kajian pustaka dan kerangka konsep

23
. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Pranata Sosial Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat Pada umumnya setiap Manusia tidak bisa hidup dengan sendirinya melainkan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sebagai Mahluk sosial, seiring dengan pertumbuhan dan pola relasi manusia dalam bermasyarakat maka dari itu manusia tidak terlepas dari pranata, terbentuknya Pranata (lembaga yang mengatur) bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2012 : 171) Pranata tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku. Menurut Koentjaraningrat (1964 : 113) mengemukakan bahwa pranata merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan 13

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

13

.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Pranata Sosial

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang

berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus

dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah

sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga

kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan

diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu

kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat

Pada umumnya setiap Manusia tidak bisa hidup dengan sendirinya

melainkan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sebagai Mahluk

sosial, seiring dengan pertumbuhan dan pola relasi manusia dalam bermasyarakat

maka dari itu manusia tidak terlepas dari pranata, terbentuknya Pranata (lembaga

yang mengatur) bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan

bersama.

Menurut Soekanto (2012 : 171) Pranata tumbuh karena manusia dalam

hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama

dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.

Menurut Koentjaraningrat (1964 : 113) mengemukakan bahwa pranata

merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-

aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan

13

Page 2: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

14

.

masyarakat. Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-

norma untuk memenuhi kebutuhan:

1. Kebutuhanhidupkekerabatan menimbulkanlembaga-lembaga kemasyarakatan

seperti keluarga batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dan sebagainya.

2. Kebutuhan akan mata pencharian menimbulkan lembaga-lembaga

kemasyarakatan, seperti misalnya pertanian, peternakan, koperasi, industri dan

lain-lain.

3. Kebutuhan akan pendidikan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan,

seperti pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan seterusnya.

4. Kebutuhan untuk menyatakan rasa keindahan menimbulkan kesusastraan, seni

rupa, seni suara, dan lain-lainya.

5. Kebutuhan jasmaniah manusia menimbulkan olahraga, pemeliharaan

kecantikan, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lainya

1. Peran dan Fungsi Pranata Sosial

Menurut Sumner dalam Soekanto(2012 :173) mengatakan pranata adalah

sebagai cita-cita, perbuatan, sikap, dan perlengkapan kebudayan, bersifat kekal serta

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada

keteraturan dan integrasi. Dan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka

bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah, terutama

yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

Page 3: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

15

.

3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.

2. Ciri-ciri Pranata Sosial

Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang

ada di masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya

dengan norma sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi

hal-hal berikut ini.

a. Memiliki Lambang-Lambang/Simbol

Setiap pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau

simbol-simbol yang ter-wujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta

menggambarkan tujuan dan fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin

pernikahan sebagai simbol dalam pranata keluarga, burung garuda merupakan simbol

dari pranta politik negara Indonesia.

b . Memiliki Tata Tertib dan Tradisi

Pranata sosial memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-

tradisi baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta

pedoman bagi setiap anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam

pranata keluarga seorang anak wajib bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak

ada aturan tertulis yang baku tentang deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam

pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis yang wajib dipatuhi semua warga

sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.

Page 4: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

16

.

c . Memiliki Satu atau Beberapa Tujuan

Pranata sosial mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota

masyarakat. Tujuan pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara

keseluruhan. Contoh: Pranata ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

d . Memiliki Nilai

Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku

dari sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa

yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian

pranata sosial terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur

kebudayaan lain yang secara langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu

fungsi, sehingga pranata sosial tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam

masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan kebiasaan dalam pranata keluarga adalah

sikap menghormati atau sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

e . Memiliki Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)

Pranata sosial pada umumnya memiliki umur lebih lama daripada umur

manusia. Pranata sosial pada umumnya tidak mudah berganti atau berubah. Hal

tersebut terbukti dengan banyaknya pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke

generasi. Pranata sosial yang telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota

masyarakat dalam jangka waktu relatif lama sehingga dapat di-tentukan memiliki

tingkat kekekalan tertentu. Contohnya tradisi silaturahmi pada waktu hari raya

Page 5: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

17

.

lebaran, merupakan tradisi turun temurun dari dulu hingga sekarang.

f . Memiliki Alat Kelengkapan

Pranata sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk

mencapai tujuan. Misalnya mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana

dalam pranata ekonomi untuk menghasilkan barang.

