bab ii kajian teori dan hipotesis a. deskripsi teori · karena struktur dan fungsinya yang...

67
11 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Stabilitas Dinamik Stabilitas atau posisi stabil didefinisikan sebagai posisi dimana ada hubungan yang jelas antara posisi dan kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi (Gerwin, 2010) Definition for stability is "the ability to utilise the body's structures in the safest, most efficient positional relationships for the functional demands imposed upon them” (Elphinston, 2008). Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang dimana tubuh dapat menjaga posisi tanpa berubah dari dasar penyangga. Batasan ini dapat berubah sesuai dengan biomekanik secara individual dan aspek lingkungan. Otot mempunyai fungsi sebagai stabilisasi pada bagian tubuh melawan gaya tertentu. Gaya tersebut bisa internal dari ketegangan otot yang lain, atau eksternal dari berat objek yang diangkat. Selain itu, otot adalah sebagai neutralizer yang berperan untuk mencegah aksi asesoris yang tidak diinginkan yang secara normal terjadi ketika agonis menghasilkan ketegangan konsentrik. Dalam fungsinya, otot dibantu oleh ligamen untuk meningkatkan kestabilan sendi tubuh. 11

Upload: dangdieu

Post on 05-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Stabilitas Dinamik

Stabilitas atau posisi stabil didefinisikan sebagai posisi dimana ada

hubungan yang jelas antara posisi dan kekuatan yang dibutuhkan untuk

mempertahankan posisi (Gerwin, 2010)

Definition for stability is "the ability to utilise the body's structures

in the safest, most efficient positional relationships for the

functional demands imposed upon them” (Elphinston, 2008).

Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang dimana tubuh

dapat menjaga posisi tanpa berubah dari dasar penyangga. Batasan ini

dapat berubah sesuai dengan biomekanik secara individual dan aspek

lingkungan. Otot mempunyai fungsi sebagai stabilisasi pada bagian tubuh

melawan gaya tertentu. Gaya tersebut bisa internal dari ketegangan otot

yang lain, atau eksternal dari berat objek yang diangkat. Selain itu, otot

adalah sebagai neutralizer yang berperan untuk mencegah aksi asesoris

yang tidak diinginkan yang secara normal terjadi ketika agonis

menghasilkan ketegangan konsentrik. Dalam fungsinya, otot dibantu oleh

ligamen untuk meningkatkan kestabilan sendi tubuh.

11

12

Ketidakstabilan dinamis terjadi jika otot di sekeliling lutut tidak

seimbang. Jika kelompok otot agonis dan antagonis tidak seimbang, otot-

otot tersebut kehilangan control proprioseptif dan kinestetik sehingga

timbul ketidakstabilan dinamis, karena salah satu faktor yang menjaga

stabilitas sendi adalah otot, jika masa otot berkurang maka stabilitasnya

akan menurun. Ketika stabilitas menurun, menyebabkan beban di sendi

lutut menjadi besar (Phaidon, 2011).

Stabilisasi dinamis adalah kemampuan mempertahankan tubuh

dalam aligment pada posisi yang seharusnya yang didukung oleh sistem

kerja otot dan persarafan (Foran, 2001). Pada stabilisasi sendi lutut,

stabilisasi dinamis memberikan input sistem sensoris ke sistem saraf

pusat yang di berikan oleh proprioseptif kemudian otak mengirimkan

kembali apa yang harus dilakukan tubuh menerima reseptor tersebut,

sehingga hasil pengolahan dari otak dapat memberikan gamabaran

kepada otot untuk berkontraksi membantu stabilisasi statis yakni ligamen

mempersiapkan tubuh siap melakukan gerakan atau perubahan mendadak

mempertahankan tubuh dalam kondisi stabil dan tidak menimbulkan

cedera (Derouin, 2006).

Stabilitas dinamik merupakan kemampuan mempertahankan tubuh

melawan gravitasi pada saat bergerak. Seseorang akan lebih stabil jika

membuka lebar kedua kakinya dan menurunkan letak titik berat

badannya.

13

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang

tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilisasi yang baik terbentuk

dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin

tinggi stabilitasnya. Begitu juga semakin dekat bidang tumpu dengan

pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh semakin tinggi.

Gambar 2.1 Base of Support

Sumber: dhaenkpedro.wordpress.com

2. Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Dinamik:

a) Sistem informasi sensoris

(1) Reseptor visual

Visual memegang peranan penting dalam sistem sensoris,

Visual System juga dikategorikan sebagai bagian propriosepsi

sebab visual juga menyediakan informasi tentang orientasi dan

gerakan tubuh. Penglihatan juga merupakan sumber utama

informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,

penglihatan memegang peranan penting untuk mengidentifikasi

dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.

14

Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal

dari objek sesuai dengan jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan

atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan

aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh.

Reseptor ini memberikan informasi tentang orientasi mata

dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di

sekitarnya. Lebih kurang 20% serabut saraf dari mata

berinteraksi dengan organ vestibular. Otot-otot mata akan

berkontraksi untuk memelihara posisi bola mata dan otot-otot

leher berkontraksi dengan menegakkan kepala, sehingga

akhirnya dapat dicapai keseimbangan postural. Dalam keadaan

normal, tampak masukan visual mampu mengkompensasi defisit

dari info sensoris lainnya seperti susunan proprioseptif yang

terganggu karena berdiri di landasan yang tidak stabil. Yang

tidak stabil misalnya, gangguan keseimbangan akan tampak

lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk visual ditiadakan,

misalnya pada saat mata tertutup maka kelihatan ayunan tubuh

(sway) menjadi berlebihan.

(2) Sistem somatosensoris

Terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.

Proprioseptif terdiri dari otot, sendi dan reseptor cutaneus yang

15

menyediakan informasi-informasi dari alat tubuh seperti

kekuatan otot, posisi di space dan informasi dari lingkungan

seperti kondisi permukaan lantai. Pada susunan proprioseptif ini

memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi tubuh

terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi

antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-

reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit

seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan

tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi,

tegangan, panjang dan kontraksi otot.

Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju

cerebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri

melalui lemnikus medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi

berbagai bagian tubuh dalam ruang bergantung pada impuls

yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra

tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di

sinovial dan ligamen. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba

di kulit dan jaringan lain, serta otot diproses di korteks menjadi

kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Somathesia adalah perasaan yang dirasakan pada bagian

tubuh yang berasal dari somatopleura yaitu kulit, tulang, otot,

dan jaringan pengikatnya. Sedangkan visceroesthesia adalah

perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang tumbuh dari

visceropleura yaitu usus, paru-paru, limpa dan sebagiannya.

16

Somesthesia terdiri dari perasaan dangkal (perasa

eksteroseptif), perasa dalam (perasa proprioseptif) dan perasa

luhur. Somesthesia eksteroseptif sederhana ialah rasa nyeri, rasa

suhu, dan rasa raba. Somesthesia eksteroseptif terdiri atas rasa

nyeri dalam, rasa getar, rasa tekan, dan rasa sikap. Somesthesia

luhur yaitu perasaan yang mempunyai sifat deskriminatif dan

tiga dimensional, misalnya dengan meraba, menekan dan

merasai suhu suatu benda dengan mata tertutup, dapat

ditentukan benda apa yang dipegang, dari bahan apa benda itu

dibuat dan sebagainya.

Susunan somesthesia merupakan perantara untuk

menyadari dan merasakan rangsang dari dunia luar. Dari

susunan saraf perifer, rangsang di teruskan melalui neuron-

neuron ke susunan saraf pusat yang mengolah impuls tersebut.

Sehingga dapat menghasilkan sesuatu perasaan. Impuls tersebut

dinamakan impuls eferen. Ada dua macam susunan saraf yang

digunakan untuk mengalirkan impuls eferen tersebut yaitu

susunan eksteroseptif dan susunan proprioseptif .

Susunan proprioseptif adalah susunan saraf yang

menghantarkan impuls rasa tekan, rasa getar, rasa gerak, rasa

sikap, dan rasa deskrminatif. Sel neuron sistem proprioseptif

mempunyai neurit dan dendrit yang hampir sama panjangnya.

Bagian dendrit berjalan dari reseptor sampai sel bipolar di

ganglion spinalis dan bagian neuritnya mulai dari ganglion

17

spinalis sampai nukleus kuneatus dan nukleus gracilis di

medulla oblongata. Neurit-neurit tersebut menyusun funikulus

kuneatus dan funikulus grasilis. Neurit dari ganglion spinalis

bagian sakralis, lumbalis dan torakalis berkumpul menjadi

funikulus kuneatus.

Pada lintasan proprioseptif yang menuju ke cortex cerebella

melewati 3 bagian diantaranya melewati serabut arcuatus

externus dorsalis, tractus spino cerebralis dorsalis dan tractus

spinocerebellaris ventralis. Pada bagian yang pertama melewati

serabut arcuatus externus dorsalis, dimana pada neuron I

terdapat sel diganglion spinale menuju funiculus posterior. Dan

neuron II terdapat sel di nucleus kuneatus lateralis ke serabut

arcuatus externus dorsalis berjalan secara homolateral ke korpus

restiforme dan menuju cortex cerebelli.

Pada bagian kedua melewati tractus spinocerebralis

dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel diganglion spinale

menuju columna grisea posterior, sedangkan pada neuron II

terdapat sel di nucleus dorsalis (Clarke) ke tractus

spinocerebellaris dorsalis berjalan secara homolateral ke korpus

restiforme dan menuju cortex cerebelli (vermis). Pada bagian

ketiga melewati tractus spinocerebellaris ventralis, dimana pada

neuron I terdapat sel di ganglion spinale ke columna grisea

posterior. Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus

proprius ke tractus spinocerebellaris ventralis (homolateral atau

18

kontralateral) ke brachium conjuctivum ke velum medullare

anterius menuju cortex cerebella (vermis, declive, pyramis,

uvula).

