bab ii kajian pustaka - sinta.unud.ac.id · bab ii kajian pustaka 2.1 keseimbangan 2.1.1 pengertian...

38
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh agar tetap stabil dan dinamis. Keseimbangan mengandung arti kemampuan untuk mempertahankan atau mengontrol sistem neuromuskular agar bekerja dengan efisien baik pada waktu tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak (Nurhasan, 1994). Nala ( 2011 ) mengatakan bahwa keseimbangan adalah kemampuan tubuh melakukan reaksi atas perubahan sikap dan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktifitas secara efektif dan efesien (Indriaf, 2010). Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari 9

Upload: others

Post on 08-Aug-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keseimbangan

2.1.1 Pengertian Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi

atas setiap perubahan posisi tubuh agar tetap stabil dan dinamis.

Keseimbangan mengandung arti kemampuan untuk mempertahankan atau

mengontrol sistem neuromuskular agar bekerja dengan efisien baik pada

waktu tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak (Nurhasan, 1994).

Nala ( 2011 ) mengatakan bahwa keseimbangan adalah kemampuan tubuh

melakukan reaksi atas perubahan sikap dan posisi tubuh, sehingga tubuh

tetap stabil terkendali.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center

of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan

melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung

oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktifitas secara efektif dan efesien (Indriaf,

2010).

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan

kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

10

faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam

pembentukan keseimbangan. Tujuan tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah menyangga tubuh melawan gravitasi dan faktor

eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar

dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh

ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2010)

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan

integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan

somatosensorik termasuk proprioseptif) dan muskuloskeletal (otot, sendi

dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi atau di atur dalam otak (kontrol

motorik, sensorik, basal ganglia, serebelum, dan area asosiasi) sebagai

respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal. Serta dipengaruhi

oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,

pengaruh obat dan pengalaman terdahulu (Ma’mun, 2000)

2.1.2 Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan

kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari

faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam

pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan

faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika

bagian tubuh lain bergerak (Yuliana, 2014).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

11

Mekanisme fisiologi terjadinya keseimbangan dimulai ketika

reseptor di mata menerima masukan penglihatan, reseptor di kulit

menerima masukan kulit, reseptor di sendi dan otot menerima masukan

proprioseptif dan reseptor di kanalis semikularis menerima masukan

vestibular. Seluruh masukan atau input sensoris yang diterima di salurkan

ke nukleus vertibularis yang ada di batang otak, kemudian terjadi

pemrosesan untuk koordinasi di serebelum, dari serebelum informasi

disalurkan kembali ke nukleus vertibularis. Terjadilah output atau keluaran

ke neuron motorik otot ekstremitas dan badan berupa pemeliharaan

keseimbangan dan postur yang diinginkan, keluaran ke neuron

motorik otot mata ekternal berupa kontrol gerakan mata, dan keluaran ke

SSP berupa persepsi gerakan dan orientasi. Mekanisme tersebut jika

berlangsung dengan optimal akan menghasilkan keseimbangan statis

yang optimal (Yuliana, 2014)

Kontrol keseimbangan dipengaruhi oleh sistem informasi sensoris

meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

1. Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.

Penglihatan merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan

dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat

kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar

yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi

visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

12

perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan

kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

(Irfan, 2010). Perubahan pada mata seperti presbiopi, kelainan lensa

mata (refleksi lensa mata kurang), kekeruhan pada lensa mata

(katarak), tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma) dan radang

saraf mata akan menimbulkan gangguan penglihatan, semua

perubahan tersebut akan mempengaruhi keseimbangan (Nugroho,

2000). Bila mata ditutup akan lebih sulit mengatur keseimbangan

badan dibandingkan dengan mata terbuka (faktor visual). Jika mata

ditujukan pada satu titik di depan ketika berjalan maka akan lebih

stabil dibandingkan dengan mata melihat ke tempat lain. Pusat

keseimbangan juga menerima pancaran rangsangan dari saraf aferen

mata, sehingga apa yang dilihat oleh mata juga akan merangsang

pusat keseimbangan yang ada di otak. Terdapat kerjasama yang amat

erat antara mata dan pusat keseimbangan dalam mengatur

keseimbangan tubuh (Nala, 2002).

2. Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi

penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.

Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor

pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus,

serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan

sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan

posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

13

vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika

melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui

saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang

otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi

ke serebelum, formatio retikularis, talamus dan korteks serebri

(Canan, t.t). Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari

reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran

(output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui

medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-

otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung

(otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat

sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan

mengontrol otot-otot postural (Canan, t.t).

3. Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta

persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak

melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan

(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang

menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus

(Irfan, 2010). Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam

ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra

dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf

yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari

alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

14

proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang

(Irfan, 2010).

Selain sistem sensoris, pengaturan keseimbangan juga dipengaruhi

oleh komponen lainya yaitu respon otot-otot postural yang sinergis,

kekuatan otot, adaptive system dan lingkup gerak sendi. Respon otot-otot

postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas

kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas

atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri

tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan

dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi

sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan

aligment tubuh (Nugroho, 2011).

Komponen berikutnya yang mempengaruhi pengaturan

keseimbangan adalah kekuatan otot yang umumnya diperlukan dalam

melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil

dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan

beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban

internal (internal force). Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus

adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari

luar. (Nugroho, 2011).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

15

Adaptive systems dan lingkup gerak sendi juga mempengaruhi

keseimbangan. Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris

dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai

dengan karakteristik lingkungan (Canan, t.t). Sementara lingkup gerak

sendi (joint range of motion), membantu gerak tubuh dan mengarahkan

gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang

tinggi (Nugroho, 2011).

2.1.3 Jenis - Jenis Keseimbangan Tubuh

Komponen biomotorik keseimbangan termasuk komponen yang

paling berperan dalam memantapkan posisi dan gerakan tubuh. Mulai dari,

kuda-kuda, duduk, berdiri, jalan, melompat dan berbagai gerakan tubuh

lainnya, komponen ini berperan. Apalagi dalam gerakan olahraga, jelas

komponen ini amat dibutuhkan. Berdasarkan atas posisi dan gerakan tubuh

komponen biomotorik keseimbangan ini dibagi atas keseimbangan statis

dan dinamis ( Nala, 2011 ).

