bab ii kajian pustaka a. deskripsi teorirepository.ump.ac.id/4363/3/vivi irawati, bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu
sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap rasa ingin
tahu merupakan salah satu sikap yang terdapat dalam nilai karakter.
Menurut Mustari (2011: 103) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Setiap orang termasuk anak
kecil memiliki rasa ingin tahu. Anak akan selalu bertanya tentang hal-hal
yang dilihat, didengar, diraba, dikecap bahkan dirasakan. Menurut Mustari
(2011: 104) Kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan
dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi,
dan belajar.
Rasa ingin tahu menurut Suyadi (2013: 9) yakni cara berfikir, sikap
dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap
segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
Menurut Zubaedi (2013: 75) rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
8
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
9
Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 138) mengungkapkan
bahwa rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat dan didengar. Terdapat dua indikator yang dikembangkan yaitu
indikator sekolah dan indikator kelas.
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Rasa Ingin Tahu.
No Nilai Indikator
1. Rasa Ingin Tahu Bertanya atau membaca sumber di luar
buku teks tentang materi yang terkait
dengan pelajaran.
Membaca atau mendiskusikan gejala
alam yang bari terjadi.
Bertanya tentang beberapa peristiwa alam
sosial, budaya, ekonomi, politik,
teknologi yang baru di dengar.
Bertanya tentang sesuatu yang terkait
dengan materi pelajaran tetapi di luar
yang di bahas di kelas.
(Daryanto dan Darmiatun, 2013: 147)
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sifat yang dimiliki
seseorang sejak lahir sampai tua dilakukan melalui berbagai tindakan
seperti cara berfikir dan cara bertingkah laku seseorang yang
mencerminkan keingintahuan dalam dirinya dan sikap penasaran yang
lebih luas terhadap segala hal baik yang belum pernah dipelajarinya
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
10
maupun hal yang sudah pernah dilihat, didengar serta yang pernah
dipelajarinya.
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam (Susanto, 2014: 6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu menerima,
menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia
baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil
penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
Pemahaman atau Comprehension menurut Sardiman (2011: 42-43)
dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar
berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan
implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat
memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar.
Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari
setiap belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang sangat
mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa
itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
11
Menurut Carin dan Sund dalam (Susanto, 2014: 7-8) pemahaman
dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah
memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan
kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah
memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau
menafsirkan secara luas sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya,
ia mampu meghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang
akan datang.
2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas
mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah
dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu
memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan
memadai.
3) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman
melibatkan proses mental yang dinamis, dengan memahami ia akan
mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak
hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu
memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi
saat ini.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
12
4) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing
tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti menerjemahkan,
menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
Mengetahui sejauh mana penyerapan materi yang diajarkan, siswa
tidak hanya sekedar mengenal materi pembelajaran melainkan melalui
tahap yang lebih tinggi yaitu pemahaman. Pemahaman siswa yang
diperoleh ketika pembelajaran nantinya akan membuat siswa mampu
menguasai materi pembelajaran yang diajarkan dan hasil belajar akan
diperoleh secara maksimal.
Konsep yang dipaparkan menurut Suyono (2014: 146-147) yaitu
segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang dapat timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,
hakikat, inti/isi dan sebagainya. Pengertian konsep dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007: 588) adalah ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret. Dari pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang
dinyatakan dalam suatu kata yang diabstrakkan dari sekelompok fakta.
3. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan bidang studi yang penting dan terdapat
dalam setiap jenjang pendidikan. Menurut Suwangsih dan Tiurlina
(2006: 3) matematika berasal dari bahasa latin “mathematiak” yang
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
13
mulainya diambil dari perkataan Yunani mathemathike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu berasal dari kata matem yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi berdasarkan
asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berfikir (bernalar).
