bab ii (kajian teor ii) kecerdasan personal
TRANSCRIPT
6
BAB IIKAJIAN TEORI
A. KecerdasanKecerdasan sangat penting keberadaannya, karena kecerdasan merupakan
karunia tertinggi yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Kecerdasan dapat
lebih terlihat bila manusia dapat menempatkan dirinya sesuai dengan
keberadaannya. kecerdasan merupakan kemampuan untuk belajar dari
pengalaman serta untuk beradaptasi. Kecerdasan akan lebih tepat kalau
digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan. Bisa dikatakan kecerdasan adalah potensi yang
dimiliki setiap manusia yang dapat dikembangkan dan ditumbuhkan bergantung
pada lingkungan sekitar dan dorongan dari dalam diri manusia. Setiap manusia
memiliki kecerdasan dominan dan kecerdasan yang tidak dominan yang dapat
dikembangkan Donal Sterner dalam buku Alder mendefinisikan kecerdasan
sebagai “kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah-masalah baru, tingkat kecerdasan diukur dengan kecepatan
memecahkan masalah1. Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon “kecerdasan
terdiri dari tiga komponen:
a. kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan,
b. kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan,
c. kemampuan mengkritik diri sendiri2.
1 Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, (Jakarta: Erlangga, 2001) h.152 T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak,(Yogyakarta: Amara Books, 2005) h. 19
6
7
Menurut Howard Gardner dalam buku Suparno “kecerdasan yaitu kemampuan
untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk, yang berharga dalam
satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat”. Dari pengertian tersebut
dapat dijelaskan kecerdasan merupakan3:
a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia,
b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan- persoalan baru untuk
diselesaikan,
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan
menimbulkan penghargaan dalam kehidupan seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
B. Kecerdasan Personal
Kecerdasan Personal merupakan kecerdasan dalam pribadi seseorang untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan dapat mengatur dan memahami diri sendiri,
Kecerdasan Personal terbagi atas dua bagian yaitu kecerdasan Intrapersonal dan
kecerdasan Interpersonal,
3 Paul suparno, Teori Inteligensi Ganda, (Yogyakarta: Kanisius, 2004) h. 17
8
1. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan akses pada kehidupan emosional diri
sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan intrapersonal
adalah kecerdasan kunci. Lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan
intrapersonal yang kuat akan menempatkan seseorang pada kesuksesan. Sebaliknya,
kecerdasan intrapersonal yang lemah akan menghadapkan seseorang pada rasa
frustasi dan kegagalan yang terus menerus4.
Howard Gardner menyebutkan "kecerdasan intrapersonal merupakan
pengetahuan aspek-aspek internal dari seseorang: akses pada merasa hidup dari diri
sendiri, rentang emosi diri sendiri, kemampuan untuk mempengaruhi diskriminasi
diantara emosi-emosi ini dan pada akhirnya memberi label pada emosi itu dan
menggunakannya sebagai cara untuk memahami dan menjadi pedoman tingkah laku
sendiri5".
Sigmun Freud Carl Jung dalam Sagala menyebutkan "bentuk kecerdasan ini,
berupa kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari
karakter dan kepribadian". Dari kecerdasan ini seseorang bisa mengetahui apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahan seseorang tersebut. Kecerdasan intrapersonal juga
merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk
mempercayai diri sendiri6.