Menurut Permana (2012) keseimbangan statis (static balance )

ruang geraknya biasanya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang

sempit (balok keseimbangan, rel kereta api) melakukan handstand,

mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat.

Sedangkan keseimbangan dinamik (dynamic balance) yaitu kemampuan

orang untuk bergarak dari satu titik atau ruang (space) ke lain titik atau

ruang dengan mempertahankan keseimbangan misalnya menari, berjalan,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

16

duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan

sebagainya.

2.1.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh

1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat

gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah

titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara

merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam

keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan

arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak

adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum

ke dua (Nugroho, 2011). Semakin rendah atau dekat letak pusat gravitasi ini

terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring

pusat gravitasi tubuh akan rendah, yakni letaknya dekat bidang tumpuan,

dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas, sehingga

posisi tubuh berbaring akan lebih stabil dibandingkan dengan posisi duduk

atau berdiri (Nala, 2011). Letak pusat gravitasi berbeda – beda,

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti IMT, umur dan jenis kelamin

(Soedarminto, 1992).

a. Indeks Massa Tubuh

Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi

tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan dengan

keseimbangan dimana menurut Pate (1993) benda dengan masa yang lebih

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

17

besar mempunyai keseimbangan yang lebih besar dari pada benda

berukuran sama yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat

menolak pengaruh gaya dari luar dari pada lawan yang lebih ringan.

Terkait dengan tinggi pendek dan berat ringan seseorang akan berbeda

letak titik gravitasi yang mempengaruhi keseimbangan. Proporsi tubuh

dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT)yaitu melalui

ramus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter

kuadrat.

b. Umur

Letak titik gravitasi tubuh berkaitan dengan pertambahan usia pada

kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relatif kepalanya lebih besar dari

kakinya lebih kecil (Soedarminto, 1992). Keadaan ini akan berpengaruh

pada keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat terhadap

bidang tumpuan akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh (Nala,

2011).

c. Jenis Kelamin

Perbedaan keseimbangan tubuh antara pria dan wanita disebabkan oleh

adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi

badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya,

pada wanita letaknya rendah karena panggul dan paha relative lebih berat dan

tungkainya pendek ( Soedarminto, 1992).

1. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

18

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat

stabilitas tubuh (Yuliana, 2014).

Garis gravitasi didefinisikan sebagai garis imajiner yang

melewati pusat objek gravitasi. Semakin dekat letak garis gravitasi ini dengan

titik pusat bidang tumpuan, apalagi melaluinya, akan semakin stabil posisi tubuh.

Dalam posisi berdiri garis gravitasi tubuh ini akan melalui pusat gravitasi dan juga

titik pusat bidang tumpuan, oleh sebab itu posisi berdiri tegak lebih stabil

dibandingkan dengan posisi badan condong ke depan belakang atau samping.

Letak berat garis ini berubah-ubah sesuai dengan bergesernya titik gravitasi ke arah

depan, belakang atau samping. Bila tubuh bagian atas (kepala dan dada ) menjulur

ke deparn, maka titik gravitasi tubuh juga akan berpindah ke depan. Dengan

sendirinya garis gravitasi ini juga akan bergeser ke depan sehingga tidak melalui

titik pusat bidang tumpuan. Oleh sebab itu ada usaha dari tubuh untuk menggeser

letak titik gravitasi dan dengan sendirinya garis gravitasi tubuh akan bergeser ke

belakang atau mendekati titik pusat bidang tumpuan. Caranya dengan menarik

bagian badan lainya (tungkai atau lengan) ke belakang sehingga terjadi

keseimbangan (Laak, 2013).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

19

Gambar 2.1 Garis Gravitasi (Sumber : Army, 2012)

2. Bidang tumpu (Base of Support - BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,

tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya

area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu

kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh

makin tinggi. Posisi keseimbangan statis memiliki base of support yang luas,

ketika tumpuan dipersempit cenderung sulit untuk menjaga garis gravitasi.

Berdiri menggunakan satu kaki akan sulit jika dibandingkan dengan berdri dua

kaki. Hal tersebut terjadi karena garis gravitasi yang yang terkonsentrasi

langsung di bawah satu kaki tersebut (Piscopo and Baley, 1981).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

20

Gambar 2.2 Bidang Tumpuan (William et al, t.t.)

2.2 Ankle dan Foot Complex

Regio ankle dan kaki memiliki beberapa sendi. Ada pun sendi yang

menyusun regio ankle dan kaki yaitu tibiofibular joint, ankle joint, subtalar joint,

talonavicular joint, transversal tarsal joint, intertarsal joint dan tarsometatarsal

joint, metatarsophalangeal joint, interphalangeal joint dan arkus plantaris

(Neumann., 2010).

2.2.1 Ankle Joint

1. Komponen Tulang Penyusun Ankle Joint

Sendi pergelangan kaki terbentuk dari artikulasi 3 tulang yaitu bagian distal

tulang tibia dan fibula, serta tulang talus (Neumann., 2010).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

21

Gambar 2.3 Tulang Penyusun Ankle Joint (Sumber: Neumann., 2010)

a. Fibula

Fibula merupakan jenis tulang panjang dan pipih yang terletak di bagian

lateral kruris dan sejajar dengan tibia. Kaput fibula dapat dipalpasi pada sisi lateral

dari kondilus lateral tibia (Neumann, 2010). Sebagian besar dari korpusnya

mempunyai liku-liku dan merupakan origo dari otot-otot. Bagian tepi yang tajam

menghadap ke medial dan merupakan batas interoseus. Bagian distal dari fibula

membentuk maleolus lateral. Letak maleolus lateral lebih distal daripada maleolus

medial (Lippert, 2011). Maleolus lateral berfungsi sebagai katrol untuk tendon

peroneus longus dan brevis. Pada bagian medial terdapat artikular facet untuk

tulang talus (Neumann, 2010).

b. Tibia

Tibia memiliki bagian proksimal yang lebih besar dan berat. Bentuk

korpusnya triangular, sedangkan bagian anterior dan batas medial terletak lebih

superfisial. Pada bagian distal fibula membentuk maleolus medial (Lippert 2011).