Menurut Ruseffendi dalam (Heruman, 2010: 1) mengemukakan
bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke
aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut
Soedjadi dalam (Heruman, 2010: 1) mengungkapkan bahwa
matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Menurut James dan James dalam (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:
4) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika secara umum
didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur,
perubahan dan ruang. Maka secara informal, dapat pula disebut sebagai
ilmu tentang bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis,
matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
14
secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi
(Hariwijaya, 2009: 29).
Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lebih
menekankan pada penalaran serta mempelajari struktur yang abstrak
dan pola hubungan yang ada didalamnya mengenai bahasa simbol,
bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan
satu sama lainnya. Matematika digunakan untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan
alam yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisaran antara 6 atau 7
tahun, sampai 12 atau 13 tahun (Heruman, 2010: 1). Menurut Piaget
dalam Heruman (2010: 1) mereka berada dalam fase operasional
konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Menurut Dimyati dalam (Susanto 2014: 186), pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang
bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
15
Menurut Susanto (2014: 186) mengungkapkan bahwa
pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasan yang baik terhadap materi matematika.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar dilaksanakan pada
anak yang berusia sekitar 6 sampai 13 tahun dan dalam fase operasional
konkret kemampuan berfikir dengan objek yang bersifat konkret.
Dalam pembelajaran guru yang mendesain kegiatan pembelajaran, guru
harus bisa membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
agar dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan kemampuan yang
dimiliki siswa.
Guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang efektif yaitu terciptanya suasana belajar mengajar
yang menyenangkan. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa
diharapkan dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Guru yang akan membawa siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika menurut
Depdiknas (2009:1) terdapat beberapa tahap aktivitas yang harus
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
16
dikuasai dalam materi pembelajaran matematika di dalam pembelajaran
diantaranya sebagai berikut:
1) Tahap penanaman konsepmerupakan tahap pengenalan awal tentang
konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran
memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga.
2) Tahap pemahaman konsepmerupakan tahap lanjutan setelah konsep
ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi
dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan
lagi.
3) Tahap pembinaan keterampilanmerupakan tahap yang tidak boleh
dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa.
Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan
berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh
digunakan lagi.
4) Tahap penerapan konsepyaitu penerapan konsep yang sudah
dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai
pembinaan kemampuan memecahkan masalah.
Penelitian tindakan kelas ini dalam proses belajar mengajar akan
lebih ditekankan pada pemahaman konsep pembelajaran matematika.
Penekanan terhadap pemahaman konsep diharapkan siswa mampu
menguasi pembelajaran matematika. Membangun pemahaman
konsep pembelajaran matematika pada siswa maka akan menambah
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
17
serta memperluas pengetahuan yang dimiliki siswa dan dapat
mengasah kemampuan berfikir siswa.
c. Tujuan pembelajaran matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara umum
adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika.
Selain itu juga dengan pembelajaran matematika dapat memberikan
tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika ( Susanto, 2014:
189).
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas
dalam (Susanto, 2014: 190) adalah sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkanmasalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
sehari-hari.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
18
Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran
matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan
kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif
membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya.
Kemudian dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran
melalui suatu proses belajar dan mengkontruksikannya dalam
ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih
lanjut.
d. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar berbeda dengan
pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:25) mengemukakan bahwa ciri-
ciri pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika
merukapakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu
topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan
topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk
dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika. Topik
baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik
sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkrit
kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
19
yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum
digunakan dalam matematika.
2) Pembelajaran matematika bertahap.
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu
dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang
lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang
konkret, ke semi konkret dan akhirnya pada konsep abstrak. Untuk
mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-
benda konkrit digunakan pada tahap konkrit, kemudian ke gambar-
gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada
tahap abstrak.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai
tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran
matematika di SD digunakan pendekatan induktif.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten
artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan
kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika
didasarkan kepada pernyataan-peryataan sebelumnya yang telah
diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika
dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya
generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
20
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan
materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan.
Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil
tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan,
sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-
contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif
pada jenjang selanjutnya.