Alder menjelaskan juga kecerdasan intrapersonal ('intra' berarti di dalam,
sebagai lawan dari 'inter' yang berarti diantara) berhubungan dengan masalah
mengenali apa yang kita rasakan dan bagaimana bertindak bijaksana terhadap
4 Thomas hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, (Bandung: Kaifa, 2007) h. 1125 Howard Gardner, Multiple Intelligence: Kecerdasan Majemuk Dalam Teori dan Praktek,(Batam: Interaksara, 1993) h. 476 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 86
9
pengetahuan diri tersebut. Orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal tinggi
akan digambarkan sebagai orang yang selalu berhubungan dengan perasaan-perasaan
mereka. Mereka merasa nyaman akan diri mereka sendiri. Mereka bersikap positif
dan puas atas apa yang mereka lakukan dalam hidup mereka. Mereka tidak hanya
tahu bagaimana mereka merasa, tetapi mereka juga tahu bagaimana mengungkapkan
perasaan-perasaan tersebut. Mereka tahu siapa diri mereka sebagai manusia. Mereka
percaya terhadap diri mereka sendiri, gagasan-gagasan, dan kemampuan mereka
untuk disampaikan kepada orang lain. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan
apa yang penting untuk diri mereka7. Kecerdasan intrapersonal meliputi aspek-aspek,
sebagai berikut8:
a. Mengenali diri
Kecerdasan intrapersonal meliputi hal mengenali diri dalam berbagai cara, sebagai
berikut:
1) Kesadaran diri emosional
Kesadaran diri emosional bisa dikatakanbisa dikatakan kecakapan pribadi.
Kecakapan pribadi ini memberi kebebasan untuk mengenali diri sendiri,
kemampuan untuk berbagi, dan mengungkapkan kesadaran tersebut. Kesadaran
diri emosional adalah bagian dari 'bebas buta emosi' dan sebuah tanda
keseimbangan dan kedewasaan. Ini berarti bersikap jujur terhadap diri sendiri
dan terhadap orang lain. Kesadaran diri, mengenali suatu perasaan saat ia
muncul adalah kunci dari kecerdasan emosi. Kemampuan untuk memantau
perasaan dari waktu ke waktu adalah hal yang penting bagi pemahaman
kejiwaan secara mendalam dan pemahaman diri. Seseorang yang tidak memiliki 7 Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, (Jakarta: Erlangga, 2001) h. 798 Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 80-103
10
kesadaran diri akan sering meledak secara emosional jika berada di bawah
tekanan. Mereka tidak tau apa yang terjadi pada mereka atau bagaimana
menangani perasaan-perasaan mereka.
2) Keasertifan
Kearsetifan adalah keterampilan emosional untuk secara bebas dan tepat
mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, dan keyakinan diri sendiri. Dengan
kemampuan tersebut, seseorang biasanya mendapatkan apa yang diinginkan
dengan hasil yang lebih efektif. Bersikap jujur dan terbuka tentang perasaan
yang dialami bukanlah suatu tanda kelemahan. Mengatakan apa yang sedang
dipikirkan dengan cara yang sopan dan membangun tidak dapat dikatakan
sebagai sikap yang kasar atau menguasai.
3) Penghargaan diri
Harga diri atau citra diri adalah karakteristik kecerdasan emosi yang
menunjukkan penilaian diri yang tinggi dan merupakan sumber penting bagi rasa
percaya diri. Hal ini berarti seseorang tersebut merasa puas dengan dirinya
sendiri dan mempunyai perasaan-perasaan yang baik tentang siapa dirinya.
4) Kemandirian
Kemandirian adalah sebuah sifat yang dihubungkan dengan orang-orang
yang suka memulai. Ciri dari sikap ini yaitu: mengarahkan diri sendiri dan
mengendalikan diri sendiri, memiliki inisiatif, tampak bebas dan tidak
tergantung secara emosional, bersikap dewasa, tahu bagaimana mengurus diri
sendiri, percaya diri dalam membuat keputusan, dan dapat membuat keputusan
penting untuk diri sendiri.
5) Aktualisasi diri
11
Hal ini berarti memaksimalkan potensi diri. Aktualisasi diri melebihi
pemikiran rasional yang sering menganggap rendah dan membatasi diri sendiri.