Permukaan lateral dari maleolus medial merupakan artikular facet untuk tulang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

22

talus. Pada sisi lateral dari distal tibia terdapat fibular notch yang berbentuk konkaf

triangular, sebagai tempat artikulasi dengan ujung distal fibula membentuk sendi

distal tibiofibular. Pada orang dewasa ujung distal dari tibia berputar ke eksternal

20°-30° terhadap ujung proksimal. Putaran ini disebut torsi lateral tibia, didasarkan

pada orientasi ujung distal tulang ini terhadap ujung proksimal. (Neumann, 2010).

c. Talus

Talus merupakan salah satu dari tulang tarsal. Tulang ini terdiri dari

korpus, kolumn, dan kaput (Lippert, 2011). Bentuknya seperti kubah, konveks

secara anteroposterior dan sedikit konkaf secara medial-lateral (Neumann, 2010),

Bagian superior dan kedua sisi korpus berartikulasi dengan tibia dan fibula

(Lippert, 2011). Kaput talus letaknya lebih di anterior dan sedikit lebih medial dari

tulang navikular. Tulang talus memiliki 3 facet pada sisi inferior (plantar), yaitu

facet anterior, middle dan posterior. Ketiga facet ini berartikulasi dengan 3 facet

dorsal (superior) dari kalkaneus membentuk sendi subtalar. Lateral dan medial

tubercle terletak pada permukaan posterior dan medial dari talus. Cekungan yang

terbentuk di antara kedua tubercle ini berperan sebagai katrol dari tendon fleksor

hallucis longus (Neumann, 2010).

2. Persendian pada Ankle Joint

Berdasarkan perspektif anatomi, yang merupakan sendi ankle sebenarnya

adalah sendi talokrural. Talokrural joint termasuk ke dalam sendi synovial hinge

joint, dibentuk oleh malleolus tibia dan malleolus fibula serta talus. Ketiga tulang

tersebut membentuk tenon dan mortis joint. Permukaan yang konkaf adalah

mortise yang dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula, sedagkan tenon adalah talus.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

23

Ankle joint diperkuat oleh ligament deltoideum dan ligament collateral lateral.

Ligamen deltoideum terdiri atas empat ligamen yang mengikat malleolus medial

tibia dengan calcaneus, talus, dan navicular yaitu ligament calcaneotibial,

talotibial anterior, tibionavicular, dan talotibial posterior. Ligamen deltoideum

juga dibantu oleh ligament spring (ligament plantar calcaneonavicular) yang

memberikan hubungan horizontal antara os navicular dan proyeksi sustentaculum

tali pada bagian medial calcaneus (Neuman , 2010)

Ligamen collateral lateral terdiri atas tiga ligamen yang menghubungkan

malleolus lateral dengan bagian upper lateral dari calcaneus serta bagian anterior

dan posterior talus, yang terdiri atas ligament calcaneofibular, talofibular anterior

dan posterior. Ligamen collateral lateral lebih lemah daripada ligament deltoideum

sisi medial, dan diantara semua ligamen collateral lateral terdapat ligament

talofibular anterior yang paling lemah (Neuman D, 2002).

3. Ligamen pada Ankle Joint

a. Ligamen Collateral Lateral

Gambar 2.4 Ligamen Collateral Lateral (Sumber : Neumann., 2010)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

24

Ligamen talofibular anterior

Ligamen ini berorigo pada kolum talus dan berinsersio pada anterior dari

maleolus lateral (Lippert, 2011). Ligamen ini membentuk sudut 45° pada bidang

frontal. Lebar ligamen ini rata-rata 7,2 mm, sementara panjangnya 24,8 mm.

Anterior talo fibular ligament berfungsi mencegah perpindahan talus ke anterior

dan juga inversi-internal rotasi yang berlebihan dari talus terhadap tibia.

Peningkatan ketegangan ATFL terjadi saat pergelangan kaki bergerak ke arah

plantarfleksi. Jika dibandingkan dengan CFL, PTFL, ligamen distal anterior

tibiofibular, dan ligamen deltoid, ATFL menunjukkan beban dan energi maksimal

yang lebih rendah saat tensile stress. Hal ini menjelaskan mengapa ATFL

merupakan ligamen lateral yang paling sering mengalami cedera (Hertel, 2002).

Anterior tibio fibular ligament paling sering mengalami cedera karena inversi dan

adduksi yang berlebihan dari pergelangan kaki dikombinasikan dengan

plantarfleksi (Neumann, 2010; Lippert, 2011).

Ligamen talofibular posterior

Ligamen ini berorigo pada posteromedial maleolus lateral dan

berinsersio pada tuberkel lateral talus. Fungsi primer dari ligamen ini adalah

menstabilisasi talus dalam ankle mortise. Selain itu juga berfungsi

membatasi abduksi yang berlebihan dari talus saat posisi pergelangan kaki

dorsifleksi (Neumann, 2010). Ligamen ini paling jarang mengalami cedera

(Hertel, 2002).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

25

Ligament Calcaneofibular

Ligamen ini terbentang dari apeks maleolus lateral menuju permukaan

lateral kalkaneus. Calcaneofibular Ligament membentuk sudut 133° dari axis

fibula. Ligamen ini menahan inversi berlebih pada sendi talokrural (terutama pada

posisi dorsifleksi) dan sendi subtalar. Calcaneofibular ligament paling tegang saat

posisi pergelangan kaki dorsifleksi dan merupakan ligamen lateral kedua tersering

yang mengalami cedera (Hertel, 2002, Neumann, 2010).

b. Ligamen Deltoideum

Ligamen kolateral medial/deltoid terdiri dari 4 ligamen, yaitu (Lippert,

2011).

