bab ii kerangka konsep - kc.umn.ac.id
TRANSCRIPT
11
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Karya Sejenis
2.1.1 Asumsi Bersuara
Asumsi Bersuara merupakan salah satu platform digital yang
dinaungi oleh Asumsi.co yang memiliki tagline “Di Asumsi, kami
mendengar semua orang” . Asumsi Bersuara berfokus pada pembahasan
politik, current affairs, dan Pop Culture. Podcast Asumsi Bersuara awalnya
dimulai oleh Pangeran Siahaan dan Iman Sjafei dalam kanal Youtube pada
tahun 2015. Asumsi Bersuara beralih ke Spotify dengan produk podcast di
episode pertamanya saat 2 Januari 2019 dengan judul “Eps 1: Sabda Gus
Haye dan Gus Bhaga” dengan durasi 48 menit.
Gambar 2.1 Logo Asumsi Bersuara
Sumber: Anchor.fm
12
Berdasarkan informasi dari chartable.com, Asumsi Bersuara
menempati urutan ke-10 di Spotify dalam kategori podcast news and
politics di Indonesia per 30 Juni 2021. Konten dengan pembahasan politik
di Indonesia menjadi senjata utama dalam Asumsi Bersuara. Rayestu yang
menjadi podcaster Asumsi Bersuara mampu mengulik topik-topik yang
dikatakan kontroversi dengan kritis dan mendalam sehingga para
pendengarnya mendapatkan informasi yang faktual dan valid dari setiap
narasumbernya. Setiap episode Asumsi Bersuara tidak memiliki batasan
durasi dalam produksinya dan selalu menghadirkan berbagai narasumber,
seperti pengamat politik, akademis politik, bahkan tokoh politik yang
terlibat langsung dalam pemerintahan Indonesia.
Karya Asumsi Bersuara menjadi referensi penulis untuk dijadikan
acuan karena kreativitas akan topik yang diangkat mampu menarik dan
menyesuaikan isu politik yang sedang ada tanpa harus tergesa-gesa dan
tetap mengandalkan kekuatan riset dalam penyusunan pertanyaannya ketika
melakukan proses wawancaranya. Rayestu menyatakan bahwa dirinya
sangat dibantu oleh tim produksi Asumsi Bersuara untuk melakukan riset
dari setiap topik-topik yang akan dibahas dan selalu didukung untuk
mengundang narasumber-narasumber yang memiliki popularitas yang
tinggi pada politik Indonesia di salah satu konten podcast Politik Kemarin
Sore.
13
2.1.2 Pinter Politik
PinterPolitik merupakan media digital yang didirikan oleh Wim
Tangkilisan dan Stephanie Tangkilisan sejak tahun 2016 dengan tujuan
menghadirkan portal berita yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran
atau berita-berita yang memiliki nilai fakta dan data yang relevan, sehingga
mampu membuka wawasan dalam berpikir. Pinter Politik Podcast
merupakan salah satu media yang diatur oleh PinterPolitik. Podcast yang
episode pertamanya dengan durasi 13 menit dan diunggah di Spotify pada
2 Oktober 2019.
Pada episode pertama, Pinter Politik Podcast membahas tentang
sistem politik Autokrasi pada masa pemerintahan Jokowi di awal periode
keduanya. Keberanian Pinter Politik Podcast tersampaikan dalam setiap
kontennya karena keberpihakan bukan sebuah masalah, justru memihak
atau beroposisi menjadi daya tariknya dalam menyampaikan topik politik.
Oleh karena itu, Pinter Politik Podcast harus selalu menyajikan data dan
Gambar 2. 2 Logo Pinter Politik Podcast
Sumber: Open.spotify.com
14
fakta dengan ulasan yang tajam dan terpercaya agar para pendengarnya
tidak mendapatkan kesan bahwa opininya digiring.
Pembawaan dan pengambilan perspektif yang tajam, relevan, dan
santai pada konten Pinter Politik Podcast menjadi referensi penulis untuk
menentukkan sudut pandang yang kritis akan suatu isu politik yang nantinya
diproduksi. Meskipun, tidak semua konten Pinter Politik Podcast
merupakan Talkshow, penulis tetap terfokus pada konten yang bertemakan
Talkshow.
