain, perasaan negatif

    terhadap tubuh, perasaan tak berdaya.

    Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat mengidentifikasi

    perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negatif.

    Kriteria hasil :

    a. Menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan / kebutuhan isolasi.

  • b. Mengakui diri sebagai orang yang berguna, bertanggungjawab pada diri

    sendiri.

    Intervensi :

    a. Kontrak dengan klien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi

    perasaan / masalah.

    Rasional : penyediaan waktu, meningkatkan hubungan saling percaya,

    kesempatan, kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan

    klien untuk merasa lebih memahami situasi.

    b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol /

    praktek seksual)

    Rasional : klien merasa marah / kesal dan menyalahkan diri, perubahan dari

    orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.

    c. Diskusikan harapan penyembuhan.

    Rasional :periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari enam bulan)

    potensial stress keluarga / situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan

    dan evaluasi.

    d. Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi klien / orang terdekat.

    Rasional : masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan pada fungsi klien

    pada keluarga / penyembuhan lama.

    e. Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.

    Rasional : memampukan klien untuk menggunakan waktu pada cara

    konstruktif yang meningkatkan harga diri, meminimalkan cemas dan

    depresi.

  • f. Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru / hitam daripada

    kuning atau hijau.

    Rasional : meningkatkan penampilan

    g. Kolaborasi buat rujukan yang tepat untuk membantu sesuai kebutuhan contoh

    perencanaan pulang, pelayanan masyarakat, dan atau lembaga komunitas lain.

    Rasional : dapat memudahkan pemecahan masalah dan melibatkan individu

    untuk mengatasi situasi lebih efektif.

    9. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

    ikterik dan pruritus.

    Menurut Tucker (1998) intervensi yang dilakukan adalah :

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan integritas

    kulit.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien melaporkan penurunan pruritus atau menggaruk.

    b. Ikut serta dalam aktivitas untuk mempertahankan integritas kulit, kulit

    tubuh.

    Intervensi :

    a. Lakukan perawatan kulit secara teratur, hindari sabun dan penggunaan

    sabun yang banyak busanya.

    Rasional : mencegah kulit kering berlebih.

    b. Kaji efektifitas kolestiramin.

    Rasional : untuk mengatasi pruritus.

  • c. Lakukan gosok punggung dan ganti posisi dengan sering.

    d. Rasional : bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan iritasi

    kulit.

    e. Berikan dorongan untuk memotong kuku pendek dan gunakan sarung

    tangan.

    f. Rasional : menurunkan potensial cidera kulit.