Aktualisasi diri lebih dekat pada inteligensi murni daripada kepandaian saja.
b. Mengetahui apa yang diinginkan
Orang yang cerdas cenderung mengetahui apa yang mereka inginkan dan
kemana tujuan hidup mereka. Hal ini yang manjadikan mereka cenderung
mendapatkan apa yang mereka inginkan dan mencapai tujuan mereka, dan
kenyataannya mereka berhasil. Namun aspek inteligensi ini tidak hanya terbatas pada
orang yang memiliki kemampuan atau ambisi untuk menjadi sangat sukses,
berorientasi pada tujuan, dan penuh semangat saja. Semua orang memiliki hasrat dan
tujuan juga. Inteligensi jenis ini dapat ditambah dengan keterampilan menetapkan
tujuan. Dengan keterampilan semacam itu, seseorang dapat meningkatkan peluang-
peluang keberhasilan dan menghindarkan dari mengejar sasaran yang tidak begitu
diinginkan, untuk itu diperlukan pengetahuan diri untuk mengetahui apa yang
sebenarnya diinginkan. Tidak diperlukan kepandaian yang terbaik, tetapi dituntut
pemusatan perhatian dan tingkat pengetahuan diri yang mungkin belum pernah
ditemukan dimasa lalu. Selain itu, diperlukan beberapa keterampilan dasar dan
langkah-langkah sederhana. sebagai berikut:
1) Membuat daftar tujuan
Hal ini dapat dimulai dengan membuat daftar semua tujuan-tujuan,
keinginan, harapan, impian kehendak dan sebagainya. Semua itu dibuat dengan
cepat berdasarkan intuisi tanpa mempersoalkan apakah hal tersebut masuk akal
atau tidak atau kemungkinan-kemungkinannya. Dibuat dengan bahasa yang jelas,
12
karena dengan memilih kata-kata seseorang dapat mengungkapkan apa yang
diinginkan dengan lebih jelas. Daftar tujuan yang dibuat tidak perlu berurutan.
didalamnya mencakup tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dan juga
tujuan-tujuan yang hanya. Mempunyai peluang sedikit untuk dapat menjadi
kenyataan maupun yang yakin akan dapat dicapai.
2) Menerapkan kriteria SMART
Semua tujuan yang telah ditulis atau ditetapkan, diperiksa kembali dengan
menggunakan kriteria SMART. Khriteria ini akan menyeleksi berbagai macam
tujuan menjadi tujuan yang lebih pendek tetapi praktis dan serius. Kriteria
SMART ini meliputi specific (jelas), measurable (dapat diukur), achievable (dapat
dicapai), realistic (realistis), timely (tepat waktu).
Tujuan yang dibuat harus cukup jelas. Karena tujuan atau sasaran yang
kurang jelas atau membingungkan tidak akan begitu dimengerti oleh pikiran
bawah sadar yang seharusnya mengolahnya. Sasaran itu bisa menjadi jelas jika
seseorang yang membuat tujuan atau sasaran itu mempunyai standar pengukur
tingkat keberhasilan. Seseorang akan dapat mengukur tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan itu, bahkan menyusun presentase keberhasilan itu. Selain itu
pengukuran akan memberikan bukti tentang apa yang sudah dan belum dicapai.
Ketika tujuan atau sasaran telah ditetapkan seseorang harus berkeyakinan bahwa
tujuan itu akan dapat dicapai.
Dengan adanya keyakinan tersebut, maka seseorang akan dengan
sendirinya termotivasi dalam mencapai tujuannya. Sedangkan dengan
menambahkan sebuah skala waktu, dapat membuat sebuah tujuan menjadi lebih
jelas dan dapat diukur. Demikian pula tenggang waktu yang telah ditetapkan
13
untuk diri sendiri dapat membuat sebuah tujuan atau sasaran dapat lebih dicapai
dan realistis. Dengan ditetapkannya pencapaian tujuan pada waktu tertentu akan
memberikan tantangan dan motivasi.