Gambar 2.2 Lintasan Proprioseptif

Sumber: modul neuromuskuler

Susunan proprioseptif menyilang setelah neurit bagian

perifernya berakhir di medulla oblongata (setelah bagian

perifernya bersinaps), yaitu di nukleus kuneatus dan nucleus

grasilis (inti Burdach dan Goll). Neuron kedua susunan

proprioseptif mengeluarkan neuritnya yang dikenal sebagai

serabut arkuata. Ia menyilang garis tengah medula oblongata,

kemudian serabut tersebut membelok ke rostral dan berjalan di

sebelah kontralateral. Dengan demikian kemniskus medialis

dibentuk sebagai neurit ganglion spinalis yang ikut menyusun

funikulus kuneatus dan grasilis (funikuli dorsales) bersinaps di

nukleus kuneatus lateralis. Dari inti tersebut keluarlah serabut

yang menuju ke serebelum.

19

Macam-macam reseptor dalam sitem proprioseptif yaitu:

korpus Vater-Pacini untuk rasa tekan, letaknya di bagian bawah

kulit dan jaringan ikat, organ golgii di dalam tendon dan selaput

sendi, “muscle spindle” ada dalam otot, berfungsi sebagai

“stretch-reseptor”, piring Golgi-Massoni ada dalam kulit untuk

menangkap rasa tekan halus.

b) Endurance

Muscle endurance merupakan kemampuan otot untuk

berkontraksi dalam waktu yang lama atau panjang. Latihan

endurance akan membangkitkan slow twitch fiber. Karena slow

twitch fiber bekerja secara aerobik yang memiliki sifat kontrol

postural serta daya tahan.

c) Recruitment motor unit

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas otot

untuk meningkatkan kekuatan otot adalah peningkatan recruitment

motor unit. Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan

kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem

neuromuscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari

axon, dendrit dan cell body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch

fiber dan fast twitch fiber).

Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit

motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan

banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif

pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch

20

fiber dan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis

serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis

latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif, pada resistance

exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan

mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk

meningkatkan endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber.

Makin meningkatnya umur, massa otot akan semakin

membesar. Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan

kekuatan otot. Kekuatan otot akan meningkat sesuai dengan

pertambahan umur. Selain ditentukan oleh aktivitas ototnya. Pada

umur 20-30 tahun, baik laki-laki maupun wanita akan mencapai

puncak kekuatan ototnya. Di atas umur ini kekuatan otot akan

menurun, kecuali diberikan pelatihan. Walaupun demikian, di atas

umur 65 tahun kekuatan ototnya sudah berkurang sebanyak 20%

dibandingkan sewaktu muda.

d) Ligamen

Ligamen tidak hanya memberikan stabilitas pada sendi selama

istirahat tetapi juga selama bergerak. Saat bergerak ligamen bekerja

menjaga gerakan yaitu membatasi dan mencegah gerakan yang

berlebihan.

e) Konduktifitas saraf

Proprioseptor merupakan akhir suatu serabut saraf yang

menerima seluruh informasi tentang sistem muskuloskeletal dan

menyampaikan kepada sistem saraf pusat. Proprioseptor juga disebut

21

sebagai mechanoreseptor yang merupakan sumber dari seluruh

propriosepsi yaitu persepsi tentang gerakan dan posisi tubuh.

Proprioseptor dapat ditemukan diseluruh akhir serabut saraf pada

sendi.

Reseptor stretch merupakan proprioseptor pertama pada otot.

Reseptor stretch adalah organ sensoris utama pada otot yang terdiri

dari serabut kecil intrafusal yang terletak sejajar dengan serabut

ekstrafusal.

3. Anatomi Dan Fisiologi Lutut

Secara anatomi sendi lutut adalah sendi terbesar pada tubuh manusia.

Sendi ini termasuk jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi

fleksi dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah

mempertahankan tegaknya tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan.

Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki

susunan anatomi dan biomekanik yang berbeda, sesuai dengan struktur

pembentuknya.

22

Gambar 2.3 Knee Joint

Sumber: www.webmd.com

a) Osteologi

Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang femur, tibia,

dan patella.

(1) Femur

Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar

dalam tubuh manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh

dari tulang coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal

dari tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan

acetabullum, collum femoris dan dua trochanter major. Ujung

distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus yaitu

epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi

dengan tibia.

Gambar 2.4 Femur

Sumber: etc.usf.edu

(2) Tibia

23

Tulang tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang

menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan

tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban.

Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur

dan bagian distal memanjang ke medialis membentuk malleolus

medialis yang bersendi dengan talus.

Gambar 2.5 Tibia

Sumber: etc.usf.edu

(3) Fibula

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di

sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian: epiphysis

proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis

membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.

24

Gambar 2.6 Fibula

Sumber: anatomy-portal.info

(4) Patella

Patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh

manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya

menghadapi ke proximal dan apex/puncaknya menghadap ke

distal. Tulang ini mempunyai dua permukaan, yang pertama

menghadap ke sendi (facies articularis) dengan femur dan yang

kedua menghadap ke depan (facies anterior). Facies anterior

dapat dibagi menjadi tiga bagian dan bergabung dengan tendon

quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan tempat pelekatan

tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan tempat

beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk

apex merupakan tempat awal ligamentum patella.

25

Gambar 2.7 Patella

Sumber: highlands.edu

b) Sendi lutut

Sendi lutut dibentuk oleh tiga persendian yaitu; tibiofemoral

joint, patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang

ditutupi oleh kapsul sendi.

(1) Tibiofemoral joint

Sendi dengan jenis sinovial hinge joint (sendi engsel) yang

mempunyai dua derajat kebebasan gerak. Gerak flexi-extensi

terjadi pada bidang sagital disekitar axis medio-lateral, dan

gerak rotasi terjadi pada bidang tranversal disekitar axis vertical

(longitudinal). Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus

femoris. Sendi ini mempunyai permukaan yang tidak rata yang

dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang relatif tebal dan

meniscus.

(2) Patelofemoral joint

Sendi dengan jenis modified plane joint dan terletak

diantara tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu

26

mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. Gerak

geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak lurus-

melengkung ke medial-lurus. Gerak geser patella ke proksimal

dan ke distal saat ekstensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai gerak

geser patella ke medial hingga kembali lurus.

(3) Proksimal tibiofibular joint

Sendi ini dibentuk oleh facies kapituli fibula dan facies

articular tibiofibular yang terdapat pada bagian lateral posterior

kondilus lateral tibia. Sendi ini merupakan jenis plane joint

antara caput fibula dengan os tibia. Gerakan yang terjadi pada

sendi ini adalah karena pengaruh gerakan ankle. Ketika terjadi

dorsi fleksi ankle maka terjadi gerak geser ke cranial, dan ketika

terjadi plantar fleksi ankle maka terjadi gerak geser ke dorsal.

Sendi proksimal tibiofibular mempunyai fungsi menahan beban

yang diterima sendi lutut dari beban tubuh, lalu diteruskan ke

sendi ankle and foot.

c) Otot

Otot pada lutut tidak hanya berfungsi sebagai penggerak tetapi

juga sebagai stabilisator. Otot merupakan sekumpulan dari serabut

otot berbentuk silindris yang memiliki ketebalan 60 dan panjang

bervariasi. Pada ujung perlengketan pada tulang disebut tendon dan

dibungkus oleh fascia.

27

(1) Ukuran cross sectional otot

Ukuran cross sectional otot merupakan salah satu faktor

terpenting dalam mendapatkan kekuatan otot. Kuatnya kontraksi

otot sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter serabut ototnya.

Kekuatan maksimal otot yang di tunjang oleh area cross

sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan

beban maksimal di sekitar axis sendi. Kekuatan otot skeletal

manusia 3-4 kg/cm3

pada area cross sectional. Sedangkan

kekuatan otot skeletal manusia dewasa keseluruhan ± 22.000 kg

Menurut Guyton dan Hall, “Tiap-tiap serabut otot mengandung

beratus-ratus bahkan beribu-ribu myofibril yang terdiri dari

filament aktin dan myosin, yang terlihat sebagai bintik-bintik

pada potongan melintang”. Selain itu, “Filamen aktin dan

myosin berperan dalam kontraksi otot” . “Pita gelap tebal

disebut pita A, bersifat anisotop, terdiri dari filament myosin

yang tersusun parallel”. Sedangkan, “Pita terang lebar disebut

pita I, bersifat isotrop, terdiri dari filament aktin yang terbagi

menjadi dua yang simetris oleh sebuah pita A terdapat pita yang

lebih terang dan lebar, juga membagi dua simetris pita A,

disebut pita H”. Daerah yang terletak diantara dua pita Z disebut

sarkomer” (Pardjiono, 2008: 114). Menurut Patton,Fuch dan

Hille, “Myofibril terbagi menjadi dua yaitu miofilamen atau

filament myosin lebarnya 10-14 nm dengan panjang 1,6m,

28

sedangkan filament aktin lebarnya 7 nm dan panjangnya”

(Pardjiono,2008: 113).

Ukuran cross sectional otot akan berubah mejadi

bertambah ataupun berkurang seiiring dengan aktifitas fisik

maupun latihan fisik yang dilakukan.