4. Materi Pembelajaran
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan silabus
untuk menentukan lebih lanjut materi yang akan digunakan pada setiap
siklus penelitian.
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
8. Memahami sifat bangun ruang
sederhana dan hubungan antar
bangun datar.
8.2 Menentukan jaring-jaring balok
dan kubus.
8.3 Mengidentifikasi benda-benda
dan bangun datar simetris.
Sumber: Silabus kelas IV SD Negeri 1 Somagede
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
21
Jaring-jaring Kubus dan Balok
- Jaring-jaring Kubus
- Jaring-jaring Balok
Mengenal bangun datar simetris
Persegi panjangmerupakan benda simetris karena mempunyai
garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan
tepat. Sedangkan jajargenjang bukan merupakan benda simetris
karena tidak ada garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi
luarnya dengan tepat.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
22
Benda-benda bentuk simetris dan tidak simetris
Garis lipat yang menentukan benda simetris disebut garis
simetri atau sumbu simetri.
5. Media Pembelajaran
Guru sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menggunakan
media pembelajaran guna memudahkan siswa dalam menerima materi
pembelajaran. Pengertian media pembelajaran menurut Arsyad (2007: 2)
media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar
demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah pada khususnya. Anitah (2009:2) media
pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat
Bangun simetris adalah bangun yang dapat dilipat (dibagi)
menjadi dua bagian yang sama persis baik bentuk maupun
besarnya. Sedangkan bangun tidak simetris disebut
bangunasimetris.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
23
menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan guru dalam
proses belajar mengajar yang diharapkan dapat membantu guru dalam
menyalurkan pesan, merangsang pikiran siswa sehingga membantu siswa
dalam menerima ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap siswa
dalam pembelajaran.
Leshin, Pollock, & Reigeluth dalam Azhar Arsyad (2007: 36)
mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu media berbasis
manusia (guru, instruktor, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-
trip), media berbasis cetak (buku, buku penuntun, buku latihan, alat bantu
kerja, lembaran lepas), media berbasis visual (buku, alat bantu kerja,
bagan, grafik, peta, tranparansi, slide), media berbasis audio-visual (video,
film, program slide-tape, televisi), dan media berbasis komputer
(pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).
Terdapat nilai dan manfaat praktis dari media pembalajaran seperti
yang dikemukakan menurut Arsyad (2007: 25-27) antara lain:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
24
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, waktu dan
ruang, dan waktu:
1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, slide, realita, film, radio,
atau model.
2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera
dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film slide atau gambar.
3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan taun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto,
slide disamping secara verbal.
4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, atau simulasi
computer.
5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
25
rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi
komputer.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya.
Terdapat berbagai manfaat praktis dalam penggunaan media
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran menjadikan guru lebih
mudah dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran. Manfaat media
pembelajaran juga memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa
dalam menerima materi yang diajarkan.
Penyampaian materi pembelajaran matematika dibantu dengan
penggunaan media pembelajaran. Media yang digunakan dalam membantu
menyampaikan materi matematika ini yaitu dengan menggunakan alat
peraga yang dibuat dengan kertas karton dan bufalo. Media peraga yang
digunakan dalam pembelajaran yaitu dengan membuat jaring-jaring kubus,
balok, gambar benda simetris dan gambar bangun datar simetris. Berikut
gambar media pembelajaran materi geometri:
Gambar 2.1 Jaring-jaring kubus
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
26
Gambar 2.2 Jaring-jaring kubus dan balok
Gambar 2.3 Bangun datar simetris dan asimetris.
Media peraga yang baik digunakan dalam pembelajaran
matematika yaitu yang sesuai dengan materi dan dapat membantu
memudahkan siswa untuk menerima materi yang diberikan guru. Selain itu
dengan adanya media peraga juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa terhadap materi dan membantu mempercepat pemahaman siswa
ketika terdapat hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti.