3) Mengungkapkan tujuan tersebut dalam istilah yang positif
Hal ini mencakup tidak hanya berpikir positif, tetapi benar-benar
mengungkapkan tujuan tersebut dalam bahasa yang positif. Karena kata-kata yang
digunakan akan memberikan pengaruh pikiran bawah sadar untuk bekerja dalam
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
4) Meluruskan tujuan-tujuan tersebut
Setelah menerapkan kriteria SMART dalam beberapa tujuan yang dibuat,
akan memungkinkan tujuan tersebut saling bertentangan satu sama lain, yang
salah satu dari tujuan itu harus mengalah. Dengan memikirkan kemungkinan ini
terlebih dahulu maka seseorang tidak hanya akan terhindar dari kegagalan dalam
salah satu atau kedua tujuan tersebut, bahkan dapat membuatnya lebih harmonis
satu sama lain dengan beberapa perubahan yang relatif sedikit.
5) Menghargai orang lain
Seseorang tidak hanya perlu meluruskan beragam tujuan dan keinginannya
tetapi juga perlu meluruskannya dengan tujuan dan kepentingan orang lain.
Berhasil dalam mencapai tujuan di atas pengorbanan orang lain , tidak akan
memberikan kepuasan sesuai yang diharapkan. Tetapi hal ini juga bukan berarti
seseorang harus memenuhi tujuan orang lain yang diluar jangkauan kemampuan
diri sendiri.
14
tetapi kita dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya sesuai dengan
kemampuan kita.
6) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menguji tujuan
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menguji tujuan akan membantu
seseorang dalam memilah-milah prioritas dan menetapkan tujuan-tujuan penting,
serta memotivasi diri sendiri.
c. Mengetahui apa yang penting
Setelah tujuan yang dibuat menjadi lebih jelas maka akan memiliki
kecenderungan yang sama untuk menilai kembali nilai-nilai diri sendiri. Tujuan-
tujuan yang dipertimbangkan dan nilai-nilai yang mendasarinya akan menemukan
urutan kepentingannya sendiri. Tujuan-tujuan dan nilai-nilai seseorang akan saling
bergantung. Masing-masing akan mempengaruhi satu sama lain. Berikut cara-cara
untuk mengetahui apa yang penting bagi diri sendiri.
1) Mengenali nilai diri sendiri
Sebuah nilai adalah sesuatu yang penting bagi setiap orang. Semua tujuan
seseorang harus sesuai dengan nilai orang tersebut. Jika tidak maka seseorang
tersebut tidak akan puas dan senang sesuai dengan yang diharapkan ketika mencapai
tujuan itu, meskipun untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Jadi setiap tujuan yang telah dibuat harus disesuaikan dengan nilai pada diri sendiri.
2) Meluruskan tujuan dan nilai
Hasil akhir atau tujuan apapun yang bertolak belakang dengan nilai diri
sendiri tidak akan memiliki banyak peluang untuk berhasil. Jika itu berhasil
tampaknya tidak akan memberikan kepuasan dan rasa senang seperti yang
diharapkan. Maka dari itu seseorang dapat meluruskan kembali tujuan-tujuan dan
15
tingkah laku ke dalam cara tertentu yang mencerminkan nilai-nilai dengan lebih baik,
yaitu apa yang penting bagi diri sendiri. Mengenali setiap masalah yang ada diantara
nilai-nilai dan hasil-hasil akhir adalah cara yang baik jika ingin mencapai kesuksesan
dan menikmatinya.
3) Mengenali apa yang dirasakan
Aspek inteligensi ini meliputi kesadaran diri lebih banyak. Sama seperti
mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang penting bagi diri sendiri, seseorang
perlu menyadari perasaan-perasaan dan bagaimana perasaan akan mempengaruhi apa
yang dilakukan dan apa yang akan dicapai.