(2) Hubungan panjang tegang otot saat berkontraksi

Otot akan memendek saat berkontraksi dan akan

memanjang saat berelaksasi. Kontraksi otot terjadi saat otot

sedang bekerja dan akan berelaksasi saat otot beristirahat.

Setiap otot dalam tubuh memiliki panjang optimum

sehingga daya kontraksi maksimal dapat dilakukan. Kontraksi

otot paling efisien berlangsung saat tubuh dalam keadaan

relaks.

(a) Mekanisme sliding filamen pada kontraksi otot

menggambarkan hubungan panjang-tegangan dalam otot.

Tegangan maksimum dapat terbentuk saat filamen aktin

tipis mulai bertumpang tindih dengan filamen miosin tebal.

Sehingga pergeseran dapat terjadi di sepanjang filamen

aktin.

(b) Jika otot meregang melebihi panjang optimumnya, maka

filamen tipis tidak dapat bertumpang tindih dengan filamen

tebal, sehingga hanya ada sedikit miofilamen untuk

interdigitasi aktin-miosin.

29

(c) Jika sebuah sel otot ternyata lebih pendek dibandingkan

panjang optimumnya sebelum kontraksi, maka tegangan

yang terbentuk akan berkurang. Filamen aktin kemudian

bertumpang tindih secara maksimal, sehingga ruang yang

tertinggal untuk berinteraksi sedikit. Filamen miosin

tertekan ke garis Z.

Gambar 2.8 Perbedaan Posisi Aktin Dan Miosin Saat

Relaksasi Dan Kontraksi

Sumber: Biology, Raven & Johnson

(3) Tipe serabut otot

Serabut otot terdiri atas puluhan ribu benang-benang

myofibril yang dapat mengkontraksikan dan merelaksasikan.

Myofibril–myofibril ini terdiri atas jutaan pasang berkas pita

yang disebut sarkomer. Setiap filamen terbentuk dari filamen

30

tebal dan tipis yang saling tumpang tindih dan disebut

miofilamen. Miofilamen terdiri atas miofilamen tebal dan tipis

yang dibentuk oleh protein kontraktil yang disebut aktin miosin.

Terdapat dua tipe serabut otot yaitu, tipe I ( Slow twitch )

dan tipe II ( Fast twitch ). Untuk mencapai puncak ketegangan ,

serabut FT hanya mengambil waktu sekitar 1/7 dibandingkan

dengan waktu yang diperlukan oleh serabut ST. Namun

demikian, kisaran waktu twitch yang besar untuk mencapai

ketegangan maksimum nampak terlihat pada kedua kategori

tersebut. Perbedaan waktu puncak ketegangan tersebut

disebabkan oleh adanya konsentrasi myosin ATPase yang tinggi

pada serabut FT.

Serabut FT juga lebih besar diameternya daripada serabut

ST. Karena karakteristiknya, maka serabut FT biasanya lebih

cepat lelah daripada serabut ST. Meskipun keutuhan serabut FT

dan ST dalam otot dapat membangkitkan jumlah gaya puncak

isometrik yang sama per area cross sectional (diameter) otot,

beberapa orang yang memiliki persentase serabut FT yang tinggi

mampu membangkitkan jumlah torque dan power yang tinggi

selama gerakan daripada memiliki lebih banyak serabut ST.

Serabut FT terbagi kedalam 2 kategori berdasarkan pada

unsur histokimiawi. Tipe pertama dari serabut FT tahan terhadap

kelelahan seperti karakteristik serabut ST. Tipe kedua dari

31

serabut FT memiliki diameter yang besar, mengandung

mitokondria dalam jumlah yang sedikit, dan lebih cepat lelah

daripada tipe pertama. Para peneliti telah menjelaskan

beberapa skema kategorisasi berdasarkan pada unsur metabolik

dan kontraktil dari ketiga tipe serabut yang berbeda.

Pada salah satu skeme, serabut ST dikenal sebagai tipe I,

dan serabut FT disebut dengan tipe IIa dan tipe IIb. Istilah

sistem lainnya adalah serabut ST dikenal sebagai slow-twitch

oxidative (SO), serabut FT terbagi kedalam serabut fast-twitch

oxidative glycolytic (FOG) dan fast-twich glycolytic (FG).

Kategorisasi tambahan lainnya adalah serabut ST dan serabut

fast-twicth fatigue resistant (FFR) serta serabut fast-twitch fast

fatigue (FF). Beberapa sistem klasifikasi ini didasarkan pada

perbedaan unsur serabut, dan tidak dapat dipertukarkan.

Meskipun seluruh serabut pada sebuah motor unit adalah tipe

yang sama, sebagian besar otot skeletal mengandung serabut FT

dan ST.

Tabel 2.1 Karakteristik Serabut Otot Skeletal

Serabut Otot Skeletal

Karakteristik Tipe I

Slow-Twitch

Oxidative (SO)

Serabut

Slow-Twitch

(ST)

Tipe IIa

Fast-Twitch

Oxidative

Glycolytic

(FOG)

Serabut

Fast-Twitch

Fatigue Resistant

Tipe IIb

Fast-Twitch

Glycolytic (FG)

Serabut

Fast-Twitch

Fast Fatigue

(FF)

32

(FFR)

Kecepatan

Kontraksi

Rendah Cepat Cepat

Kelelahan Rendah Sedang Cepat

Diameter Kecil Sedang Besar

Konsentrasi

ATPase

Rendah Tinggi Tinggi

Konsentrasi

Mitokondria

Tinggi Tinggi Rendah

Kontraksi

Enzym

Glycolytic

Rendah Sedang Tinggi

(4) Kekuatan otot

Kekuatan otot umumnya sangat diperlukan dalam

melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan

hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon

motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan

otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban

internal. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin

banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya

dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan

kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban

33

eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi

posisi tubuh.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas

otot untuk meningkatkan kekuatan otot adalah peningkatan

recruitment motor unit.

(5) Kontraksi otot

Pada waktu kontraksi berlangsung otot memendek dan

membesar. Satuan myofibril yang terkecil disebut sarkomer,

yang pada kontraksi sarkomerpun ikut memendek dan

memanjang pada waktu relaksasi. Perubahan ini dirumuskan

dengan istilah “sliding-filaments mechanism of

contraction” yaitu pada permulaan kontraksi cakram I mulai

menyempit yang selanjutnya lenyap bila serabut otot tersebut

berkontraksi kira-kira 50%. Daerah H dalam cakram A juga ikut

lenyap, sebaliknya panjang cakram A praktis tidak mengalami

perubahan baik pada waktu kontraksi maupun relaksasi. Hal ini

disebabkan karena cakram A hanya memendek sedikit sekali

bila sarkomer berkontraksi. Penebalan cakram Z disebabkan

berkumpulnya bahan pekat yang kuat mengambil zat warna,

yang selanjutnya dikenal sebagai “contraction band”. Pendapat

lain mengatakan bahwa cantraction band disebabkan oleh

crumpling and folding ujung-ujung filament myosin pada

cakram Z.

(6) Tipe kontraksi otot

34

Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi

eksentrik ( Memanjang ) melawan tahanan. Dan otot juga

mengeluarkan tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik

serta mengeluarkan tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi

konsentrik ( Memendek ) melawan beban.

Tipe kontraksi otot dibagi menjadi tiga, yaitu kontraksi otot

isometrik dan kontraksi otot isotonik. Kontraksi otot isometrik

atau dynamic contraction adalah kontraksi otot dengan beban

konstant dari awal sampai akhir gerakan (tegangan tetap atau

sama, terjadi perubahan panjang otot). Kontraksi otot isometrik

atau static contraction adalah kontraksi otot dimana tidak terjadi

perubahan panjang otot (panjang tetap, beban dapat berubah).

Kontraksi otot isokinetik adalah kombinasi dari kontraksi

isoonik dan isometrik yaitu kontraksi otot dimana terjadi

perubahan panjang otot dengan beban tahanan pada otot

meningkat (panjang otot meningkat, tahanan atau tensian

meningkat).

Tipe kerja otot isotonik dibagi menjadi dua, yaitu eksentrik

dan kosentrik. Tipe kerja otot eksentrik adalah dimana kedua

ujung atau perlekatan otot (origo-insertio) saling menjauhi,

dalam pengertian otot lebih memanjang. Tipe kerja otot

kosentrik adalah dimana kedua ujung atau pelekatan otot (origo-

insertio ) saling mendekat atau otot dalam keadaan lebih

memendek.

35

(7) Otot-otot bagian anterior

Bagian anterior terdiri dari otot-otot fleksor panggul dan

ekstensorlutut, yaitu M. Sartorius, M. Illiakus, M. Psoas mayor,

M. Pektineus,dan M. Quadriceps femoris.

(a) M. sartorius

Otot ini berorigo dari spina illiaka anterior superior menuju

sisi medial ujung atas tibia tepat di depan M. Gracilis dan

M. semitendinosus. Otot ini berfungsi untuk fleksi dan

abduksi hip serta fleksi lutut. Otot ini dipersarafi oleh N.

Femoralis (L2-3).

(b) M. illiacus

Otot ini berorigo dari permukaan dalam os ilium yang

cekung dan berinsertio pada trokanter minor os femur,

bersamaan dengan M. Psoas mayor. Otot ini berfungsi

untuk fleksi hip. Otot ini diinervasi oleh N. Femoralis (L2-

3).

