bab ii kajian pustaka · 2018. 8. 14. · 7 . bab . ii. kajian pustaka . bab ini akan membahas...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan. Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian media, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis media, dan pengembangan video animasi fase- fase bulan sebagai media pembelajaran. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran saintifik di SD, serta penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotsesis pengembangan berkenaan dengan pengembangan media pembelajaran video animasi yang akan peneliti susun. 2.1 Kajian Teori 2.1.1Pengertian media Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan, akibatnya dalam bidang pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan sehingga, mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Perubahan dan pembaharuan bukan hanya terjadi dalam bidang kurikulum, metodologi mengajar, penilaian pendidikan dan organisasi dan personil, akan tetapi juga terjadi pada media atau peralatan yang digunakan dalam mengajar. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Misalnya buku, film, kaset, film bingkai, dan permainan. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association / NEA ) memiliki pengertian, media adalah bentuk bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan di baca. Miarso (2004) berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan.

    Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian media, fungsi

    media pembelajaran, jenis-jenis media, dan pengembangan video animasi fase-

    fase bulan sebagai media pembelajaran. Bahasan yang kedua berisi tentang

    pembelajaran saintifik di SD, serta penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan

    hipotsesis pengembangan berkenaan dengan pengembangan media pembelajaran

    video animasi yang akan peneliti susun.

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1Pengertian media

    Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

    telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan, akibatnya

    dalam bidang pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan sehingga,

    mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

    maka dewasa ini pendidikan di sekolah menunjukan perkembangan yang sangat

    pesat. Perubahan dan pembaharuan bukan hanya terjadi dalam bidang kurikulum,

    metodologi mengajar, penilaian pendidikan dan organisasi dan personil, akan

    tetapi juga terjadi pada media atau peralatan yang digunakan dalam mengajar.

    Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

    kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne (1970)

    menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan

    peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs

    (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

    pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Misalnya buku, film, kaset,

    film bingkai, dan permainan. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

    Association / NEA ) memiliki pengertian, media adalah bentuk – bentuk

    komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media

    hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan di baca. Miarso (2004)

    berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan

  • 8

    untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

    dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”. Dari

    beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, media merupakan

    segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk merangsang

    peserta didik untuk belajar, media tersebut dapat berupa buku, film, hand out,

    permainan, dan lain – lain.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan media sebagai alat

    berkomunikasi dan informasi. Media berasal dari kata “medius” yang artinya

    tengah, perantara atau pengantar. Menurut Heinich dalam Rusman (2012:159)

    media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media

    merupakan salahsatu alat komunikasi dalam penyampaian pesan tentunya sangat

    bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran, media yang

    digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan media pembelajaran

    (Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 143-158). Dari beberapa pendapat yang

    telah diuraikan, media adalah alat bantu komunikasi yang digunakan untuk

    menyampaikan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan.

    Menurut Oemar Hamalik dalam Media Pembelajara (1976: 22)

    mengatakan bahwa media pendidikan memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut :

    a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal

    dari kata “ raga “, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan

    yang dapat diamati melalui panca indera kita.

    b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal – hal yang bisa dilihat dan

    didengar.

    c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

    pengajaran, antara guru dan peserta didik

    d. Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam

    kelas maupun luar kelas.

    e. Berdasarkan (c) dan (d), maka pada dasarnya, media pendidikan merupakan

    suatu “perantara” (medium,media) dan digunakan dalam rangka pendidikan

    f. Media pendidikan mengandung aspek – aspek : sebagai alat dan sebagai

    tehnik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar

  • 9

    g. Karena itu, sebagai tindakan operasionil.

    Jadi yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode dan tehnik

    yang digunakan dalam rangka lebih mengefetifkan komunikasi dan interaksi

    antara guru dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

    2.1.2 Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

    Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15),

    nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :

    1. Meletakkan dasar – dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh karena itu

    mengurangi “ verbalisme “.

    2. Memperbesar perhatian para peserta didik.

    3. Meletakkan dasar – dasar yang penting untuk perkembaangan belajar dan oleh

    karena itu membuat pelajaran lebih menetap.

    4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

    berusaha sendiri dikalangan peserta didik.

    5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama terdapat

    dalam gambar hidup.

    6. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu

    pengembangan kemampuan berbahasa.