2.1.3 Politik Kemarin Sore
Politik Kemarin Sore merupakan podcast yang pembahasannya
seputar politik dengan gaya yang santai. Politik Kemarin Sore berawal dari
Kalo Kataku yang membuat konten di Youtube. Menurut Politik Kemarin
Sore, politik merupakan wilayah dimana semua keputusan-keputusan yang
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Pengemasan konten
Politik Kemarin Sore sangat menyenangkan dan terasa ringan bagi para
Sumber: Stitcher.com
Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 3 Logo Politik Kemarin Sore
15
pendengarnya karena meskipun riset datanya tidak terlalu mencolok sebagai
senjata tetapi jenaka dan lelucon yang dilontarkan antar satu podcaster
dengan podcaster lainnya sangat menghibur.
Politik Kemarin Sore resmi sebagai sebuah podcast pada 29 Oktober
2019, hingga saat ini sudah mencapai episode ke-77 pada tanggal 4 Oktober
2020. Politik Kemarin Sore berbeda dengan podcast yang membahas politik
juga karena Dany, Agoy, Faris, dan Ave sebagai podcaster lebih
mengedepankan pandangan dan pengetahuan mereka dari pemberitaan di
media-media akan politik di Indonesia. Memang terlihat kurang objektif
tapi suasananya menjadi lebih hidup karena mereka saling bertukar
informasi yang diikuti. Namun, meskipun terdapat 4 podcaster dalam satu
podcast, mereka juga sering mengundang para tokoh politik atau pengamat
politik dalam podcastnya untuk di kulik dan menjadi penguat pandangan
mereka akan politik.
Cara membangun suasana dan pengemasan konten pada Politik
Kemarin Sore menjadi referensi penulis. Suasana yang asik dan seru akan
membangun minat para pendengar untuk semakin ingin mendengarkan
informasi mereka dan memungkinkan para pendengar menganggap
perbincangannya ringan karena mampu dikemas dengan lelucon. Terbukti
menurut Chartable.com, Politik Kemarin Sore menempati posisi ke-9 dalam
katergori News and Politics Podcast.
16
2.2 Teori dan Konsep
2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan
melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian unsur-
unsur penting dalam komunikasi massa adalah komunikator, media massa,
informasi, gatekeeper, khalayak, dan umpan balik (Hadi, Wahjudianata, &
Indrayani, 2020). Komunikator dalam komunikasi masalah adalah pihak
yang mengandalkan media massa dengan teknologi komunikasi modern
sehingga dapat diakses dengan cepat oleh publik dan pihak yang menjadi
sumber informasi atau pemberitaan yang mewakili institusi formal yang
sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu (Romli K.,
2016).
Dalam prosesnya, komunikasi massa melibatkan banyak orang
sehingga bersifat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (2011), proses
komunikasi massa adalah sebagai berikut.
a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala
besar.
b. cenderung dilakukan melalui model satu arah dan asimetris,
yaitu komunikator kepada khalayak.
c. berlangsung non-pribadi dan anonym.
d. Didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan di
masyarakat.
17
2.2.2 Media Baru
Karakteristik dari media baru adalah adanya saling keterhubungan,
akses terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim
pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang
terbuka, dan sifatnya yang ada dimana – mana (Kurmia, 2005). Saat ini
dimana teknologi terus berkembang dengan pesat, muncul sosok media baru
yaitu media digital. Media digital kini telah digunakan sebagai kepentingan
sumber informasi bagi masyarakat karena kelebihannya yang mampu
menjangkau audiens dengan lebih luas dan cepat.
New media adalah suatu media yang cara penggunaannya dan cara
mengkonsumsinya tidak seperti media – media mainstream kebanyakan.
Media digital adalah salah satu bentuk dari media baru yang kini terus
merambah di kalangan masyarakat menyajikan informasi dalam format
yang beragam (Lister, Dovey, Giddings, Kelly, & Grant, 2009). Hal ini
semakin memanjakan masyarakat untuk semakin mudah mendapatkan
informasi secara lebih jelas dan terperinci dari berbagai sudut pandang.
