bab ii kajian teori a. penelitian yang relevan 1. kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/bab...

17
BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Diri Anak SD Negeri (Kelas Satu) di Eks Kota Administrasi Puwokerto Kabupaten Banyumas oleh Chandra Devani Bagus Nugraha (2014). Penelitian Nugraha yang dilakukan pada tahun 2014 merupakan penelitian pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada data dan sumber data. Pada penelitian Nugraha data berupa nama diri pada anak SD Negeri yang berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, sumber data berupa anak SD Negeri yang berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Pada penelitian ini data berupa nama panggilan unik remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, sumber data berupa remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas. 2. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Panggilan Unik Siswa di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kroya Tahun Pelajaran 2013-2014 oleh Evi Yuniarti (2014). Penelitian Yuniarti yang dilakukan pada tahun 2014 merupakan penelitian pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama panggilan unik. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada data dan sumber data. Pada penelitian Yuniarti data berupa nama panggilan unik siswa di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri yang berada di Kota Kroya, Kabupaten Cilacap, sumber data berupa siswa di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri yang berada di Kota Kroya, Kabupaten Cilacap. Pada 8 Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Upload: nguyenkhuong

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Diri Anak SD Negeri

(Kelas Satu) di Eks Kota Administrasi Puwokerto Kabupaten Banyumas

oleh Chandra Devani Bagus Nugraha (2014).

Penelitian Nugraha yang dilakukan pada tahun 2014 merupakan penelitian

pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

penelitian ini terletak pada data dan sumber data. Pada penelitian Nugraha data

berupa nama diri pada anak SD Negeri yang berada di Kota Purwokerto,

Kabupaten Banyumas, sumber data berupa anak SD Negeri yang berada di Kota

Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Pada penelitian ini data berupa nama

panggilan unik remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas,

sumber data berupa remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten

Banyumas.

2. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Panggilan Unik Siswa di

Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kroya Tahun Pelajaran 2013-2014 oleh

Evi Yuniarti (2014).

Penelitian Yuniarti yang dilakukan pada tahun 2014 merupakan penelitian

pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama panggilan unik. Perbedaannya

dengan penelitian ini terletak pada data dan sumber data. Pada penelitian Yuniarti

data berupa nama panggilan unik siswa di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri yang

berada di Kota Kroya, Kabupaten Cilacap, sumber data berupa siswa di Sekolah

Madrasah Aliyah Negeri yang berada di Kota Kroya, Kabupaten Cilacap. Pada

8

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

9

penelitian ini data berupa nama panggilan unik pada remaja di Desa Losari,

Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, sumber data berupa remaja di Desa

Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

B. Semantik

1. Pengertian Semantik

Secara sederhana istilah semantik adalah cabang ilmu linguistik yang

membahas tentang arti atau makna. Contoh jelas dari perilaku atau deskripsi

semantik adalah leksikografi. Masing-masing leksem diberi perian artinya atau

maknanya (Verhaar, 2012: 13). Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris:

semantiks) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda yang berarti tanda atau

lambang). Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau

melambangkan. Yang dimaksud lambang atau tanda di sini, sebagai padanan kata

sema, adalah tanda linguistik (Perancis: signe linguistique). Seperti yang telah

dikemukakan oleh Ferdinand de Sausure (dalam Chaer, 2013: 2), tanda terdiri

dari (a) komponen yang mengartikan (b) komponen yang diartikan atau makna

dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau

lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang

berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata

semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang

linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-

hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu

tentang makna atau tentang arti. Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bagan

dibawah ini.

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

10

Bagan 1

Makna

„makna‟

yang diartikan

Tanda linguistik referen

[bunyi]

yang mengartikan

yang menandai yang ditandai

(intralingual) (ekstralingual)

2. Jenis Semantik

jenis semantik ada dua, yaitu semantik leksikal dan semantik gramatikal.

Chaer (2013: 8), yang diselidiki pada semantik leksikal yaitu makna yang ada

pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Maka yang ada pada leksem-leksem

tersebut disebut makna leksikal. Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi

menjadi dua, yaitu morfologi dan sintaksis karena objek studinya adalah makna-

makna gramatikal dari tataran tersebut. Verhaar (2012: 385), semantik leksikal

menyangkut makna leksikal yang mengkaji tentang makna-makna dalam leksem.