    7. Memberikan pengalaman – pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan

    cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta

    keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

    Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

    berikut (Arief S. Sadiman 2008 : 17):

    1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam

    bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

    2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya :

    a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film

    bingkai, film, atau model.

    b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau

    gambar.

  • 10

    c. Gerak yang terlalu lembat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

    timelapse atau high-speed photograpy;

    d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

    lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

    e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

    dengan model, diagram, dan lain-lain.

    f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi, iklim, dan lain-lain)

    dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

    3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

    sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

    a. Menimbulkan kegairahan belajar

    b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

    lingkungan dan kenyataan.

    c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan

    minatnya.

    4. Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan

    lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi

    pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka guru banyak

    mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus di atasi sendiri. Hal akan

    lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan peserta didik juga

    berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan

    kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan

    pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

    Maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media dalam proses

    pembelajaran dapat mengarahkan minat belajar peserta didik sehingga

    memunculkan rasa ingin tahu peserta didik, menumbuhkan motivasi peserta didik

    untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

    2.1.3 Jenis dan Karakteristik Media

    Media atau bahan adalah perangkat lunak (softwere) berisi pesan atau

    informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan peralatan. Peralatan atau

    perangkat keras (hardwere) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan

  • 11

    terkandung pada media tersebut (AECT, 1977). Menurut taksonomi Rudy Bretz

    mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi 3 unsur pokok, yaitu suara,

    visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic)

    dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap

    dengan indera penglihatan. Terdapat 8 klasifikasi media yang dikemukakan oleh

    Bretz yaitu : 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media

    audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi

    gerak, 7) media audio dan 8) media cetak.

    Menurut taksonomi Briggs, lebih mengarah pada karakteristik menurut

    stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu

    kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas

    pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media

    yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu : objek, model, suara

    lansung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis,

    media transparansi, film rangkai, film bingkai, film televisi dan gambar. Berbeda

    dengan Briggs, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : benda

    untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar

    bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh klompok media ini kemudian

    dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki

    belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat

    belajar, contoh pelaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir,

    memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik. Dalam

    Taksonomi Edling, Edling beranggapan bahwa media merupakan bagian dari

    enam unsur ransangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi

    kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektiv visual, dan dua pengalaman

    belajar 3 dimensi meliputi pengalaman lansung dengan orang dan pengalaman

    lansung dengan benda – benda.

    Dalam menyusun taksonomi media menurut hierarki pemanfaatn untuk

    pendidikan, Ducan menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup

    sasarannya di satu pihak dan kemudian pengadaan serta penggunaan, keterbatasan

    lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitam

  • 12

    perangkat medianya dalam satu hierarki. Dalam bahasa awam hal tersebut daapat

    dijelaskan bahwa semakin rumit perangkat media yang dipakai, semakin mahal

    biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum

    penggunaannya dan semakin luas lingkup sasaranya. Sebaliknya, semakin

    sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah,

    pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup

    sasarannya lebih terbatas.

    Dari taksonomi yang telah dijabarkan oleh beberapa ahli, media

    pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi media grafis, media audio dan media

    proyeksi diam. Adapun karakteristik yang dimilik oleh masing – masing media.

    Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh Schramm, kita dapat melihat

    media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput,

    dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut

    kemampuan membangkitkan rangsangan indera pengliatan, pendengaran,

    perabaan, pengecapan, maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkatan

    hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne. Media Grafis termasuk media

    viasual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk

    menyalurkan pesan dari sumber kepeneima pesan. Pesan yang akan disampaikan

    dituangkan kedalam simbol – simbol komunikasi visual, simbol – simbol tersebut

    perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan

    efisien. Selain itu, secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik

    perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang

    mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain

    sederhana dan mudah pembuatanya media grafis termasuk media yang relatif

    murah ditinjau dari segi biayanya. Jenis – jens dari media grafis ialah gambar /

    foto, sketsa, diagram, bagan / chart, grafik (graphs), kartun, poster, peta dan globe,

    papan flanel / flanel board, papan buletin. Berbeda dengan media grafis, media

    audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan

    dituangkan kedalam lambang – lambang auditif, baik verbal ( kedalam kata – kata

    / bahasa lisan ) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, antara lain

    radio, alat perekam pita maghnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.