Menurut Peter Salovey dalam Hoerr kecerdasan intrapersonal terdiri dari tiga
komponen, sebagai berikut9:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri untuk mengenali perasaan dari
waktu ke waktu. Orang yang mempunyai keyakinan yang lebih tentang
perasaannya adalah pilot yang handal bagi kehidupan mereka, karena
mempunyai kepekaan yang lebih tinggi terhadap perasaan mereka yang
sesungguhnya atas pemgambilan keputusan-keputusan. Dengan kemampuan
mengenali emosi diri sendiri, diharapkan dapat mengatur emosi dan lebih
memahami alasan dari perasaan yang dialaminya.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi adalah mengetahui tentang bagaimana pengaruh emosi
terhadap kinerja diri dan kemampuan menggunakan kemampuan nilai-nilai diri
dalam membuat keputusan. Kemampuan dalam mengelola emosi merupakan
9 Thomas hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, (Bandung: Kaifa, 2007) h. 116
16
bentuk keselarasan antara individu dengan lingkungannya. Hal ini bergantung
pada kesadaran diri. Seorang individu dikatakan mampu mengelola emosinya
apabila ia mampu menunda reaksi pada saat belum siap dan bersikap wajar
dalam peristiwa yang terjadi. Mereka yang mampu mengelola emosi dengan
baik, maka cenderung memiliki kemampuan dalam menguasai perasaan-
perasaannya dan segera bangkit kembali ke kehidupan emosi yang normal.
c. Memotivasi diri sendiri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan individu dalam
mengarahkan dan mendorong segala upaya dirinya terhadap pencapaian tujuan
yang diharapkan. Individu yang mempunyai kemampuan ini cenderung jauh
lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan seseorang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal yang kuat akan mampu mengetahui kelemahan dan
kelebihan dirinya. Jika seseorang mengetahui kelemahannya sendiri maka
seseorang tersebut akan berusaha untuk memperbaikinya. Dan sebaliknya,
seseorang tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan
kelebihan yang dimiliknya. Dengan kecerdasan Intrapersonal, seorang siswa
akan mampu memanfaatkan apa yang ia miliki untuk memperoleh hasil belajar
yang baik.
17
2. Kecerdasan Interpersonal
Gardner menjelaskan "kecerdasan interpersonal dibangun antara lain atas
kemampuan inti untuk mengenali perbedaan secara khusus, perbedaan besar
dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak, kecerdasan ini
memungkinkan seseorang yang membaca kehendak dan keinginan orang lain,
bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. "Kecerdasan interpersonal mencakup
kemampuan membaca orang (misalkan menilai orang lain), kemampuan
berteman, dan keterampilan untuk membina hubungan dan bekerja sama dengan
orang lain10.
Safaria menjelaskan kecerdasan interpersonal atau juga bisa dikatakan
sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi, dan mempertahankan
relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menangmenang
atau saling menguntungkan. Dua tokoh dari psikologi inteligensi yang secara
tegas menegaskan adanya sebuah kecerdasan interpersonal ini adalah Thorndike
dengan menyebutnya sebagai kecerdasan sosial dan Howard Gardner yang
menyebutnya sebagai kecerdasan interpersonal. Baik kata sosial ataupun
interpersonal hanya istilah penyebutannya saja, namun kedua kata tersebut
menjelaskan hal yang sama yaitu kemampuan untuk menciptakan, membangun,
dan mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling
menguntungkan11.
10 Howard Gardner, Multiple Intelligence: Kecerdasan Majemuk Dalam Teori dan Praktek,(Batam: Interaksara, 1993) h.4511 T. safari, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan InterpersonalAnak, (Yogyakarta: Amara Books, 2005) h. 23
18
Menurut teorinya, kecerdasan sosial ini mempunyai tiga dimensi utama,
sebagai berikut12:
a. Social sensitivity
Merupakan kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati
reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal
maupun non-verbal. Seseorang yang memiliki sensitivitas sosial yang tinggi
akan mudah memahami dan menyadari adanya reiksi-reaksi tertentu dari orang
lain, entah reaksi tersebut positif atau pun negatif. Social sensitivity ini meliputi
sikap empati dan sikap prososial.