(c) M. psoas mayor

Otot ini berorigo dari prosesus transversus dan bagian

samping korpus serta diskus intervertebralis vertebra

lumbalis, berinsertio pada pada trokanter minor os femur,

bersamaan dengan M. Iliacus. Karena mempunyai insertio

yang sama maka kedua otot ini seringdisebut M. Illiopsoas.

36

Otot ini berfungsi untuk fleksi hip dan diinervasi oleh N.

Femoralis (L2-3).

(d) M. pektineus

Otot ini berorigo dari ramus superior os pubis dan

berinsertio dibelakang femur antara trokanter minor dan line

aspera. Otot ini berfungsi untuk adduksi dan fleksi hip, dan

dipersarafi oleh N. Femoralis (L2-3) dan N. Obturatorius

(L2-4).

(e) M. quadriceps femoris

Otot ini selain sebagai penggerak juga berfungsi sebagai

stabilitas sendi lutut ketika posisi berdiri. Otot ini terdiri

dari empat otot, yaitu rectus femoris, vastus medialis, vastus

lateralis, dan vastus intermedius. Keempat otot ini

mempunyai fungsi utama yaitu ekstensi lutut tetapi juga

mempunyai fungsi lainnya masing-masing. M. Rectus

femoris juga ikut berperan ketika fleksi hip. M. Vastus

medialis membantu otot-otot pes anserinus dalam menjaga

stabilitas medial lutut. Selain itu, vastus medialis juga

berfungsi membuat gerakan rotasi internal pada patela. M.

Vastus lateralis membantu otot illiotibial dalam

mempertahankan stabilitas sendi sisi lateral dan membuat

gerak rotasi eksternal pada patela. M. Rectus femoris

berorigo dari spina illiaka anterior inferior ) dan labialis

37

superior asetabulum (kaput reflektum). M. Vastus medialis

berorigo dari labialis medial linea aspera. M. Vastus

lateralis berorigo dari labialis laterla linea aspera.M. Vastus

intermedius berorigo dari permukaan lateral dan medial

femur.

Keempat otot ini berinsertio pada tempat yang sama, yaitu

ke arah patela dan berlanjut hingga menuju tuberkulum

tibia.

Gambar 2.9 Otot-Otot Bagian Anterior

Sumber: guwsmedical.info

Tabel 2.2 Otot-Otot Bagian Anterior

Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi

m. sartorius Spina illiaca

anterior superior

Tuberositas

Tibia

N.

obturatorius

Flexor

knee

m. illiacus Os ilium yang

cekung

Trochanter

minor os

femur

N. femoralis

(L2, L3)

Flexor hip

38

m. psoas

mayor

Prosesus

transversus dan

bagian samping

korpus serta

diskus

intervertebralis

vertebra

lumbalis

Trochanter

minor os

femur

N. femoralis

(L2, L3)

Flexor hip

m.

pectineus

Ramus superior

os pubis

Dibelakang

femur antara

trokanter

minor dan

line aspera

N. Femoralis

(L2-3) dan N.

Obturatorius

(L2-4

Adduktor

dan

fleksor hip

m.rectus

femoris

Spina illiaca

anterior inferior

dan os illii

cranial dari

acetabulum

Patella N. femoralis

(L2, L3, dan

L4)

Extensor

knee

m. vastus

lateralis

Trochanter

major dan

labium linea

aspera corpris

femoris

Lateral dari

Patella

N. femoralis

(L2, L3, dan

L4)

Extensor

knee

m. vastus

medialis

Linea

intertrochanteric

a dan labium

medial linea

asperqa corporis

femoris

½ bagian atas

os patella

N. femoralis

(L2, L3, dan

L4)

Extensor

Knee

m. vastus

intermedius

Permukaan

anterior dan

lateral corporis

femoris

Tuberositas

Tibia

N. femoralis

(L2, L3, dan

L4)

Extensor

knee

(8) Otot-otot bagian posterior

Bagian posterior terdiri atas M. Hamstring yang berfungsi

sebagai ekstensor panggul dan juga fleksor lutut. M. Hamstrings

juga berfungsi sebagai stabilisator ketika ada gaya berlebih ke

39

arah depan, guna membantu fungsi dari ligamen krusiatum

anterior. Otot hamstrings terdiri dari tiga otot, yaitu

semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris. Dalam

perannya pada sendi lutut, otot hamstrings dibantu juga oleh otot

gastroknemius untuk mempertahankan stabilitas sendi lutut,

bagian posterior.

(a) M. semitendinosus

Otot ini berorigo dari tuberositas ischiadikus dan berinsertio

menuju sisi medial depan os tibia, di belakang M. Sartorius

dan M. Gracilis. Otot ini berfungsi untuk ekstensi hip dan

fleksi knee. Otot ini dipersarafi oleh N. Ischiadicus (L5-S2).

M. Semitendinosus bersama-sama dengan M. Gracilis dan

M. sartorius membentuk gabungan yang disebut pes

anserinus. Pes anserinus berperan penting dalam menjaga

stabilitas lutut sisi medial karena menahan gaya ke arah

medial posterior lutut.

(b) M. semimembranosus

Otot ini berorigo dari tuberositas ischiadicus dan berinsertio

pada medial tibia. Otot ini berperan untuk ekstensi hip dan

fleksi knee, serta dipersarafi oleh N. ischiadicus (L5-S2).

40

(c) M. biceps femoris

Otot ini mempunyai dua caput otot yang berorigo pada

caput longum tuberositas ischiadicus dan caput brevis dari

linea aspera lalu berinsertio pada caput fibula. Otot ini

berfungsi untuk ekstensi hip dan fleksi knee dengan

dipersarafi oleh N. Ischiadicus (L5-S2).

G

G

Gambar 2.10 Otot-Otot Bagian Posterior

Sumber: healingartsce.com

Tabel 2.3 Otot-Otot Bagian Posterior

Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi

m.

semitendinos

us

Tuberositas

ischiadikus

Sisi medial

depan os tibia

N.

Ischiadicus

(L5-S2)

Ekstensor

hip dan

fleksor

knee

m.

semimembra

Tuber

ischiadicum

Condylus

medialis tibia

N. tibialis Flexor

knee

41

nosus

m. biceps

femoris

Caput longum:

tuber

ischiadicum

Caput breve :

linea aspera

dan linea

supracondylari

s lateralis

femur

Lateral caput

fibula

Caput

longum: n.

tibialis (L5-

S2)

Caput breve:

n. Peroneus

communis

(L5, S1, dan

S2)

Flexor

knee,

exorotator

knee

(9) Otot-otot bagian medial

Pada bagian medial paha, terdiri dari otot M. Adduktor

magnus, M. Adduktor longus dan M. Adduktor brevis. Pada

bagian medial paha terdapat kanalis adduktor berbentuk segitiga

yang merupakan tempat lewat dari arteri femoralis, vena

femoralis, dan N. Femoralis. Kanalis ini berawal di bagian

pertengahan paha dan dinding pembentuknya adalah:

(a) M. adduktor longus

Otot ini berorigo dari tuberkulum pubis dan berinsertio pada

line aspera. Otot ini berfungsi untuk adduksi hip dan

dipersarafi oleh N. Obturatorius (L2-4).

(b) M. adduktor magnus

Otot ini berorigo pada tuberositas ischiadicus dan

berinsertio pada tuberkulum femur. Otot ini berfungsi untuk

42

adduksi dan ekstensi hip. Otot ini mendapat persarafan dari

N. Femoralis dan N. Ischiadicus (L2-4).

(c) M. adduktor brevis

Otot ini berorigo pada ramus inferior os pubis dan

berinsertio pada bagian atas linea aspera. Otot ini berfungsi

untuk adduksi hip dan dipersarafi oleh N. Obturatorius (L2-

L4).

Gambar 2.11 Otot-Otot Bagian Medial

Sumber: healingartsce.com

Tabel 2.4 Otot-Otot Bagian Medial

Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi

m. adduktor

longus

Tuberkulum

pubis

Linea aspera N.

Obturatorius

(L2-4)

Adduktor

hip

m. adduktor

magnus

Tuberositas

ischiadicus

Tuberkulum

femur

N. Femoralis

dan N.

Ischiadicus

(L2-4)

Adduktor

dan

ekstensor

hip.

m. adduktor

brevis

Ramus inferior

os pubis

Bagian atas

linea aspera

N.

Obturatorius

(L2-4)

Adduktor

hip

43

(10) Otot-otot bagian lateral

Pada bagian lateral lutut di sisi lateral fasia latae memadat

membentuk traktus illiotibialis. Di atas traktus ini melekat ke

krista iliaka dan mendapat insersi dari M. Tensor fasia latae

serta tiga perempat M. gluteus maksimus. Traktus illiotibialis

masuk ke kondilus lateralis tibia. Traktus ini disebut juga

illiotibial band muscle, yang berperan penting dalam menjaga

stabiltas sendi lutut sisi lateral.

(a) M. gluteus maksimus

Otot ini berorigo di bagian posterior permukaan gluteal os

illium dan berinsertio pada tuberositas glutealis femur dan

traktus illiotibialis. Otot ini berperan untuk ekstensi dan

rotasi lateral hip, serta dipersarafi oleh N. Gluteus inferior

(L5-S2).

(b) M. tensor fascia latae

Otot ini berorigo di bagian anterior krista illiaka dan

berinsertio pada traktus illiotibialis. Fungsi otot ini ialah

untuk ekstensi knee, serta membantu mm. Glutealis dalam

mencegah condongnya panggul. Otot ini dipersarafi oleh N.

Gluteus superior (L4-S1).