3. Penggolongan Pranata Sosial

Berdasarkan fungsi-fungsi secara umum dan karakteristiknya tersebut,

pranata sosial dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Berikut ini beberapa tipe

atau penggolongan pranata sosial.

a. Berdasarkan perkembangannya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi crescive

institutions dan enacted institutions.

1) Crescive institutions adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja tumbuh

dari kebiasaan masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan, norma-norma, dan

berbagai upacara adat.

2) Enacted institutions adalah pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk

memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya: lembaga pendidikan, lembaga

keuangan, lembaga kesehatan, dan lain-lain.

b. Berdasarkan sistem nilai/kepentingan yang diterima masyarakat, pranata sosial

dapat dibedakan menjadi basic institutions dan subsidiary institutions.

1) Basic institutions adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam upaya

pengawasan terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya keluarga, sekolah,

dan negara.

Page 6: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

18

.

2) Subsidiary institutions adalah pranata yang dianggap kurang penting.

Misalnya tempat-tempat hiburan atau rekreasi.

c. Berdasarkan penerimaan masyarakat, pranata sosial dapat dibedakan menjadi

approved institutions dan unsanctioned institutions.

1) Approved institutions adalah bentuk pranata sosial yang diterima secara

umum oleh masyarakat. Misalnya lembaga pendidikan, lembaga peradilan,

dan lain-lain.

2) Unsanctioned institutions adalah bentuk pranata sosial yang secara umum

ditolak oleh masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti

merampok, memeras, pusat-pusat perjudian, prostitusi, dan lain-lain.

d. Berdasarkan faktor penyebarannya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi

general institutions dan restricted institutions.

1) General institutions adalah bentuk pranata sosial yang diketahui dan dipahami

masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan agama dalam kehidupan.

2) Restricted institutions adalah bentuk pranata sosial yang hanya dipahami oleh

anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam,

Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran

kepercayaan lainnya.

e. Berdasarkan fungsinya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi cooperative

institutions dan regulative institutions.

1) Cooperative institutions adalah bentuk pranata sosial yang berupa kesatuan

pola dan tata cara tertentu. Misalnya pranata perdagangan dan pranata

Page 7: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

19

.

industri.

2) Regulative institutions adalah bentuk pranata sosial yang bertujuan mengatur

atau mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma yang berkembang

di masyarakat. Misalnya pranata hukum (kepolisian, kejaksaan, dan

pengadilan).

Adat dalam kamus besar berbahasa Indonesia (KBBI), adat adalah aturan

(perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu

kala.Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di

Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba dalam tulisannya pada tahun 1660).

"Adat" berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari ,عادات عادَة (adah), yang berarti

"cara", "kebiasaan".Di Indonesia kata "adat" baru digunakan pada sekitar akhir abad

19. Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan

budayanya dengan agama Islam pada sekitar abad 16-an, Menimbulkan gagasan

kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan,

dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak

dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh

masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang, kebiasaan-

kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang

dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya. Di

Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-

aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat.

Page 8: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

20

.

4. Adat

Adat telah melembaga dalam dalam kehidupan masyarakat baik berupa

tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga

masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang

menjadi tokoh masyarakat sangat penting.

Seminar hukum adat nasional, hukum adat adalah hukum Indonesia asli yang

tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini

mengandung unsur agama, uraian tersebut menggambarkan, sejak manusia dilahirkan

pada hakekaktnya dianugrahi naluri oleh Tuhan yang Maha Esa, kemudian

munculhakekat untuk bergaul yang kemudian menghasilkan interaksi yang dinamis,

interaksi mula-mula berpangkal pada cara atau usage yang merupakan bentuk

perbuatan, apa bila perbuatan tersebut dinilai baik, maka perbuatan itu berubah

menjadi kebiasan yang dianggap baik dilakukan berulang-ulang, maka kebiasaan

tersebut berubah menjadi adat-istiadat, yang apabila kebiyasaan atau adat dilanggar

maka akan dapat celaan dari masyarakat, sehingga adat-istiadat tersebut ditaati,

diakui dan dihargai.

Menurut Soekanto (2012 : 174) Adat merupakan norma yang tidak tertulis,

namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar

adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak

langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian

apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang

Page 9: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

21

.

mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan

masyarakatnya.