Salah satu contoh media baru adalah podcast sebagai media baru yang
seperti radio menggunakan format audio dalam penyebaran informasi
(Fadilah, Yudhapramesti, & Aristi, 2017).
2.2.3 Karakteristik Siaran Radio
Menurut Triartanto (2010), radio memiliki karakteristik imajinatif,
auditori, akrab, dan memiliki gaya percakapan sehari-hari. Imajinatif di sini
dipandang sebagai sebuah bentuk karya dimana pendengar dapat menikmati
18
suatu cerita dengan daya persepsinya masing-masing. Hal ini dikarenakan
radio hanya memakai suara sebagai sarananya dalam menyampaikan pesan.
Radio yang juga bersifat auditori yang pesannya bisa tersampaikan melalui
telinga. Jadi, apa yang mau disampaikan oleh penyiar harus jelas dan bisa
dicerna. Inilah mengapa radio lebih banyak menggunakan bahasa tutur
sehari-hari agar pesannya dapat lebih mudah disampaikan oleh pendengar.
Sementara itu, sifat akrab dari radio juga memberikan kesan pendengar
hanya mengobrol dua arah dengan penyiarnya.
Meskipun pada akhirnya akan dikemas dalam bentuk podcast,
penulis melihat karakteristik radio tersebut dapat diterapkan dalam
pembuatan podcast Tugas Akhir. Karena, sifat akrab dan gaya percakapan
yang santai pada radio dapat membuat narasumber jadi lebih nyaman saat
berbincang bersama penyiar podcastnya, dan sifat imajinatif dapat dipakai
pada saat rekonstruksi adegan. Walaupun podcast memiliki durasi yang
lebih fleksibel, sifat auditori atau penyampaian pesan yang singkat, padat
dan jelas dapat diterapkan, sehingga segala penyampaian dari narasumber
pun penyiar podcast dapat dimaksimalkan dan tidak bertele-tele.
Selain itu, mengutip Jurnal dari Universitas Padjajaran bertajuk
“Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio" yang ditulis oleh Eni
Fadilah, Pandan Yudhapramesti, dan Nindi Aristi pada 2017 memiliki
gambaran seperti karakteristik radio siaran, misalnya sifat radio dalam
membangun imajinasi seseorang. Jadi, meski terdapat perbedaan, kedua hal
tersebut sama-sama memiliki ciri khas utama, yaitu kekuatan audio.
19
2.2.4 Karakteristik Podcast
Dalam Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, terdapat jurnal
ilmiah dengan judul Podcast: Potensi dan Pertumbuhannya di Indonesia
karya RN Rafiza mengutip karakteristik podcast secara singkat dari tulisan
Kang dan Gretzel (2012). Karakteristik podcast yang mereka paparkan
adalah gaya narasi percakapan karena dianggap lebih efisien dalam
meningkatkan kehadiran sosial, karena itulah podcaster memiliki peran
penting dalam sebuah podcast (Rafiza, 2020).
Hal senada juga diungkapkan oleh Geoghegan dan Klass melalui
kutipan Jurnal karya Fadilah, Yudhapramesti, & Aristi (2017) yang
memaparkan bahwa podcast memiliki karakteristik yang praktis, terutama
dalam cara mengaksesnya, mudah digunakan, fleksibel untuk didengarkan
kapan saja dan di mana saja, sebab kontrol dari podcast tersebut ada di
tangan pendengar podcast itu sendiri.
2.2.5 Teknik Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan bisa dilakukan
dengan cara tatap muka atau secara langsung maupun tidak langsung
dengan melalui telepon (Arifin Z., 2020). Tujuan wawancara adalah
memperoleh informasi yang akurat dari narasumber dengan menyampaikan
beberapa pertanyaan tertentu kepada narasumber.
20
Selain memiliki tujuan, dampak dari wawancara terdapat beraneka
macam, yaitu (Ilham, 2020):
1. Agar terhindar kesalahan informasi atau data yang simpang siur.
2. Informasi atau data dari hasil wawancara menjadi pelengkap
informasi awal.
3. Menggali kemungkinan adanya perspektif baru atas suatu
masalah.