  • 13

    Media proyeksi diam mempunyai pesamaan dengan media grafik dalam arti

    menyajikan rangsangan – rangsangan visual. Selain itu, bahasa – bahasa grafis

    banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara

    mereka adalah pada media grafis dapat secara lansung berinteraksi dengan pesan

    media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus

    diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Adakalanya

    media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang visual saja. Jenis medi

    proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead

    proyektor, proyektor opaque, teachitoscope, microprojection dengan microfilm.

    2.1.4 Definisi Video

    Kata video bukanlah suatu hal asing bagi para peserta didik, video berasal

    dari sebuah singkatan yang dalam bahasa Inggris yaitu visual dan audio. Kata vi

    merupakan singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo

    adalah singkatan dari kata audio yang berarti suara. Jadi video adalah seprangkat

    komponen atau media yang mampu menampilkan gambar dan suara dengan cara

    bersamaan (Ni Kadek R.D, dkk e-journal UNDHIKSA Vol:5 No: 2 Tahun 2016).

    Menurut Munir (2012:289), “video adalah teknologi penangkapan, perekaman,

    pengolahan, dan penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar

    diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik”. Sejalan

    dengan hal itu, Riyana (Wiradinata,2014) berpendapat “media video pembelajaran

    adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-

    pesan pembelajara, baik berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi

    pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran”.

    Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa video

    adalah suatu media yang dapat menampilkan gambar dan suara dengan waktu

    bersamaan sehingga dapat mendengar dan melihat suatu materi atau informasi

    yang disampaikan.

    2.1.5 Definisi Animasi

    Kata animasi berasal dari bahasa Latin, anima yang berarti “hidup” atau

    animare yang berarti “meniupkan hidup kedalam”. Kemudian istilah tersebut

    dialihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Animate yang berarti memberi

  • 14

    hidup (to give life to), atau Animation yang berarti ilusi dari gerakan, atau hidup

    (Ranang A.S, 2010:9). Lazimnya istilah animation diartikan membuat film kartun

    (the making of cartoons). Istilah animation tersebut dialihbahasakan ke dalam

    bahasa Indonesia menjadi Animasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

    (2002:53) kata animasi diartikan lebih teknis lagi yaitu acara televisi yang

    berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik

    elektronis sehingga tampak di layar menjadi bergerak.

    2.1.5.1Jenis-Jenis Animasi

    Sampai saat ini animasi dibagi dalam kategori besar, yaitu (Ranang A.S, 2010 :

    44-49) :

    1. Animasi Gambar Diam (Stop-Motion Animation)

    Stop-Motion Animation sering disebut pula claymation karena dalam

    perkembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan tanah liat (clay) sebagai

    objek yang digerakkan. Teknik animasi stop-motion pertama kali ditemukan oleh

    Stuart Blakton pada tahun 1906 dengan menggambar ekspresi wajah tokoh kartun

    di papan tulis, diambil gambarnya dengan still camera, kemudian dihapus untuk

    menggambar ekspresi wajah selanjutnya. Teknik animasi stop motion ini sering

    digunakan dalam efek visual untuk film-film di era tahun 1950-1960 bahkan

    sampai saat ini.

    2. Animasi Tradisional (Traditional Animation)

    Animasi tradisional merupakan teknik animasi yang pertama kali

    dikembangkan dan telah menjadi jenis animasi paling dikenal sampai saat ini.

    Animasi tradisional juga sering disebut Animasi Sel (cel animation) karena teknik

    pengerjaannya dilakukan pada celluloid transparent yang sekilas mirip sekali

    dengan transparasi OHP yang sering digunakan untuk presentasi. Karena

    bentuknya lembaran-lembaran gambar dua dimensi tersebut, teknik ini disebut

    juga dengan istilah Animasi 2 Dimensi (2D), dan saat ini lebih populer daripada

    istilah Animasi Sel itu sendiri. Dengan berkembangnya teknologi komputer,

    teknik animasi tradisional berubah menggunakan komputer. Beberapa aplikasi

    perangkat lunak (software) diciptakan untuk mendukung produksi animasi 2D,

  • 15

    seperti adobe Image Ready, Macromedia Flash, Animator Pro, After Effect dan

    sebagainya.