1. Ligamen tibionavikular

2. Ligamen talotibial anterior

3. Ligamen talotibial posterior

4. Ligamen kalkaneotibial

Ligamen deltoid sangat kuat, bahkan cedera eversi pergelangan kaki yang berat

lebih sering diikuti dengan avulsi maleolus medial daripada robeknya ligamen

ini (Lippert, 2011).

4. Osteokinematika Ankle Joint

Ankle joint merupakan bentuk sendi hinge uniaxial dengan satu

pasang gerakan (1 DKG) yaitu plantar fleksi dan dorso fleksi ankle. ROM

plantar fleksi ankle adalah 0° - 50°. Otot yang bekerja pada gerakan

tersebut adalah otot gastrocnemius dan soleus, yang dibantu oleh otot

tibialis posterior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, serta

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

26

otot peroneus longus dan brevis. Pada saat plantar fleksi ankle, talus juga

akan terjadi adduksi dan sedikit inversi disekitar axis oblique sehingga

gerakan plantar fleksi selalu disertai dengan adduksi dan inversi (Neuman

D, 2010).

ROM dorso fleksi ankle adalah 0° - 20°. Otot yang bekerja pada

gerakan tersebut adalah otot tibialis anterior (juga invertor ankle),

ekstensor hallucis longus, ekstensor digitorum longus (juga ekstensor jari-

jari kaki), dan peroneus tertius. Ketika dorso fleksi ankle, talus juga akan

terjadi abduksi dan sedikit eversi sehingga gerakan dorso fleksi selalu

disertai dengan abduksi dan eversi (Neuman D, 2010).

5. Arthrokinematika Ankle Joint

Permukaan sendi yang konkaf dibentuk oleh ujung distal tibia

(malleolus medialis) dan ujung distal fibula (malleolus lateralis), dimana

malleolus lateralis sedikit lebih panjang dibandingkan malleolus medialis.

Permukaan sendi yang konveks adalah corpus talus yang berbentuk sudut

melebar pada sisi anterior dan juga berbentuk konus yang ujungnya

menghadap ke medial. Untuk menghasilkan gerakan fisiologis ankle, maka

corpus talus akan slide dalam arah yang berlawanan dengan gerakan

fisiologisnya (gerak angular) (Neuman , 2010).

2.2.2 Tibiofibular Joint

Secara anatomis, bagian superior dan inferior sendi terpisah dari ankle,

namun turut berperan dalam memberikan gerakan asesori untuk menghasilkan

gerakan yang lebih luas pada ankle sehingga secara fungsional termasuk ke dalam

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

27

regio ankle. Tibiofibular joint terdiri dari tibiofibular superior dan tibiofibular

inferior. Tibiofibular superior joint merupakan sendi sinovial plane joint yang

dibentuk oleh caput fibula dan facet pada bagian postero-lateral dari tepi condylus

tibia. Tibiofibular inferior joint merupakan sindesmosis dengan jaringan fibrous

(jaringan ikat) antara tibia dan fibula yaitu ligamen interosseus tibiofibular serta

ligamen tibiofibular anterior dan posterior (Neuman , 2010).

2.2.3 Subtalar Joint

Subtalar joint termasuk kedalam sendi sinovial plane joint yang dibentuk

oleh permukaan inferior talus dan superior calcaneus. Sendi ini diperkuat oleh

ligamen talocalcanea interosseus, ligamen talocalcanea posterior dan lateral serta

dibantu ligamen deltoiddeum (ligamen calcaneotibial dan talotibial posterior) dan

ligamen collateral lateral (ligamen calcaneofibular dan talifubular posterior)

(Neuman , 2010).

2.2.4 Talonavicular Joint

Secara anatomis dan fungsional talonavicular joint merupakan bagian dari

talocalneonavicular joint. Sendi ini distabilitasi oleh ligamen talonavicular dorsal

dan ligament bifurcatum, serta dibantu oleh ligamen deltoideum (ligamen

tibionavicular) (Neuman , 2010).

2.2.5 Transversal Tarsal Joint

Transversal tarsal joint biasanya dikenal dengan “chopart’s joint”. Secara

fungsional, merupakan gabungan dari dua sendi yaitu sisi medial oleh

talonavicular joint dan sisi lateral oleh calcaneocuboid joint walaupun secara

anatomis terpisah. Sendi ini di stabilisasi oleh ligamen calcaneocuboid (ligamen

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

28

plantaris yang panjang dan pendek) dibantu oleh ligamen talonavicular dorsal,

ligamen bifurcatum dan ligamen tibionavicular (bagian dari ligamen deltoideum)

(Neuman , 2010).

2.2.6 Intertarsal Joint dan Tarsometatarsal Joint

Intertarsal joint dibentuk oleh tulang tulang tarsal yaitu antara

navicular, cuneiforme medial, cuneiforme intermediate, dan cuneiforme

lateral serta antara cuneiforme lateral dengan cuboideum. Sendi ini

tergolong plane joint non-axial (Neuman , 2010).

Tarsometatarsal joint terdiri atas lima sendi yaitu tarsometatarsal

I-V, yang dibentuk oleh ossa tarsalia bagian distal (cuneiforme medial,

cuneiforme intermediate, cuneiforme lateral, cuboideum) dengan basis

metatarsal I sampai V. sendi ini juga tergolong plane joint non axial

(Neuman , 2010).

2.2.7 Metatarsophalangeal Joint

Metatarsalsophalanngeal joint terdiri atas lima sendi yaitu

metatarsalsophalanngeal joint I – V. Sendi sendi ini adalah modifikasi condyloid

joint. MTP joint ibu jari kaki (MTP I) berbeda dengan lainnya karena lebih besar

dan memiliki dua tulang sesamoid (Neuman , 2010).

2.2.8 Interphalangeal Joint

Interphalangeal joint pada kaki sama dengan pada tangan , yaitu tergolong

hinge joint. Pada ibu jari kaki II – V terdapat proximal interphalangeal joint dan

distal interphalangeal joint (Neuman , 2010).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

29

2.2.9 Arkus Plantaris

Terdiri atas arkus longitudinal medial, arkus longitudinal lateral , dan arkus

transversal dan dipertahankan oleh (Neuman , 2010).:

Bentuk tulang dan saling keterketaitan antara tulang satu dengan lainnya.