44

Gambar 2.12 Otot-Otot Bagian Lateral

Sumber : healingartsce.com

Tabel 2.5 Otot-Otot Bagian Lateral

Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi

m. gluteus

maksimus

Bagian

posterior

permukaan

gluteal os

illium

Tuberositas

glutealis

femur dan

traktus

illiotibialis

N. Gluteus

inferior

(L5-S2)

Ekstensor

dan rotasi

lateral

hip

m. tensor

fascia latae

Bagian

anterior krista

illiaka

Traktus

illiotibialis

N. Gluteus

superior

(L4-S1)

Ekstensor

knee

d) Capsulligamen

Pada sendi lutut, terdapat capsula articularis yang longgar dan

lebar, tipis di bagian depan dan di samping, serta diperkuat oleh

ligamen-ligamen lutut. Ligamen merupakan jaringan spesifik yang

berfungsi sebagai stabilisasi pasif pada struktur tulang. Ligamen

berdiri sendiri dan merupakan penebalan dari tunica fibrosus.

Ligamen adalah pita fibrosa ata lembaran jaringan ikat yang

menghubungkan dua atau lebih tulang, cartilago atau struktur sendi.

Ligamen merupakan jaringan viskoelastik yang secara bertahap akan

45

memanjang ketika mendapat tarikan dan kembali ke bentuk aslinya

ketika tarikan hilang.

Pada sendi ligamen membentuk capsul yang membungkus

ujung-ujung tulang dan membentuk membran pelumas yaitu

sinovial. Ligamen tidak hanya menjaga stabilitas saat kita bergerak

tetapi juga saat kita dalam posisi diam.

Pada sendi lutut sendiri terdiri dari beberapa ligamen, yaitu:

(1) Ligamen cruciatum

Merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut dan tidak

menutupi kapsul. Ligamen tersebut saling menyilang antara satu

dengan yang lainnya, maka dari itu dinamakan ligamen

cruciatum. Ligamen cruciatum terdiri dari dua ligamen, yaitu:

(a) Ligamen cruciatum anterior

Ligamen yang membentang dari area intercondylaris

anterior menuju permukaan dalam condylus lateralis

femoris yang berfungsi sebagai penahan gerak translasi os

tibia terhadap os femur kearah anterior mencegah terjadinya

hyperekstensi lutut.

(b) Ligamen cruciatum posterior

Ligamen terkuat dan lebih pendek dibanding ligamen

cruciatum anterior. Ligamen membentang dari facies

46

laterlais condylus medial femoris menuju area

intercondylaris posterior.

(2) Ligamen collateral

Ligamen collateral berfungsi sebagai penahan berat tubuh

baik dari medial atau lateral. Ligamen collateral terdiri dari dua

ligamen, yaitu:

a) Ligamet collateral medial

Ligamen yang lebar, datar dan membranosus bandnya

terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen collateral

medial terletak lebih posterior di permukaan medial sendi

tibiofemoral yang melekat di epicondylus medial femur di

bawah tuberculum adduktor dan menuju condylus medial

tibia serta pada medial meniscus. Ligamen ini berfungsi

untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan

kearah luar. Seluruh ligamen collateral medial menegang

saat gerakan full ROM ekstensi lutut.

b) Ligamen collateral lateral

Ligamen yang kuat dan melekat di atas belakang

epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput

fibula yang membentang dari permukaan luar condylus

lateralis femoris kearah caput fibula. Ligamen collateral

lateral berfungsi untuk menjaga gerakan ekstensi dan

47

mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerakan fleksi

lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.

(3) Ligamen patellaris

Ligamen yang kuat dan datar yang melekat pada lower

margin patella dengan tuberositas tibia dan melewati bagian

depan atas patella dan serabut superficial yang berlanjut pada

pusat serabut pada tendon quadriceps femoris. Ligamen

patellaris membentuk dinding pada bagian depan kapsul

artikularis dan melekat erat pada kapsul artikularis, sehingga

ligamen ini dapat disebut ligamen kapsular.

(4) Ligamen popliteal oblique

Ligamen yang lebar dan datar, ligamen ini menutupi bagian

belakang sendi dan melekat di atas upper margin forsa

intercondyloid dan permukaan belakang femur dan dan dibawah

margin posterior caput tibia. Ligamen popliteal oblique

berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut.

(5) Ligamen transversal

Ligamen yang pendek dan tipis dan berhubungan dengan

margin convex depan meniscus lateral dan ujung depan

meniscus medial.

Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti

ligamen yang menghubungkan crista illiaca dengan condylus lateral

48

femur dan tuberculum lateral tibia. Pada sendi lutut tractus illiotibial

berfungsi untuk stabilisasi ligamen antara condylus lateral femur

dengan tibia.

Gambar 2.13 Ligament in Knee

Sumber : www.larsligament.com

e) Saraf

Ligamen termasuk dalam indera mekanoreseptif karena dapat

menentukan posisi relatif dan kecepatan gerakan pada tubuh. Pada

indera mekanoreseptif dikenal enam jenis reseptor taktil yang

berbeda fungsi satu dengan yang lainnya, diantaranya ialah :

(1) Ujung saraf bebas

Berfungsi untuk mendeteksi raba dan tekanan,

sertasentuhan ringan. Reseptor ini banyak terdapat di kulit dan

jaringanlainnya.

(2) Korpuskuslus meiisner

Suatu ujung saraf berkapsul dengan ujung yang melebar

sehingga dapat merangsang serabut saraf sensoris

49

besarbermielin. Reseptor ini mempunyai fungsi utama

mengenali dengan tepat tempat tubuh mana yang disentuh dan

untuk mengenali tekstur benda yang diraba. Reseptor ini sangat

peka terhadap gerakan bendayang sangat ringan diatas

permukaan kulit dan juga terhadap getaran berfrekuensi rendah.

Reseptor ini terutama banyak sekali di dalamujung jari, bibir,

dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseoranguntuk

membedakan sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat

berkembang.

(3) Diskus merkel

Pada ujung jari dan daerah lain yang mengandung sejumlah

besar korpuskuslus meissner juga mengandung reseptor diskus

merkel. Reseptor ini berbeda dengan korpuskuslus meissner

yaitu mereka mengirimkan isyarat awal yang kuat tetapi

beradaptasin sebagian dan kemudian terus mengirimkan isyarat

lebih lemah yanghanya beradaptasi secara lambat. Oleh karena

itu, mereka bertanggungjawab untuk memberikan isyarat stabil

yang memungkinkan seseorang untuk menentukan sentuhan

benda terus menerus pada kulit.

(4) Organ akhir rambut

Gerakan kecil dari tiap rambut tubuh merangsang serabut

saraf yang ada di dasarnya. Serabut saraf ini disebut dengan

organ akhir rambut yang merupakan reseptor raba. Reseptor ini

50

beradaptasi cepat seperti korpuskuslus meissner, terutama

mendeteksi gerakan benda di permukaan tubuh.

(5) Organ akhir ruffini

Merupakan ujung bercabang banyak. Reseptor initerdapat

di dalam jaringan profunda kulit dan juga di dalam

jaringanprofunda tubuh. Ujung ini sangat sedikit beradaptasi

tetapi berperanpenting untuk memberitahukan keadaan

perubahan bentuk yang terusmenerusdari kulit dan jaringan yang

lebih dalam, seperti isyarat rabadan isyarat tekanan yang kuat

dan terus-menerus. Mereka jugaditemukan di dalam kapsul

sendi dan memberikan isyarat mengenaitingkat rotasi sendi.

(6) Korpuskuslus pacini

Reseptor ini terletak di bawah kulit dan juga jauhdi dalam

jaringan tubuh. Mereka hanya dirangsang oleh gerakan jaringan

yang sangat cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam

sepersekian detik. Oleh karena itu, mereka sangat penting untuk

mendeteksi getaran jaringan atau perubahan sangat cepat lainnya

dalam keadaan mekanis jaringan.

Sistem persarafan tungkai atas berasal dari plexus lumbalis dan

sacralis. Pada otot-otot sekitar tungkai atas di sarafi oleh beberapa

saraf yaitu nervus femoralis, nervus obturatorius, nervus gluteus

superior dan inferior.

(1) Nervus femoralis

51

Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus

ini berisi dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari

nervus lumbalis (L2, L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi

lateral psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah melewati

m. psoas dan m.iliacus ia terletak di sebelah fasia illiaca dan

memasuki paha lateral terhadap anterior femoralis dan selubung

femoral di belakang ligament inguinal dan pecah menjadi devisi

anterior dan posterior nervus femoralis mensyarafi semua otot

anterior paha.

(2) Nervus obturatorius

Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3 dan L4) dan muncul

pada bagian tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan

ke bawah dan depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian

atas foramen abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi

devisi anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabang-

cabang muscular pada m. gracilis, m. adduktor brevis dan

longus. Sedangkan devisi posterior mensyarafi articularis guna

memberi cabang-cabang muscular kepada m.obturatorius

esternus, dan adduktor magnus.

(3) Nervus gluteus superior dan inferior

Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui

bagian atas, dan bawah foramen ischiadicus majus di atas m.

piriformis dan mensyarafi m.gluteus medius dan minimus serta

maximus.

52

f) Meniskus

Meniscus merupakan struktur tulang rawan yang mengelilingi

fibrocartilage terdapat pada permukaan articularis caput tibia. Pada

bagian perifer meniscus relatif lebih tebal dan pada bagian dalam

relatif tipis. Meniscus terdiri dari jaringan penyambung dengan

bahan-bahan serabut collagen yang juga mengandung sel-sel seperti

tulang rawan.