MenurutMaclver dalam Soekanto (2012 : 175) menyatakan, kebiasaan

merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat, kebiasaan

menghormati orang-orang yang lebih tua, kebiasaan tersebut tidak hanya dianggap

sebagai sebagai prilaku saja. Akan tetapi diterima sebagai norma-norma pengaturan

atau pengawas.Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok

manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar,

oleh masyarakat terhadap anggotanya menyesuaikan perbuatan-perbuatan dengan tata

kelakuan. Tata kelakuan sangan penting karena alasan-alasan berikut:

1. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada prilaku individu. Tata kelakuan,

alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang anggota masyarakat

melakukan perbuatan yang berbeda –beda dari masyarakat yang bersangkutan.

2. Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Agar

menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan

yang berlaku.

3. Tata kelakuan menjaga solidaritas antaranggota masyarakat. Seperti hubungan

antara pria dan wanita, yang berlaku bagi semua orang, dengan semua usia,

untuk segala golongan dan menjaga keutuhan dan kerjasama antara masyarakat

Menurut Koentjaraningrat dalam Soekanto (2012: 183), yaitu memberikan

pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat meliputi:

Page 10: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

22

.

1. Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan.

2. Kebiasaan (folkways) adalah perbuatan yang diulang ulang dalam bentuk yang

sama.

3. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaanyang dianggap sebagai cara

berprilaku dan diterima norma-norma pengatur.

4. Adat istiadat (customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya

dengan pola-pola perilaku masyarakat , mendapatkan sanksi bila dilanggar.

Seminar hukum adat Indonesia (1975) Dasar Hukum adat lahir dan efektif di

Indonesia :

1. Dasar filosofis terbentuknya hukum adat dapat dianalisis dari kebudayaan

yaitu suatu nilia sosial budaya yang hidup dalam alam pikiran bagian terbesar

masyarakat. Pancasila yang berisi lima dasar sebagai filsafat bangsa

hakekatnya merupakan keyakinan bangsa Indonesia terhadap manusia sebagai

mahluk Tuhan yang Maha Esa.

2. Dasar Sosiologis, berlakunya hukum adat terkait erat dengan efektifitas

hukum. Karena hukum adat merupakan hukum yang dianut sebagian besar

masyarakat Indonesia maka secara sosiologisnya hukum yang berlaku efektif

adalah hukum adat.

B. Karakteristik Masyarakat Desa

Masyarakat: Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa

Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan

hubungan-hubungan antar entitas-entitas.Masyarakat adalah sebuah komunitas yang

Page 11: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

23

.

interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat

digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu

komunitas yang teratur.

Masyarakat menurut istilah : society yaitu sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut, kata

society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan

yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti

society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society

mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan

yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut Soekanto (2012 : 1) , masyarakat pada umumnya memiliki ciri-ciri

antara lain sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup bersama; sekurang-kurangny terdiri atas dua orang

b. Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama.

Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat

dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang

mengatur hubungan antarmanusia.

c. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

d. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama

lain.

Page 12: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

24

.

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan

(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto

(1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian

masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu

desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan

dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang

masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang

mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat

berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan pula.

Pitirim A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T.L. Smith & P.E. Zop,

1970) mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan

karakteristik desa dan kota, yaitu:

1. Mata pencaharian,

2. Ukuran komunitas

3. Tingkat kepadatan penduduk

4. Lingkungan

5. Differensiasi sosial

6. Stratifikasi sosial

7. Interaksi sosial

8. Solidaritas sosial.

Page 13: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

25

.

Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat dari

beberapa karakterisrik yang mereka miliki, sebagaimana yang dikemukakan Roucek

& Warren (1963), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai

dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.

b. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.

Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan

pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah

tangga.

c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada, misalnya

keterikatan antara masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.

d. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota,

serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar.

Sedang menurut Paul H. Landis ciri-ciri masyarakat desa adalah sebagai

berikut:

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan

c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat

dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan

pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Selain pandangan tersebut, Rogers (1969) mengemukakan ciri-ciri

masyarakat pedesaan yang hampir serupa dengan beberapa pandangan sebelumnya.