    3. Animasi Komputer (Computer Animation)

    Sesuai dengan namanya, animasi jenis ini secara keseluruhan dikerjakan

    dengan bantuan komputer. Melalui menu gerakan kamera dalam program

    komputer, keseluruhan objek bisa diperlihatkan secara tiga dimensi, sehingga

    lebih sering disebut dengan istilah animasi tiga dimensi (3D animation). Awal

    perkembangan animasi 3D sesungguhnya sudah di mulai sejak tahun 1964, ketika

    Ivan Sutherland dari, Massachussetts Institute of Technology berhasil

    mengembangkan sebuah program bernama Sketsachpad yang mampu

    menggambar sinar-sinar garis langsung pada Chatoda Ray Tube (CRT).

    Berdasarkan jenis-jenis animasi yang telah terurai, video animasi fase-fase

    bulan yang akan dikembangkan peneliti tergolong pada jenis animasi tradisional,

    karena animasi yang dibuat dalam video pembelajaran menggunakan animasi

    2dimensi (2D)

    2.1.6 Cara pengembangan media pembelajaran

    Menurut Azhar Arsyad (2009:2), dismping mampu menggunakan alat-alat

    yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan

    membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut

    belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

    cukup tentang pengembangan media pembelajaran. Langkah – langkah

    pengembangan media menurut Arief S. Sadiman (2009: 99-187), langkah-langkah

    pengembangan media adalah sebagai berikut.

    a. Penyusunan Rancangan

    Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat di uraikan sebagai

    berikut ini :

    1. Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Peserta didik

    Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah

    kesenjangan antara kemampuan, ketrampilan dan sikap peserta didik yang kita

    inginkan dengan kemampuan, ketrampilan dan sikap peserta didik yang mereka

    miliki sekarang. Dari kesenjangan itu dapat diketahui apa yang dibutuhkan dan

  • 16

    yang diperlukan peserta didik. Sebagai perancang program media, guru harus

    dapat mengetahui pengetahuan atau ketrampilan yang telah dimiliki peserta didik

    sebelum mengikuti kegiatan instruksional. Suatu program media akan dianggap

    terlalu mudah bagi peserta didik bila peserta didik tersebut telah memiliki

    sebagian besar pengetahuan / ketrampilan yang disajikan oleh program media

    tersebut. Sebliknya program akan dipandang terlalu sulit bagi peserta didik bila

    peserta didik belum memiliki pengetahuan / ketrampilan yang harus dimiliki

    peserta didik sebelum menggunakan media tersebut. Pengetahuan prasyarat ialag

    pengetahuan / ketrampilan yang harus dimiliki peserta didik sebelum

    menggunakan media.

    2. Perumusan Tujuan

    Dalam proses pembelajarn, tujuan instruksional merupakan faktor yang

    sangat penting. Tujuan dapat memberi arah kemana peserta didik akan pergi,

    bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai

    tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang

    harus dapat dilakukan peserta didik setelah ia mengikuti proses instruksional

    tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik ada dua hal

    yang perlu di ingat yaitu :

    a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada peserta didik bukan berorientasi

    kepada guru. Hal yang perlu dinyatakan dalam tujuan harus perilaku yang dapat

    dilakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan peserta didik setelah proses

    instruksional selesai. Jadi, tujuan ini harus berorientasi kepada hasil. Tujuan tidak

    menyatakan apa yang harus dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar

    karna bukan perilaku guru yang dipentingkan melainkan perilaku peserta didik.

    Jadi, bukan proses mencapai tujuan itu yang penting, melainkan hasil akhirnya.

    b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang oprasional. Artinya, kata kerja

    itu menenujukkan perbuatan yang dapat diamati atau yang hasilnya dapat diukur.

    3. Pengembangan Materi Pembelajaran

    Pengembangan materi dalam hal ini adalah bahan pelajaran apa yang harus

    dipelajarai peserta didik atau pengalaman belajar apa ysng harus dilakukan oleh

    peserta didik agar tujuan instruksional dapat tercapai. Untuk dapat

  • 17

    mengembangkan bahan istruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu,

    maka tujuan yang telah di rumuskan harus dianalisis lebih lanjut. Dengan cara

    tersebut akan diperoleh sub kemampuan dan sub ketrampilan, serta sub-sub

    kemampuan dan sub-sub ketrampilan (Arief S. Sadiman, 2009: 112). Apabila sub

    kemampuan dan sub-sub kemampuan telah telah teridentifikasi maka akan

    diperoleh bahan instruksional terperinci yang akan mendukung tercapainya tujuan

    tersebut. Setelah daftar pokok-pokok bahasan bahan pembelajaran tersebut

    diperoleh. Berikutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis,

    artinya dari hal yang sederhana ke hal yang rumit atau dari yang konkrit ke

    abstrak. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat

    dipelajarinya kemampuan yang lain.