Meniscus memiliki beberapa fungsi pada sendi lutut, yaitu

menutrisi sendi juga sebagai peredam kejut (shock absorber) antara

femur terhadap tibia, menambah elastisitas sendi, dan menyebar

tekanan pada cartilago sehingga menurunkan tekanan antara dua

condylus, meniscus juga mengurangi gerusan (friksi) selama gerakan

serta membantu ligament dan membantu capsul sendi dalam

mencegah hyperekstensi sendi, sebagai bantalan sendi dan

menambah luas permukaan sendi lutut pada permukaan tibia

sehingga memungkinkan gerakan sendi lutut lebih luas atau bebas.

Meniskus juga berfungsi dalam menyebarkan tekanan pada

kartilago artikularis dan menurunkan distribusi tekanan antara dua

kondilus, serta mencegah kapsul sendi terdorong melipat masuk ke

dalam sendi. Meniskus merupakan jaringan fibrokartilaginosa.

Meniscus dibagi menjadi dua bagian yaitu meniscus lateral

dan meniscus medial. Meniscus lateral berbentuk seperti huruf O

yang berada lebih dekat dengan facet articularis dekat dengan pusat

53

sendi dan terkait dengan eminence intercondyloid. Meniscus medial

berbentuk seperti setengah lingkaran atau seperti huruf C yang

letaknya lebih luas kebelakang dari pada kedepan yang berhubungan

pada fossa intercondyloid dan bersatu dengan ligament collateral

medial, bagian posterior meniscus medial lebih lebar dan tebal

dibandingkan bagian anterior.

Keduanya melekat pada area interkondiloidea tibialis dan

terikat oleh ligamen coronarius. 2/3 dalam meniskus avaskular

sehingga mendapat nutrisi dari sinovium dan tidak memiliki saraf

afferen. Area ini disebut juga white zone. Sisa 1/3 dalam meniskus

mendapat nutrisi dari darah (vaskular) dan di bagian ujungnya

terdapat saraf polymodal. Area ini disebut juga red zone.

Sendi lutut juga mempunyai tiga buah bursa, yaitu bursa supra

patellaris, bursa pre patellaris dan bursa infra patellaris superficialis

dan profundus yang berfungsi sebagai jaringan pembungkus sendi.

Gambar 2.13 Ligament in Knee

Sumber : www.mendmyknee.com

g) Vaskularisasi pada tungkai

(1) Anatomi pembuluh darah

54

Pembuluh arteri terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu:

(a) Lapisan luar (tunica externa/adventia)

(b) Lapisan tengah (tunica media)

(c) Lapisan dalam (tunica interna / endothelium)

Pembuluh arteri tidak mempunyai katup, letaknya dalam,

mengangkut darah yang kaya oksigen meninggalkan jantung,

pembuluh arteri mempunyai cabang yang lebih kecil yaitu

arteriole dimana berfungsi mengangkut darah menuju kapiler.

Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh

dan arteri ini selalu membawa darah segar berisi oksigen,

kecuali arteri pulmonale yang membawa darah kotor yang

memerlukan oksigenisasi. Pembuluh darah arteri pada tungkai

antara lain yaitu arteri femoralis, arteria profunda femoralis,

arteria obturatoria dan arteria poplitea

(a) Arteri femoralis

Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang

ligament inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace

externa, yang terletak dipertengahan antara SIAS (spina

illiaca anterior superior) dan sympiphis pubis. Arteria

femoralis merupakan pemasok darah utama bagian tungkai,

berjalan menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor

femoralis dan berakhir pada lubang otot magnus dengan

memasuki spatica poplitea sebagai arteria poplitea.

55

(b) Arteria profunda femoralis

Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri

femoralis dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior

paha melalui bagian belakang otot adductor, ia berjalan

turun diantara otot adductor brevis dan kemudian teletak

pada otot adduktor magnus.

(c) Arteria obturatoria

Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke

bawah dan ke depan pada dinding lateral pelvis dan

mengiringi nervus obturatoria melalui canalis obturatorius,

yaitu bagian atas foramen obturatum.

(d) Arteri poplitea

Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk

ke fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak

dalam fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah

nervus tibialis, vena poplitea, arteri poplitea.

(2) Sirkulasi arteri pada tungkai

Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya

menjadi arteri yang bergerak turun di sebelah anterior paha.

Arteria femoralis menyalurkan darah ke kulit dan otot paha

dalam.Pada bagian bawah paha,arteria femoralis menyilang di

posterior dan menjadi arteria poplitea.Dibawah lutut arteria

poplitea terbagi menjadi arteria tibialis anterior dan tibialis

56

posterior. Arteri tibialis bergerak turun di sebelah depan dari

kaki bagian bawah menuju bagian punggung telapak kaki dan

menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak

turun menyusuri betis dan kaki bagian bawah dan bercabang

menjadi arteri plantaris di dalam telapak kaki bagian bawah.

(3) Anatomi pembuluh darah vena

Pembuluh vena terdiri dari tiga lapisan yaitu :

(a) Lapisan luar (tunica externa/adventia)

(b) Lapisan tengan (tunica media)

(c) Lapisan dalam (tunica interna / endothelium)

Pembuluh vena mempunyai katup yang mengangkut darah

dari jaringan menuju jantung, mempunyai cabang lebih kecil

yaitu venule yang mengangkut darah dari kapiler.

Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain yaitu vena

femoralis, vena profunda femoralis, vena obturatoria dan vena

saphena magna.

(a) Vena femoralis

Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot

adduktor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia

menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri.

Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi

medialnya. Ia meninggalkan paha dalam ruang medial dari

57

selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum

inguinale menjadi vena iliaca externa.

(b) Vena profunda femoralis

Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat

disamakan dengan cabang-cabang arterinya, ia mengalir ke

dalam vena femoralis.

(c) Vena obturatoria

Vena obturatoria menampung cabang-cabang yang dapat

disamakan dengan cabang-cabang arterinya, dimana

mencurahkan isinya ke dalam vena illiaca internal.

(d) Vena saphena magna

Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus

venosum dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam

malleolus medialis, venosum dorsalin vena ini berjalan di

belakang lutut, melengkung ke depan melalui sisi medial

paha. Ia bejalan melalui bagian bawah n. saphensus pada

fascia profunda dan bergabung dengan vena femoralis.

(4) Sirkulasi vena pada tungkai

Aliran darah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap

jari kaki bergabung membentuk jaringan vena plantaris

.Jaringan plantar mengalirkan darah menuju vena dalam kaki

(vena tibialis anterior, tibialis posterior, poplitea dan femoralis).

Vena safena magna dan safena parva superficialis mengalirkan

58

darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis menuju vena

poplitea dan femoralis.

4. Biomekanik

a) Osteokinematik sendi lutut

Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak

tulangnya saja. Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa

gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin.

Gerakan flexi-ekstensi terjadi pada bidang sagital di sekitar

axis medial-lateral, otot-otot penggerak fleksi antara lain m.

hamstring, m. gracilis, m. sartorius, m.popliteus, m. gastrocnimeus

dan otot-otot penggerak ekstensi adalah m. quadriceps. Gerakan

rotasi terjadi pada bidang transversal di sekitar axis longitudinal,

gerakan rotasi internal dilakukan oleh otot-otot m. sartorius, m.

semitendinosus, m. semimembranosus, m. gracilis, m. popliteus,

sedang gerakan rotasi eksternal dilakukan oleh otot-otot m. bicep

femoris dan m tensor fasialata.

Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan

mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak

fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang memungkinkan terjadi

pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang segitiga

dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar ± 140° hingga

150° dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar 40°

hingga 45° dari awal mid posisi (Parjoto, 2000).

59

Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke

bawah menjauhi permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke

dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke arah sisi dalam

tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari

ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi

posisi lutut fleksi 90°, R (<90°) (Parjoto, 2000).

Pada ekstensi terakhir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal

closed rotation phenomen. Disamping itu juga terjadi gerak valgus.

ROM pasif gerak fleksi umumnya sekitar 130°-140°. Hiperekstensi

berkisar 5°-10° dalam batas normalnya.Gerak rotasi yang terbesar

terja terjadi pada posisi lutut fleksi 90°, dimana lateral rotasinya

sebesar 45° dan medial rotasi sebesar 15°.

Pada patellofemoral joint, gerakan kearah fleksi penuh akan

menyebabkan patella slide kearah caudal sekitar 7 cm di atas

condylus femur dan patella masuk ke dalam sulcus intercondylaris.

Pattella slide kearah ini terjadi akibat dari tarikan tendon patellaris.

Dari extensi penuh ke 90° fleksi, facet medial dan lateral femur

masih bersendi dengan patella, sedangkan di atas 90° fleksi, patella

akan berotasi kearah external sehingga hanya facet medial femur

yang bersendi dengan patella. Sebaliknya gerakan kearah extensi

penuh akan menyebabkan patella slide kearah cranial (kembali ke

posisinya semula). Hal ini terjadi akibat dari kontraksi otot

quadriceps yang menarik patella kembali ke posisi semula.

b) Arthrokinematik sendi lutut

60

Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan

sendi. Pada arthrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll

dan slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi

gerak traksi-kompresi, translasi, dan spin.

Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi

meliputi gerak sliding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum

konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa “jika permukaan

sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi

cekung(konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan.

Dan “Jika permukaan sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling

searah” (Mudasir, 2002). Pada permukaan femur cembung (konvek)

bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat

gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliddingnya

kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak,

fleksi ataupun ekstensi menuju ke depan atau ventral.