Semantik gramatikal yaitu yang menkaji tentang tataran pada morfologi dan

sintaksis.

C. Penamaan (Penyebutan)

1. Pengertian Penamaan (Penyebutan)

Penamaan merupakan proses atau cara pemberian nama dari seseorang

kepada orang lain. Sudaryat (2011: 59) mengatakan, proses penamaan berkaitan

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

11

dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. Konvensional

berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya, sedangkan arbitrer berdasarkan

kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke benda yang

beratap, berdinding, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat.

Plato (dalam Chaer, 2013: 43) mengatakan bahwa nama itu sama dengan lambang

untuk sesuatu yang dilambangkannya. Itu berarti pemberian nama itu pun bersifat

arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali.

2. Jenis Penamaan (Penyebutan)

Jenis penamaan menurut Chaer (2013: 43) ada sembilan, yaitu: (1)

penyebutan peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4)

penyebutan penemu dan pembuat, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan

bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, dan (9)

penyebutan penamaan baru. Sedangkan menurut Sudaryat (2011: 59) dalam proes

penamaan ada sepuluh cara, yaitu: (1) penyebutan peniruan bunyi, (2) penyebutan

bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan

tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan

pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

Dengan demikian dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua

perbedaan, yaitu (1) menurut Chaer penyebutan pengistilahan bukan termasuk

jenis penamaan. Sedangkan menurut Sudaryat penyebutan pengistilahan termasuk

jenis penamaan dan (2) Chaer menyebut dengan penyebutan penemu dan

pembuat, sedangkan Sudaryat menyebutnya dengan istilah apelativa. Kedua

pendapat tersebut peneliti rangkum untuk keperluan landasan teori dalam

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

12

penelitian ini yaitu, (1) penyebutan peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3)

penyebutan sifat khas, (4) penyebutan penemu dan pembuat (apelativa), (5)

penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8)

penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan

pengistilahan.

a. Peniruan Bunyi

Chaer (2013: 44) mengatakan bahwa di dalam bahasa Indonesia ada sejumlah

kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda

atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang

ditimbulkan oleh benda tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Sudaryat (2011: 59)

mengatakan bahwa penamaan dengan peniruan bunyi (onomatope) muncul jika

kata atau ungkapan tersebut merupakan bunyi dari benda yang diacunya.

Misalnya, binatang sejenis reptile kecil yang malate di dinding disebut cicak

karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti

itu karena bunyinya “tokek, tokek”.

b. Penyebutan Bagian

Chaer (2013: 45) mengatakan bahwa penamaan sesuatu benda atau konsep

berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang

menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui umum. Sejalan dengan itu,

Sudaryat (2011: 59) menyebut istilah penamaan dengan istilah pars pro toto

adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda,

padahal yang dimaksud keseluruhannya. Misalnya pada tahun enam puluhan

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

13

kalau ada orang mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak ada

Sudirmannya” maka dengan kata Sudirman yang dimaksudkan adalah uang

karena pada waktu itu uang bergambar Almarhum Jendral Sudirman. Sekarang

mungkin dikatakan tidak ada Soekarno-Hattanya sebab uang kertas sekarang

bergambar Soekarno-Hatta (lembaran seratus ribu).

c. Penyebutan Sifat Khas

Chaer (2013: 46) mengatakan bahwa hampir sama dengan pars pro toto yang

dibicarakan di atas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas

yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam

peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian, yakni perubahan dari

kata sifat menjadi kata benda. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut

si kikir atau si bakhil. Sejalan dengan hal tersebut, Sudaryat (2011: 59)

mengatakan bahwa penyebutan sifat khas, yakni penamaan suatu benda

berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Misalnya, ungkapan si

Jangkung muncul berdasarkan tubuhnya yang jangkung. Penyebutan sifat khas di

sini nantinya akan dibagi menjadi dua, yaitu sifat khas yang berdasarkan pada ciri

fisik dan sifat khas yang berdasarkan pada karakter. Kemudian sifat khas yang

berdasarkan pada ciri fisik akan dibedakan lagi menjadi beberapa bagian, yaitu

ciri fisik karena gerak, bentuk tubuh, warna kulit, kelainan fisik, dan kelainan alat

ucap.