    b. Penulisan Naskah Media

    Dalam tahap ini pokok-pokok yang telah diuraikan lebih lanjut disajikan

    kepada peserta didik. Penyajian dapat disampaikan melalui media yang sesuai

    yang dipilih. Agar instruksional dapat dismpaikan melalui media, terlebih dahulu

    materi dituangkan dalam tulisan atau gambar yang disebut naskah program media.

    Pada naskah film bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah di bagi menjadi dua

    kolom sama lebar. Kolom sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus

    diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar. Pada kolom

    sebelah kiri dapat dibaca apakah gambar yang harus diambil dalam close up,

    medium shot, long shot, dan sebagainya. Di kolom sebelah kanan dituliskan narasi

    atau percakapan yang harus dibaca par pelaku, serta musik dan suara-suara yang

    harus direkam. Berikut adalah tahapan-tahapan penulisan naskah film dan video.

    1. Sinopsis

    Sinopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat

    tentang tema atau pokok materi yang akan dibuat. Tujuan utamanya adalah

    mempermudah menangkap konsep, mempertimbangkan kesesuaian gagasan

    dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan persetujuan.

    2. Treatmen

  • 18

    Treatmen berbeda dengan sinopsis, treatmen memberikan uraian ringkas secara

    diskriptif (bukan tematis) tentang bagaiman suatu episode cerita atau rangkaian

    peristiwa instruksional (instruksional events) .

    3. Storyboard

    Storyboard adalah rangkaian kejadian seperti dilukiskan dalam treatment kemudia

    divisualkan dalam perangkat gambar atau sketsa sederhana. Tujuan pembuatan

    storyboard antaralain untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang visualkan

    telah sesuai dengangaris cerita. Disamping itu juga untuk melihat apakah

    kesinambungan (kontinuitas) arus dari cerita sudah lancar. Storyboard dapat juga

    digunakan sebagai momen-momen pengambilan (shoot).

    4. Skrip atau naskah program

    Skrip atau naskah program adalah keterangan-keterangan yang ddidapat dari hasil

    eksperimen coba-coba dengan storyboard, kemudian dituangkan dalam bentuk

    skrip atau naskah program menurut tata urutan yang dianggap sudah benar.

    5. Skenario

    Skenario merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksu atau

    pembuatan program. Dalam skenario inilah beda antara film dan video akan

    tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yang tidak dimiliki oleh

    media film.

    c. Produksi Media

    Dalam produksi pembuatan animasi terdiri dari proses drawing, scaning,

    coloring, lip-synch (pergerakan mulut pada anime), hingga proses editing yaitu

    mengemas hasil akhir sebuah film, mensingkronkan suara visual, memberikan

    spesial efek dan mengekspor kedalam media yang ditentukan.

    d. Evaluasi Program Media

    Evalusi dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat dapat

    mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Media apapun yang

    dibuat seperti kaset audio, film, video animasi maupun gambar perlu dinilai

    terlebih dahulu sebelum di pakai secara luas.

  • 19

    2.1.7 Pembelajaran Saintifik di SD

    Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang

    mampu mengembangkan kreativitas peserta didik. Mulyoto (2013:103)

    menyatakan bahwa “selama ini unsur kreativ memang sering disebut-sebut pakar

    pendidikan, tapi pembelajaran yang memberi ruang kepada peserta didik untuk

    mengembangkan kreativitas belum mendapat tempat”. Disamping itu, kementrian

    pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa kurikulum 2013

    juga mengamanatkan untuk mendorong peserta didik agar mampu lebih baik

    dalam melakukan observasi, bertanya, menlar, dan mengkomunikasikan terhadap

    apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi

    pembelajaran (Kemendikbud, 2013:3-4). Ciri khas dari pembelajaran dalam

    Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik .

    Pendekatan saintifik menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan

    pembelajaran dan pembelajaran tidak membosankan, peserta didik dapat

    mengontruksi pengetahuan dan ketrampilannya melalui fakta-fakta yang

    ditemukan dalam penyelidikan di lapangan guna pembelajaran. Selain itu, dengan

    pembelajaran pendekatan saintifik ini, peserta didik didorong lebih mampu dalam

    mengobservasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau

    mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun

    pengalaman langsung (Kemendikbud, 2013: 203,2012).

    Pendekatan saintifik pertama kali diperkenalkan melalui ilmu pendidikan

    Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan metode laboratorium

    formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Rohadi, 2005:25). Menurut

    Fuziah (2013) pendekatan saintifik mengajak peserta didik langsung dalam

    menginferensi masalah yang ada dalam bentuk rumusan masalah dan hipotesis,

    rasa peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu dan gemar membaca. Mulyasa

    (2014:99) menyatakan bahwa “pendekatan yang dilatihkan dan diunggulkan

    adalah pendekatan saintifik (saintific approach). Pembelajaran dengan pendekatan

    saintifik menekankan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang

    memungkinkan peserta didik aktif dalam proses mengamati, menanya, mencoba,

    menalar, mengomunikasikan, dan membangun jejaring.” Dari beberapa pendapat

  • 20

    yang ada, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan

    dalam proses pembelajaran dimana peserta didik dapat berperan aktif dalam

    memperoleh pengetahuan yang mengintegrasikan ketrampilan untuk mecari tahu

    sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran terdapat langkah-langkah pembelajaran

    dengan pendekatan saintifik. Hosnan (2014: 37) mengemukakan langkah-langkah

    pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu “ a) mengamati (observing); b)

    menanya (questioning); c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasi/mengolah

    informasi/menalar (associating); e) mengomunikasikan; dan f) membentuk

    jejaring (networking).” Langkah pembelajaran saintifik juga dikemukakan oleh

    Imas & Berlin (2014:26) yang menyatakan bahwa terdapat 5 langkah dalam

    mengimplementasikan saintifik yaitu “a) mengamati (observing); b) menanya

    (questioning); c) menalar (associating); d) mencoba (experimenting); dan e)

    membentuk jejaring atau mengomunikasikan (networking).” Langkah serupa

    dijelaskan dalam permendikbud Nomor 81 A tentang Implementasi Kurikulum

    dimana terdapat 5 langkah dalam mengimplementasikan saintifik yaitu “a)

    mengamati; b) menanya; c) mengumpulkan informasi/eksperimen; d)

    mengasosiasikan/mengolah informasi; dan e) mengomunikasikan.”

    Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa penerapan

    pendekatan saintifik menuntut keterlibatan aktif peserta didik karena pada

    dasarnya mereka adalah pusat dari tujuan pembentukan kompetensi yang ingin

    dicapai. Dalam pendekatan saintifik setiap materi pembelajaran yang baru harus

    dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang sudah ada

    sebelumnya. Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat berpikir

    kritis dan kreativitas peserta didik. Dalam mengimplementasikan pendekatan

    saintifik dalam proses pembelajaran terdapat 5 langkah/tahapan yang harus

    dilakukan yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

    mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasi.

  • 21

    2.1.8 Media Pembelajaran Video Animasi Materi Fase-Fase Bulan Dengan

    Pendekatan Saintifik

    Berdasarkan uraian mengenai media pembelajaran animasi fase-fase bulan

    dengan pendekatan saintifik dapat diketahui bahwa media pembelajaran animasi

    fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik yang akan dikembangkan merupakan

    media pembelajaran yang disusun secara sistematis.

    Fakta dilapangan yang diungkapkan bahwa masih terdapat permasalahan

    terkait dengan penggunaan media pembelajaran yang kurang untuk peserta didik,

    maka dapat di identifikasi karakter media pembelajaran animasi fase-fase bulan

    yang peneliti susun adalah sebagai berikut :

    1. Dikemas sesuai dengan karakteristik peserta didik.

    2. Menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan tingkat pengetahuan

    dan pemahaman peserta didik.

    3. Menggunakan pendekatan saintifik.

    4. Media pembelajaran animasi fase-fase bulan memuat materi KD 9.2 tentang

    perubahan kenampakan benda langit.