Page 14: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

26

.

a. Mutual distrust interpersonal relations, yaitu adanya rasa tidak percaya

secara timbal balik antara petani satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya

terjadi karena anggota komunitas memperebutkan sumber-sumber ekonomi

yang sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak

terbatas.

b. Perceived limited good, yaitu pandangan yang sempit di kalangan petani,

sehingga hal-hal yang baik dan kesempatan untuk maju selalu terbatas.

c. Dependence on hostility towards government authority, adanya keter-

gantungan dan sekaligus curiga terhadap pemerintah atau pada unsur-unsur

pemerintah

d. Familism, yaitu adanya rasa kehidupan kekeluargaan, keakraban di antara

orang-orang yang memiliki pertalian kekerabatan.

e. Lack of innovations, yaitu adanya rasa enggan untuk menerima atau

menciptakan ide-ide baru. Untuk merubah keadaan ini perlu adanya orang

luar (out sider) baik dari pihak pemerintah maupun swasta yang

menggerakkan mereka.

f. Fatalism, yaitu gambaran tentang rendahnya wawasan masyarakat desa

untuk menanggapi atau merencanakan masa depan mereka. Mereka

cenderung memandang bahwa keberhasilan bukan ditentukan oleh kerja

kerasnya, melainkan berada pada kekuatan supranatural.

g. Limited aspiration, yaitu adanya aspirasi atau keinginan yang sangat

rendah atau terbatas untuk mencapai masa depan. Aspirasi sosial

Page 15: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

27

.

sesungguhnya berupa gagasan, keinginan, ataupun cita-cita yang dimiliki

oleh seseorang mengenai masa yang akan datang di dalam interaksinya

dengan lingkungan sosialnya.

h. Lack of deferred gratification, yaitu kekurangan atau ketiadaan sifat untuk

mengekang diri, misalnya kemauan mengorbankan kenikmatan sekarang

demi pencapaian keuntungan yang lebih besar di masa depan.

i. Limited view this world, yaitu keterbatasan cara pandang masyarakat

terhadap dunia luar. Hal ini terjadi karena terbatasnya jangkauan

masyarakat dalam mengakses informasi yang datang dari luar, seperti yang

bersumber dari surat kabar.

j. Low emphaty, yaitu rendahnya keterampilan menangkap peranan orang

lain. Rendahnya empati masyarakat disebabkan oleh adanya jarak sosio-

psikologis maupun karena terbatasnya pengetahuan, dibanding-kan

masyarakat di luar mereka yang lebih maju.

Berdasarkan dari beberapa pandangan di atas, menunjukkan bahwa ada

pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa pertanian,

padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian. Sebagian lagi definisi yang

masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda

dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan

memengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai

berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola

kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan.

Page 16: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

28

.

Berbagai pengertian itu tidak dapat diterapkan secara universal untuk desa-

desa di Indonesia karena kondisi yang sangat beragam antara satu dengan yang

lainnya. Bagi daerah yang lebih maju khususnya di Pulau Jawa dan Pulau Bali, antara

desa dan kota tidak lagi terdapat perbedaan yang jelas sehingga pengertian dan

karakteristik tersebut menjadi tidak berlaku. Namun, bagi daerah yang belum

berkembang khususnya desa-desa di luar Pulau Jawa dan Pulau Bali, pengertian

tersebut masih cukup relevan.

Karena itu, Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi

pedesaan hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap

pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa. Kendati demikian,

setidaknya perbedaan karakteristik tersebut dapat dijadikan acuan sederhana dalam

melihat perbedaan masyarakat desa dan kota.

Daerah pedalaman di Indonesia telah didefenisikan, sebagai suatu rana

pinggiran, yang secara sosial, ekonomi dan fisik jauh tersisih dari jalur utama bersifat

“tradisional”, belum berkembang dan tertinggal, namun kebudayaan maupun adat-

istiadat pada masyarakat pedalaman masih sangat kental dan masih mendahulukan

hukum-hukum adat di bandingkan hukum yang berlaku sesuai Undang-Undang di

Indonesia. Jadi masyarakat pedalaman yaitu masyarakat yang secara giografis

bermukim di daerah pinggiran, serta secara sosial, ekonomi, dan fisik jauh tersisih

dari jalur utama bersifat “tradisional” belum berkembang dan tertinggal serta

menjunjung tinggi adat.

Page 17: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

29

.