d. Penyebutan Penemu dan Pembuat

Chaer (2013: 47), banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang

dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

14

peristiwa sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah

appelativa. Sejalan dengan Chaer, ahli lain, yaitu Sudaryat (2011: 59), menyebut

istilah penyebutan penemu dan pembuat dengan istilah apelativa adalah penamaan

suatu benda berdasarkan nama penemu, nama pabrik pembuatnya, atau nama

dalam peristiwa sejarah. Misalnya, nama-nama benda yang berasal dari nama

orang, antara lain, mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang

mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair

di Kediri, Jawa Timur. Volt adalah nama satuan kekuatan listrik yang diturunkan

dari nama penemunya Volta seorang sarjana fisika bangsa Italia.

e. Penyebutan Tempat Asal

Chaer (2013: 48) mengatakan bahwa sejumlah nama benda dapat ditelusuri

dari nama tempat asal benda tersebut. Sejalan dengan itu, Sudaryat (2011: 59)

mengatakan bahwa penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda

berdasarkan tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama

tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau

Kenari di Afrika; kata sarden, atau ikan sarden, berasal dari nama Pulau Sardinia

di Italia; kata klonyo berasal dari au de Co-logne artinya air dari Kuelen, yaitu

nama kota di Jerman Barat. Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut

berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti.

f. Penyebutan Bahan

Chaer (2013: 49) mengatakan bahwa ada sejumlah benda yang namanya

diambil dari nama bahan pokok benda itu. Sejalan dengan hal itu, Sudaryat (2011:

60) mengatakan bahwa penyebutan bahan adalah penamaan berdasarkan nama

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

15

bahan pokok benda tersebut. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis

serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Chorcorus capsularis,

disebut juga goni atau guni. Jadi, kalau dikatakan membeli beras dua goni,

maksudnya membeli beras dua karung.

g. Penyebutan Keserupaan

Chaer (2013: 50) mengatakan bahwa di dalam praktik berbahasa banyak kata

yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran

yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari

makna itu. Sudaryat (2011: 60) mengatakan bahwa penyebutan keserupaan adalah

penamaan suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain.

Misalnya, dari kata kaki ada frase kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Kata

kaki dari frasa tersebut memiliki kesamaan makna dengan salah satu ciri makna

dari kata kaki itu, yaitu alat penopang berdirinya tubuh pada frasa kaki gunung.

h. Penyebutan Pemendekan

Chaer (2013: 51) mengatakan bahwa banyak kata-kata dalam bahasa

Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau

suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya, ABRI

yang berasal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; KONI yang berasal dari

Komite Olahraga Nasional Indonesia; Tilang yang berasal dari Bukti

Pelanggaran; Tabanas yang berasal Tabungan Pembangunan Nasional; Monas

yang berasal dari Monumen Nasional; dan Depnaker yang berasal dari

Departemen Tenaga Kerja. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

16

ini lazim disebut akronim. Sejalan dengan hal tersebut, Sudaryat (2011: 60)

mengatakan bahwa penyebutan pemendekan adalah penamaan suatu benda

dengan cara memendekkan ujaran atau kata lain. Maksudnya, yaitu pemberian

nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi bentuk atau kata yang lain.

Misalnya, kata Iptek yang berasal dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Kridalaksana (1992: 165-176) menyebut kependekan ada empat, yaitu singkatan,

akronim dan kontraksi, penggalan, dan lambang huruf.

i. Penyebutan Penamaan Baru

Chaer (2013: 51) mengatakan bahwa banyak kata atau istilah baru yang

dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Kata-kata

atau istilah-istilah lama yang sudah ada itu perlu diganti dengan kata-kata baru,

atau sebutan baru, karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau

kurang ilmiah. Sejalan dengan hal itu, Sudaryat (2011: 60) mengatakan bahwa

penyebutan penamaan baru adalah penamaan suatu benda berdasarkan masuknya

kata-kata baru untuk mengganti kata-kata lama yang dirasakan kurang tepat,

kurang ilmiah, atau kurang halus. Misalnya, kata pariwisata untuk mengganti

tourisme; kata wisatawan untuk mengganti tourist atau pelancong; kata

darmawisata untuk mengganti kata piknik; dan kata suku cadang untuk mengganti

onderdil.