    2.2 Kajian penelitan Relevan

    Hasil penelitian yang relevan atau hampir sama dengan penelitian ini yaitu

    “ Pengembangan Media Video Pembelajaran Daur Air Untuk Meningkatkan

    Poses dan Hasil Belajar IPA Peserta didik SD ” oleh Fachrur Rozie pada tahun

    pelajaran 2011/2013 dengan daur ulang air. Peneliti mendapatkan kesimpulan

    hasil kelayakan media dengan nilai 83,6% ditambah dengan hasil kelayakan

    media dengan nilai 92,5%, kemudian dirata – rata dan mendapat nilai 88,1%.

    Penelitian sejenis dilakukan oleh Wanda Ari Rebowo dengan judul “

    Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Pecahan

    Pada Peserta didik Kelas IV Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan hasil

    pemberian angket kelayakan video pembelajaran ditinjau dari pendapat guru

    memperoleh presentase rerata skor 90% yang berada dalam kategori “sangat

    baik”. Hasil pemberian angket kelayakan video pembelajaran ditinjau dari

    pendapat peserta didik memperoleh rerata skor 94% yang berada dalam kategori

    “sangat baik” kelas kontrol meningkat sebesar 11,81%. Pengujian hipotesis

  • 22

    ditrima Ha yaitu penggunaan media video pembelajaran berbasis masalah lebih

    baik hasil belajar dibanding tidak menggunakan video.

    Muhibuddin Fadhli melakukan penelitian “Pengembangan Media

    Pembelajaran Berbasis Video Kelas IV Sekolah Dasar”. Hasil pst test

    menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar klompok yang menggunakan media

    pembelajaran yang dikembangkan lebih besar daripada rerata yang prestasi belajar

    kelompok yang menggunakan media buku bergambar (71,3 > 62,5). Dari prolehan

    tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media yang dikembangkan efektif dalam

    meningkatkan prestasi belajar.

    Ni Kadek Risna Dewi dkk tahun 2016 melakukan penelitian

    “Pengembangan Video Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mata Pelajaran

    Bahasa Bali Untuk Peserta didik Kela III”. Berdasarkan hasil validasi terhadap

    media video pembelajaran yang dikembangkan menurut review para ahli dan uji

    coba produk, yakni (1) menurut ahli isi pembelajaran produk berada pada kategori

    sangat baik dengan persentase 96%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk

    berada pada kategori baik dengan presebtase 86%, dan (3) menurut ahli media

    pembelajaran produk berada kategori sangat baik dengan presentase 92%, (4)

    hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat presentase 96.67% dengan

    kategori sangat baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat

    presentase 95,25% dengan kategori sangat baik, dan (6) hasil uji coba lapangan

    produk mencapai tingkat 94,3% dengan kategori sangat baik.

    Berdasarkan beberapa penelitian relevan diatas, peneliti akan melakukan

    penelitian serupa dengan mengembangkan media pembelajaran video animasi

    fase-fase bulan dengan pendekatan saintifik untuk kelas 4 SD.

    2.3 Kerangka Berfikir

    Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan media pembelajaran yang

    mendukung ketercapaian kompetensi peserta didik yang diharapkan. Media

    pembelajaran dapat berupa video pembelajaran yang disusun secara sistematis dan

    menarik untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik agar tertarik pada

    kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memahami materi

    pembelajaran. Berdasarkan kajian dalam penjelasan kajian teori untuk membuat

  • 23

    media pembelajaran yang baik harus memperhatikan beberapa hal. Penggunaan

    vidieo pembelajaran yang dilakukan oleh penelitian terdahulu terbukti efektif

    dalam menunjang proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar

    peserta didik.

    Melihat permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran

    IPA yang berkenaan dengan terbatasnya media pembelajaran, peneliti akan

    mengembangkan media pembelajaran berupa video animasi materi fase-fase bulan

    dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dengan harapan dapat membantu

    peserta didik dalam memahami materi.

    2.4 Hipotesis pengembangan

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang diuraikan diatas, maka

    dapat dirumuskan hipotesis pengembangan sebagai berikut :

    1. Media pembelajaran video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan

    saintifik kelas 4 SD dapat dikembangkan.

    2. Media pembelajaran video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan

    saintifik untuk kelas 4 SD valid.

    3. Media pembelajaran video animasi materi fase-fase bulan dengan pendekatan

    saintifik untuk kelas 4 SD efektif.