4. Mendapatkan informasi secara komprehensif, akurat, jujur, dan
juga mendalam.
5. Memperoleh informasi dan data yang objektif dan berimbang.
2.2.6 Teknik Vokal
Teknik vokal adalah bagian dari paralanguage yang merupakan
klasifikasi dari pesan nonverbal. Pesan yang disampaikan menggunakan
kata, frasa, atau kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun, cara
penggunaan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi dari pada
kata-kata itu sendiri (Rubani, 2010).
Menurut Budyatna dalam buku teori komunikasi antarpribadi, ada
empat karakteristik yang menjadi karakter utama dari vokal (2011), yaitu:
1. Pola titinada atau pitch.
merupakan tinggi atau rendahnya nada vokal. Suara-suara yang
lebih rendah dalam titinada cenderung mengandung kepercayaan
dan kredibilitas.
21
1. Volume.
Dapat diartikan dengan kerasnya atau lembutnya nada. Orang
mempunyai volume suara yang berbeda tergantung pada situasi dan
topik pembicaraan.
1. Kecepatan atau rate.
Mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Orang
cenderung berbicara cepat pada saat sedang berbahagia, terkejut,
gugup atau sedang gembira. Berbicara lebih lambat apabila mereka
sedang memikirkan jalan keluar penyelesaian atau mencoba
menegaskan pendirian.
1. Kualitas.
Merupakan bunyi dari suara seseorang. Setiap suara manusia
memiliki nada yang berbeda. Beberapa suara bersifat serak atau
parau, suara yang tidak enak atau tidak menyenangkan, suara yang
bersifat nyaring, suara seperti tertahan di leher.
Sementara dalam buku Broadcasting to be Broadcaster (2010)
dijelaskan juga tentang teknik olah vokal untuk melatih pengucapan,
artikulasi, penekanan, warna kata, kecepatan dan kerongkongan yang rileks,
serta harmonisasi dari bahasa tuturnya yang baik ini melalui proses tiga
gerakan bibir, lidah, rahang yang kuat.
1. Penekanan suara. Penyiar menggunakan penekan untuk tempo,
infleksi (Perubahan nada suara) perilaku, gaya, pemahaman,
penghafalan dan sinkronisasi kata-kata pada waktu penyiaran.
22
Kejelasan pengucapan, pengucapan dan tutur bahasa yang benar
menjadi hal yang sangat penting bagi seorang broadcaster radio baik
televisi dan mudah dipahami khalayak.
2. Kejelasan akan arti sebuah Artikulasi sangat berkaitan dengan
pengucapan huruf vokal dan konsonan artikulasi harus jelas seperti
pengucapan, a.i.u.e.o dan menyenangkan telinga pendengar dengan
menjaga jarak antara mulut dengan mikrofon posisinya kurang lebih
lima jari dari mulut, kalau terlalu dekat akan berakibat pada
pengucapan artikulasi yang tidak menarik.
3. Tidak jelas terutama untuk mikrofon yang sensitif akan nada
rangsangan voice.
4. Menunjukkan suatu ekspresi hal yang penting atau tidak penting
dalam suatu materi bacaan. Untuk penyiar di dalam studio
melakukan suatu ekspresi dengan gerak tubuh akan membantu
dalam suatu penekanan dan kejelasan pada apa yang disampaikan.
5. Warna kata, sangat berkaitan dengan penekanan terutama dengan
lemah kuatnya suatu warna suara. Warna kata dengan kualitas suara
serta sikap emosional seorang penyiar bukan saja hanya
menampilkan 14 denotation (tanda) akan tetapi dengan impression
(kesan), behavior (perilaku), dan mood (suasana jiwa).
6. Kecepatan dalam tempo. Ada dua faktor dalam hubungan kecepatan
dan tempo, pertama adalah kecepatan keseluruhan yaitu jumlah kata
23
per menit, kedua dalam mengucapkan kata perkata melalui siaran
dibutuhkan keragaman dalam, karena banyak jenis materi siaran.