C. Fenomena Tangkap Basah serta Hukum Adat

Saat ini di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba jika dua orang

dewasa berjenis kelamin berbeda yang tidak menikah atau tidak memiliki hubungan

darah berdua-duaan di sebuah tempat terpencil, hal tersebut merupakan suatu

tindakan kriminal. Kedekatan tanpa ikatan tersebut dilarang oleh hukum adat di

daerah tersebut (mesum) Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba (atau secara

harfiah, hukum “perbuatan bersunyi-sunyian (ketidaksenonohan)”; selanjutnya

disebut “Hukum Adat”). Pelanggarnya dapat dihukum dengan di nikahkan dan/atau

didenda hingga Rp 10 juta.

Banyak orang di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba memahami

bahwa Hukum tersebut hanya melarang perzinahan, pemahaman ini didukung oleh

Pemerintah setempat yang mengatakan bahwa hanya perzinahan yang boleh

dituntut. Akan tetapi, hukum ini kerap diartikan secara luas dan telah berulang kali

diterapkan untuk jenis perilaku yang beragam. Tokoh masyarakat setempat

menginterpretasikan hukum ini secara luas hingga mencakup larangan bagi dua orang

berjenis kelamin berbeda yang tidak menikah atau memiliki hubungan darah untuk

hanya duduk dan berbicara di ruang “sepi,” terlepas dari apakah ada bukti keintiman

atau tidak.

Menurut tokoh masyararakat setempat, mayoritas dari mereka yang

ditangkap dan ditahan atas kecurigaan “perbuatan bersunyi-sunyian” tidak pernah

secara formal didakwa, apalagi dituntut dalam sistem pengadilan Syariah. Sebaliknya,

menyerahkan tersangka kepada pengawasan anggota keluarga; kerap kali surat

Page 18: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

30

.

permintaan maaf yang ditandatangani oleh individu yang ditahan dapat digantikan

dengan jaminan yang ditandatangani oleh seorang anggota keluarga yang menyatakan

bahwa ia akan memastikan tersangka tidak akan melakukan kesalahan serupa lagi,

dan kadang-kadang disertai dengan pembayaran denda. Salah satu tokoh masyarakat

di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba, mengatakan kepada bahwa banyak

orang yang ditahan atas dasar “perbuatan bersunyi-sunyian” adalah Remaja. Hal ini

juga bertentangan dengan hukum hak asasi, yang menegaskan prinsip bahwa anak-

anak boleh ditahan “hanya sebagai upaya terakhir.”

Dalam banyak kasus, petugas menyerahkan tersangka kepada polisi nasional

(Polda/Polres). Petugas kepolisian di sebuah kecamatan di Desa Balang Pesoang

Kabupaten Bulukumba mengatakan bahwa mereka menahan orang yang ditangkap

atas dasar “perbuatan bersunyi-sunyian” dari kota sekitar lima (5) sampai enam (6)

kali dalam sebulan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ketentuan adat Desa Balang

Pesoang Kabupaten Bulukumba secara jelas mendorong partisipasi masyarakat dalam

penegakan Hukum Adat. Peraturan daerah lainnya mendesak aparat penegak hukum

untuk tunduk kepada otoritas adat di tingkat desa dalam menangani

tuduhan “perbuatan bersunyi-sunyian” dan dalam kasus kekerasan ringan serta tindak

kriminal lainnya. Akibatnya adalah masyarakat menegakkan hukum dengan

mengidentifikasi, menahan. Namun kepolisian diakui tidak bersedia mengambil

langkah-langkah untuk menangkap dan mengadili para pelaku pelanggaran tersebut

dengan alasan kesulitan dalam menangani kejahatan yang dilakukan oleh massa.

Page 19: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

31

.

Dalam beberapa kasus yang diinvestigasi, anggota masyarakat menuduh

orang-orang melakukan “perbuatan bersunyi-sunyian” berdasarkan pada standar yang

sewenang-wenang. Dalam beberapa kasus tersebut, masyarakat memberikan

perlakuan yang kasar dan memalukan selama proses penangkapan. Kemudian,

beberapa dari mereka yang dituduh diharuskan membayar ganti

rugi atau menjalani hukuman lain yang ditentukan oleh para pemimpin

adat melalui proses yang tidak adil. Ganti rugi dapat berupa kawin paksa, pengusiran

dari desa, dan denda yang tinggi.