j. Penyebutan Pengistilahan

Chaer (2013: 52) mengatakan, berbeda dengan proses penamaan atau penyebutan

yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer, maka pengistilahan lebih banyak

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

17

berlangsung menurut suatu prosedur. Ini terjadi karena pengistilahan dilakukan

untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan makna untuk suatu bidang kegiatan

atau keilmuan. Di sinilah letak perbedaan antara istilah sebagai hasil pengistilahan

dengan nama sebagai hasil penamaan. Istilah memiliki makna yang tepat dan

cermat serta digunakan hanya untuk satu bidang tertentu, sedangkan nama masih

bersifat umum karena digunakan tidak dalam bidang tertentu. Sejalan dengan hal

tersebut, Sudaryat (2011: 60) mengatakan bahwa penyebutan pengistilahan

merupakan penamaan suatu benda yang khusus dibuat untuk bidang kegiatan atau

keilmuan tertentu. Umpamanya kata < telinga > dan < kuping > sebagai nama

dianggap bersinonim, tampak dari kenyataan orang bisa mengatakan kuping saya

sakit yang sama saja dengan telinga saya sakit.

D. Makna

1. Pengertian Makna

Menurut cf. Grice dan Bolinger (dalam Aminuddin 2011: 52), makna ialah

hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh

para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Sedangkan menurut de

Sausure (dalam Chaer 2013: 29) setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur,

yaitu (a) yang diartikan (Prancis: signifie, Inggris: signified) dan (b) yang

mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier). Yang diartikan (Prancis:

signifie, Inggris: signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna

dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan (Prancis: signifiant,

Inggris: signifier) itu tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari

fonem-fonem yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda-linguistik

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

18

terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-

bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada sesuatu referen

yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual).

2. Jenis Makna

Djajasudarma (2009: 7) membagi jenis makna mnjadi makna kognitif

(denotatif, deskriptif), makna konotatif, emotif, makna sempit, makna luas, makna

gramatikal, makna leksikal, makna kontruksi, makna referensial, makna majas

(kiasan), makna inti, makna idesional, makna proposisi, dan makna piktorial.

Selain itu, Pateda (2010: 96) juga membagi jenis makna menjadi makna kognitif,

makna idesional, makna denotasi,makna proposisi, makna emotif, makna kognitif

(deskriptif), makna referensial, makna pictorial, makna kamus, makna samping,

makna inti, makna gramatikal, makna leksikal, makna sempit, makna luas. Dari

dua pendapat tersebut, peneliti merangkum untuk digunakan sebagai landasan

teori yaitu, 1) makna denotasi, 2) makna konotasi, 3) makna referensial, dan 4)

makna nonreferensial.

a. Makna Denotatif

Harimurti (dalam Pateda 2010: 98) mengatakan bahwa makna denotatif

(denotatif meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas

hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi

satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa

adanya. Sifatnya objektif. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas

pada sesuatu di luar bahasa atau yang dasarkan pada konvensi tertentu. Kemudian

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

19

tokoh lain, yaitu Djajasudarma, menyebut makna denotatif dengan istilah lain,

yaitu makna kognitif atau makna deskriptif. Djajasudarma (2009: 11) mengatakan

bahwa makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotatif. Makna

tersebut menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan

(bandingkan dengan makna konotatif dan emotif). Makna kognitif adalah makna

yang lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata

yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang

makna kognitifnya khusus, antara lain itu, ini, ke sana, ke sini; numeralia, antara

lain, satu, dua, tiga, dan sebagainya.

b. Makna Konotatif

Sudaryat (2011: 25) mengatakan bahwa makna konotatif adalah makna yang

tidak langsung menunjukkan hal, benda, atau objek yang diacunya. Makna

konotatif biasanya mengandung perasaan, kenangan, dan tafsiran terhadap objek

lain. Makna konotatif merupakan pemakaian makna yang tidak sebenarnya.