7. Infleksi (perubahan nada suara), penyiar harus familiar dengan
latihan variasi makna dan emosi dengan mengatakan “Ow” atau
“Ya” “Apa Kabar?” dalam berbagai acara memperlihatkan suatu
kedekatan fisik biasanya penyiar menggunakan “infleksi”.
2.2.7 Naskah Siaran
Berdasarkan situs radio.co, Jamie Ashbrook (2016) menjabarkan
tips dalam penulisan naskah. Pertama, penulis perlu mengetahui dan
menentukan bentuk siaran apa yang mau dikemasnya, entah itu siaran musik
ataupun talkshow. Dalam tugas akhir ini, penulis akan menerapkan konsep
podcast dalam mengemas pembicaraan dengan narasumbernya.
Kedua, menulis naskah disarankan dengan bahasa yang akan
diucapkan, bukan dengan bahasa yang dibaca. Hal ini bertujuan untuk
menghindari penulis agar tidak terlalu sering membaca naskah dan dapat
membuat jalannya talk show menjadi lebih mengalir dan tidak kaku.
Kemudian, naskah sebaiknya dibuat dalam bentuk poin yang singkat, padat
dan jelas agar penulis ingat jangkauan hal yang mau dibahas dan mencegah
mereka membuat siaran jadi bertele-tele.
Tujuan dari penulisan naskah yaitu untuk memudahkan dalam
perencanaan produksi, menjadi media berpikir kreatif, menjadi sarana
komunikasi seluruh kerabat kerja dan menjadi acuan materi yang akan
24
direkam. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penulisan naskah
siaran (Romli A. S., 2004), yaitu:
1. Bahasa tutur yakni bahasa percakapan, informal atau kata-kata dan
kalimat yang biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari.
2. KISS (keep it simple and short), yakni gunakan kalimat yang simple
dan mudah dimengerti.
3. ELF (easy listening formula), yaitu susunan kalimat yang enak
didengar dan enak dimengerti oleh pendengar pertama.
2.2.8 Politik
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang
dapat diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat
ke arah kehidupan bersama yang harmonis (Budiardjo, 2008). Usaha ini
menyangkut bermacam-macam kegiatan yaitu menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem politik. Politik adalah usaha yang ditempuh
warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kesejahteraan bersama
yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Politik
juga merupakan kegiatan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan
dalam masyarakat. Selain itu politik berkaitan dengan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan umum (Surbakti, 2015).
25
2.2.9 Partisipasi Politik
Sundariningrum membagi partisipasi menjadi dua berdasarkan cara
keterlibatannya:
1. Partisipasi Langsung: individu menampilkan kegiatan tertentu dalam
proses partisipasi. Partisipasi berupa pengajuan pandangan,
pembahasan pokok permasalahan, pengajuan keberatan terhadap
kebijakan atau peraturan tertentu.
2. Partisipasi Tidak Langsung: individu mengutus hak partisipasinya
pada orang lain (Sundariningrum, 2001).
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, partisipasi politik
adalah kegiatan privat warga negara (private citizen) yang bertujuan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Huntington dan
Nelson juga menjelaskan adanya empat aspek penting dalam kegiatan
tingkat partisipasi politik, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat partisipasi politik mencakup kegiatan-kegiatan, namun
bukan sikap. Pengetahuan tentang politik ini membicarakan tentang
minat terhadap politik, perasaan mengenai kompetisi dan
keefektifan politik, persepsi tentang relevansi politik, semua hal
tersebut berkaitan dengan tindakan politik.
2. Peranan politik warga negara perorangan sebagai pribadi warga
negara. Maksudnya kegiatan politik mereka yang bertingkat
partisipasi bersifat sambilan atau terputus- putus dan tidak
26
mencakup kegiatan pejabat pemerintah, pejabat partai, politikus dan
lobi profesional.
3. Pokok perhatian ialah kegiatan tingkat partisipasi politik yang dapat
mempengaruhi pemerintah.
4. Tingkat partisipasi politik mencakup semua kegiatan, adapun
kegiatan tersebut dimaksud untuk mempengaruhi pemerintah, tidak
peduli apakah kegiatan tersebut memiliki efek atau tidak (Ardial,
2010).