D. Penelitian Relevan

Hasil Penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan sudarmin (2016) tentang Pranata Adat Masyrakat Wajo

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan

memakai pendekatan fenomenologi. Fenomenologi digunakan untuk dapat

mengetahui bagaimana Masyarakat Wajo di Danau Tempe Kecamatan Tempe yang

mengalami dekulturasi ataupun pergeseran berdampak pada pemukiman, mata

pencharian serta loyalitas hukum ataupun larangan-larangan pranata adat itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan menganalisis terjadinya pergeseran dalam Pranata Adat

Masyarakat Wajo Rumah Terapung Serta Mendeskripsikan Pandangan Masyarakat

terkait Pranata Adat dan kehidupan mengapung di Danau Tempe Kecamatan Tempe.

Dari hasil penelitian Pranata adat masyarakat Wajo terjadi pergeseran dalam

pemukiman rumah terapung di danau Tempe Kecamatan Tempe. Pertama semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan era globalisasi yang semakin meningkat.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

32

.

Kedua ditambah adanya budidaya perikanan ikan air tawar tentu semakin

memperburuk kehidupan masyarakat yang bermukim didanau tempat tidak diizinkan

untuk menangkap dan bermukim didekat tempat pemeliharaan ikan tersebut,

membuat sebagian masyarakat pindah kekota untuk mencari pekerjaan dan memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Pandangan Masyarakat terkait pranata adat dan kehidupan

mengapung di danau Tempe Kecamatan Tempe. Diantara masyarakat ada yang

bergantung pada kehidupan masyarakat rumah terapung dikarenakan mereka bekerja

sebagai ojek perahu mengantar masyarakat yang ingin berkunjung, pemukiman

rumah terapung adalah icon danau tempe dan harus dipertahankan serta unik untuk

diteliti dimana cara hidup yang bermukim diatas air.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah

mengkaji tentang Pranata Adat. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Persamaan metodelogi penelitian

juga terdapat dalam teknik pengambilan sampel purposive sampling dan validitas

data melalui triangulasi sumber.

Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah

di Kabupaten Bulukumba, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berada

di Wajo Kabupaten Bone. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya,

jika penelitian yang sudah ada melihat Pergeseran dalam Pranata Adat serta

Page 21: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

33

.

bagaimana pandangan masyarakat sedangkan peneliti akan meneliti peran lembaga

adat dalam memaksimalkan fungsinya serta bagaimana respon masyarakat.

E. Kerangka Konsep

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang

berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus

dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah

sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga

kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan

diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu

kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat

Teori yang menjadi pisau Analisis pada rumusan masalah pertama yaitu, teori

struktura Fungsional Tallcot Parson tersebut yang dikenal dengan sebutan AGIL yaitu

Adaptasi (A [adaptation]), pencapaian tujuan (G [goal attainment]), integrasi

(I [integration]), dan latensi atau pemeliharaan pola (L [latency]). Lalu

bagaimanakah Parson menggunakan empat skema diatas?

Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan utama yang mengikat

sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam kebudayaan terdapat norma dan

nilai yang harus ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan itu

sendiri. Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya

sebagai suatu proses dalam sistem kepribadian agar membentuk individu sesuai yang

diinginkan dalam sistem kultural. Contohnya, nilai dan norma akan mendorong

Page 22: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

34

.

individu untuk bertutur kata lebih sopan kepada orang yang lebih tua maupun orang

yang dituakan.

Parsons berpendapat bahwa sistem kultural sama dengan sistem tindakan yang

lain. Jadi, kebudayaan adalah sistem simbol yang terpola dan tertata yang merupakan

sarana orientasi aktor, aspek sistem kepribadian yang diinternalisasikan, dan pola-

pola yang terinstitusionalkan dalam sistem sosial (Teori Sosiologi, George Ritzer ,

Douglas J. Goodman:263). Artinya sistem kultural dapat dikatakan sebagai salah satu

pengendali sistem kepribadian

Pendekatan dengan teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead, yang

menjadi teori analisis manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan

pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui

pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang

tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.

Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan

dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna.

Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara

stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak

secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian

memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.

Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi

mempunyai makna-makna tertentu, sehingga dapat menimbulkan komunikasi.

Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak

Page 23: KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

35

.

saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau

berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini,

Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan

komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia

dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang

paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi

makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat

berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.

Gambar. 2.1

Bagang Kerangka Pikir

PRANATA ADAT

Masyarakat Pedalaman di DesaBalang Pesoang

Maksimalisasi Fungsi PranataAdat

Peran Lembaga AdatPasangan Remaja

Respon Masyarakat terkait Pranata Adat.

Aturan, Nilai dan Norma