Ligamen dan aponeurosis plantaris yang merupakan struktur paling

penting dalam mempertahankan arkus.

Otot-otot plantaris yaitu otot tibialis posterior, fleksor hallucis longus,

fleksor digittorum longus dan peroneus longus.

2.3 Functional Ankle Instability

Functional ankle instability (FAI) pertama kali didefinisikan oleh

Freeman et al sebagai sensasi subjektif terhadap "giving way" atau rasa

tidak stabil pada sendi setelah mengalami sprain ankle berulang kali

(Freeman MA, 1965). Tropp et al menggambarkan Functional Ankle

Instability sebagai gerakan sendi secara volunter tetapi tidak melebihi

ROM yang fisiologis (Tropp H et al, 1985). Functional ankle instability

juga dapat diartikan sebagai terjadinya ketidakstabilan pada ankle secara

berulang kali serta sensasi ketidakstabilan sendi yang dikaitkan dengan

defisit proprioseptif dan neuromuscular (Hertel J, 2002; Hertel J, 2000).

Functional ankle instability dikaitkan dengan berbagai defisit, yang

paling sering adalah defisit proprioseptif (Demeritt KM et al, 2002;

Docherty CL et al 2008; Hertel J, 2002). Riemann dan Lepharts

mendifinisikan proprioseptif sebagai informasi aferen yang timbul dari

area peripheral internal tubuh yang berkontribusi untuk mengontrol

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

30

postur, stabilitas sendi dan beberapa sensasi sadar (Riemann BL et al,

2008). Secara sederhana proprioseptif dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk mendeteksi stimulasi sensoris seperti nyeri, tekanan, sentuhan dan

gerakan (Hubbard TJ et al 2002; Lephart SM et al, 1997). Proprioseptif

berkontribusi terhadap kontrol neuromuskular dan muscle reflex yang

memungkinkan untuk terjadinya gerakan - gerakan yang tepat serta

menjaga stabilitas dinamis sendi (Lephart SM et al, 1997). Proprioseptif

mekanoreseptor terdapat pada kulit, otot, sendi, tendon dan ligamen (Grigg

P, 1994). Reseptor sensoris bekerja sama untuk memberikan input ke

centrol nervous system mengenai jaringan deformasi (Lephart SM et al,

1997). Mekanoreseptor sensitif terhadap tekanan pada sendi dan tension

yang disebabkan oleh gerakan dinamis (Bernier JN et al, 1998). Salah satu

penyebab terjadinya defisit proprioseptif yaitu kerusakan mekanoreseptor

sehingga terjadi instabilitas (Carcia CR et al 2008; Delahunt E et al, 2006;

Refshauge KM et al, 2000).

Freeman et al menyatakan defisit proprioseptif diakibatkan oleh

cidera ankle yang mengakibatkan lesi mekanoreseptor dalam kapsul sendi

dan ligamen di sekitar ankle, ini sering disebut sebagai teori

deafferentation artikular (Freeman MA, 1965). Teori ini menyatakan

bahwa ketika ligamen di ankle mengalami cidera, gangguan tidak hanya

terjadi pada jaringan ikat kolagen, tetapi mekanoreseptor sensorik dalam

ligamen juga mengalami keruskan dan hal ini mengakibatkan terjadinya

defisit proprioseptif yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya cidera

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

31

ankle yang berulang (Hertel J, 2008). Myers et al dan Riemann et al

meneliti efek dari anestesi lokal terhadap ligament lateral ankle dan gagal

menemukan terjadinya defisit kontrol sensimotor yang besar (Myers JB et

al, 2003; Riemann BL et al 2004), hal ini menunjukkan meskipun

hilangnya informasi sensorik dari ligamen ini namun masih ada informasi

sensorik yang memadai dari reseptor lain untuk memungkinkan kontrol

sensimotor yang utuh (Hertel J et al, 2007). Hal ini terjadi kareana adanya

duplikasi informasi dari artikular, musculotendinosus dan reseptor

cutaneous (Hertel J, 2008). Refshauge et al. dan Hall dan McCloskey

menyatakan muscle afferent sekitar sendi utama dalam tubuh memberikan

informasi proprioseptif yang paling penting untuk sistem saraf pusat,

mekanoreseptor sendi dapat menduplikasi informasi dari sumber-sumber

lain seperti aferen otot (Refshauge KM et al, 1995; Refshauge KM et al,

2000; Hall LA et al, 1983). Refshauge et al. menunjukkan terdapat tiga

kelas respon aferen yang bertanggung jawab terhadap sinyal proprioseptif

(Refshauge KM et al, 1995). Aferen ini terletak di ligamen dan kapsul

sendi, serta jaringan kulit dan otot (Refshauge KM et al, 1995). Dari tiga

kelas aferen tersebut , aferen otot memberikan informasi yang paling

penting di sebagian besar sendi dalam tubuh, namun input dari kulit

memberikan informasi sama pentingnya dengan input dari otot pada distal

sendi (Hertel J, 2002; Hertel J, 2008; Refshauge KM et al, 1995). Jika

ini benar, maka penurunan sinyal mekanoreseptor sendi tidak akan

menghasilkan defisit proprioseptif (Refshauge KM et al, 2000).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

32

Hipotesis artikular deafferentation gagal untuk memperhitungkan

mekanisme feed-foward karena hanya mengasumsikan mekanisme

feedback dari artikular proprioseptif dan kontrol sensorimotor (Hertel J,

2008). Tubuh mempertahankan stabilitas sendi dengan menggunakan dua

sistem kontrol yang berbeda, yaitu feed-forward dan feedback. Mekanisme

kontrol feedback dimulai setelah deteksi sensorik sedangkan mekanisme

kontrol feed-forward digambarkan sebagai tindakan antisipatif yang terjadi

sebelum deteksi sensorik. Pemeliharaan kontrol postur menggunakan

kombinasi mekanisme feed-forward dan feedback (Johansson R et al,

1991; Riemann BL et al, 2002).