Sedangkan Djajasudarma (2009: 12) mengatakan bahwa makna konotatif muncul

sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang

didengar. Makna konotasi adalah makna yang muncul dari makna kognitif (lewat

makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen

makna lain.

c. Makna Referensial

Pateda (2010: 125) mengatakan, makna referensial (referential meaning)

adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata.

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

20

Djajasudarma (2009: 14) mengatakan bahwa makna referensial adalah makna

yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan), makna

referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan. Makna ini

memiliki hubungan dengan konsep, sama halnya seperti makna kognitif. Makna

referensial memiliki hubungan dengan konsep tentang sesuatu yang telah

disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa), seperti terlihat di dalam hubungan

antara konsep (reference) dengan acuhan (referent) pada segitiga dibawah ini:

Bagan 2

Makna Referensial

KATA (b) konsep

(a) (c)

bentuk referen

d. Makna Nonreferensial

Makna nonreferensial adalah makna yang tidak mempunyai referen. Dalam

bahasa Indonesia makna tersebut terdapat pada kata sambung dan kata depan.

(Chaer, 1995: 54). Sedangkan menurut Keraf (1985: 28), makna nonreferensial

juga disebut makna konotatif atau makna emosional. Menurutnya, makna

nonreferensional (konotatif) sebagian terjadi karena pembicara ingin

menimbulkan perasaan setuju – tidak setuju, senang – tidak senang dan

sebagainya pada pihak pendengar di pihak lain, kata yang dipilih itu

memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

21

Maksudnya kata nonreferensial tidak merujuk pada suatu makna atau konsep

tertentu. Misalnya kata karena dan kata tetapi. Kedua kata sambung tersebut

termasuk ke dalam makna nonreferensial karena kedua kata tersebut tidak

mempunyai acuan (referen) dan tidak ada wujud berupa benda

E. Nama Diri

1. Pengertian Nama Diri

Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011: 345) disebutkan bahwa

nama diri merupakan nama untuk menyebut diri seseorang, benda, tempat

tertentu, dan sebagainya. Sumarsono (2014: 84) mengatakan bahwa mempunyai

sebuah nama adalah hak istimewa atau kehormatan tiap orang. Nama itu

memegang peranan penting dalam hubungan antarmanusia. Karena itu, nama itu

sering digayuti oleh kekuatan magis dan dikelilingi oleh hal-hal gaib dan tabu.

Satu contoh, di antara masyarakat Masai di Afrika, nama orang yang sudah

meninggal tidak boleh disebut-sebut lagi, dan kalau ada kata sehari-hari yang

kebetulan mirip bunyinya dengan nama itu, kata itu harus diganti: jika seseorang

yang tidak penting bernama Ol-onana (dia yang lembut, lemah atau gagah)

meninggal, maka kegagahan tidak lagi disebut en-nanai lagi sebagaimana

biasanya orang menyebut si mayat melainkan ia akan diganti dengan nama lain,

misalnya epolpol (si lembut).

2. Pemilihan Kata Nama Diri Masyarakat Jawa

Ditinjau dari sudut semantik, bentuk satuan bunyi yang digunakan sebagai

nama diri orang Jawa pada umumnya tidak seluruhnya sama dengan kata. Hal itu

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

22

disebabkan oleh tidak semua bentuk satuan bunyi itu mempunyai makna di dalam

bahasa Jawa. Misalnya, nama Lestari, Purnama, dan Sujana terdapat dalam

perbendaharaan kata bahasa Jawa, tetapi nama Juminten, Wagiman, dan Paina

tidak terdapat dalam kosakata bahasa Jawa. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan

bahwa bentuk-bentuk satuan bunyi yang dipakai sebagai nama diri itu mempunyai

ciri-ciri yang sama dengan kata dalam bahasa Jawa pada umumnya. Tidak

lazimnya pemakaian nama diri seperti George Foreman, Richard Nixon, William

Shakespeare, atau Liem Swie King dalam masyarakat Jawa merupakan bukti yang

membenarkan kenyataan bahwa nama diri itu merupakan bentuk satuan bunyi

yang asing jika dibandingkan dengan ciri-ciri kata bahasa Jawa pada umumnya

(Soeharno,. dkk, 1987: 13).