Artrokinematika sendi lutut adalah pada femur (cembung)

maka gerakan yang terjadi adalah rolling dan sliding berlawanan

arah. Saat fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliding ke arah

depan. Untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke

belakang ,dan jika tibia (cekung) bergerak fleksi maupun ekstensi

maka rolling maupun slidding akan searah, saat gerakan fleksi

menuju ke dorsal sedang pada saat bergerak ekstensi menuju ke

depan (Slamet Pardjoto,2000).

61

5. Wobble Board

a) Definisi

Wobble board adalah papan keseimbangan yang biasanya

terbuat dari kayu atau plastik dengan lingkaran kecil yang berbentuk

seperti setengah bola dibawahnya. Latihan menggunakan wobble

board merupakan latihan keseimbangan pada posisi tubuh statis,

yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi

tetap.

b) Prinsip latihan

Wobble board exercise termasuk dalam statik kontraksi karena

posisi yang tetap saat melakukan latihan. Prinsip dari wobble board

exercise ialah meningkatkan fungsi sistem informasi sensorik dan

effektor untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan serta

meningkatkan proprioseptif.

c) Jenis wobble board exercise

(1) Teknik aplikasi

(a) Sebelum dilakukan latihan sample terlebih dahulu diberikan

penjelasan tentang cara melakukan latihan dengan wobble

board. Wobble board ialah latihan untuk meningkatkan

kemampuan seperti meningkatkan konsentrasi serta

stabilitas, melatih keseimbangan, mengatur posisi tubuh.

(b) Lalu sample tersebut diinstruksikan untuk gerakan yang

akan dilakukan diatas wobble board. Gerakan yang akan

dilakukan pada dasarnya yaitu gerakan yang mudah seperti

62

side to side yaitu ke samping kanan dan samping kiri, front

back yaitu latihan dengan gerakan ke depan dan ke

belakang, one leg exercise yaitu latihan dengan berdiri satu

kaki pada wobble board dan eyes closed yaitu latihan

dengan berdiri satu kaki dan menutup kedua matanya di atas

wobble board. Latihan diatas wobble board tersebut

diperhatikan dengan alat pengukur waktu dan mencatat

setiap adanya perubahan yang dihasilkan guna sebagai

evaluasi untuk latihan berikutnya.

(c) Latihan ini dilakukan sebanyak 3 set diselingi istirahat

selama satu menit dan dilakukan lima kali seminggu.

(2) Prosedur latihan

(a) Side to side

Latihan stabilisasi dinamik dengan menggunakan wobble

board, posisi pasien berdiri dengan kedua kakinya dan

posisi badan tegak lurus diatas wobble board kemudian

pasien tersebut di berikan penjelasan oleh fisioterapis untuk

menggerakan kakinya ke samping kanan dan ke samping

kiri di atas wobble board. Kemudian fisioterapis melihat

tingkat stabilitas pasien tersebut dalam pertahanan

posisinya. Fungsi dari latihan ini adalah meningkatkan

proprioseptif dan meningkatkan stabilitas.

Dosis latihan :

Frekuensi : 5x seminggu

63

Intensitas : 3 set latihan

Repetisi : 17x pengulangan.

Prosedur latihan side to side:

(i) Fisioterapi memberitahukan cara melakukan latihan

tersebut kepada sample.

(ii) Posisi berdiri dengan kedua kaki dan posisi badan tegak

lurus diatas wobble board kemudian pasien tersebut di

berikan penjelasan oleh fisioterapi untuk menggerakan

kakinya ke samping kanan dan ke samping kiri di atas

papan wobble board

Gambar 2.15 Side to Side

Sumber : Data pribadi

Di ambil tanggal 26 April 2013

(b) Front back

Latihan stabilitas dinamik dengan menggunakan wobble

board, posisi pasien berdiri tegak lurus, dengan kedua

kakinya berada di atas wobble board kemudian pasien di

berikan penjelasan oleh fisioterapi. Pasien tersebut diminta

untuk melakukan gerakan ke depan dan ke belakang di atas

64

wobble board. Kemudian terapis melihat tingkat stabilitas

pasien tersebut dalam pertahanan posisinya. Latihan ini

tidak memakai sepatu atupun alas kaki lainnya. Karena

latihan ini berfungsi untuk meningkatkan stabilitas dinamik

pada orang normal, meningkatkan sistem informasi

sensoris, meningkatkan koordinasi yang baik, meningkatkan

motorik saat tubuh bergerak.

Dosis latihan :

Frekuensi : 5x seminggu

Intensitas : 3 set latihan

Repetisi : 17x pengulangan.

Prosedur latihan front back :

(i) Fisioterapi memberitahuan cara melakukan latihan

tersebut kepada sample.

(ii) Posisi sample berdiri tegak lurus, dengan kedua

kakinya berada di atas wobble board kemudian pasien

di berikan penjelasan oleh fisioterapi. Pasien tersebut

diminta untuk melakukan gerakan ke depan dan ke

belakang di atas papan wobble board.

65

Gambar 2.16 Front Back

Sumber : Data pribadi

Di ambil tanggal 26 April 2013

(c) One leg exercise

Latihan stabilisasi dengan menggunakan wobble board

dengan posisi berdiri semi fleksi dengan satu kaki di atas

wobble board dan mempertahankan posisi agar tetap

seimbang dengan kaki tidak jatuh menyentuh lantai. Latihan

ini pasien tidak di perkenankan memakai sepatu atau alas

kaki lainnya. Latihan ini berfungsi untuk meningkatkan

stabilitas dinamik.

Dosis latihan :

Frekuensi : 5x seminggu

Intensitas : 3 set latihan

Time : 2 Menit

Prosedur latihan one leg exercise :

(i) Fisioterapi memberitahuan cara melakukan latihan

tersebut kepada sample.

66

(ii) Posisi sample berdiri dengan satu kaki dengan posisi

semi fleksi di atas wobble board kemudian pertahankan

posisi tubuh untuk tetap stabil

Gambar 2.17 One Leg Exercise

Sumber : Data pribadi

Di ambil tanggal 26 April 2013

(d) Eyes closed

Latihan stabilisasi dengan menggunakan wobble board.

Posisi pasien berdiri dengan satu kaki di atas wobble board

dengan menutup kedua matanya kemudian

mempertahankan posisi tubuh untuk tetap stabil. Latihan ini

tidak di perkenankan memakai sepatu atau alas sepatu

lainnya. Fungsi dari latihan ini adalah untuk meningkatkan

sistem proprioseptif sehingga terbentuknya stabilitas yang

baik.

Dosis latihan :

Frekuensi : 5x seminggu

Intensitas : 3 set latihan

Time : 2 Menit

67

Prosedur latihan eyes closed:

(i) Fisioterapi memberitahuan cara melakukan latihan

tersebut kepada sample.

(ii) Posisi sample berdiri dengan satu kaki di atas wobble

board dengan menutup kedua mata kemudian

pertahankan posisi tubuh untuk tetap stabil

Gambar 2.17 Eyes Closed

Sumber : Data pribadi

Di ambil tanggal 24Juni 2013

d) Mekanisme wobble board exercise terhadap peningkatan stabilisasi

lutut

Meningkatkan aktivasi recruitment motor unit yang akan

mengaktivasi golgi tendon dan memperbaiki koordinasi serabut

intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferent yang ada di

muscle spindle sehingga dapat meningkatkan fungsi proprioseptif.

Dengan meningkatnya fungsi dari proprioseptif maka hal tersebut

68

juga akan meningkatkan input sensoris yang akan diproses diotak

sebagai central processing.

Central processing berfungsi mengorganisasikan respon

sensorimotor yang diperlukan tubuh. Selanjutnya, otak akan

meneruskan impuls tersebut ke effektor agar tubuh mampu

menciptakan kestabilan yang baik ketika bergerak ataupun keadaan

diam.

Latihan ini perlu dilakukan berulang kali untuk meningkatkan

koordinasi antara sistem muskuloskeletal dengan reseptor agar dapat

menerima impuls dari lingkungan semakin baik. Hal tersebut juga

akan meningkatkan kemampuan otak untuk merekam perubahan-

perubahan yang ada sehingga tercipta respon sensorimotor yang

lebih efisien untuk dikirim ke effektor. Jika otot, sendi dan ligamen

baik maka dapat dihasilkan respon motorik yang tepat dan benar. Hal

tersebut akan menciptakan suatu kestabilan yang baik karena adanya

peningkatan dari sistem sensori perifer, sistem saraf pusat serta

muskuloskeletal.

6. Kinesio Taping

a) Definisi

Dalam sejarahnya kinesio taping adalah modalitas treatment

yang berdasar pada proses penyembuhan alamiah tubuh. Kinesio

taping merupakan metode penyembuhan yang berperan juga dalam

aktivasi sistem saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya

69

berasal dari ilmu kinesiology, memahami pentingnya gerakan tubuh

dan otot dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu nama

“kinesio“ digunakan. Kinesio tidak hanya digunakan untuk otot yang

mengontrol gerakan tubuh, tetapi juga mengontrol sirkulasi vena,

getah bening, dan suhu tubuh. Karena itu, ketidakmampuan otot

untuk berfungsi dengan baik akan menginduksi berbagai macam

penyakit kesehatan.(Kase, 2005)

Kinesio taping adalah semacam plester yang ditempel ke kulit

yang dimaksudkan untuk memfasilitasi proses penyembuhan alami

tubuh dan memungkinkan untuk menstabilisasi otot dan sendi tanpa

membatasi ruang gerak sendi dan penguluran dari otot tersebut.