1) Sikap empati
Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu
membaca pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah,
dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan lebih pandai
menyesuaikan diri, lebih mudah bergaul dan lebih peka. Empati mempunyai
dua komponen kognitif dan satu komponen afektif. Dua komponen kognitif
itu adalah kemampuan mengidentifikasi dan melabelkan perasaan orang
lain. Komponen yang kedua adalah kemampuan mengasumsikan perspektif
orang lain. Satu komponen afektif yaitu kemampuan dalam keresponsifan
emosi.
12 Ibid10, h. 24
19
2) Sikap prososial
Sikap prososial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi
untuk menjelaskan sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural
seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan
orang lain dan mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut kontrol diri untuk
menahan diri dari rasa egois dan rela menolong atau berbagi dengan orang lain.
b. Social insight
Merupakan kemampuan untuk memahami dan mencari pemecahan masalah
yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak
menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun. Dalam hal
ini, pemecahan masalah yang ditawarkan adalah pendekatan menang-menang atau
win-win solution. Di dalamnya terdapat juga kemampuan seseorang dalam
memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan
dirinya dengan situasi tersebut. Fondasi dasar dari social insight adalah
berkembangnya kesadaran diri secara baik. Dengan kesadaran diri seseorang akan
memahami keadaan dirinya, baik keadaan internal maupun eksternal.
1) Kesadaran diri
Kesadaran diri ini juga terkandung dalam kecerdasan intrapersonal yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dengan kesadaran diri ini seseorang akan lebih mampu
mengenali perubahan emosi-emosinya, sehingga akan lebih mampu
mengendalikan emosi-emosi tersebut dengan terlebih dahulu menyadarinya.
20
2) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial
Diperlukan pemahaman terhadap norma-norma sosial yang berlaku untuk
sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan. Di dalamnya
terdapat ajaran yang membimbing seseorang bertingkah laku yang benar dalam
situasi sosial, karena itu diperlukan moral. Ajaran moral mengacu pada ajaran-
ajaran, patokan-patokan, atau kumpulan peraturan, baik lisan maupun tulisan,
tentang bagaimana seseorang harus dan berperilaku agar menjadi manusia yang
baik. Kata moral berarti sesuatu yang mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari dimensi baik buruknya sebagai
manusia. Dalam bersosialisasi seseorang harus memahami kaidah moral ini.
Ada perbuatan yang harus dilakukan dan ada pula perbuatan yang tidak boleh
dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari persoalan aturan selalu berkaitandengan
situasi. Setiap situasi menuntut aturannya sendiri. Inilah yang dinamakan sebagai
etika, yaitu kaidah sosial yang mengatur perilaku mana yang harus dilakukan dan
perilaku mana yang dilarang untuk dilakukan. Pada akhirnya seseorang akan
mengerti bagaimana harus menyesuaikanperilakunya dalam setiap situasi sosial.
3) Keterampilan pemecahan masalah
Setiap orang membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara
efektif. Semakin tinggi kemampuan seseorang dalam memecahkan, maka akan
semakin positif hasil yang akan didapatkannya dari penyelesaian konflik tersebut.
Konflik terjadi ketika ada dua kepentingan yang berbeda muncul dalam satu
hubungan interpersonal. Secara garis besar ada dua macam strategi di dalam
memecahkan suatu konflik, yaitu strategi kompetisi dan strategi kolaborasi. Dua
21
strategi ini berbeda satu dengan yang lainnya, dan tentu saja menghasilkan
dampak yang berbeda pula.