2.4 Pelatihan proprioseptif

Proprioseptif adalah informasi aferen yang dihasilkan secara

internal timbul dari area peripheral tubuh yang memberikan kontribusi

untuk kontrol postural dan stabilitas sendi. Terdiri dari rasa posisi sendi,

kinaesthesia dan rasa ketahanan / kekuatan (Riemann dan Lephart 2002).

Proprioseptif adalah istilah yang sering digunakan selama rehabilitasi dan

dapat didefinisikan sebagai variasi khusus dari sistem sensoris yang

mencakup sensasi gerakan sendi (kinesthesia) dan posisi sendi (joint

position sense) (Lephart et al, 1997). Kedua fungsi tersebut berhubungan

dengan mekanoreseptor sendi dan saling terkait. Jika mekanoreseptor

rusak ketika terjadi cidera, proprioseptif akan terpengaruh, yang

menghasilkan pengurangan kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

33

keseimbangan. Reedukasi mekanoreseptor menjadi hal penting untuk

meningkatkan stabilitas ankle dan keseimbangan dinamis (Ross, 2006).

Seseorang dengan instabil ankle menunjukkan adanya defisit

proprioseptif yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam mendeteksi

posisi ankle sebelum kontak dengan tanah (Konradsen 2002), kegagalan

untuk meniru posisi pasif sudut sendi dengan tepat (Willems et al, 2002),

atau ketidakmampuan mengatur tingkat kekuatan otot secara tepat untuk

memberikan stabilitas sendi ketika mendarat dari lompatan (Docherty dan

Miller 2002; Docherty dan Arnold 2008). Tampaknya defisit proprioseptif

mengganggu kemampuan atlet mempersiapkan ankle untuk menerima dan

mentransfer beban ketika melakukan gerakan menantang seperti

mengubah arah dan mendarat dari lompatan (Abrahamson, 2010).

Implus dari mekanoreseptor ditransmisikan ke spinal cord melalui

jalur afferent (sensoris)( (Prentice 2004). Respon efferent (motoris)

terhadap informasi sensorik disebut neuromuskular kontrol. Dua

mekanisme kontrol motoris yang terlibat dalam menafsikan informasi

affernt dan mengkoordinasiakan respon efferent adalah feed forwards dan

feedback. (Prentice 2004). Pada cidera ankle mekanisme feedforward dan

feedback neuromuskuler tubuh terganggu, yang diakibatkan oleh defisit

proprioseptif (Riemann dan Lephart, 2002).

Feed forward neuromuskular kontrol melibatkan perencanaan

gerakan berdasarkan informasi sensorik dari pengalaman masa lalu. Proses

Feedback secara terus menerus mengatur aktivitas otot melalui jalur

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

34

refleks. Mekanisme feed forward untuk persiapan aktivitas otot, proses

feedback berhubungan dengan aktivitas reaktif otot, baik itu persiapan atau

reaktif, sangat mempengaruhi sifat kekakuan otot (Prentice, 2004).

Berdasarkan perspektif mekanis, kekakuan otot adalah rasio perubahan

kekuatan terhadap perubahan panjang. Otot yang kaku lebih efektif

menahan peregangan dan lebih efektif memberika pengendalian dinamis

terhadap pergeseran sendi misalnya ACL lutut , terjadi peningkatan

aktivitas otot hamstring sehingga meningkatkan kekakuan hamstring dan

oleh itu kemampuan fungsional knee akan mengurangi translansi anterior

(Abrahamson, 2010) . (Sistem pengendalian dinamis dimediasi oleh ujung

saraf khusus yang disebut mekanoreseptor (Grigg, 1994), yang berfungsi

mentranduksikan jaringa deformasi mekanik menjadi sinyal saraf

termodulasi (Grigg, 1994).

Peningkatan deformasi jaringan ditandai oleh peningkatan afferent

discharge rate atau peningkatan aktivasi mekanoreseptor (Grigg 1994;

Prentice 2004). Sinyal memberikan informasi sensorik mengenai kekuatan

internal dan eksternal pada sendi. mekanoreseptor (sel - sel pacinian , sel-

sel meissner dan ujung saraf bebas) dapat diklasifikasikan menjadi quick

adapting (QA) dan slow adapting (SA). Reseptor quick adapting (QA)

menghentikan pelepasan segera setelah ada stimulus, sedangkan SA terus

melepaskan selama ada stimulus (Grigg, 1994).

Dalam sendi yang sehat mekanoreseptor QA diyakini memberikan

sensasi kinestetik sadar dan bawah sadar dalam menanggapi gerakan atau

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

35

percepatan sendi sementara mekanoreseptor SA memberikan feedback

terus menerus dan oleh karena itu informasi proprioseptif berkaitan dengan

posisi sendi( Grigg, 1994).

Teori pra-aktivasi menunjukkan bahwa sensory feedback

sebelumnya (pengalaman) tentang tugas digunakan untuk pra-program

pola aktivitas otot. Program rehabilitasi harus dirancang untuk

memasukkan komponen proprioseptif yang memperhatikan tiga tingkat

motor kontrol: refleks spinal, pemrograman kognitif, dan aktivitas batang

otak. Program tersebut sangat dianjurkan untuk meningkatkan stabilitas

sendi dan fungsional dinamis (Lephart et al, 1997).

Pengembangan proprioseptif statis melibatkan latihan dengan

pemeliharaan dasar yang stabil, sekaligus memungkinkan adanya gerakan

minimal. Selama tahap perkembangan neuromuskular atlet harus fokus

pada pengendalian postur dan mampu melakukan sejumlah modifikasi

pelatihan proprioseptif statis sebelum melanjutkan ke latihan dinamis,

program pelatihan proprioseptif yang lebih fungsional (Liebenson, 2006).