Dalam hal ini kinesio taping mengganti kerja otot agar sirkulasi

darah serta lymfe bisa lancar. Kinesio taping itu sendiri, tidak

membatasi peregangan dari otot yang akan dipasangkan kinesio

taping sehingga tidak akan membatasi gerak/ aktivitas dari seseorang

yang menggunakan kinesio taping. (Kase, 2005 )

Kinesio taping digunakan untuk re-educate sistem

neuromuskuler, mengurangi rasa sakit, meningkatkan kinerja otot,

mencegah cidera, meningkatkan sirkulasi dan mengaktivasi saraf dan

juga sangat fleksibel serta dapat dikenakan pada tubuh yang

memungkinkan kita untuk melakukan gerakan penuh (Muro, 2009).

b) Fungsi kinesio taping

70

Kinesio taping memiliki 4 fungsi utama yaitu support muscle,

menghilangkan penyumbatan aliran dari cairan tubuh, mengaktifkan

system analgetik endogen dan koreksi sendi (Kase, 2006).

(1) Support muscle: meningkatkan kontraksi tonus otot, mengurangi

spasme, mengurangi cramp, membuat kerja otot menjadi lebih

nyaman dan mencegah kemungkinan cedera otot, meningkatkan

ROM dan menghilangkan nyeri

(2) Menghilangkan penyumbatan aliran cairan tubuh: meningkatkan

sirkulasi darah dan limfatik, mengurangi kelebihan panas dan

zat-zat kimia dalam jaringan, mengurangi inflamasi

(3) Mengaktifkan sistem analgesik endogen: mengaktifkan spinal

inhibitory system, mengaktifkan desdencing inhibitory system

(4) Koreksi sendi: memperbaiki aligment, meningkatkan ROM .

Penggunaan kinesio taping dianjurkan pada kasus whiplash

injury, hernia, tennis elbow, low back pain, patella pain, sprain

ankle, bursitis, instability, tendinitis, micro rupture of muscle serta

miofascial pain. Sedangkan penggunaan yang tidak dianjurkan pada

kasus alergi, decubitus, luka terbuka, adanya iritasi pada kulit dan

fraktur (Rodger Tape, 2011).

c) Prosedur pemasangan kinesio taping

(1) Posisi pasien

Setelah dipastikan kulit pasien bersih dan telah dikeringkan,

kemudian pasien tidur di bed dan pastikan pasien dalam posisi

71

nyaman. Pasien diberitahukan jika ada gatal atau keluhan lain

kinesio taping bisa dilepas.

(2) Persiapan kinesio taping

Peralatan yang akan digunakan harus sudah disiapkan terlebih

dahulu agar saat pelaksanaan tidak ada yang ketinggalan. Pilih

kinesio taping yang hendak dipasang. Pemasangan kinesio

taping pada anterior tungkai atas dan posterior tungkai atas.

Untuk anterior tungkai atas potong kinesio taping sepanjang otot

vastus lateralis dan vastus medialis, kemudian taping dipotong

model I taping. Untuk posterior tungkai bawah, potong kinesio

taping sepanjang otot semitendinosus/semimembranosus,

kemudian taping dipotong model I taping.

(3) Pasien tidur terlentang, lutut ekstensi lalu anchor pada taping

pertama dipasang tanpa tarikan, kemudian tarik ekor taping

tanpa tarikan.

Dosis penggunaan :

Durasi : 1 kali penggunaan kinesio taping

Frekuensi : 5 kali pemasangan

72

Gambar 2.19 Kinesio Taping Pada

m.Semitendinosus/Semimembranosus (Kiri), m.Vastus Lateral

dan m.Vastus Medial (Kanan)

Sumber : Data pribadi

Di ambil tanggal 24 Juni 2013

d) Mekanisme penambahan kinesio taping pada wobble board exercise

terhadap peningkatkan stabilitas lutut

Kinesio taping merupakan fasilitator proprioseptik yang

diterapkan dari origo ke insertio pada kulit untuk memberikan

rangsangan taktil pada otot. Rangsangan taktil ini untuk berinteraksi

dengan kontrol kinetik di sistem saraf pusat. Melalui stimulasi

proprioseptik sistem ketegangan otot diatur dan meningkatkan fungsi

sendi. Sehingga bila dikombinasikan dengan wobble board exercise

maka akan terjadi peningkatan fungsi proprioseptif dan kontraksi

otot.

B. Kerangka Berfikir

Sendi lutut merupakan anggota gerak bawah yang menghubungkan

antara tungkai atas dengan tungkai bawah. Fungsinya adalah sebagai

stabilisasi tungkai, selain itu juga sebagai penopang berat badan saat

melakukan aktivitas, seperti berjalan, melompat dan naik turun tangga.

Stabilitas adalah kemampuan sistem neuromuskular dalam

mensinergiskan otot bagian proksimal atau distal dalam posisi stasioner untuk

73

mengontrol tumpuan selama bergerak. Stabilitas dinamik sendiri adalah

kemampuan untuk mempertahankan posisi saat bergerak.

Stabilitas dinamik dipengaruhi oleh sistem neuro, sistem

muskuloskeletal, peredaran darah dan interaksi lingkungan. Sistem neuro

terdiri dari sistem informasi sensoris dan konduktivitas saraf. Dalam sistem

informasi sensoris terdapat reseptor visual dan sensomotor yang terdiri dari

taktil dan proprioseptif.

Visual memegang peranan penting dalam sistem sensoris, visual

menyediakan informasi tentang orientasi dan gerakan tubuh serta merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada.

Sedangkan proprioseptif memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang

posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi

antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada

pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada

pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan,

posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot.

Konduktivitas saraf berpengaruh terhadap input sistem sensorik yang

dapat meningkatkan recruitment motor unit yang dibutuhkan dalam

peningkatan kekuatan otot.

Sistem muskuloskeletal terdiri dari aktif yang meliputi otot dan pasif

yang meliputi ligamen dan meniscus. Otot berperan dalam meningkatkan

tension rekruitment yang berhubungan dengan aktin myosin yang dapat

mempengaruhi kemampuan otot dalam berkontraksi. Ligamen berperan

74

menjaga gerakan yaitu membatasi dan mencegah gerakan yang berlebihan.

Pada peredaran darah terjadi perubahan yaitu peningkatan sistem sirkulasi

otot dan peningkatan kadar O2 dan nutrisi ke jaringan.

Interaksi lingkungan berhubungan erat dengan sistem visual yang ada

pada sistem informasi sensoris.

Latihan stabilisasi berguna untuk mencegah terjadinya cedera dan

meningkatkan fungsional. Fisioterapi sebagai bentuk tenaga kesehatan dapat

memberikan penanganan berupa pencegahan. Latihan stabilitas dapat berupa

wobble board exercise pada dasarnya merupakan statik kontraksi untuk

menghasilkan endurance yang dibutuhkan dalam stabilitas dinamik. Prinsip

dari wobble board exercise ialah meningkatkan fungsi sistem informasi

sensorik dan effektor untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan

serta meningkatkan propioseptif.

Penambahan kinesio taping pada wobble board exercise adalah untuk

memfasilitasi otot-otot lutut agar dapat bekerja lebih maksimal.

75

Skema 2.1 Skema Kerangka Berfikir

Stabilitas Dinamik

Sisitem

Informasi

Sensoris

Visual

Senso

motor

Aktif ↑ Sistem

Konduksi

Pasif

Tak

til

Pro

prio

sept

if

Recrui

tment

Motor

Unit

Wobble Board Excercise + Kinesio

taping

Sistem Muskuloskeletal Sistem Neuromuskuler

Ligamen

dan

Meniscus

Wobble Board Excercise

Single Leg Crossover

Hop Test

↑ Input

Sistem

Sensoris

1. Meningkatkan

stabilitas

2. Meningkatkan

stabilitas dinamik

3. Peningkatan input

sensoris

4. Peningkatan

proprioseptif

5. Meningkatkan

kemampuan

kontraksi otot

Peredaran Darah

↑ Sistem Sirkulasi Otot

↑ Kadar O2 dan

Nutrisi ke Jaringan

Interaksi Lingkungan

Membant

u menjaga

stabilisasi

↑ Tension rekruitme

nt

Otot

↑ Aktin

myosin

Kemampu

an

kontraksi

↑ Joint

sense

1. Meningkatkan

stabilitas

2. Meningkatkan

stabilitas dinamik

3. Peningkatan input

sensoris

4. Peningkatan

proprioseptif

Stabilitas Dinamik Lutut

76

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka penulis membuat kerangka

konsep sebagai berikut:

X1

X2

Skema 2.2 Skema Kerangka Konsep

Keterangan:

P = Populasi

S = Sampel

MA = Matching Alocation

Q1 = Score Sample Stabilitas Sebelum Intervensi Kelompok Kontrol

Q2 = Score Sample Stabilitas Sesudah Intervensi Kelompok Perlakuan

Q3 = Score Sample Stabilitas Sebelum Intervensi Kelompok Kontrol

Q4 = Score Sample Stabilitas Sesudah Intervensi Kelompok Perlakuan

X1 = Wobble Board Exercise

X2 = Wobble Board Exercise dan Kinesio taping

D. Hipotesis

1. pemberian wobble board exercise dapat meningkatan stabilitas dinamik

lutut

P S MA

Q3

Q2 Q1

Q4

77

2. Penambahan kinesio taping pada wobble board exercise dapat

meningkatan stabilitas dinamik lutut

3. Penambahan kinesio taping pada wobble board exercise lebih baik dalam

meningkatkan stabilitas dinamik lutut dibandingkan wobble board

exercise