F. Nama Panggilan Unik

Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar disebutkan bahwa panggilan

adalah sebutan nama (2011: 389) dan unik adalah lain daripada yang lain; khusus

(2011: 592). Jadi, nama panggilan unik yaitu sebutan nama yang lain daripada

yang lain atau khusus diberikan kepada seseorang. Sementara Nagata (2014),

Sudah menjadi kodrat setiap manusia yang lahir di dunia akan memiliki nama

yang diberikan oleh orangtuanya. Selain nama lengkap, setiap orang tentu

memiliki nama panggilan dari kecil. Biasanya nama itu berupa panggilan

kesayangan dari orang tua, atau nama yang diberikan oleh seseorang agar lebih

mudah dalam memanggil seseorang tersebut. Misalnya, kalangan artis atau

selebritis biasanya memiliki nama panggilan yang khas, yang mencirikan sesuatu

yang unik, atau nama yang berbeda dari nama yang sebenarnya. Contoh, Zazkia

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

23

Shinta yang memiliki goyangan itik sehingga dirinya dipanggil dengan Zazkia

Gotik. Sebuah nama panggilan biasanya ada yang melekat pada diri seseorang

sejak bayi sampai beranjak dewasa. Penyebutan nama panggilan tentu memiliki

sejarah atau asal-usul yang unik sehingga tidak mudah untuk dilupakan begitu

saja.

G. Pengertian Remaja

Csikszentimihalyi dan Larson (dalam Sarwono, 1991: 10), remaja adalah

restrukturisasi kesadaran, yaitu merupakan masa penyempurnaan dari

perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya. Perkembangan jiwa itu ditandai

dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy.

Entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi.

Kemudian negentropy adalah keadaan di mana isi kesadaran tersusun dengan

baik. Sedangkan Sunarto, dkk. (2008: 51) mengatakan bahwa istilah asing yang

sering dipakai untuk menunjukkan makna remaja, antara lain adalah puberteit,

adolescentia, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas

atau remaja. Istilah puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa

Latin pubertas yang berarti usai kedewasaan (the age of manhood). Kata ini

berkaitan dengan kata Latin lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan

rambut di daerah tulang pusik (di wilayah kemaluan). Penggunaan istilah ini lebih

terbatas dan menunjukkan lebih berkembang dan tercapainya kematangan seksual

ditinjau dari aspek biologisnya. Istilah adolescentia berasal dari kata Latin:

adulescentis. Dengan adulescentia dimaksudkan masa muda. Adolescentia

menunjukkan masa yang tercepat antara usia 12 – 22 tahun dan mencakup seluruh

perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut.

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Kajian ...repository.ump.ac.id/1830/3/BAB II_NANANG RAHMAT HIDAYAT_PBSI'17.pdf · nama yang berasal dari bentuk atau kata asli menjadi

24

Kerangka Pikir

Dari landasan teori pada BAB II di atas dapat dibentuk menjadi kerangka

pikir sebagai beriku.

Pengertian Semantik

Nama Diri

Pemilihan Kata Nama Diri Masyarakat Jawa

Nama Panggilan Unik

Penamaan

1. Peniruan Bunyi

2. Penyebutan Bagian

3. Penyebutan Sifat Khas

4. Penyebutan Penemu dan Pembuat

5. Penyebutan Tempat Asal

6. Penyebutan Bahan

7. Penyebutan Keserupaan

8. Penyebutan Pemendekan

9. Penyebutan Penamaan Baru

10. Penyebutan Pengistilahan

Makna1. Makna Denotatif

2. Makna Konotatif

3. Makna Referensial

4. Makna Nonreferensial Jenis Makna

Nama Panggilan Unik

pada Remaja di Desa

Losari, Kecamatan

Rawalo, Kabupaten

Banyumas

Analisis Jenis Penamaan…, Nanang Rahmat Hidayat, FKIP UMP, 2016