Efek dari mengkonsumsi media sosial dengan konten politik terhadap
individu bisa berupa:
1. Cognitive: Bentuk konseptualisasi dari tingkat terpaan media
terhadap proses mental individual.
2. Attitude: berfokus pada bagaimana individu melakukan penilaian
terhadap suatu objek yang memiliki variasi dalam pengukuran sikap
mulai dari negative hingga positif.
3. Belief: penilaian tentang probabilitas terhadap sesuatu yang sedang
terjadi.
4. Affective: perasaan yang dialami oleh seseorang dan mungkin atau
tidak menyangkut suatu objek atau peristiwa tertentu (Fortner &
Flecker, 2014).
27
2.2.10 Konsep Kemerdekaan Pers dalam Demokrasi
Pers di Indonesia berpedoman dengan konsep the freedom of the
press yang diartikan juga sebagai free from the dom atau bebas dari tekanan
penguasa. Dalam sejarah perjuangan pers Indonesia, kata kemerdekaan
lebih awal dan banyak dipakai untuk menggambarkan beberapa sejarah pers
di Indonesia serta hukum positif Indonesia. Dalam pasal 28a Undang-
Undang Dasar 1945, kemerdekaan memang berarti mengeluarkan isi
pikiran dengan lisan dan tulisan. Dalam Undang-Undang No. 40 tahun 1999
tentang pers, tercantum bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud
kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan
supremasi hukum (Abidin W. I., 2005). Istilah kemerdekaan pers bukanlah
sekedar alasan yang historis dan yuridis melainkan untuk menekan
pemerdekaan pers dari pengaruh kekuasaan terhadap konfigurasi politik
dalam menjalankan sistem negara yang demokrasi.
2.2.11 Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Sebagai Aktor Perubahan
Politik Indonesia
Menurut Rajendra Singh, gerakan sosial adalah mengekspresikan
usaha-usaha kolektif untuk menuntut kesetaraan dan keadilan sosial dan
mobilisasi anggota-anggota masyarakat untuk berusaha menyuarakan
keluhan melawan pihak yang oposisi dengan tujuannya dan mungkin pihak
tersebut adalah negara, institusi, dan atau bagian lain masyarakat (Singh,
1996). Namun, pergerakan sosial membutuhkan adanya aktor untuk
melakukan perubahan yang diinginkan. Aktor gerakan sosial ini
28
didefinisikan sebagai orang-orang yang tidak puas dan kecewa atau mereka
yang tersingkir dalam kehidupan kelompok marginal di tengah masyarakat,
hingga kelompok minoritas tertekan (Hasibuan, 2008). Pergerakan
mahasiswa dan pemuda merupakan gerakan yang termasuk dalam
perwujudan arti dari gerakan sosial serta berperan sebagai aktor karena
mahasiswa dan pemuda sama-sama ingin melakukan sesuatu perubahan atas
tujuan yang telah dibuat bersama. Menurut Suharko, jenis-jenis gerakan
sosial diantaranya (Suharko, 2006):
1. Gerakan Protes merupakan gerakan yang bertujuan mengubah atau
menentang sejumlah kondisi sosial yang ada.
2. Gerakan Regresif merupakan gerakan yang bertujuan membalikkan
perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan protes.
3. Gerakan Religius merupakan gerakan yang berkaitan dengan isu-isu
spiritual atau hal-hal yang gaib (supernatural).
Orientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran membuat mahasiswa
peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya terutama
yang menyangkut bentuk-bentuk pelanggaran dan penyelewengan
(Prasetyantoko & Indriyo, 2001). Dalam konteks inilah, mahasiswa sering
berperan mewarnai perkembangan masyarakat, perubahan sosial, dan
kehidupan politik. Gerakan mahasiswa di dunia banyak dilakukan dan tidak
hanya di Indonesia. Tidak sedikit dari gerakan mahasiswa mampu
membawa banyak dampak sehingga gerakan mahasiswa dilabeli sebagai
agent of change, agent of control, iron stock, and moral force (Anwar,
29
1981). Label tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat bertanggung jawab
secara tidak langsung akan situasi politik atau sosial yang sedang
bermasalah dari masyarakat umum.