Strategi kompetensi seperti manipulasi, ceorcon (paksaan) dan kekerasan
hanya menghasilkan keuntungan jangka pendek, sedangkan secara jangka panjang
akan mengorbankan hubungan, kerjasama, dan kebersamaan. Sedangkan strategi
kolaborasi melibatkan kerjasama antara kedua belah pihak untuk sama-sama
mendiskusikan permasalahannya dan mencari pemecahan yang menguntungkan
kedua belah pihak. Strategi kolaborasi dalam memecahkan suatu konflik
menekankan tercapainya solusi menang-menang (win-win solution). Strategi
kolaborasi dalam memecahkan konflik antara lain melalui cara negosiasi, mediasi,
dan fasilitasi.
c. Social communication
Social communication atau biasa disebut penguasaan keterampilan
komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses
komunikasi dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses
menciptakan, membangun, dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang
membutuhkan sarananya. Melalui proses komunikasi yang mencakup baik
komunikasi verbal, non verbal, maupun komunikasi melalui penampilan fisik.
Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan
efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking, dan
keterampilan menulis secara efektif.
22
1) Komunikasi efektif
Komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penyampaian
informasi, pengertian dan pemahaman antara pengirim dan penerima. Di dalam
komunikasi terdapat unsur-unsur utama, yaitu komunikator (sender),
komunikan (receiver), informasi atau pesan, media, dan umpan balik.
Informasi dapat berupa bahasa atau simbol yang disampaikan melalui media
seperti tertulis atau tidak tertulis, atau melalui gambar-gambar. Umpan balik
berguna bagi pengirim untuk mengetahui apakah informasi yang
disampaikannya bisa dimengerti oleh penerima, sehingga persamaan persepsi
bisa dicapai. Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi seseorang bisa mendapatkan
informasi yang diinginkannya. Karena itu komunikasi merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam
hidupnya.
2) Mendengarkan efektif
Keterampilan mendengarkan sangat penting untuk dimiliki setiap orang,
karena keterampilan ini akan menunjang proses komunikasi seseorang dengan
orang lain. Sebab orang lain akan merasa dihargai dan diperhatikan ketika
mereka merasa didengarkan. Sebuah hubungan komunikasi tidak akan
berlangsung baik jika salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang
diungkapkannya. Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati,
sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai.
23
Petter Salovey dalam Hoerr menjelaskan kecerdasan interpersonal terdiri dari
dua komponen, yaitu13:
a. Mengenali emosi orang lain
Merupakan kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain. Hal ini disebut
juga dengan empati. Orang yang memiliki empati cenderung mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-
apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Kemampuan ini dibangun
atas kesadaran sendiri, yang meliputi bahwa orang lain juga mempunyai
kepentingan seperti halnya diri sendiri.
b. Membina hubungan
Keterampilan berhubungan dengan orang lain merupakan kecakapan sosial
yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan sesama. Goleman
berpendapat seseorang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan
perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar menangani
perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia. Seseorang yang tidak
memiliki kemampuan sosial juga mengalami kesulitan secara akademis.
Berikut ini dijelaskan karakteristik seseorang yang memiliki kecerdasan
Interpersonal yang tinggi.
a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif.
b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara
total.
13 Thomas hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, (Bandung: Kaifa, 2007) h.117
24
c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak
musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin mendalam.
d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang
dimunculkan oleh orang lain.
e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan
serta yang paling penting adalah mencegah
munculnya masalah dalam relasi sosialnya
f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan
mendengarkan efektif, berbicara efektif, dan menulis secara efektif
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kecerdasan interpersonal
kemampuan untuk memahami orang lain dan membina hubungan dengan orang
lain. Manusia merupakan mahluk yang tidak bisa hidup sendiri. Seseorang selalu
membutuhkan informasi dari orang lain, dan untuk mendapatkan informasi itu
dibutuhkan keterampilan untuk membina hubungan dengan orang lain, karena
itulah kecerdasan interpersonal sangat dibutuhkan. Seorang siswa yang menuntut
ilmu, sangat memerlukan berbagai informasi yang diperoleh tidak hanya dari
media-media saja (misalnya cetak atau elektronik) tetapi juga dari orang lain. Jika
seorang siswa gagal mengembangkan kecerdasan interpersonalnya, maka ia akan
merasa sulit berhubungan dengan orang lain, ia akan merasa tersisih dari
pergaulannya, akibatnya ia tidak akan mendapatkan informasi yang
diinginkannya. Hal ini bisa menghambat siswa tersebut untuk meraih prestasi
yang maksimal.