Pelatihan proprioseptif dinamis baru diberikan ketika atlet telah

menunjukkan tingkat keseimbangan dan koordinasi yang cukup selama

fase latihan proprioseptif statis program kontrol neuromuskular (Beam

2002). Hal ini karena latihan proprioseptif dinamis memerluka kestabilan

yang lebih tinggi dan memerlukan kebutuhan yang lebih tinggi untuk

akurasi, kekuatan dan kecepatan gerak (Myer et al, 2006), keseimbangan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

36

dan koordinasi yang penting untuk memastikan atlet dapat berkembang

dengan aman tanpa menghambat perkembangan mereka.

Latihan proprioseptif dinamis dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan otot-otot di sekitar sendi yang terkena untuk mengendalikan

gerak sendi dan menstabilkan tubuh selama pergerakan dengan arah

multiplanar (Myer et al, 2006). Ketika seorang atlet melakukan latihan

kontrol neuromuskular dinamis dengan tingkat tinggi, maka latihan harus

progresif, baik dalam hal intensitas atau kesulitan yang diperlukan. Latihan

harus dikembangkan dari yang sederhana sampai yang kompleks dengan

penekanan pada presisi, akurasi dan kontrol. Para klinisi dapat mengubah

berbagai variabel untuk kemajuan latihan proprioseptif. Beberapa variabel

yang dapat dimodifikasi yaitu tingkat kecepatan, jumlah kegiatan simultan

yang dilakukan pada satu waktu, membatasi penggunaan mata selama

pelatihan dan menyesusaikan latihan dengan latihan yang lebih fungsional

sesuai dengan olahraga tertenru (Risberg et al, 2001).

Latihan proprioseptif sebaiknya diberikan pada awal program

rehabilitasi dan latihan dilakukan secara progresif. Pada dasarnya, setiap

kegiatan yang menstimulasi sistem proprioseptif tubuh berguna dan sistem

input dapat menerima lebih baik. Ada beberapa variabel yang dapat

disesuaikan untuk membuat latihan bersifat progresif. Program

proprioseptif harus progresif, menyenangkan, fungsional dan tujuan

berorientasi pada kebutuhan spesifik olahraga. Mengenai progresivitas

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

37

latihan tidak ada aturan khusus tetapi masing-masing variabel harus

dipertimbangkan (Abrahamson, 2010).

Tabel 2.1 Latihan Proprioseptif (Sumber: Eils, 2001)No Jenis Latihan Deskripsi Modifikasi

1 Exercise mats Berdiri satu kaki pada

permukaan yang berbeda

Berdiri di atas karpet,

latihan di matras dengan

berbeda ketebalan

2 Posturomed Mempertahankan

keseimbangan berdiri satu

kaki di atas mobile

platform

Menurunkan resistensi

untuk meningkatkan

pergerakan platform

3 Ankle disk Mempertahankan

keseimbangan berdiri satu

kaki di atas ankle disk

Menurunkan jumlah

bantalan di bawah ankle

disk untuk meningkatkan

gerakan ankle disk

4 Pedalo Pergerakan ke berbagai

arah

Maju, mundur dan

kombinasi siklus pada

perangkat pedalo

5 Exercise band Mempertahankan

keseimbangan berdiri satu

kaki dengan abduksi kaki

kontralateral melawanan

tahanan exercise band

Berdiri di atas karpet,

latihan di matras dengan

berbeda ketebalan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

38

6 Air squab Mempertahankan

keseimbangan berdiri dua

kaki dan satu kaki di atas

air squab

Sikap berdiri satu kaki

atau dua kaki dengan dan

tanpa abduksi lutut

terhadap exercise band

7 Wooden

inversion-

eversion boards

Mempertahankan

keseimbangan berdiri dua

kaki dan satu kaki di atas

papan inversi eversi

Sikap berdiri satu kaki

dan dua kaki dengan

tambahn lutut fleksi-

ekstensi dan gerakan

lengan

8 Mini trampoline Mempertahankan

keseimbangan berdiri satu

kaki di atas mini trampolin

Berdiri satu kaki dengan

dan tanpa gerakan lengan

9 Aerobic step Mempertahankan

keseimbangan dengan kaki

bagian depan di atas

aerobic step

Berdiri satu kaki hanya

kaki depan yang kontak

dengan aerobic step.

10 Uneven walkway Berjalan di permukaan

yang berbeda

Berjalan di atas gabus,

bola tenis, dan karung

pasir

11 Haramed Mempertahankan

keseimbangan pada

horizontal dan vertical

mobile platform

Berdiri dua kaki atau satu

kaki dengan mengurangi

tambahan

area yang mendukung

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

39

12 Biodex Mempertahankan

keseimbangan di atas

platform yang bergerak

dikendalikan oleh

komputer

Meningkatkan kemiringan

pergerakan pada

permukaan pendukung

Gambar 2.5 Latihan Exercise mats, Posturomed, Ankle Disk dan Pedalo (Sumber:

Eils, 2001)

Gambar 2.6 Latihan Exercise band, Air squab, Inversion Board dan Mini

trampolin (Sumber: Eils, 2001)

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

40

Gambar 2.7 Latihan Aerobic step, Uneven walkway, Haramed dan Biodex

(Sumber: Eils, 2001)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan latihan proprioseptif yang

bersifat progresif dengan mengubah permukaan tumpuan dan faktor

visual,ada pun bentuk latihan yang diberikan yaitu :

Tabel 2.2 Latihan proprioseptif dan progresivitasnya

Sumber : (Panwar et al, 2014)

Fase Permukaan Mata Latihan

Fase 1

Minggu 1

Lantai Terbuka Single leg stance

Terbuka Single leg heel raises

Terbuka Single leg squat (30º - 45º)

Terbuka Single leg stance sambil

melakukan aktivitas fungsional

Fase 2

Minggu 2

Lantai Tertutup Single leg stance

Tertutup Single leg heel raises

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

41

Tertutup Single leg squat (30º - 45º)

Fase 3

Minggu 3

Papan

Keseimbangan

Terbuka Single leg stance

Terbuka Single leg heel raises

Terbuka Single leg squat (30º - 45º)

Terbuka Double leg stance sambil

berputar di papan keseimbangan

Fase 4

Minggu 4

Papan

Keseimbangan

Tertutup Single leg stance

Terbuka Single leg heel raises

Terbuka Single leg squat (30º - 45º)

Terbuka Single leg stance sambil berputar

di papan keseimbangan

Fase 5

Minggu 5

- 6

Papan

Keseimbangan

Tertutup Single leg stance

Terbuka Single leg squat (30º - 45º)

Terbuka Single leg stance sambil berputar

di papan keseimbangan

Terbuka Single leg stance sambil

melakukan aktivitas fungsional

Ada pun kelebihan latihan tersebut yaitu latihan sudah diprogramkan

secara progresif sehingga sangat bagus untuk pelatihan proprioseptif.