6. Metode Discovery
a. Pengertian Metode Discovery
Pengertian metode penemuan (discovery) menurut Sund dalam
(Suryosubroto, 2009: 179) adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Sedangkan menurut
Ruseffendi dalam (Heruman, 2010: 4) mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
27
pengetahuan yang diperlukannya. “menemukan disini terutama adalah
menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama
sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan
bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara
penyelesaiannya. Menurut Bruner dalam (Trianto, 2012: 38) bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik.
Metode discovery merupakan metode yang melibatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk
mencari, menemukan serta menyelidiki sendiri secara sistematis. Siswa
diharapkan dapat menemukan sendiri pengetahuan dalam proses
pembelajaran dan guru hanya bertugas membimbing serta mengarahkan
ketika proses pembelajaran.
Menurut Bruner dalam (Soekamto, 1997: 24) dalam proses belajar
siswa melewati tiga tahap, yaitu:
1) Tahap Enaktif
Tahap enaktif adalah suatu tahapan individu melakukan
aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Konsep
pembelajaran matematika dipelajari secara aktif yang
direpresentasikan melalui benda-benda konkret atau situasi nyata.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
28
Menurut pendapat di atas, tahap enaktif merupakan suatu tahap
pembelajaran matematika yang menekankan pada pemahaman
konsep melalui benda-benda yang konkret atau nyata, sehingga
siswa dapat mengalami secara langsung proses pemahaman konsep
tersebut.
2) Tahap Ikonik
Tahap ikonik adalah suatu tahapan melihat melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal. Konsep pembelajaran matematika
tersebut direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar
atau diagram yang menggambarkan situasi konkret atau nyata yang
terdapat pada tahap enaktif.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa tahap ikonik merupakan
tahap pembelajaran matematika dalam bentuk diagram atau gambar-
gambar yang merupakan bentuk gambaran dari benda konkret yang
terdapat pada tahap enaktif, sehingga siswa sudah mulai memahami
konsep secara abstrak.
3) Tahap Simbolik
Tahap simbolik adalah suatu tahapan yang mempunyai
gagasan-gagasan abstrak. Konsep matematika direpresentasikan
dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol yang
verbal maupun lambang-lambang matematika atau lambang-lambang
abstrak yang lain.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
29
Menurut pendapat di atas, bahwa tahap simbolik merupakan
tahap pembelajaran matematika dalam bentuk simbol atau angka,
sehingga siswa tidak lagi dibantu dengan benda nyata tetapi mulai
berpikir secara abstrak.
b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Dicovery
Menurut Scuhman dalam Suryosubroto (2009: 184-185)
menyimpulkan bahwa langkah-langkah metode penemuan (discovery)
dapat disederhanakan sebagai berikut:
1) Indentifikasi kebutuhan siswa.
2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari.
3) Seleksi bahan, dan problema/tugas-tugas.
4) Membantu memperjelas tugas/problem yang akan dipelajari, dan
peranan masing-masing siswa.
5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
dan tugas-tugas siswa.
7) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
8) Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa.
9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
10) Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
30
11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses
penemuan.
12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
c. Fungsi Metode Discovery
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 78) ada beberapa fungsi
metode discovery, yaitu sebagai berikut:
1) Membangun komitmen (commitment bulding) dikalangan peserta
didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan,
kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan
sesuatu dalam proses pembelajaran.
2) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3) Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka
(openess) terhadap hasil temuannya.
d. Keunggulan dan kelemahan metode discovery.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 79) terdapat beberapa
keunggulan dan kelemahan pada metode discovery. Beberapa
keunggulan dari metode discovery sebagai berikut:
1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dala proses kognitif.
2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga
dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
31
3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik
untuk belajar lebih giat lagi.
4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing.
5) Memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik
dengan peran guru yang sangat terbatas.
Kelemahan dari metode discovery sebagai berikut:
1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
2) Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka
metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama
maka metode discovery akan mengecewakan.
4) Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Peneliti menemukan hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan menggunakan metode discovery yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Lusi Palupi (2013) tentang pengaruh
metode inquiry discovery terhadap hasil belajar matematika dalam
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
32
penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar
matematika yang positif dan signifikan yang diajar dengan metode inquiry
discovery dibandingkan dengan yang diajar metode diskusi. Hasil belajar
matematika menggunakan metode inquiry discovery lebih baik
dibandingkan dengan metode diskusi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014) tentang pengaruh metode
pembelajaran guided discovery terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa
kelas VI SDK Soverdi Tuban. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan kretivitas antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti metode
pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
dengan siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional, terdapat
perbedaan secara simultan kreativitas dan hasil belajar IPA antara siswa
yangmengikuti metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa
yang mengikuti metode pembelajaran konvensional.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2013) tentang pengaruh metode
discovery berbantuan media realita terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
IV SD Anturan kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng. Pada peneltian
menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode
discovery berbantuan media realita cenderung tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan metode ceramah hasil belajar cenderung lebih
rendah.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
33
Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode discovery yang dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode discovery memberikan pengaruh yang lebih baik
dengan ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa yang meningkat dan
memberikan pengaruh baik pada sikap positif siswa. Dari penelitian
tersebut terdapat relevansi pada penggunaan metode discovery untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, terdapat masalah-
masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV bahwa matematika adalah dalam
pembelajaran matematika masih banyak siswa belum dapat menyelesaikan
soal dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi hal itu, antara lain
kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan dan
pemahaman konsep dan siswa tidak bisa memahami soal secara benar.
Pembelajaran di kelas kurang optimal guru hanya memberikan soal-
soal latihan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dan
membuat kesalahan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa hanya menghafal dalam penyelesaian tugasnya
sedangkan kemampuan memahami pada diri siswa masih kurang.
Penggunaan metode ceramah menyebabkan siswa cepat merasa bosan, serta
mudah lupa dengan materi yang diajarkan, rendahnya rasa ingin tahu siswa
terhadap mata pelajaran matematika. Membangun pemahaman pada
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
34
pembelajaran matematika sangat dibutuhkan untuk menguasai materi
pembelajaran dan memperluas pengetahuan matematika yang dimiliki.
Dengan pemahaman diharapkan tumbuh kemampuan siswa untuk
menerapkan konsep dengan baik dalam penyelesaian permasalahan dalam
pembelajaran matematika.
Melihat permasalahan tersebut penerapan metode discovery
diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep
matematika. Metode discovery merupakan metode yang menitikberatkan
peran siswa untuk menemukan sendiri informasi dalam pembelajaran
sehingga siswa akan mudah mengingat materi dan lebih memahami materi
dalam mata pelajaran matematika. Hal ini penting dilakukan, karena dengan
meningkatnya rasa ingin tahu siswa dan pemahaman konsep matematika,
siswa akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
35
Berikut bagan kerangka pikir penelitian tindakan kelas yang akan
dilakukan:
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pikir dalam Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas.
Kondisi Awal
Rasa ingin tahu
siswa masih
rendah.
Pemahaman
konsep
matematika
siswa masih
kurang.
Melakukan
Tindakan
Penerapan
Metode
Didcovery
Siklus II Kondisi
Akhir Siklus I
Melalui penerapan metode
discovery dapat meningkatkan
rasa ingin tahu siswa dan
pemahaman konsep matematika.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015
36
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian dan kerangka pikir,
maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui metode discovery dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas
IV SD Negeri 1 Somagede.
2. Melalui metode discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika kelas IV SD Negeri 1 Somagede.
E. Validitas Data
Kegiatan penelitian diperlukan adanya validitas data, peneliti harus
melakukan triangulasi dalam menggali informasi. Triangulasi yang digunakan
menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2010: 127).
Peneliti melakukan triangulasi teknik untuk mengecek keabsahan data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan observasi, dokumentasi,
angket.
UPAYA MENINGKATKAN RASA.., VIVI IRAWATI, FKIP UMP, 2015