25
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan hasil akhir dan puncak dari proses
belajar14.
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Intinya adalah terjadi perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang
dihasilkan dari pengalaman atau Interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar
merupakan keluasan dan kedalaman kompetensi yang dirumuskan dalam
pengetahuan, perilaku, ketrampilan dan nilai yang di ukur dengan menggunakan
teknik penilaian, dalam hal ini, tes merupakan salah satu alat ukur untuk
mengukur terjadinya perubahan tingkah laku siswa seperti yang diharapkan15.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu hasil dari tindakan interaksi belajar mengajar antara guru dan
siswa dalam mencapai suatu tingkat capaian dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang dapat mempengaruhinya baik dari dalam mapun dari luar diri. Untuk
mengetahui tingkat prestasi belajar seseorang, ada standar yang digunakan sebagai
patokan untuk mengetahui hasil belajar tentang suatu hal, ketrampilan dan sikap
yang diharapkan dari suatu proses belajar mengajar yang dimaksud.
14 Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:Rineka Cipta,2005) hal 13815 Masnur. Kurikulum tingkat satuan pendidikan(Bandung: Alfabeta,2008) hal.134
26
Faktor faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi hasil belajar siswa
ada dua yaitu, faktor intern dan ekstern, faktor intern adalah faktor yang datang
dari diri siswa, sedangkan faktor ekstern adalah melingkupi sekolah, guru, dan
keluarga.
D. Kerangka Berpikir.
Hubungan Kecerdasan Personal dengan Hasil Belajar
Kerangka berpikir merupakan konsep yang menghubungkan teori yang
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi. Dalam menyelesaikan
pendidikan di Sekolah, siswa harus tuntas sesuai dengan nilai standar kompetensi
yang ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada umumnya setiap siswa yang
akan menempuh setiap mata pelajaran seharusnya belajar dengan giat. Namun,
kegagalan dalam ujian seringkali dialami oleh siswa.
Kegagalan ini biasanya disebabkan karena siswa kurang mampu mengelola
emosinya sehingga gampang menyerah, mudah stress dalam belajar, kurangnya
komunikasi dengan teman sekelas, ataupun guru yang seringkali salah dalam
pemberian nilai, ini merupakan tekanan psikologis yang dapat berasal dari diri
sendiri maupun dari lingkungan, Sedangkan kecerdasan personal adalah serangkaian
kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk mengatasi tuntutan dari diri sendiri dan orang lain.
Dalam hal ini, jika seorang siswa yang memiliki kecerdasan personal yang baik,
maka siswa tersebut akan memiliki kemampuan untuk mengatasi tuntutan tanpa
mengkhawatirkan hambatan-hambatan yang akan terjadi, yaitu mendapat nilai
melebihi standar kompetensi.
27
Selain itu, kecerdasan personal juga dapat diartikan sebagai keterampilan yang
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain,
serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih
tujuan kehidupan. Apabila seorang siswa memiliki kecerdasan personal yang baik,
maka siswa tersebut akan mampu memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuannya
dengan hasil belajar yang maksimal.
Jika seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik,maka akan
mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan untuk berkonsentrasi pada
tugas atau pekerjaannya. jika seorang siswa yang memiliki kecerdasan personal yang
kurang, maka siswa tersebut akan sulit berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang akan masih diuji kebenarannya. Artinya
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono 2006.64).
“Terdapat Hubungan yang signifikan antara Kecerdasan Personal dengan Hasil
Belajar Siswa TKJ mata pelajaran Produktif di SMK Negeri 5 Bitung”