Program latihan juga sangat sederhana sehingga sangat mudah di

aplikasika dalam penelitian. Program latihan ini juga telah ditunjang oleh

stady pustaka sebelumnya dan terbukti mampu meningkatkan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

42

keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis atlet secara signifikan

(Panwar et al, 2014).

2.5 Instrumen Pengukuran

2.5.1 Tes Keseimbangan Dinamis

Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan dinarnis

Validitas dan reliabilitas : 0,90

Fasilitas dan sarana : Lantai padat dan rata, sepuluh kotak yang

ukuran masing-masing kotak ukurannya 30 cm

x 30 cm dan stop watch.

Prosedur Pelaksanaan :

Pengukuran keseimbangan dinamis menggunakan modified bass

test of dynamic balance. Peserta berdiri di kotak awal dengan bertumpu

pada salah satu kaki, tumit diangkat setinggi 5 cm ( jingkat ). Kedua lengan

ditekuk di depan dada sedangkan posisi kepala tegak. Selanjutnya peserta

tes melompat tepat di atas kotak no 1 yang tersedia dan mendarat dengan

kaki sisi lainnya sebagai tumpuan dengan posisi tumit diangkat setinggi 5

cm (jingka) dan posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel di

samping lutut, sedang posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi

ini dipertahankan selama 5 detik pada kotak no 1, dilanjutkan ke kotak no

2 dengan posisi sama seperti posisi awal, demikian gerakan ini dilakukan

seterusnya sampai kotak ke 10, kaki yang bertempu pada kotak bergantian

antara kaki kanan dan kiri.

Ketentuan :

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

43

1. Tiap komponen pada kotak atlet berhenti 5 detik.

2. Apabila kaki yang menempel di samping limit bergerak menjauh dari

lutut dan kaki tumpu tumit menyentuh lantai dianggap gagal, begitu

pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah (

kotak) yang telah ditentukan. Hasil pengukuran adalah : skor yang

terbaik dari tiga kali percobaan, dimana skor diambil berdasarkan

banyaknya kotak yang dapat dilalui dalam setiap tes, dengan ketentuan

1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi tiap kotak yang ada yaitu kotak 1

sampa sampai kotak terakhir masing-masing diberi nilai (Laak, 2013).

Gambar 2.8 Skema tes keseimbangan dinamis

2.5.2 Cumberland Ankle Instability Tool

Cumberland Ankle Instability Tool (CAIT) terdiri dari sembilan

pertanyaan. dengan skor maksimal 30 poin. Setiap item pertanyaan terdiri

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

44

dari tiga sampai 5 tanggapan. Pertanyaan terdiri dari beberapa topik seperti

stablitas postural, nyeri , giving away, dan perasaan tidak stabil pada

berbagai permukaan. Skor yang lebih rendah menunjukkan functional

ankle instability yang lebih parah. Skor ≤ 27 menunjukkan adanya

functional ankle instability, sedangkan skor ≥ 28 menunjukkan tidak ada

functional ankle instability. CAIT memiliki keandalan yang sangat baik

yaitu 0,96 (Pederson, 2011).

Tabel 2.3 Kuesioner Cumberland Ankle Instability Tool (Pederson,2011).

Kiri Kanan Score

1. Saya mengalami nyeri di pergelangan kaki saya

Tidak Pernah

Selama olahraga

Berlari di permukaan yang tidak rata

Berlari di permukaan yang berlevel

Berjalan di permukaan yang tidak rata

Berjalan di permukaan yang berlevel

5

4

3

2

1

0

2. Pergelangan kaki saya terasa TIDAK STABIL

Tidak Pernah

Kadang-kadang selama olahraga (tidak setiap waktu)

Sering selama olahraga (setiap kali)

Kadang-kadang selama aktivitas sehari-hari

Sering selama aktivitas sehari-hari

4

3

2

1

0

3. Ketika saya melakukan tikungan tajam,

pergelangan kaki saya terasa TIDAK STABIL

Tidak pernah

Kadang-kadang ketika berlari

Seringkali ketika berlari

Ketika berjalan

3

2

1

0

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

45

4. Ketika menuruni tangga, pergelangan kaki saya

terasa TIDAK STABIL

Tidak pernah

Jika saya melaju cepat

Kadang-kadang

Selalu

4

3

2

1

0

5. Pergelangan kaki saya terasa TIDAK STABIL saat

berdiri satu kaki

Tidak Pernah

Dengan bola pada kaki saya

Dengan kaki saya datar

2

1

0

6. Pergelangan kaki saya terasa TIDAK STABIL saat

Tidak Pernah

Saya melompat dari sisi ke sisi

Saya melompat di tempat

Ketika saya melompat

3

2

1

0

7. Pergelangan kaki saya terasa TIDAK STABIL saat

Tidak Pernah

Saya berlari di permukaan yang tidak rata

Saya berlari pelan di permukaan yang tidak rata

Saya berjalan di permukaan yang tidak rata

Saya berjalan di permukaan datar

4

3

2

1

0

8. Biasanya, ketika saya mulai berguling (atau

berputar) pada pergelangan kaki saya, saya bisa

berhenti

Segera

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

4

3

2

1

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

46

Saya tidak pernah berguling pada pergelangan kaki 0

9. Setelah insiden pada pergelangan kaki saya,

pergelangan kaki saya kembali ke "Normal"

Hampir segera

Kurang dari satu hari

1-2 hari

Lebih dari 2 hari

Saya tidak pernah berguling di pergelangan kaki saya

4

3

2

1

0